ROH
Kata Yunani pneuʹma (roh) berasal dari pneʹo, yang artinya ”bernapas atau mengembus”, dan kata Ibrani ruʹakh (roh) konon berasal dari kata dasar yang memiliki arti yang sama. Oleh karena itu, ruʹakh dan pneuʹma, pada dasarnya berarti ”napas” tetapi memiliki arti yang lebih luas daripada makna dasarnya ini. (Bdk. Hab 2:19; Pny 13:15.) Kedua kata itu juga bisa berarti angin; tenaga atau daya kehidupan dalam makhluk hidup; semangat seseorang; pribadi roh, termasuk Allah dan malaikat-malaikat-Nya; dan tenaga aktif, atau roh kudus Allah. (Bandingkan Lexicon in Veteris Testamenti Libros karya Koehler dan Baumgartner, Leiden, 1958, hlm. 877-879; Hebrew and English Lexicon of the Old Testament karya Brown, Driver, dan Briggs, 1980, hlm. 924-926; Theological Dictionary of the New Testament, diedit oleh G. Friedrich, diterjemahkan oleh G. Bromiley, 1971, Jil. VI, hlm. 332-451.) Semua arti ini mempunyai kesamaan: Semuanya menunjuk kepada sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata manusia dan yang memberikan bukti adanya tenaga yang bergerak. Tenaga yang tidak kasatmata tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang kelihatan.
Kata Ibrani yang lain, nesya·mahʹ (Kej 2:7), juga berarti ”napas”, tetapi lebih terbatas cakupan maknanya daripada ruʹakh. Kata Yunani pno·eʹ tampaknya memiliki makna serupa yang terbatas (Kis 17:25) dan digunakan oleh para penerjemah Septuaginta untuk mengalihbahasakan kata nesya·mahʹ.
Angin. Pertama-tama, perhatikan makna yang mungkin paling mudah dimengerti. Dalam banyak kasus, konteksnya memperlihatkan bahwa kata ruʹakh berarti ”angin”, seperti ”angin timur” (Kel 10:13), ”empat penjuru angin”. (Za 2:6) Beberapa hal yang disebutkan dalam konteksnya seperti awan, badai, sekam atau benda-benda sejenisnya yang ditiup angin sering kali membuat makna ini jelas. (Bil 11:31; 1Raj 18:45; 19:11; Ayb 21:18) Karena keempat penjuru angin digunakan untuk mengartikan keempat arah mata angin—timur, barat, utara, dan selatan—ruʹakh adakalanya bisa diterjemahkan sebagai ”arah” atau ”sisi”.—1Taw 9:24; Yer 49:36; 52:23; Yeh 42:16-20.
Ayub 41:15, 16 berbicara tentang sisik-sisik Lewiatan yang terpasang rapat sehingga ”bahkan udara [weruʹakh] tidak dapat masuk di antaranya”. Dalam ayat ini, ruʹakh kembali menggambarkan udara yang bergerak, bukan hanya udara dalam keadaan statis atau tidak bergerak. Jadi, ada gagasan tenaga yang tidak kelihatan sebagai karakteristik dasar kata Ibrani ruʹakh.
Satu-satunya ayat dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen yang menyebutkan pneuʹma dalam arti ”angin” terdapat di Yohanes 3:8.
Manusia tidak dapat mengendalikan angin; ia tidak dapat menuntun, mengarahkan, menahan, atau memilikinya. Oleh karena itu, ”angin [ruʹakh]” sering kali mengartikan sesuatu yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dicapai oleh manusia—ilusif, berubah-ubah, sia-sia, tidak memberi manfaat sejati. (Bdk. Ayb 6:26; 7:7; 8:2; 16:3; Ams 11:29; 27:15, 16; 30:4; Pkh 1:14, 17; 2:11; Yes 26:18; 41:29.) Untuk pembahasan yang lengkap mengenai aspek ini, lihat ANGIN.
Pribadi-Pribadi Roh. Allah tidak kelihatan oleh mata manusia (Kel 33:20; Yoh 1:18; 1Tim 1:17), dan Ia hidup serta menggunakan tenaga-Nya yang tak tertandingi di seluruh alam semesta. (2Kor 3:3; Yes 40:25-31) Kristus Yesus menyatakan, ”Allah adalah Roh [Pneuʹma].” Sang rasul menulis, ”Yehuwa adalah Roh.” (Yoh 4:24; 2Kor 3:17, 18) Bait yang dibangun di atas Kristus sebagai batu penjuru fondasinya ”menjadi tempat yang Allah diami dalam roh”.—Ef 2:22.
Tidak berarti bahwa Allah adalah tenaga yang bersifat nonpribadi, tidak bertubuh, seperti angin. Alkitab jelas-jelas memberi kesaksian tentang kepribadian-Nya; Ia juga mendiami suatu tempat sehingga Kristus dapat berbicara tentang ’pergi kepada Bapaknya’, agar ia dapat ”menghadap pribadi Allah [harfiah, ”muka Allah”] bagi kita”.—Yoh 16:28; Ibr 9:24; bdk. 1Raj 8:43; Mz 11:4; 113:5, 6; lihat YEHUWA (Pribadi yang Diidentifikasi oleh Nama Itu).
Ungkapan ”rohku” (ru·khiʹ) yang digunakan oleh Allah di Kejadian 6:3 bisa berarti ”aku, roh itu”, sebagaimana Ia menggunakan kata ”jiwaku” (naf·syiʹ) yang memiliki makna ”aku, pribadi itu”, atau ”pribadiku”. (Yes 1:14; lihat JIWA [Allah Memiliki Jiwa].) Dengan demikian, Ia mengontraskan posisi surgawi-Nya sebagai pribadi roh dengan posisi bumiah manusia, dalam daging.
Putra Allah. ’Putra Allah satu-satunya yang diperanakkan’, Firman itu, adalah pribadi roh yang sama seperti Bapaknya, dengan demikian ia ”ada dalam wujud Allah” (Flp 2:5-8), tetapi belakangan ”menjadi manusia”, diam di antara umat manusia sebagai manusia Yesus. (Yoh 1:1, 14) Pada waktu menyelesaikan kehidupannya di bumi, ia ”dibunuh sebagai manusia, tetapi dihidupkan sebagai roh”. (1Ptr 3:18) Bapaknya membangkitkannya, mengabulkan permohonan Putra-Nya untuk dimuliakan di sisi sang Bapak dengan kemuliaan yang dimilikinya sebelum ia menjadi manusia (Yoh 17:4, 5), dan Allah menjadikannya ”roh yang memberikan kehidupan”. (1Kor 15:45) Jadi, sang Putra kembali menjadi tidak kelihatan oleh mata manusia, tinggal ”dalam terang yang tidak terhampiri, yang tidak pernah dilihat atau dapat dilihat oleh seorang pun”.—1Tim 6:14-16.
Makhluk-makhluk roh lainnya. Di sejumlah ayat, para malaikat disebutkan dengan istilah ruʹakh dan pneuʹma. (1Raj 22:21, 22; Yeh 3:12, 14; 8:3; 11:1, 24; 43:5; Kis 23:8, 9; 1Ptr 3:19, 20) Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, penggunaan pneuʹma kebanyakan ditujukan kepada makhluk-makhluk roh yang fasik, hantu-hantu.—Mat 8:16; 10:1; 12:43-45; Mrk 1:23-27; 3:11, 12, 30.
Mazmur 104:4 menyatakan bahwa Allah membuat ”malaikat-malaikatnya menjadi roh, pelayan-pelayannya menjadi api yang melalap”. Beberapa terjemahan mengalihbahasakannya, ”Yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu”, atau mirip dengan itu. (TB, RS, JP, AT, JB) Terjemahan demikian untuk teks Ibrani itu bisa juga diterima (bdk. Mz 148:8); tetapi sewaktu rasul Paulus mengutip ayat itu (Ibr 1:7), kata-katanya sesuai dengan yang terdapat dalam Septuaginta Yunani dan selaras dengan terjemahan yang pertama di atas. (Dalam teks Yunani untuk Ibrani 1:7, kata sandang tentu [tous] digunakan di depan ’malaikat-malaikat’, bukan di depan ”roh [pneuʹma·ta]”, yang menunjukkan bahwa topik yang sedang dibicarakan adalah malaikat-malaikat.) Menurut Barnes’ Notes on the New Testament (1974), ”Dapat dimengerti bahwa [Paulus], yang telah dilatih dalam pengetahuan bahasa Ibrani, mempunyai kemungkinan yang lebih besar daripada kita untuk mengetahui struktur kalimatnya [menunjuk ke Mazmur 104:4] yang benar; dan tanpa ragu-ragu ia akan menggunakannya dalam sebuah argumen sebagaimana yang biasanya dimengerti oleh para penerima suratnya—yaitu, orang-orang yang mengenal baik bahasa dan sastra Ibrani.”—Bdk. Ibr 1:14.
