Pasal 24
Dengan Keperkasaan Manusia? atau dengan Roh Allah?
TUGAS yang Yesus Kristus berikan kepada pengikut-pengikutnya merupakan salah satu dari antara hal-hal yang kelihatannya mempunyai perbandingan yang tidak masuk akal. Meskipun jumlah mereka hanya sedikit, mereka harus mengumumkan kabar baik tentang Kerajaan Allah di seluruh bumi yang berpenduduk. (Mat. 24:14; Kis. 1:8) Tugas tersebut bukan saja sangat besar melainkan juga harus dilakukan meskipun menghadapi rintangan-rintangan yang tampaknya sangat banyak karena, sebagaimana Yesus dengan terus terang memberi tahu murid-muridnya, mereka akan dibenci dan dianiaya di segala bangsa.—Mat. 24:9; Yoh. 15:19, 20.
Dalam menghadapi perlawanan global, Saksi-Saksi Yehuwa dengan bergairah telah mengerahkan diri untuk melaksanakan pekerjaan yang Yesus nubuatkan. Luasnya kesaksian yang telah diberikan merupakan fakta yang tercatat, dan benar-benar menakjubkan. Namun apa yang telah membuatnya mungkin? Apakah karena keperkasaan atau kecerdikan manusia? Atau apakah karena bekerjanya roh Allah?
Catatan Alkitab mengenai pemulihan ibadat sejati di Yerusalem pada abad keenam SM mengingatkan kita bahwa peranan Allah dalam melaksanakan kehendak-Nya jangan pernah diabaikan. Para komentator duniawi mungkin saja mencari suatu penjelasan lain tentang apa yang terjadi. Akan tetapi, ketika menjelaskan bagaimana maksud-tujuan-Nya akan dilaksanakan, Allah membuat nabi-Nya Zakharia menyatakan, ”’Bukan dengan kekuatan dan bukan dengan keperkasaan, melainkan dengan rohKu,’ firman Yehuwa yang berbala tentara.” (Za. 4:6, NW) Saksi-Saksi Yehuwa tidak ragu-ragu untuk mengatakan bahwa inilah cara pengabaran berita Kerajaan dilaksanakan dewasa ini—bukan dengan mengandalkan kekuatan militer, bukan karena kekuatan pribadi atau pengaruh suatu kelompok orang yang terkemuka, melainkan sebagai akibat bekerjanya roh Yehuwa. Apakah bukti mendukung keyakinan mereka?
”Menurut Ukuran Manusia Tidak Banyak Orang yang Bijak”
Ketika menulis kepada orang-orang Kristen masa awal di Yunani, rasul Paulus mengakui, ”Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”—1 Kor. 1:26-29.
Rasul-rasul Yesus sendiri berasal dari kalangan pekerja. Empat orang berprofesi nelayan. Yang seorang bekas pemungut cukai, suatu profesi yang dipandang hina oleh orang-orang Yahudi. Para rasul ini adalah orang-orang yang dipandang sebagai ”orang biasa yang tidak terpelajar” oleh para pemimpin agama Yahudi, yang memberikan indikasi bahwa pendidikan mereka bukanlah dari sekolah berpendidikan tinggi. (Kis. 4:13) Ini tidak berarti bahwa dari kalangan orang yang lebih berpendidikan secara duniawi atau agama tidak ada yang menjadi Kristen. Rasul Paulus telah mengenyam pendidikan di bawah bimbingan Gamaliel yang terpelajar, seorang anggota Sanhedrin Yahudi. (Kis. 22:3) Namun, seperti dinyatakan ayat tersebut, ”tidak banyak” orang demikian.
Sejarah membuktikan bahwa Celsus seorang filsuf Roma dari abad kedua M, membuat hal itu menjadi cemoohan dengan mengatakan bahwa ”para buruh, tukang sepatu, petani, orang-orang yang paling tidak berpendidikan dan orang udik, harus menjadi pengabar Injil yang bergairah.” (The History of the Christian Religion and Church, During the Three First Centuries oleh Augustus Neander) Dalam menghadapi penghinaan dan penganiayaan keji yang ditimpakan secara bertubi-tubi atas mereka di Kekaisaran Romawi, apa yang menguatkan umat Kristen sejati agar terus menjadi pemberita kabar baik? Yesus telah mengatakan bahwa itu adalah roh kudus Allah.—Kis. 1:8.