Malaikat-malaikat Allah, sekalipun dapat menjelma dalam bentuk manusia dan menampakkan diri kepada manusia, secara alami tidak berwujud materi atau daging, oleh karena itu tidak kasatmata. Mereka hidup dengan aktif dan dapat mengerahkan tenaga yang sangat besar, dan karena itu dapat digambarkan dengan tepat oleh istilah ruʹakh dan pneuʹma.
Efesus 6:12 menyebutkan tentang pergulatan orang Kristen, ”bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan kalangan berwenang, melawan para penguasa dunia dari kegelapan ini, melawan kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat surgawi”. Bagian akhir dari ayat ini dalam bahasa Yunani secara harfiah berbunyi, ”Melawan (hal-hal) yang bersifat roh [Yn., pneu·ma·ti·kaʹ] yang fasik di [tempat-tempat] surgawi.” Kebanyakan terjemahan modern mengakui bahwa yang disebutkan di sini bukanlah sekadar sesuatu yang abstrak, ”kefasikan rohani” (KJ), tetapi memaksudkan kefasikan yang dilakukan oleh pribadi-pribadi roh. Jadi, kita mendapati adanya terjemahan-terjemahan sebagai berikut: ”roh-roh jahat di udara” (TB), ”kekuatan roh-roh jahat yang menguasai ruang angkasa” (BIS), ”bala tentara roh jahat di langit” (JB), ”kekuatan jahat adimanusiawi di langit” (NE).
Tenaga Aktif Allah; Roh Kudus. Pemunculan ruʹakh dan pneuʹma jauh lebih banyak kaitannya dengan roh Allah, tenaga aktif-Nya, roh kudus-Nya.
Bukan suatu pribadi. Baru pada abad keempat M ajaran bahwa roh kudus adalah suatu pribadi dan adalah bagian dari ”Keilahian” menjadi dogma resmi gereja. ”Bapak-bapak” gereja masa awal tidak mengajarkannya demikian; Yustin Martyr dari abad kedua M mengajarkan bahwa roh kudus adalah ’pengaruh atau cara bekerja Ilahi’; demikian pula, Hipolitus tidak menyebutkan adanya kepribadian dalam roh kudus. Ayat-ayat dalam Alkitab selaras dalam memperlihatkan bahwa roh kudus Allah bukan suatu pribadi melainkan tenaga aktif Allah yang dengannya Ia mencapai maksud-tujuan-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya.
Pertama-tama mungkin dapat diperhatikan bahwa kata-kata ”di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” (TB, KJ) yang terdapat dalam terjemahan-terjemahan lama 1 Yohanes 5:7 merupakan tambahan yang palsu pada teks yang asli. Catatan kaki dalam The Jerusalem Bible, sebuah terjemahan Katolik, mengatakan bahwa kata-kata itu ”tidak terdapat dalam MSS [manuskrip-manuskrip] Yunani yang mula-mula mana pun, atau dalam terjemahan-terjemahan awal mana pun, atau bahkan dalam MSS Vulg[ata] yang terbaik”. A Textual Commentary on the Greek New Testament, karya Bruce Metzger (1975, hlm. 716-718), menelusuri secara terperinci sejarah teks palsu tersebut. Dikatakan bahwa teks itu mula-mula ditemukan dalam karya tulis yang berjudul Liber Apologeticus, dari abad keempat, dan bahwa teks itu muncul dalam naskah Tulisan-Tulisan Kudus Latin Kuno dan Vulgata, sejak abad keenam. Terjemahan-terjemahan modern pada umumnya, baik Katolik maupun Protestan, tidak menyertakan teks itu sebagai bagian utama ayat tersebut, dan ada yang memasukkannya dalam kurung, karena mengetahui bahwa teks itu palsu.—BIS, RS, NE, NAB.
Personifikasi tidak membuktikan adanya kepribadian. Memang benar, Yesus berbicara tentang roh kudus sebagai ”penolong” dan mengatakan bahwa penolong tersebut ’mengajar’, ”memberikan kesaksian”, ”memberikan bukti”, ”menuntun”, ”berbicara”, ’mendengar’, dan ”menerima”. Teks Yunani aslinya memperlihatkan bahwa dalam melakukan hal itu, Yesus kadang-kadang menggunakan kata ganti orang maskulin untuk kata ”penolong” tersebut. (Bdk. Yoh 14:16, 17, 26; 15:26; 16:7-15.) Namun, bukanlah hal yang tidak lazim apabila Alkitab mempersonifikasikan sesuatu yang sebenarnya bukan pribadi. Hikmat dipersonifikasikan dalam buku Amsal (1:20-33; 8:1-36); dan untuk kata itu digunakan bentuk-bentuk kata ganti feminin dalam bahasa Ibrani aslinya, sebagaimana pula dalam banyak terjemahan bahasa Inggris. (KJ, RS, JP, AT) Hikmat juga dipersonifikasikan di Matius 11:19 dan Lukas 7:35, dan dalam ayat-ayat ini hikmat digambarkan menghasilkan ’perbuatan’ dan mempunyai ’anak’. Rasul Paulus mempersonifikasikan dosa serta kematian dan juga kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh sebagai ”raja”. (Rm 5:14, 17, 21; 6:12) Ia mengatakan bahwa dosa ”menerima dorongan”, ’menghasilkan keinginan akan milik orang lain’, ”memikat”, dan ”membunuh”. (Rm 7:8-11) Namun, jelas bahwa Paulus tidak memaksudkan bahwa dosa benar-benar suatu pribadi.
Jadi, demikian pula dengan catatan Yohanes tentang kata-kata Yesus mengenai roh kudus; konteksnya harus dipertimbangkan. Yesus mempersonifikasikan roh kudus ketika menyebut roh itu sebagai ”penolong” (yang dalam bahasa Yunani adalah nominal maskulin pa·raʹkle·tos). Dengan demikian, Yohanes secara tepat menggunakan kata ganti orang maskulin sewaktu ia menyampaikan kata-kata Yesus yang menyebutkan fungsi roh itu sebagai ”penolong”. Namun, dalam konteks yang sama, apabila kata Yunani pneuʹma digunakan, Yohanes memakai kata ganti netral untuk memaksudkan roh kudus, karena pneuʹma sendiri berjenis netral. Jadi, fakta bahwa Yohanes menggunakan kata ganti orang maskulin untuk pa·raʹkle·tos adalah sebuah contoh keterpautan pada peraturan tata bahasa, bukan suatu pernyataan doktrin.—Yoh 14:16, 17; 16:7, 8.
Tidak diidentifikasi sebagai pribadi. Karena Allah sendiri adalah Roh dan kudus dan karena semua putra-Nya, yaitu para malaikat yang setia, adalah roh dan kudus, jelaslah bahwa seandainya ”roh kudus” adalah suatu pribadi, masuk akal jika Alkitab dengan satu atau lain cara akan mengidentifikasinya sebagai pribadi roh dan membedakannya dengan semua ’pribadi roh’ lainnya yang kudus, yang disebutkan di atas. Diharapkan bahwa setidaknya, setiap kali roh kudus tidak disebutkan sebagai ”roh kudus Allah”, atau tidak dimodifikasi dengan ungkapan yang serupa, ada kata sandang tentu di depannya, yang setidaknya akan menandainya sebagai Roh Kudus ITU. Akan tetapi, sebaliknya, dalam sebagian besar kasus pada teks aslinya, yakni teks Yunani, istilah ”roh kudus” muncul tanpa kata sandang, dengan demikian menunjukkan bahwa roh kudus bukan suatu pribadi.—Bdk. Kis 6:3, 5; 7:55; 8:15, 17, 19; 9:17; 11:24; 13:9, 52; 19:2; Rm 9:1; 14:17; 15:13, 16, 19; 1Kor 12:3; Ibr 2:4; 6:4; 2Ptr 1:21; Yud 20, Int dan terjemahan interlinear (baris demi baris) lainnya.
Bagaimana dibaptis dengan ”nama”-nya. Di Matius 28:19 disebutkan ”nama Bapak dan Putra dan roh kudus”. ”Nama” tidak selalu berarti nama diri. Dalam bahasa Indonesia, apabila kita mengatakan ”atas nama hukum”, kita tidak memaksudkan orang yang bernama demikian. ”Nama” dalam ungkapan ini berarti ’apa yang diwakili hukum atau wewenangnya’. Kata Yunani untuk ”nama” (oʹno·ma) juga bisa mempunyai arti seperti itu. Jadi, beberapa terjemahan (KJ, AS) memang mengikuti teks Yunani di Matius 10:41 kata per kata dan mengatakan bahwa orang yang ”menerima seorang nabi dengan nama seorang nabi, akan menerima upah nabi; dan ia yang menerima orang yang adil-benar dengan nama orang yang adil-benar, akan menerima upah orang yang adil-benar”, tetapi terjemahan yang lebih modern mengatakan, ”menerima seorang nabi oleh karena dia adalah nabi” dan ”menerima orang yang adil-benar oleh karena dia adalah orang yang adil-benar”, atau yang serupa dengan itu. (RS, AT, JB, NW) Jadi, Word Pictures in the New Testament karya Robertson (1930, Jil. I, hlm. 245) mengatakan tentang Matius 28:19, ”Penggunaan nama (onoma) dalam ayat ini adalah penggunaan yang lazim dalam Septuaginta dan papirus untuk kuasa atau wewenang.” Jadi, pembaptisan ’dengan nama roh kudus’ menyiratkan pengakuan bahwa roh itu berasal dari Allah dan menjalankan fungsinya menurut kehendak ilahi.
Bukti lain tentang sifatnya yang nonpribadi. Bukti lain yang menyangkal gagasan bahwa roh kudus adalah suatu pribadi adalah caranya istilah itu digunakan dalam hubungannya dengan hal-hal lain yang nonpribadi, seperti air dan api (Mat 3:11; Mrk 1:8); dan, orang-orang Kristen dikatakan dibaptis ”dengan roh kudus”. (Kis 1:5; 11:16) Orang-orang didesak agar menjadi ”penuh dengan roh”, dan bukan dengan anggur. (Ef 5:18) Selain itu, orang-orang dikatakan ’dipenuhi’ dengan roh kudus serta atribut-atribut lain seperti hikmat dan iman (Kis 6:3, 5; 11:24) atau sukacita (Kis 13:52); dan roh kudus disisipkan di antara sejumlah atribut seperti itu di 2 Korintus 6:6. Seandainya roh kudus adalah suatu pribadi ilahi, tidak mungkin ada pernyataan-pernyataan seperti itu. Sehubungan dengan roh itu ”memberikan kesaksian” (Kis 5:32; 20:23), patut diperhatikan bahwa hal yang sama juga dikatakan tentang air dan darah di 1 Yohanes 5:6-8. Beberapa ayat memang menyebutkan bahwa roh itu ”memberikan kesaksian”, ’berbicara’, atau ”mengatakan” hal-hal tertentu, tetapi ayat-ayat lain menerangkan bahwa roh itu berbicara melalui pribadi-pribadi, karena tidak mempunyai suara sendiri. (Bdk. Ibr 3:7; 10:15-17; Mz 95:7; Yer 31:33, 34; Kis 19:2-6; 21:4; 28:25.) Jadi, roh itu dapat diumpamakan sebagai gelombang radio yang dapat mengirimkan berita dari seorang yang berbicara melalui mikrofon dan membuat suaranya terdengar oleh orang-orang yang berada di tempat yang jauh. Sebenarnya, gelombang radio ini ’berbicara’ atau menyampaikan berita itu melalui pengeras suara radio. Melalui roh kudus-Nya, Allah mengirimkan berita-berita-Nya dan mengkomunikasikan kehendak-Nya ke dalam pikiran dan hati hamba-hamba-Nya di bumi, yang kemudian menyampaikan berita tersebut kepada orang-orang lain lagi.
Dibedakan dari ”kuasa” atau ”kekuatan”. Jadi, apabila ruʹakh dan pneuʹma dikaitkan dengan roh kudus Allah, yang dimaksud adalah tenaga aktif Allah yang tidak kelihatan yang Ia gunakan untuk melaksanakan maksud-tujuan dan kehendak-Nya. Roh itu dikatakan ”kudus” karena berasal dari Dia, bukan dari sumber bumiah, dan sebagai ”roh kekudusan”, roh itu bebas dari semua kecemaran. (Rm 1:4) Roh kudus bukanlah ”kuasa” atau ”kekuatan” Yehuwa, karena kata-kata bahasa Indonesia ini lebih tepat digunakan untuk menerjemahkan kata-kata lain dalam bahasa aslinya (Ibr., koʹakh; Yn., dyʹna·mis). Ruʹakh dan pneuʹma dikaitkan atau bahkan disejajarkan dengan kata-kata yang mengandung arti ”kuasa” atau ”kekuatan”, yang memperlihatkan bahwa ada hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara kata-kata tersebut, tetapi tetap ada perbedaan yang pasti. (Mi 3:8; Za 4:6; Luk 1:17, 35; Kis 10:38) Pada dasarnya ”kuasa” atau ”kekuatan” adalah kesanggupan atau kapasitas untuk bertindak atau melakukan banyak hal dan bisa laten, tidak aktif, atau ada dalam diri seseorang atau sesuatu secara tidak aktif. Namun, ”tenaga” secara lebih spesifik menggambarkan energi yang diproyeksikan dan dikerahkan atas orang atau benda, dan bisa didefinisikan sebagai ”suatu pengaruh yang menghasilkan atau cenderung menghasilkan gerakan, atau perubahan gerak”. ”Kuasa” atau ”kekuatan” dapat diumpamakan sebagai tenaga yang tersimpan dalam baterai, sedangkan ”tenaga” dapat dibandingkan dengan arus listrik yang mengalir dari baterai tersebut. Dengan demikian, ”tenaga” memberikan gambaran yang lebih saksama tentang makna istilah Ibrani dan Yunani yang berkaitan dengan roh Allah, dan hal ini diteguhkan dengan merenungkan ayat-ayat dalam Alkitab.
Digunakan dalam Penciptaan. Allah Yehuwa menyelesaikan penciptaan alam semesta fisik melalui roh, atau tenaga aktif-Nya. Sehubungan dengan planet Bumi pada tahap-tahap pembentukan awalnya, menurut catatan, ”tenaga aktif [atau ”roh” (ruʹakh)] Allah bergerak ke sana kemari di atas permukaan air”. (Kej 1:2) Mazmur 33:6 mengatakan, ”Oleh firman Yehuwa langit dibuat, dan oleh roh dari mulutnya seluruh bala tentara langit.” Bagaikan embusan napas yang kuat, roh Allah dapat dikirimkan untuk mengerahkan kuasanya atas sesuatu, sekalipun tidak ada kontak fisik dengan materi yang menerima tindakan tersebut. (Bdk. Kel 15:8, 10.) Seorang pengrajin menggunakan tenaga tangan dan jari-jarinya untuk menghasilkan sesuatu, sedangkan Allah menggunakan roh-Nya. Oleh karena itu, roh tersebut juga disebut sebagai ’tangan’ atau ’jari’ Allah.—Bdk. Mz 8:3; 19:1; Mat 12:28 dengan Luk 11:20.
Dalam sains modern, materi dianggap sebagai energi yang terorganisasi, seperti paket-paket energi, dan diakui bahwa ”materi dapat diubah menjadi energi dan energi menjadi materi”. (The World Book Encyclopedia, 1987, Jil. 13, hlm. 246) Kebesaran alam semesta yang sejauh ini bisa diamati oleh manusia melalui teleskopnya memberikan sekelumit konsep tentang sumber energi yang tak terbatas dalam diri Allah Yehuwa. Sebagaimana yang ditulis oleh sang nabi, ”Siapa yang telah mengukur roh Yehuwa?”—Yes 40:12, 13, 25, 26.
Sumber semua yang bernyawa, kemampuan reproduksi. Bukan hanya ciptaan yang tak bernyawa melainkan juga semua yang bernyawa ada dan hidup karena bekerjanya roh Yehuwa yang menghasilkan berbagai makhluk hidup yang mula-mula, yang kemudian menurunkan semua makhluk hidup yang ada dewasa ini. (Bdk. Ayb 33:4; lihat bagian dalam artikel ini yang berjudul ”Napas; Napas Kehidupan; Daya Kehidupan”.) Yehuwa menggunakan roh kudus-Nya untuk menghidupkan kembali kemampuan reproduksi Abraham dan Sara, dan karena itu Ishak dapat dikatakan ”lahir menurut roh”. (Gal 4:28, 29) Melalui roh-Nya Allah juga memindahkan kehidupan Putra-Nya dari surga ke bumi, dengan membuat perawan Yahudi, Maria, mengandung.—Mat 1:18, 20; Luk 1:35.