Pada masa-masa belakangan, Saksi-Saksi Yehuwa juga dicela karena sebagian besar di antara mereka adalah orang biasa, bukan orang terpandang di dunia. Di antara hamba-hamba Yehuwa zaman modern yang pertama-tama memperkenalkan berita Kerajaan kepada orang-orang di Denmark terdapat seorang tukang sepatu. Di Swiss dan Prancis, seorang tukang kebun. Di banyak tempat di Afrika, berita ini disampaikan oleh pekerja-pekerja yang berpindah-pindah tempat. Di Brasil, pelaut-pelaut ikut berperan. Cukup banyak Saksi-Saksi berbangsa Polandia di Prancis bagian utara adalah pekerja tambang batubara.
Karena sangat tergerak oleh apa yang mereka pelajari dari Firman Allah dengan bantuan publikasi Menara Pengawal, mereka ingin memperlihatkan kasih mereka akan Yehuwa dengan menaati-Nya, maka mereka melaksanakan pekerjaan yang menurut Firman Allah harus dilakukan oleh umat Kristen sejati. Sejak itu, berjuta-juta orang lagi dari segala lapisan masyarakat telah ikut serta dalam pekerjaan ini. Mereka semua adalah penginjil.
Saksi-Saksi Yehuwa menjadi satu-satunya organisasi agama di dunia yang setiap anggotanya secara pribadi memberi kesaksian kepada orang-orang yang belum percaya, berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dari Alkitab, dan mendesak mereka untuk menaruh iman kepada Firman Allah. Organisasi-organisasi agama lain mengakui bahwa inilah yang harus dilakukan oleh semua orang Kristen. Beberapa telah berupaya menganjurkan anggota-anggota gereja mereka untuk melakukannya. Namun hanya Saksi-Saksi Yehuwa yang secara konsisten melakukannya. Pengarahan siapa, nasihat siapa, jaminan akan dukungan pengasih siapa, dan janji-janji siapa yang memotivasi mereka untuk melakukan pekerjaan yang dihindari oleh banyak orang ini? Silakan menanyakannya sendiri kepada mereka. Tidak soal di tengah bangsa mana pun mereka tinggal, mereka akan menjawab, ”Yehuwa.” Maka, siapakah yang layak dipuji?
Peranan yang Dinubuatkan Bagi Malaikat-Malaikat Allah
Ketika melukiskan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi selama penutup sistem segala perkara ini, Yesus menunjukkan bahwa bukan hanya para pengikutnya di bumi yang ikut ambil bagian dalam pengumpulan para pencinta keadilbenaran. Di Matius 24:31, ia berkata bahwa ia akan ”menyuruh keluar malaikat-malaikatNya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya” untuk mengumpulkan ”orang-orang pilihanNya”, yakni anggota-anggota terakhir dari 144.000, yang akan ikut bersama Kristus dalam Kerajaan surgawi. Mereka ini akan dikumpulkan ”dari keempat penjuru bumi”, dari segala bagian di bumi. (Bandingkan Lukas 12:32; 2 Timotius 2:10; Wahyu 14:1-4.) Apakah hal ini benar-benar telah terjadi?
Memang demikian! Meskipun Siswa-Siswa Alkitab hanya berjumlah beberapa ribu orang seraya dunia memasuki hari-hari terakhirnya pada tahun 1914, berita Kerajaan yang mereka kabarkan dengan cepat mengelilingi bola bumi. Di Negeri-Negeri Timur, Eropa, Afrika, dan benua Amerika, maupun di pulau-pulau, masing-masing orang meraih kesempatan untuk melayani kepentingan-kepentingan Kerajaan Allah dan dikumpulkan ke dalam satu organisasi yang terpadu.
Di Australia Barat misalnya, berita Kerajaan mencapai Bert Horton. Agama sepanjang pengetahuannya tidak menarik baginya; ia telah terlibat dalam politik dan kegiatan serikat buruh. Namun ketika ibunya memberi kepadanya publikasi Menara Pengawal, The Divine Plan of the Ages dan ia mulai membacanya bersama Alkitab, ia menyadari bahwa ia telah menemukan kebenaran. Secara spontan ia menceritakannya kepada teman-teman sekerjanya. Sewaktu ia dapat menemukan tempat Siswa-Siswa Alkitab, dengan senang hati ia bergabung bersama mereka, dibaptis pada tahun 1922, terjun dalam pelayanan sepenuh waktu, dan merelakan diri untuk melayani ke daerah mana pun organisasi Yehuwa mengarahkannya.