Roh Digunakan demi Hamba-Hamba Allah. Kegiatan utama roh Allah melibatkan kesanggupannya untuk memberikan keterangan, pencerahan, penyingkapan. Karena itu Daud dapat berdoa, ”Ajarlah aku melakukan kehendakmu, karena engkaulah Allahku. Rohmu itu baik; kiranya itu menuntun aku di negeri kelurusan hati.” (Mz 143:10) Jauh sebelumnya, Yusuf menafsirkan mimpi-mimpi Firaun yang mengandung nubuat; hal itu dapat ia lakukan dengan bantuan Allah. Penguasa Mesir itu mengakui bekerjanya roh Allah dalam diri Yusuf. (Kej 41:16, 25-39) Kuasa roh itu dalam memberikan pencerahan khususnya tampak jelas sehubungan dengan nubuat. Nubuat, sebagaimana diperlihatkan sang rasul, tidak muncul dari penafsiran manusia tentang berbagai keadaan dan peristiwa; nubuat bukanlah hasil kesanggupan bawaan nabi-nabi untuk menjelaskan makna dan pentingnya hal-hal tersebut atau untuk mengumumkan di muka peristiwa-peristiwa yang akan datang. Namun sebaliknya, orang-orang itu ”dibimbing oleh roh kudus”—dituntun, digerakkan, dan dibimbing oleh tenaga aktif Allah. (2Ptr 1:20, 21; 2Sam 23:2; Za 7:12; Luk 1:67; 2:25-35; Kis 1:16; 28:25; lihat NABI; NUBUAT.) Demikian pula, segenap Tulisan Kudus yang terilham ”diilhamkan Allah”, ungkapan yang adalah terjemahan dari kata Yunani the·oʹpneu·stos, yang secara harfiah berarti ”dinapaskan oleh Allah”. (2Tim 3:16) Roh itu bekerja dengan berbagai cara untuk berkomunikasi dengan pria-pria itu dan membimbing mereka, dalam kasus-kasus tertentu menyebabkan mereka mendapat penglihatan atau mimpi (Yeh 37:1; Yl 2:28, 29; Pny 4:1, 2; 17:3; 21:10), tetapi dalam semua kasus, roh itu bekerja atas pikiran dan hati mereka untuk memotivasi dan membimbing mereka selaras dengan maksud-tujuan Allah.—Dan 7:1; Kis 16:9, 10; Pny 1:10, 11; lihat ILHAM.
Dengan demikian, roh Allah tidak hanya menyingkapkan dan memberikan pengertian tentang kehendak Allah tetapi juga memberi hamba-hamba Allah energi untuk melaksanakan hal-hal selaras dengan kehendak itu. Roh itu bertindak sebagai tenaga penggerak yang memotivasi dan mendorong mereka, seperti yang Markus katakan, roh itu ’mendorong’ Yesus untuk pergi ke padang belantara setelah pembaptisannya. (Mrk 1:12; bdk. Luk 4:1.) Roh itu bisa menjadi seperti ”api” dalam diri mereka, menjadikan mereka ”berkobar” dengan tenaga itu (1Tes 5:19; Kis 18:25; Rm 12:11), bagaikan ’tekanan uap’, roh itu memberi mereka tenaga untuk melakukan pekerjaan tertentu. (Bdk. Ayb 32:8, 18-20; 2Tim 1:6, 7.) Mereka menerima ”kuasa roh”, atau ”kuasa melalui rohnya”. (Luk 2:27; Ef 3:16; bdk. Mi 3:8.) Namun, hal ini bukan sekadar dorongan buta di luar kemauan mereka, karena pikiran serta hati mereka juga dipengaruhi sehingga mereka dapat secara rasional bekerja sama dengan tenaga aktif yang diberikan kepada mereka. Jadi, sang rasul dapat mengatakan tentang orang-orang yang telah menerima karunia bernubuat di sidang Kristen bahwa ”karunia-karunia roh dari nabi-nabi harus dikendalikan oleh nabi-nabi”, sehingga ketertiban dapat terpelihara.—1Kor 14:31-33.
Beragam kegiatan. Sebagaimana arus listrik dapat digunakan untuk melaksanakan banyak jenis pekerjaan, demikian pula roh Allah digunakan untuk memberikan tugas dan memungkinkan orang-orang melakukan berbagai hal. (Yes 48:16; 61:1-3) Tentang karunia-karunia roh yang bersifat mukjizat pada zamannya, Paulus menulis, ”Ada berbagai karunia, tetapi roh yang sama; dan ada berbagai pelayanan, tetapi Tuan yang sama; dan ada berbagai kegiatan, tetapi Allah yang samalah yang melaksanakan semua bentuk kegiatan itu dalam diri semua orang. Akan tetapi, manifestasi roh itu diberikan kepada masing-masing untuk tujuan yang bermanfaat.”—1Kor 12:4-7.
Roh itu mempunyai tenaga atau kapasitas yang membuat orang cakap melakukan suatu pekerjaan atau tugas. Sekalipun Bezalel dan Oholiab mungkin memiliki pengetahuan untuk membuat barang-barang dari logam dan kayu sebelum mereka dilantik untuk membuat perkakas tabernakel dan pakaian imam, roh Allah ’memenuhi mereka dengan hikmat, pengertian, dan pengetahuan’ sehingga pekerjaan dapat dilakukan menurut cara yang dikehendaki. Roh itu meningkatkan kesanggupan bawaan dan pengetahuan apa pun yang telah mereka miliki, dan memungkinkan mereka mengajar orang-orang lain. (Kel 31:1-11; 35:30-35) Belakangan, rancangan arsitektur untuk bait diberikan kepada Daud melalui ilham, yaitu melalui bekerjanya roh Allah, sehingga Daud dapat melakukan pekerjaan persiapan yang ekstensif untuk proyek tersebut.—1Taw 28:12.
Roh Allah bekerja atas Musa dan melalui dia untuk bernubuat dan melakukan mukjizat-mukjizat, dan juga untuk memimpin bangsa Israel dan bertindak sebagai hakim bagi mereka, dan dengan demikian menggambarkan peranan Kristus Yesus di masa depan. (Yes 63:11-13; Kis 3:20-23) Akan tetapi, sebagai manusia yang tidak sempurna Musa merasa tanggung jawabnya berat, lalu Allah ’mengambil sebagian dari roh yang ada pada Musa dan menaruhnya ke atas 70 tua-tua’ agar mereka dapat membantu Musa memikul tanggungan tersebut. (Bil 11:11-17, 24-30) Roh itu juga bekerja dalam diri Daud sejak ia diurapi oleh Samuel, membimbing dan mempersiapkan dia untuk menjadi raja di kemudian hari.—1Sam 16:13.
Sebagai pengganti Musa, Yosua menjadi ”penuh dengan roh hikmat”. Tetapi kesanggupan untuk bernubuat dan melakukan mukjizat yang dihasilkan roh itu dalam diri Yosua tidak sebanyak yang dihasilkan dalam diri Musa. (Ul 34:9-12) Namun, roh ini memungkinkan Yosua memimpin Israel dalam kampanye militer yang akhirnya menaklukkan Kanaan. Dengan cara serupa, roh Yehuwa ”meliputi” orang-orang lain, ”menggerakkan” mereka untuk menjadi pejuang demi umat Allah, di antaranya Otniel, Gideon, Yefta, dan Simson.—Hak 3:9, 10; 6:34; 11:29; 13:24, 25; 14:5, 6, 19; 15:14.
Roh Allah menggerakkan orang-orang untuk menyampaikan berita kebenaran-Nya dengan berani dan tabah di hadapan para penentang dan dengan mempertaruhkan kehidupan mereka sendiri.—Mi 3:8.
Roh-Nya yang ’dicurahkan’ ke atas umat-Nya merupakan bukti perkenan-Nya, dan hal itu mendatangkan berkat dan membuat mereka sejahtera.—Yeh 39:29; Yes 44:3, 4.
Menghakimi dan melaksanakan hukuman. Melalui roh-Nya Allah menjalankan penghakiman atas manusia dan bangsa-bangsa; Ia juga melaksanakan keputusan-keputusan hukum-Nya—menghukum atau membinasakan. (Yes 30:27, 28; 59:18, 19) Dalam perkara-perkara seperti itu, ruʹakh mungkin cocok diterjemahkan ”embusan” atau ’tiupan’ seperti pada waktu Yehuwa berfirman bahwa Ia akan menyebabkan ”badai bertiup [ruʹakh] dengan keras” dalam kemurkaan-Nya. (Yeh 13:11, 13; bdk. Yes 25:4; 27:8.) Roh Allah dapat menjangkau segala tempat, bertindak untuk membela atau melawan orang-orang yang menjadi sasaran perhatian-Nya.—Mz 139:7-12.
Di Penyingkapan 1:4 ”ketujuh roh” Allah disebutkan berada di hadapan takhta-Nya, dan setelah itu tujuh pesan disampaikan, masing-masing diakhiri dengan pengingat untuk ”mendengar apa yang dikatakan roh kepada sidang-sidang jemaat”. (Pny 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22) Pesan-pesan tersebut berisi pernyataan-pernyataan penghakiman yang menyelidiki hati dan janji-janji tentang pemberian upah kesetiaan. Putra Allah diperlihatkan memiliki ”ketujuh roh Allah” itu (Pny 3:1), yang disebut sebagai ”tujuh pelita api” (Pny 4:5), dan juga sebagai tujuh mata anak domba yang disembelih, yang ”matanya berarti ketujuh roh Allah yang telah dikirim ke seluruh bumi”. (Pny 5:6) Dalam ayat-ayat lain yang berisi nubuat, angka tujuh digunakan untuk menggambarkan kelengkapan (lihat ANGKA; BILANGAN), maka tampaknya ketujuh roh itu melambangkan kesanggupan yang digunakan secara aktif dan sepenuhnya oleh Yesus Kristus yang sudah dimuliakan, yaitu Anak Domba Allah, untuk mengamati, memahami, atau mendeteksi, yang memungkinkan dia untuk memeriksa seluruh bumi.