Di belahan bumi yang lain, W. R. Brown, yang sudah mengabar di Kepulauan Karibia, berangkat ke Afrika pada tahun 1923 untuk menyebarkan berita Kerajaan di sana. Ia bukan seorang penginjil yang independen yang sedang melancarkan suatu misi pribadi tertentu. Ia juga bekerja bersama umat Yehuwa yang terorganisasi. Ia telah menawarkan diri untuk melayani di tempat yang membutuhkannya, dan ia menerima penugasan di Afrika Barat sebagai sambutan atas pengarahan dari kantor pusat. Mereka yang mendapat manfaat pribadi dari pelayanannya juga dibantu untuk menghargai pentingnya bekerja erat bersama organisasi Yehuwa.
Pemberitaan Kerajaan juga mencapai Amerika Selatan. Hermán Seegelken di Mendoza, Argentina, sudah lama mengamati kemunafikan dalam gereja Katolik maupun Protestan. Namun pada tahun 1929, ia juga mendengar berita Kerajaan, dengan gairah menerimanya, dan mulai membagikannya kepada orang lain, bersatu padu dengan hamba-hamba Yehuwa di seluruh dunia. Pengalaman-pengalaman serupa terjadi di sekitar bola bumi. Orang-orang ”dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa”, walaupun tersebar secara geografis dan menempuh berbagai cara hidup, tidak hanya mendengarkan melainkan menawarkan diri mereka dalam dinas Allah. Mereka dikumpulkan ke dalam suatu organisasi yang bersatu padu melakukan pekerjaan yang telah dinubuatkan oleh Yesus untuk zaman ini. (Why. 5:9, 10) Apa yang menyebabkan hal ini?
Alkitab berkata bahwa para malaikat Allah akan memainkan peranan yang sangat penting di dalamnya. Oleh karenanya, pengumuman tentang Kerajaan akan menggema di seputar bola bumi bagaikan suara sangkakala dari sumber adimanusiawi. Sesungguhnya, menjelang tahun 1935, itu telah menembus 149 negeri—ke utara, selatan, timur, dan barat, dari satu penjuru bumi ke penjuru lainnya.
Mula-mula, hanya suatu ”kawanan kecil” yang menunjukkan penghargaan yang tulus akan Kerajaan Allah dan rela melayani kepentingan-kepentingannya. Itulah yang telah dinubuatkan oleh Alkitab. Kini suatu ”kumpulan besar” yang secara cepat berkembang, berjumlah jutaan orang dari segala bangsa, telah mulai bergabung dengan mereka. Hal itu pun telah dinubuatkan dalam Firman Allah. (Luk. 12:32; Yoh. 10:16; Why. 7:9, 10) Mereka bukan orang-orang yang sekadar menganut agama yang sama namun yang, dalam kenyataannya, terbagi-bagi di antara mereka sendiri akibat segala pandangan dan filsafat yang memecah-belah dunia di sekitar mereka. Saksi-Saksi Yehuwa tidak sekadar berbicara tentang Kerajaan Allah sementara sebenarnya menaruh kepercayaan kepada pemerintahan manusia. Bahkan dengan mempertaruhkan nyawa, mereka menaati Allah sebagai penguasa. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa pengumpulan orang-orang demikian yang ’takut akan Allah dan memuliakan Dia’ akan dilakukan di bawah bimbingan malaikat-malaikat. (Why. 14:6, 7; Mat. 25:31-46) Saksi-Saksi yakin sepenuhnya bahwa inilah yang sesungguhnya telah terjadi.