Firman Allah adalah ”pedang” roh (Ef 6:17), yang menyingkapkan pribadi seseorang yang sebenarnya, memperlihatkan sifat-sifat yang tersembunyi atau sikap hati dan membuat dia melembutkan hatinya serta menyelaraskan diri dengan kehendak Allah yang dinyatakan oleh Firman itu atau membuat dia mengeraskan hatinya dengan memberontak. (Bdk. Ibr 4:11-13; Yes 6:9, 10; 66:2, 5.) Oleh karena itu, Firman Allah memainkan peranan yang sangat besar dalam memprediksi penghukuman, dan karena firman atau pesan Allah harus dilaksanakan, penggenapan firman-Nya menghasilkan tindakan seperti api yang melalap jerami dan seperti palu penempa yang menghancurkan tebing. (Yer 23:28, 29) Kristus Yesus, sebagai Juru Bicara utama Allah, sebagai ”Firman Allah”, mengumumkan berita penghukuman ilahi dan diberi wewenang untuk memerintahkan pelaksanaan penghukuman tersebut atas orang-orang yang dihakimi. Pasti, inilah yang dimaksudkan oleh pernyataan-pernyataan bahwa ia menyingkirkan musuh-musuh Allah ”dengan roh [tenaga penggerak] dari mulutnya”.—Bdk. 2Tes 2:8; Yes 11:3, 4; Pny 19:13-16, 21.
Roh Allah bertindak sebagai ”penolong” bagi sidang jemaat. Sebagaimana telah Yesus janjikan, pada waktu naik ke surga, ia memohonkan roh kudus, atau tenaga aktif Allah, kepada Bapaknya, dan ia dikaruniai wewenang untuk menggunakan roh itu. Ia ’mencurahkannya’ ke atas murid-muridnya yang setia pada hari Pentakosta, dan sejak itu terus melakukan hal itu bagi orang-orang yang berpaling kepada Allah melalui Putra-Nya. (Yoh 14:16, 17, 26; 15:26; 16:7; Kis 1:4, 5; 2:1-4, 14-18, 32, 33, 38) Sebagaimana mereka telah dibaptis di dalam air, kini mereka semua ”dibaptis menjadi satu tubuh” oleh roh yang satu itu, seolah-olah dibenamkan ke dalamnya, hampir seperti sebatang besi yang dapat dibenamkan ke dalam medan magnet dan dengan demikian diliputi oleh tenaga magnetik. (1Kor 12:12, 13; bdk. Mrk 1:8; Kis 1:5.) Meskipun sebelumnya roh Allah pernah bekerja atas para murid, sebagaimana terbukti dari kesanggupan mereka untuk mengusir hantu-hantu (bdk. Mat 12:28; Mrk 3:14, 15), roh itu kini bekerja atas mereka dengan lebih kuat serta lebih ekstensif dan dengan cara-cara baru yang tidak pernah dialami sebelumnya.—Bdk. Yoh 7:39.
Sebagai Raja Mesianik, Kristus Yesus memiliki ”roh hikmat dan roh pengertian, roh nasihat dan roh keperkasaan, roh pengetahuan dan roh takut akan Yehuwa”. (Yes 11:1, 2; 42:1-4; Mat 12:18-21) Kekuatan yang menghasilkan keadilbenaran ini nyata sewaktu ia menggunakan tenaga aktif, atau roh, Allah untuk membimbing sidang Kristen di bumi, yang Kepala, Pemilik, dan Tuannya adalah Yesus, melalui pelantikan oleh Allah. (Kol 1:18; Yud 4) Sebagai ”penolong”, roh itu kini memberi mereka lebih banyak pengertian tentang kehendak serta maksud-tujuan Allah dan menyingkapkan Firman nubuat Allah kepada mereka. (1Kor 2:10-16; Kol 1:9, 10; Ibr 9:8-10) Mereka digerakkan untuk melayani sebagai saksi-saksi di seluruh bumi (Luk 24:49; Kis 1:8; Ef 3:5, 6); mereka diberi ’karunia roh’ yang bersifat mukjizat, yang memungkinkan mereka untuk berbicara dalam bahasa-bahasa asing, bernubuat, menyembuhkan, dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang akan membantu mereka dalam pemberitaan kabar baik maupun menjadi bukti bahwa mereka mendapat tugas dan dukungan ilahi.—Rm 15:18, 19; 1Kor 12:4-11; 14:1, 2, 12-16; bdk. Yes 59:21; lihat KARUNIA DARI ALLAH (Karunia Roh).
Sebagai Pengawas sidang, Yesus menggunakan roh itu untuk fungsi administratif—pembimbing dalam pemilihan pria-pria untuk misi-misi khusus dan untuk melayani dalam pengawasan, pengajaran, dan ”penyesuaian kembali” sidang. (Kis 13:2-4; 20:28; Ef 4:11, 12) Ia menggerakkan mereka, dan juga membatasi mereka, menunjukkan ke mana mereka harus mengerahkan upaya-upaya pelayanan mereka (Kis 16:6-10; 20:22), dan membuat mereka efektif sebagai penulis ’surat-surat Kristus, yang ditulis dengan roh Allah pada lempeng-lempeng daging, yaitu hati manusia’. (2Kor 3:2, 3; 1Tes 1:5) Sebagaimana dijanjikan, roh itu menyegarkan ingatan mereka, menggugah kekuatan mental mereka, dan memberi mereka keberanian dalam memberikan kesaksian bahkan di hadapan para penguasa.—Bdk. Mat 10:18-20; Yoh 14:26; Kis 4:5-8, 13, 31; 6:8-10.
Sebagai ”batu-batu yang hidup”, mereka dibentuk menjadi bait rohani yang didasarkan atas Kristus, pribadi yang melaluinya ”korban-korban rohani” akan dipersembahkan (1Ptr 2:4-6; Rm 15:15, 16) dan nyanyian-nyanyian rohani dinyanyikan (Ef 5:18, 19) dan yang di dalamnya Allah akan berdiam dalam roh. (1Kor 3:16; 6:19, 20; Ef 2:20-22; bdk. Hag 2:5.) Roh Allah adalah tenaga pemersatu yang luar biasa kuat, dan selama orang-orang Kristen membiarkan roh itu bekerja dengan bebas di antara mereka, roh itu akan mempersatukan mereka dengan damai dalam ikatan kasih dan pengabdian kepada Allah, Putra-Nya, dan satu sama lain. (Ef 4:3-6; 1Yoh 3:23, 24; 4:12, 13; bdk. 1Taw 12:18.) Karunia roh tidak memperlengkapi mereka untuk jenis pekerjaan keterampilan tangan, seperti halnya bagi Bezalel dan orang-orang lainnya yang memproduksi dan menghasilkan bangunan dan perkakas yang sifatnya materi, tetapi roh itu menjadikan mereka cakap untuk pekerjaan rohani seperti mengajar, membimbing, menggembalakan, dan menasihati. Bait rohani yang mereka bentuk harus dihiasi dengan buah-buah roh Allah yang indah, dan buah-buah berupa ”kasih, sukacita, damai, kepanjangsabaran, kebaikan hati, kebaikan, iman” ini, serta sifat-sifat serupa yang merupakan bukti positif bahwa roh Allah sedang bekerja atas dan di antara mereka. (Gal 5:22, 23; bdk. Luk 10:21; Rm 14:17.) Hal ini adalah faktor dasar dan utama yang menghasilkan ketertiban dan bimbingan yang efektif di antara mereka. (Gal 5:24-26; 6:1; Kis 6:1-7; bdk. Yeh 36:26, 27.) Mereka menundukkan diri kepada ”hukum roh itu”, tenaga efektif yang menghasilkan keadilbenaran yang bekerja guna menjauhkan praktek-praktek kedagingan yang pembawaannya berdosa. (Rm 8:2; Gal 5:16-21; Yud 19-21) Keyakinan mereka ada pada roh Allah yang bekerja atas mereka, bukan pada kesanggupan atau latar belakang pribadi mereka.—1Kor 2:1-5; Ef 3:14-17; Flp 3:1-8.
Apabila timbul pertanyaan-pertanyaan, roh kudus adalah penolong untuk membuat keputusan, seperti pada waktu ada pertanyaan tentang sunat, yang diputuskan oleh badan, atau dewan, yang terdiri dari rasul-rasul dan para tua-tua di Yerusalem. Petrus menyatakan bahwa roh dikaruniakan kepada orang-orang dari bangsa-bangsa yang tidak bersunat; Paulus dan Barnabas menceritakan tentang bekerjanya roh dalam pelayanan mereka di antara orang-orang demikian; dan Yakobus, yang pasti dengan bantuan roh kudus mengingat ayat-ayat Alkitab, menarik perhatian kepada nubuat Amos yang terilham tentang orang-orang dari bangsa-bangsa yang akan dipanggil dengan nama Allah. Jadi, semua dorongan roh kudus Allah menunjuk ke satu arah, dan oleh karena itu, sebagai pengakuan akan hal itu, ketika menulis surat untuk menyampaikan keputusan mereka, badan atau dewan itu mengatakan, ”Karena roh kudus dan kami sendiri telah berkenan untuk tidak menambahkan lebih banyak beban kepadamu, kecuali hal-hal yang perlu ini.”—Kis 15:1-29.