Sering sekali terjadi, seraya mereka melakukan pelayanan, mereka melihat bukti yang meyakinkan akan adanya bimbingan surgawi. Misalnya, di Rio de Janeiro, Brasil, sekelompok Saksi sedang menyelesaikan kunjungan mereka dari rumah ke rumah pada suatu hari Minggu ketika salah seorang dalam kelompok itu berkata, ”Saya ingin terus bekerja sebentar lagi. Entah apa yang membuat saya ingin pergi ke rumah itu.” Saudara yang memimpin kelompok itu menyarankan agar ia melakukannya lain kali saja, tetapi penyiar itu tetap juga pergi ke sana. Di rumah tersebut Saksi itu mendapati seorang wanita dengan air mata berlinang mengatakan bahwa ia baru saja berdoa meminta bantuan. Sebelumnya ia pernah dihubungi oleh Saksi-Saksi namun tidak menunjukkan minat kepada berita Alkitab. Akan tetapi, kematian suaminya yang mendadak telah membuatnya sadar bahwa ia membutuhkan bantuan rohani. Ia telah mencari Balai Kerajaan, tetapi sia-sia. Dengan sungguh-sungguh ia telah berdoa kepada Allah meminta bantuan, dan sekarang bantuan itu ada di depan pintunya. Tidak lama sesudah itu ia dibaptis. Ia yakin bahwa Allah telah mendengar doanya dan telah mengambil tindakan yang perlu sebagai jawaban.—Mzm. 65:3.
Seorang saudari Saksi Yehuwa berbangsa Jerman yang dahulu tinggal di New York membiasakan diri untuk berdoa kepada Allah memohon bimbingan-Nya seraya ia melakukan pelayanan. Ada seorang wanita yang berminat yang telah ia cari selama berminggu-minggu di suatu jalan karena ia tidak tahu tempat tinggal wanita ini. Lalu, pada suatu hari pada tahun 1987, seraya Saksi itu memulai pelayanannya, ia berdoa, ”Yehuwa, engkau tahu tempat ia berada. Tolong bantulah saya menemukannya.” Beberapa menit kemudian, ia melihat wanita itu duduk di sebuah restoran.
Apakah ini hanya suatu kebetulan? Alkitab berkata bahwa orang-orang Kristen sejati adalah ”kawan sekerja Allah” dan bahwa malaikat-malaikat diutus ”untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan”. (1 Kor. 3:9; Ibr. 1:14) Setelah Saksi itu menceritakan kepada wanita tersebut bagaimana ia dapat menemukannya, ia menerima undangan untuk duduk dan menyelidiki Alkitab lebih lanjut pada hari itu juga.
Menjangkau ’Daerah yang Sulit Dicapai’ Dengan Kabar Baik
Saksi-Saksi Yehuwa tekun dalam upaya mereka mencapai semua negeri dengan berita Kerajaan. Namun ini tidak sepenuhnya menjelaskan apa yang telah dilaksanakan. Mereka telah melihat berita Kerajaan menyebar ke daerah-daerah yang sebelumnya telah menolak segala upaya yang telah mereka rencanakan dengan cermat.
Misalnya, lebih dari satu kali selama tahun 1920-an dan 1930-an, imbauan-imbauan yang sungguh-sungguh telah diajukan kepada pejabat-pejabat pemerintah di negara yang dahulunya adalah Uni Soviet untuk memperoleh izin mengirim lektur Alkitab ke negeri tersebut atau mencetaknya di sana. Jawabannya pada waktu itu negatif. Ada beberapa Saksi-Saksi Yehuwa di Uni Soviet, tetapi lebih banyak bantuan dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan pengabaran yang menurut Firman Allah harus dilakukan. Apakah ada yang dapat dilakukan untuk memberikan bantuan tersebut?
Menarik sekali, pada akhir Perang Dunia II, bersama dengan banyak orang lain, lebih dari seribu Saksi-Saksi Yehuwa di wilayah yang dahulunya adalah Polandia bagian timur ternyata berada dalam wilayah Uni Soviet. Di kamp konsentrasi Ravensbrück, ratusan wanita muda berbangsa Rusia kemudian berkenalan dengan sesama tahanan yang adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Beberapa wanita ini membaktikan diri kepada Yehuwa selama waktu tersebut, dan belakangan mereka dikembalikan ke berbagai tempat di Uni Soviet. Ratusan lainnya juga ternyata menjadi penduduk Uni Soviet karena batas-batas nasional berubah selama perang. Hasilnya tidak seperti yang dibayangkan oleh pemerintah Soviet. Badan Pimpinan dari Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengaturnya. Namun hal ini memang mendukung terlaksananya sesuatu yang telah dinubuatkan oleh Firman Allah yang terilham. Ketika memberi komentar tentang perkembangan ini, The Watchtower berkata, ”Demikianlah dapat terlihat bagaimana, sesuai dengan pemeliharaan Tuhan, Ia dapat membangkitkan saksi-saksi di negeri mana pun, untuk menjunjung tinggi panji-panji kebenaran dan mengumumkan nama Yehuwa.”—Terbitan 1 Februari 1946.
Bukan satu negeri saja yang pernah mengatakan kepada Saksi-Saksi Yehuwa, ’Kalian tidak dapat masuk ke sini!’ atau, ’Kalian tidak boleh mengabar di sini’. Hal itu telah terjadi berulang kali di seluruh bumi, benar-benar di puluhan negeri, sering kali sebagai akibat dari tekanan para pemimpin agama kepada pejabat-pejabat pemerintah. Beberapa dari negeri-negeri ini belakangan memberikan status resmi kepada Saksi-Saksi Yehuwa. Namun bahkan sebelum hal itu terjadi, ibadat kepada Yehuwa, Pencipta surga dan bumi, telah dianut oleh ribuan orang di negeri-negeri itu. Bagaimana hal itu terlaksana?
Penjelasan yang sederhana sekali terdapat dalam Alkitab, yaitu, bahwa malaikat-malaikat Allah memainkan peranan penting dalam menyampaikan kepada orang-orang dari setiap bangsa imbauan yang mendesak, ”Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakimanNya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.”—Why. 14:6, 7.
Sukses Dalam Menghadapi Banyak Sekali Rintangan
Hal yang dihadapi oleh Saksi-Saksi Yehuwa di beberapa negeri bukanlah sekadar larangan yang dikenakan atas pelayanan umum mereka melainkan upaya-upaya untuk menghabisi mereka sama sekali.
Selama Perang Dunia I, suatu upaya terpadu dikerahkan oleh para pemimpin agama di Amerika Serikat dan Kanada untuk menghentikan pekerjaan Siswa-Siswa Alkitab, sebagaimana Saksi-Saksi Yehuwa dikenal pada waktu itu. Ini merupakan fakta yang diketahui oleh umum. Meskipun adanya jaminan hukum tentang kebebasan berbicara dan beragama, para pemimpin agama menekan pejabat-pejabat pemerintah agar melarang lektur Siswa-Siswa Alkitab. Banyak yang ditangkap dan ditahan tanpa uang jaminan; yang lainnya dipukuli dengan kejam. Para pejabat Lembaga Menara Pengawal dan rekan-rekan dekat mereka dijatuhi hukuman penjara yang panjang dalam proses pengadilan yang belakangan ternyata tidak sah. Ray Abrams dalam bukunya Preachers Present Arms mengatakan, ”Suatu analisis dari seluruh kasus menghasilkan kesimpulan bahwa gereja-gereja dan para pemimpin agama sejak semula berada di belakang gerakan untuk membasmi Russellites (para pengikut Russell),” yakni julukan hina yang diberikan oleh para pemimpin agama kepada Siswa-Siswa Alkitab. Namun seusai perang, Siswa-Siswa Alkitab tersebut dipenuhi dengan kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya untuk mengumumkan Raja dari Yehuwa, yakni Yesus Kristus, dan Kerajaannya. Dari mana datangnya kekuatan yang diperbarui tersebut? Alkitab telah menubuatkan kejadian demikian dan telah berkata bahwa hal itu akan terjadi sebagai hasil dari ”roh kehidupan dari Allah”.—Why. 11:7-11.
Sesudah kaum Nazi mulai berkuasa di Jerman, penganiayaan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa menghebat di negeri-negeri yang jatuh di bawah pengawasan Nazi. Terjadi penangkapan-penangkapan dan perlakuan yang bengis. Pelarangan-pelarangan dikenakan. Akhirnya, pada bulan Oktober 1934, sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh Jerman mengirim surat-surat tercatat kepada pemerintah yang dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai maksud-maksud politik melainkan bahwa mereka bertekad menaati Allah sebagai penguasa. Pada waktu yang sama, sidang-sidang Saksi-Saksi di seluruh dunia mengirimkan telegram sebagai dukungan kepada semua saudara Kristen mereka di Jerman.