Mengurapi, memperanakkan, memberikan ’kehidupan rohani’. Sebagaimana Allah telah mengurapi Yesus dengan roh kudus-Nya pada waktu pembaptisan Yesus (Mrk 1:10; Luk 3:22; 4:18; Kis 10:38), Ia kini mengurapi murid-murid Yesus. Pengurapan dengan roh kudus ini merupakan ”tanda” bagi mereka berkenaan dengan warisan surgawi yang untuknya mereka sekarang dipanggil (2Kor 1:21, 22; 5:1, 5; Ef 1:13, 14), dan roh itu memberikan kesaksian kepada mereka bahwa mereka telah ’diperanakkan’, atau dilahirkan, oleh Allah menjadi putra-putra-Nya dengan janji berupa kehidupan sebagai pribadi roh di surga. (Yoh 3:5-8; Rm 8:14-17, 23; Tit 3:5; Ibr 6:4, 5) Mereka telah dicuci bersih, disucikan, dan dinyatakan adil-benar ”dengan nama Tuan kita, Yesus Kristus, dan dengan roh Allah kita”; roh yang sama ini telah menjadikan Yesus memenuhi syarat untuk memberikan korban tebusan dan menjadi imam besar Allah.—1Kor 6:11; 2Tes 2:13; Ibr 9:14; 1Ptr 1:1, 2.
Karena panggilan dan warisan surgawi itu, para pengikut Yesus yang diurapi dengan roh memiliki kehidupan rohani, sekalipun masih hidup dalam daging sebagai manusia yang tidak sempurna. Jelas, inilah yang dimaksudkan sang rasul ketika mengontraskan bapak jasmani dengan Allah Yehuwa, ”Bapak dari kehidupan rohani [harfiah, ”Bapak roh-roh”] kita”. (Ibr 12:9; bdk. ay. 23.) Sebagai sesama ahli waris bersama Kristus, yang akan dibangkitkan dari kematian dengan tubuh roh yang memiliki gambar surgawinya, mereka harus hidup di bumi sebagai ”satu roh” dalam persatuan dengan dia sebagai Kepala mereka, tidak membiarkan hasrat atau kecenderungan amoral tubuh mereka menjadi tenaga yang mengendalikan mereka, karena hal itu bahkan mungkin akan membuat mereka menjadi ”satu daging” dengan seorang sundal.—1Kor 6:15-18; 15:44-49; Rm 8:5-17.
Memperoleh dan mempertahankan roh Allah. Roh kudus adalah ”karunia cuma-cuma” Allah, yang dengan senang hati Ia karuniakan kepada orang-orang yang dengan tulus mencari dan memintanya. (Kis 2:38; Luk 11:9-13) Hati yang benar adalah faktor kuncinya (Kis 15:8), tetapi pengetahuan dan keselarasan dengan tuntutan-tuntutan Allah juga adalah faktor-faktor penting. (Bdk. Kis 5:32; 19:2-6.) Orang Kristen yang telah menerima roh Allah tidak boleh ’mendukakannya’ dengan mengabaikannya (Ef 4:30; bdk. Yes 63:10), menempuh haluan yang bertentangan dengan pengarahannya, menetapkan hati pada tujuan-tujuan yang berbeda dengan apa yang ditunjuk dan didukung roh itu, menolak Firman Allah yang terilham dan nasihat serta penerapannya pada diri sendiri. (Kis 7:51-53; 1Tes 4:8; bdk. Yes 30:1, 2.) Dengan kemunafikan seseorang dapat ”berbuat curang” terhadap roh kudus itu yang dengannya Kristus membimbing sidang, dan orang-orang yang ”menguji” kuasanya dengan cara ini mengikuti haluan yang membawa bencana. (Kis 5:1-11; kontraskan dengan Rm 9:1.) Sengaja melawan dan memberontak terhadap manifestasi roh Allah yang nyata dapat berarti menghujah roh itu, suatu dosa yang tak dapat diampuni.—Mat 12:31, 32; Mrk 3:29, 30; bdk. Ibr 10:26-31.
Napas; Napas Kehidupan; Daya Kehidupan. Menurut kisah penciptaan manusia, Allah membentuk manusia dari debu tanah dan selanjutnya ”mengembuskan [suatu bentuk kata na·fakhʹ] ke dalam lubang hidungnya napas [suatu bentuk kata nesya·mahʹ] kehidupan, dan manusia itu menjadi jiwa [neʹfes] yang hidup”. (Kej 2:7; lihat JIWA.) Neʹfes bisa diterjemahkan secara harfiah menjadi ”yang bernapas”, yaitu ”makhluk yang bernapas”, manusia atau binatang. Sebenarnya nesya·mahʹ digunakan untuk ”sesuatu [atau makhluk] yang bernapas” dan dengan demikian digunakan hampir sebagai sinonim kata neʹfes, ”jiwa”. (Bdk. Ul 20:16; Yos 10:39, 40; 11:11; 1Raj 15:29.) Catatan di Kejadian 2:7 menggunakan nesya·mahʹ sewaktu menerangkan bagaimana Allah menyebabkan tubuh Adam memiliki kehidupan sehingga manusia itu menjadi ”jiwa yang hidup”. Akan tetapi, ayat-ayat lain memperlihatkan bahwa lebih banyak yang tersangkut daripada sekadar bernapas, yaitu lebih dari sekadar memasukkan udara ke dalam paru-paru dan mengembusnya ke luar. Oleh karena itu, di Kejadian 7:22, yang menerangkan pembinasaan kehidupan manusia dan binatang di luar bahtera pada waktu Air Bah, kita membaca, ”Matilah segala yang memiliki napas [suatu bentuk kata nesya·mahʹ] dan daya [atau, ”roh” (ruʹakh)] kehidupan yang aktif di lubang hidungnya, yakni semua yang ada di tanah yang kering.” Jadi, nesya·mahʹ, ”napas”, langsung dikaitkan atau dihubungkan dengan ruʹakh, yang dalam ayat ini menggambarkan roh, atau daya kehidupan, yang aktif dalam semua makhluk hidup—jiwa manusia dan binatang.
Menurut Theological Dictionary of the New Testament (Jil. VI, hlm. 336), ”Napas dapat terlihat hanya dari gerakan [seperti gerakan dada atau kembang-kempisnya lubang hidung], dan juga merupakan tanda, syarat dan unsur kehidupan, yang tampaknya khusus dikaitkan dengan bernapas.” Oleh karena itu, nesya·mahʹ, atau ”napas”, adalah produk dari ruʹakh, atau daya kehidupan, dan juga sarana utama untuk mempertahankan daya kehidupan dalam makhluk hidup. Berdasarkan penelitian ilmiah diketahui, misalnya, bahwa kehidupan ada dalam setiap sel dari seratus triliun sel yang ada dalam tubuh dan bahwa, sementara ribuan juta sel mati setiap menit, sel-sel hidup yang baru terus direproduksi secara berkesinambungan. Daya kehidupan yang aktif dalam semua sel hidup bergantung pada oksigen yang masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, dan oksigen tersebut diangkut ke semua sel melalui aliran darah. Tanpa oksigen sejumlah sel mulai mati setelah beberapa menit, sel-sel lainnya setelah periode waktu yang lebih lama. Orang masih dapat hidup tanpa bernapas beberapa menit, tetapi tanpa daya kehidupan pada sel-selnya ia akan mati dan tidak ada manusia yang dapat menghidupkannya kembali. Kitab-Kitab Ibrani, yang diilhami oleh Perancang dan Pencipta manusia, jelas menggunakan ruʹakh untuk menyatakan daya kehidupan tersebut yang adalah hakikat kehidupan itu sendiri, dan nesya·mahʹ untuk mengartikan napas yang memeliharanya.
Karena napas erat sekali kaitannya dan tak terpisahkan dari kehidupan, nesya·mahʹ dan ruʹakh digunakan secara paralel dalam berbagai ayat. Ayub menyuarakan tekadnya untuk menghindari ketidakadilbenaran ”selama napasku [suatu bentuk kata nesya·mahʹ] masih utuh dalam diriku, dan roh [weruʹakh] Allah ada dalam lubang hidungku”. (Ayb 27:3-5) Elihu berkata, ”Jika roh [suatu bentuk kata ruʹakh] dan napas [suatu bentuk kata nesya·mahʹ] orang itu ia [Allah] kumpulkan kepada dirinya, semua makhluk akan mati [yaitu, ”mengeluarkan napas”] bersama-sama, dan manusia akan kembali ke debu.” (Ayb 34:14, 15) Demikian pula, Mazmur 104:29 berbicara tentang makhluk-makhluk di bumi, manusia dan binatang, ”Apabila engkau [Allah] mengambil roh mereka, mereka mati, dan mereka kembali kepada debu.” Di Yesaya 42:5 Yehuwa disebut sebagai ”Pribadi yang menghamparkan bumi serta hasilnya, Pribadi yang memberikan napas kepada orang-orang yang ada di atasnya, dan daya kehidupan [atau, roh] kepada mereka yang berjalan di sana”. Napas (nesya·mah ) menunjang eksistensi mereka; roh (ruʹakh) memberikan energi dan adalah daya kehidupan yang memungkinkan manusia menjadi makhluk hidup, untuk bergerak, berjalan, dan hidup secara aktif. (Bdk. Kis 17:28.) Ia tidak seperti berhala rekaan manusia yang mati, tidak berkehidupan, dan tidak bernapas.—Mz 135:15, 17; Yer 10:14; 51:17; Hab 2:19.
Meskipun nesya·mahʹ (napas) dan ruʹakh (roh; tenaga aktif; daya kehidupan) kadang-kadang digunakan dalam arti yang paralel, kedua kata ini tidak identik. Memang, ”roh”, atau ruʹakh, adakalanya disebutkan seakan-akan sebagai proses pernapasan (nesya·mah ) itu sendiri, tetapi hal ini tampaknya semata-mata karena pernapasan adalah bukti kelihatan yang utama akan adanya daya kehidupan dalam tubuh seseorang.—Ayb 9:18; 19:17; 27:3.
Oleh sebab itu, di Yehezkiel 37:1-10 dipaparkan penglihatan simbolis tentang lembah yang penuh dengan tulang-tulang kering; tulang-tulang itu mulai tersambung satu dengan yang lain dan tertutup dengan urat-urat, daging, dan kulit, tetapi ”napas [weruʹakh] belum ada padanya”. Yehezkiel disuruh bernubuat kepada ”angin [ha·ruʹakh]”, dengan mengatakan, ”Hai, angin, datanglah dari keempat penjuru angin [suatu bentuk kata ruʹakh], dan berembuslah ke atas orang-orang yang terbunuh ini, agar mereka hidup kembali.” Disebutkannya keempat penjuru angin memperlihatkan bahwa angin adalah terjemahan yang cocok untuk ruʹakh dalam kasus ini. Namun, apabila ”angin” semacam itu, yang semata-mata adalah udara yang bergerak, memasuki lubang hidung orang-orang mati dalam penglihatan tadi, angin tersebut menjadi ”napas”, yang juga adalah udara yang bergerak. Jadi, ruʹakh dalam bagian dari kisah ini (ay. 10) juga lebih cocok untuk diterjemahkan menjadi ”napas” dan bukan ”roh” atau ”daya kehidupan”. Yehezkiel juga dapat melihat mayat-mayat itu mulai bernapas, sekalipun ia tidak dapat melihat daya kehidupan, atau roh, yang menggerakkan tubuh mereka. Sebagaimana diperlihatkan di ayat 11-14, penglihatan ini merupakan lambang dari dihidupkannya kembali umat Israel secara rohani (bukan secara jasmani), sebab untuk suatu waktu mereka dalam keadaan mati secara rohani selama pembuangan di Babilon. Karena secara jasmani mereka memang hidup dan bernapas, masuk akal untuk menerjemahkan ruʹakh menjadi ’roh’ di ayat 14, dan di ayat itu Allah menyatakan bahwa Ia akan menaruh ’roh-Nya’ dalam umat-Nya agar mereka menjadi hidup, secara rohani.
Penglihatan simbolis serupa diberikan di Penyingkapan pasal 11. Penglihatan itu menggambarkan ’dua saksi’ yang dibunuh dan yang mayatnya dibiarkan tergeletak di jalan selama tiga setengah hari. Lalu ”roh [atau napas, pneuʹma] kehidupan dari Allah masuk ke dalam diri mereka, dan mereka bangkit berdiri”. (Pny 11:1-11) Penglihatan ini kembali menggunakan kenyataan fisik sebagai gambaran keadaan rohani yang dihidupkan kembali. Hal itu juga memperlihatkan bahwa kata Yunani pneuʹma, seperti kata Ibrani ruʹakh, dapat menggambarkan daya dari Allah yang memberikan kehidupan, yang menggerakkan jiwa manusia, atau menggerakkan orangnya. Sebagaimana dinyatakan Yakobus 2:26, ”Tubuh tanpa roh [pneuʹma·tos] adalah mati.”—Int.
Oleh karena itu, ketika Allah menciptakan manusia di Eden dan mengembuskan ke dalam lubang hidungnya ”napas [suatu bentuk kata nesya·mahʹ] kehidupan”, jelaslah bahwa, di samping memenuhi paru-paru manusia dengan udara, Allah menyebabkan daya kehidupan, atau roh (ruʹakh), menghidupkan semua sel dalam tubuh Adam.—Kej 2:7; bdk. Mz 104:30; Kis 17:25.
Daya kehidupan ini diteruskan dari orang tua kepada anaknya melalui pembuahan. Karena Yehuwa adalah Sumber yang mula-mula dari daya kehidupan bagi manusia, dan Pencipta proses perkembangbiakan, kehidupan seseorang dapat dengan sepantasnya dikatakan berasal dari Dia, sekalipun tidak diterima secara langsung tetapi secara tidak langsung melalui ibu dan ayahnya.—Bdk. Ayb 10:9-12; Mz 139:13-16; Pkh 11:5.
Daya kehidupan, atau roh, bersifat nonpribadi. Sebagaimana diketahui, Tulisan-Tulisan Kudus menyebutkan bahwa ruʹakh, atau daya kehidupan, tidak hanya ada dalam diri manusia, tetapi juga dalam binatang. (Kej 6:17; 7:15, 22) Pengkhotbah 3:18-22 memperlihatkan bahwa kematian manusia sama dengan kematian binatang, sebab ”mereka semua hanya mempunyai satu roh [weruʹakh], sehingga tidak ada keunggulan manusia dibandingkan dengan binatang”, yaitu, sehubungan dengan daya kehidupan yang sama-sama dimiliki keduanya. Dengan demikian, jelaslah bahwa ”roh”, atau daya kehidupan (ruʹakh), yang digunakan dalam pengertian ini bersifat nonpribadi. Sebagai ilustrasi, daya ini dapat disamakan dengan daya lain yang tidak kelihatan, yaitu listrik, yang mungkin digunakan untuk menjalankan berbagai macam peralatan—membuat kompor menghasilkan panas, kipas menghasilkan angin, komputer memecahkan problem, pesawat televisi menghasilkan gambar, suara dan bunyi-bunyi lain—tetapi, arus listriknya tidak pernah mengambil karakteristik peralatan yang dijalankan atau diaktifkannya.
Oleh karena itu, Mazmur 146:3, 4 mengatakan bahwa apabila ’roh [suatu bentuk kata ruʹakh] manusia keluar, ia kembali ke tanah; pada hari itu lenyaplah segala pikirannya’. Roh, atau daya kehidupan, yang aktif dalam sel-sel tubuh manusia tidak mengandung karakteristik sel-sel tersebut, seperti sel otak dan peranannya dalam proses berpikir. Seandainya roh, atau daya kehidupan (ruʹakh; pneuʹma), tidak bersifat nonpribadi, anak-anak para wanita yang dibangkitkan oleh nabi Elia dan nabi Elisa sebenarnya ada di suatu tempat dalam keadaan sadar pada waktu mereka mati. Demikian pula halnya dengan Lazarus, yang dibangkitkan kira-kira empat hari setelah kematiannya. (1Raj 17:17-23; 2Raj 4:32-37; Yoh 11:38-44) Seandainya itu yang terjadi, masuk akal jika mereka akan mengingat keberadaan mereka dalam keadaan sadar selama waktu itu dan ketika dibangkitkan mereka akan menguraikan dan menceritakan hal itu. Tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa salah satu dari antara mereka melakukan hal demikian. Oleh karena itu, kepribadian orang mati tidak terus ada di dalam daya kehidupan, atau roh, yang berhenti berfungsi dalam sel-sel tubuh orang yang sudah mati.
Pengkhotbah 12:7 menyatakan bahwa pada waktu mati tubuh seseorang kembali kepada debu, ”dan roh kembali kepada Allah yang benar yang telah memberikannya”. Orang itu sendiri tidak pernah berada di surga dengan Allah; karena itu, apa yang ”kembali” kepada Allah adalah daya kehidupan yang memungkinkan orang itu hidup.