Pada hari itu juga, tanggal 7 Oktober 1934, di kantor Dr. Wilhelm Frick, di Berlin, Adolf Hitler sambil mengacungkan kepalan tangannya menyatakan mengenai Saksi-Saksi Yehuwa, ”Kelompok ini akan dilenyapkan dari Jerman!” Ini bukan ancaman kosong. Di mana-mana dilakukan penangkapan. Menurut sebuah pemberitahuan rahasia dari Polisi Rahasia Negara di Prusia tanggal 24 Juni 1936, suatu ”Komando Gestapo khusus” dibentuk untuk berperang melawan Saksi-Saksi. Sesudah persiapan yang ekstensif, Gestapo melancarkan kampanye mereka untuk menangkap semua Saksi-Saksi Yehuwa dan setiap orang yang dicurigai sebagai Saksi. Selama serangan tersebut seluruh jaringan polisi dilibatkan, sehingga orang-orang yang melakukan kejahatan tidak ditindak.
Laporan-laporan menunjukkan bahwa akhirnya sekitar 6.262 Saksi berbangsa Jerman ditangkap. Karl Wittig, seorang mantan pejabat pemerintah Jerman yang juga ditawan di beberapa kamp konsentrasi, belakangan menulis, ”Tidak ada kelompok tawanan lain . . . yang menjadi sasaran sadisme para serdadu SS secara begitu rupa seperti halnya Siswa-Siswa Alkitab. Sadisme itu ditandai oleh serentetan penyiksaan fisik dan mental tanpa akhir, yang padanannya tidak dapat dilukiskan dengan istilah bahasa mana pun di dunia.”
Apa hasilnya? Dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1982, Christine King menyimpulkan, ”Hanya terhadap Saksi-Saksi [sebagai kontras dengan kelompok-kelompok agama lainnya] pemerintah tidak berhasil.” Hitler telah bersumpah untuk melenyapkan mereka, dan ratusan telah dibunuh. Meskipun demikian, Dr. King menyatakan, ”Pekerjaan [pengabaran tentang Kerajaan Allah] berlangsung terus dan pada bulan Mei 1945 gerakan Saksi-Saksi Yehuwa masih tetap hidup, sedangkan Sosialisme Nasional tidak.” Ia juga mengemukakan, ”Tidak ada kompromi yang dilakukan.” (The Nazi State and the New Religion: Five Case Studies in Non-Conformity) Mengapa Hitler, dengan bala tentaranya yang dipersenjatai lengkap, dengan polisi yang terlatih baik, dan banyak kamp pemusnahan, tidak berhasil melaksanakan ancamannya untuk membinasakan kelompok yang relatif kecil dan tidak bersenjata yang dianggap dunia sebagai orang-orang biasa? Mengapa bangsa-bangsa lain tidak berhasil menghentikan kegiatan mereka? Apa sebabnya, tidak hanya beberapa pribadi secara perorangan, tetapi Saksi-Saksi Yehuwa secara keseluruhan dapat tetap teguh meskipun menghadapi penganiayaan yang bengis?
Jawabannya terdapat dalam suatu nasihat bijaksana yang diberikan oleh Gamaliel, seorang guru Taurat, kepada rekan-rekan anggota Sanhedrin Yahudi ketika mereka berurusan dengan kasus serupa berkenaan rasul-rasul Yesus Kristus. Ia berkata, ”Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.”—Kis. 5:38,39.
Demikianlah fakta-fakta sejarah menunjukkan bahwa tugas yang kelihatannya tidak masuk akal yang diberikan oleh Yesus kepada para pengikutnya untuk dilaksanakan di bawah rintangan-rintangan yang tampaknya sangat banyak, sedang dilaksanakan bukan dengan keperkasaan manusia melainkan dengan roh Allah. Sebagaimana Yesus sendiri katakan dalam doa kepada Allah, ”Ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu.”—Mrk. 14:36.
[Blurb di hlm. 547]
”’Dengan rohKu,’ firman Yehuwa yang berbala tentara”
[Blurb di hlm. 548]
Apa yang menguatkan mereka untuk terus mengabar meskipun ada ejekan dan penganiayaan keji?
[Blurb di hlm. 549]
Bukti adanya bimbingan malaikat
[Blurb di hlm. 551]
’Tuhan dapat membangkitkan saksi-saksi di negeri mana pun’
[Blurb di hlm. 553]
Suatu umat terpadu yang terbukti teguh dalam iman di bawah rintangan-rintangan yang tampaknya sangat banyak