Mengingat daya kehidupan, atau roh, yang terdapat dalam manusia (sebagaimana juga dalam binatang) memiliki sifat nonpribadi, jelaslah bahwa pernyataan Daud di Mazmur 31:5, yang dikutip oleh Yesus menjelang ajalnya (Luk 23:46), ”Ke dalam tanganmu aku mempercayakan rohku,” berarti bahwa Allah diminta untuk menjaga, atau memelihara, daya kehidupan orang tersebut. (Bdk. Kis 7:59.) Tentunya, sejumlah daya tidak perlu benar-benar dipindahkan secara harfiah dari planet ini ke hadirat Allah di surga. Sebagaimana dikatakan bahwa keharuman korban binatang ’tercium’ oleh Allah (Kej 8:20, 21), sedangkan keharuman tersebut pasti tetap berada di atmosfer bumi, demikian juga Allah dapat ’mengumpulkan’, atau secara kiasan dapat menerima roh atau daya kehidupan sebagai sesuatu yang dipercayakan kepada-Nya, tanpa perlu secara harfiah memindahkan daya kehidupan dari bumi. (Ayb 34:14; Luk 23:46) Jadi, seseorang mempercayakan rohnya kepada Allah berarti ia berharap kepada Allah, yakin bahwa Ia akan mengembalikan daya kehidupan itu kepadanya di masa depan melalui kebangkitan.—Bdk. Bil 16:22; 27:16; Ayb 12:10; Mz 104:29, 30.
Kecenderungan Mental yang Menggerakkan. Ruʹakh maupun pneuʹma digunakan untuk menunjukkan daya atau tenaga yang menyebabkan seseorang mempertunjukkan sikap, kecenderungan, atau emosi tertentu atau mengambil tindakan atau haluan tertentu. Daya itu memang tidak kelihatan dalam diri seseorang tetapi menghasilkan hal-hal yang nyata. Penggunaan kata-kata Ibrani dan Yunani yang diterjemahkan ”roh” dan yang pada dasarnya berkaitan dengan napas atau udara yang bergerak sampai suatu taraf tertentu sejajar dengan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kita mengatakan bahwa seseorang ”angin-anginan”, yang artinya orang itu lekas marah atau tidak tetap perasaan hatinya. Secara metafora, kita bisa mengatakan ada ’angin perubahan di negeri ini’. Semua ungkapan ini menunjukkan adanya daya penggerak yang tidak kelihatan dalam diri orang-orang, yang mendorong mereka untuk berbicara dan bertindak dengan cara tertentu.
Demikian pula, kita membaca tentang ”kepahitan bagi roh” Ishak dan Ribka sebagai akibat perkawinan Esau dengan wanita-wanita Het (Kej 26:34, 35) dan tentang roh Ahab yang sangat sedih, sehingga melenyapkan selera makannya. (1Raj 21:5) ”Roh kecemburuan” dapat menggerakkan seorang pria untuk memandang istrinya dengan kecurigaan, bahkan sampai mengajukan tuduhan perzinaan terhadapnya.—Bil 5:14, 30.
Pengertian dasar dari daya yang menggerakkan dan memberikan ”dorongan” atau ”desakan” pada tindakan dan tutur kata seseorang juga terlihat dalam catatan yang menyebutkan bahwa Yosua adalah ”seorang pria yang memiliki gairah [”penuh roh”, TB]” (Bil 27:18), dan bahwa Kaleb mempertunjukkan ”gairah [roh] yang lain” daripada yang dimiliki kebanyakan orang Israel yang telah menjadi patah semangat karena mendengar laporan buruk dari sepuluh pengintai. (Bil 14:24) Elia adalah pria yang memiliki semangat dan tenaga yang kuat dalam dinasnya yang bergairah kepada Allah, dan Elisa, sebagai penerusnya, meminta dua bagian roh Elia. (2Raj 2:9, 15) Yohanes Pembaptis mempertunjukkan kegigihan dan kegairahan yang energik seperti yang diperlihatkan Elia, sehingga kata-kata Yohanes memberikan dampak yang kuat atas para pendengarnya; dengan demikian dapat dikatakan bahwa ia telah berjalan ”dengan roh dan kuasa Elia”. (Luk 1:17) Sebaliknya, kekayaan dan hikmat Salomo memberikan pengaruh yang begitu menakjubkan dan mempesona atas ratu dari Syeba sehingga ”tidak ada lagi semangat [roh atau daya] pada dirinya”. (1Raj 10:4, 5) Dalam pengertian dasar yang sama, roh atau semangat seseorang bisa ’digerakkan’ atau ’dibangkitkan’ (1Taw 5:26; Ezr 1:1, 5; Hag 1:14; bdk. Pkh 10:4), menjadi ”resah” atau ”kesal” (Kej 41:8; Dan 2:1, 3; Kis 17:16), ’ditenangkan’ (Hak 8:3), menjadi ’sesak’, menjadi ”lemah lunglai” (Ayb 7:11; Mz 142:2, 3; bdk. Yoh 11:33; 13:21), ’dibangkitkan kembali’ atau ’disegarkan’ (Kej 45:27, 28; Yes 57:15, 16; 1Kor 16:17, 18; 2Kor 7:13; bdk. 2Kor 2:13).
Hati dan roh. Hati sering kali dikaitkan dengan roh, yang menunjukkan adanya hubungan yang pasti. Hati dikatakan mempunyai kesanggupan untuk berpikir dan memotivasi, dan memiliki kaitan yang erat dengan emosi dan kasih sayang (lihat JANTUNG), karena itu, hati pasti memiliki peranan yang besar dalam perkembangan roh (kecenderungan mental yang dominan) yang diperlihatkan seseorang. Keluaran 35:21 menyejajarkan hati dan roh dengan mengatakan bahwa ”setiap orang yang didorong oleh hatinya, dan setiap orang yang digerakkan oleh rohnya”, membawa sumbangan bagi pembangunan tabernakel. Sebaliknya, setelah orang Kanaan mengetahui perbuatan-perbuatan penuh kuasa yang dilakukan Yehuwa demi Israel, ’hati [mereka] menjadi takut, dan tidak ada semangat [roh] yang bangkit di antara mereka’, artinya tidak ada keinginan untuk memprakarsai tindakan melawan pasukan Israel. (Yos 2:11; 5:1; bdk. Yeh 21:7.) Disebutkan juga ’hati yang menderita dan patah semangat [roh]’ (Yes 65:14) atau ungkapan-ungkapan yang serupa. (Bdk. Mz 34:18; 143:4, 7; Ams 15:13.) Pastilah, karena kuatnya pengaruh daya yang menggerakkan pikiran, Paulus menasihati, ”Kamu harus diperbarui dalam hal kekuatan yang menggerakkan [suatu bentuk kata pneuʹma] pikiranmu, dan mengenakan kepribadian baru yang diciptakan menurut kehendak Allah, dengan keadilbenaran yang sejati dan loyalitas.”—Ef 4:23, 24.
Pentingnya mengendalikan roh sangat ditandaskan. ”Bagaikan kota yang diterobos, tanpa tembok, begitulah orang yang tidak mempunyai penahan bagi rohnya.” (Ams 25:28) Apabila diprovokasi, seseorang bisa jadi bertindak seperti orang bodoh yang dengan tidak sabar ”mengeluarkan segala rohnya”, sedangkan orang berhikmat ”menjaganya tetap tenang sampai ke akhir”. (Ams 29:11; bdk. 14:29, 30.) Musa membiarkan dirinya menjadi sangat marah sewaktu orang-orang Israel ”memahitkan rohnya” pada suatu kejadian, dan ia ”mulai berbicara secara gegabah dengan bibirnya”, sehingga merugikan dirinya. (Mz 106:32, 33) Jadi, ”ia yang lambat marah lebih baik daripada pria perkasa, dan ia yang mengendalikan rohnya daripada orang yang merebut kota”. (Ams 16:32) Karena itu, kerendahan hati sangat penting (Ams 16:18, 19; Pkh 7:8, 9), dan orang yang ”memiliki semangat [roh] kerendahan hati akan memegang kemuliaan”. (Ams 29:23) Pengetahuan dan daya pengamatan membuat seseorang memiliki ”semangat [roh] yang tenang”, dapat mengendalikan lidahnya. (Ams 17:27; 15:4) Yehuwa ”menilai roh” dan menghakimi orang-orang yang tidak ’menjaga diri sehubungan dengan roh mereka’.—Ams 16:2; Mal 2:14-16.
Roh yang diperlihatkan oleh sekelompok orang yang terdiri dari pribadi-pribadi. Sebagaimana seseorang secara pribadi bisa memperlihatkan roh tertentu, sekelompok orang juga bisa memanifestasikan roh tertentu, yaitu suatu kecenderungan mental yang dominan. (Gal 6:18; 1Tes 5:23) Sidang Kristen harus bersatu dalam roh, dengan mencerminkan roh Kepala mereka, Kristus Yesus.—2Kor 11:4; Flp 1:27; bdk. 2Kor 12:18; Flp 2:19-21.
Paulus mengontraskan ”roh dunia” dengan roh Allah. (1Kor 2:12) Di bawah kendali Musuh Allah (1Yoh 5:19), dunia memperlihatkan roh atau semangat yang menuruti hasrat daging yang tidak sempurna dan semangat mementingkan diri, yang mendatangkan permusuhan dengan Allah. (Ef 2:1-3; Yak 4:5) Seperti halnya Israel yang tidak setia, motivasi yang najis dari dunia ini menganjurkan percabulan, jasmani ataupun rohani, dan juga penyembahan berhala.—Hos 4:12, 13; 5:4; Za 13:2; bdk. 2Kor 7:1.