Pasal 30
”Membela dan Secara Hukum Meneguhkan Kabar Baik”
PENGANIAYAAN hebat yang ditimpakan ke atas Saksi-Saksi Yehuwa telah mengakibatkan mereka diseret ke hadapan para petugas polisi, hakim, dan penguasa di seluruh bumi. Kasus-kasus hukum yang melibatkan Saksi-Saksi berjumlah ribuan, dan ratusan kasus telah dilimpahkan untuk naik banding ke pengadilan tinggi. Ini telah mendatangkan pengaruh yang sangat besar pada hukum itu sendiri dan sering kali telah memperkukuh jaminan hukum atas kebebasan asasi bagi orang-orang pada umumnya. Namun hal ini bukanlah tujuan utama dari Saksi-Saksi Yehuwa.
Keinginan utama mereka adalah memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah. Tindakan hukum yang mereka ambil bukanlah karena mereka penghasut sosial atau pembaru hukum. Tujuan mereka adalah untuk ”membela dan secara hukum meneguhkan kabar baik” seperti halnya rasul Paulus. (Flp. 1:7, NW) Pemeriksaan di hadapan para pejabat pemerintah, atas permohonan Saksi-Saksi maupun karena mereka ditangkap atas tuduhan melakukan aktivitas Kristen mereka, juga dianggap sebagai kesempatan untuk memberi kesaksian. Yesus Kristus mengatakan kepada para pengikutnya, ”Karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.”—Mat. 10:18.
Banjir Tindakan Hukum Seluas Dunia
Lama sebelum perang dunia pertama, para pemimpin agama, dengan melancarkan tekanan atas para pejabat setempat, berupaya menghalangi penyebaran lektur oleh Siswa-Siswa Alkitab di daerah mereka. Akan tetapi, setelah Perang Dunia I, perlawanan semakin hebat. Di setiap negara, berbagai rintangan hukum yang dapat terlintas dalam pikiran dilancarkan ke hadapan mereka yang berupaya menaati perintah nubuat Kristus untuk memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah dengan tujuan memberi kesaksian.—Mat. 24:14.
Karena tergerak oleh bukti penggenapan nubuat Alkitab, Siswa-Siswa Alkitab meninggalkan kebaktian mereka di Cedar Point, Ohio, pada tahun 1922, dengan tekad hendak memberi tahu dunia bahwa Zaman Orang Kafir telah berakhir dan bahwa Tuhan telah menerima kuasa yang besar dan mulai memerintah dari surga sebagai Raja. ”Umumkan, umumkan, umumkan, Raja dan kerajaannya” adalah slogan mereka. Pada tahun yang sama, para pemimpin agama di Jerman menghasut polisi agar menangkap beberapa Siswa-Siswa Alkitab pada waktu mereka sedang menyebarkan lektur Alkitab. Ini bukanlah satu-satunya insiden. Menjelang tahun 1926, ada 897 kasus semacam itu yang menunggu keputusan di pengadilan-pengadilan Jerman. Begitu banyak proses pengadilan dilakukan sehingga pada tahun 1926 Lembaga Menara Pengawal perlu mendirikan sebuah departemen hukum di kantor cabangnya di Magdeburg. Selama tahun 1928, di Jerman ada 1.660 tuntutan hukum yang diajukan terhadap Siswa-Siswa Alkitab, dan tekanan terus meningkat tahun demi tahun. Para pemimpin agama bertekad mengakhiri pekerjaan Siswa-Siswa Alkitab, dan mereka bersukacita setiap kali keputusan pengadilan menunjukkan bahwa mereka berhasil sampai taraf tertentu.
Di Amerika Serikat, penangkapan atas Siswa-Siswa Alkitab karena melakukan pengabaran dari rumah ke rumah terjadi pada tahun 1928, di South Amboy, New Jersey. Dalam satu dekade, jumlah penangkapan setiap tahun sehubungan dengan pelayanan mereka di Amerika Serikat mencapai lebih dari 500. Selama tahun 1936, jumlah tersebut meningkat tajam—sampai 1.149. Untuk memberi nasihat yang dibutuhkan, dirasakan perlu untuk membentuk departemen hukum di kantor pusat Lembaga.
Kegiatan pengabaran yang intensif di Romania juga mendapat perlawanan hebat dari kalangan berwenang yang pada waktu itu berkuasa. Saksi-Saksi Yehuwa yang menyebarkan lektur Alkitab sering ditangkap dan dipukuli dengan kejam. Sejak tahun 1933 sampai 1939, Saksi-Saksi di sana menghadapi 530 perkara hukum. Namun, hukum di negeri itu menjamin kebebasan, maka naik banding yang diajukan ke Mahkamah Tinggi Romania mendatangkan banyak keputusan yang menguntungkan. Ketika polisi mulai menyadari hal ini, mereka menyita lektur dan memperlakukan Saksi-Saksi dengan kejam tetapi berupaya menghindari tindakan pengadilan. Setelah Lembaga pada akhirnya diizinkan untuk mendaftarkan diri sebagai suatu badan hukum di Romania, para penentang berupaya menggagalkan tujuan pendaftaran legal ini dengan memperoleh perintah pengadilan yang melarang penyebaran lektur Menara Pengawal. Keputusan ini ditolak oleh pengadilan yang lebih tinggi, tetapi kemudian para pemimpin agama membujuk Menteri Agama agar mengambil tindakan guna menggagalkan keputusan tersebut.
Di Italia dan Hongaria, seperti halnya di Romania, lektur Alkitab yang digunakan oleh Saksi-Saksi disita polisi di bawah pemerintahan yang berkuasa pada waktu itu. Hal yang sama terjadi di Jepang, Korea, dan Pantai Emas (sekarang disebut Ghana). Saksi-Saksi Yehuwa yang berasal dari luar negeri diperintahkan untuk meninggalkan Prancis. Selama bertahun-tahun tidak seorang pun di antara Saksi-Saksi Yehuwa diizinkan masuk ke Uni Soviet guna memberitakan Kerajaan Allah.
Seraya semangat nasionalisme melanda seluruh dunia dari tahun 1933 terus sampai tahun 1940-an, larangan pemerintah diberlakukan atas Saksi-Saksi Yehuwa dari satu negeri ke lain negeri. Ribuan dari Saksi-Saksi ini dihadapkan ke pengadilan selama periode ini karena mereka, berdasarkan hati nurani yang terlatih, menolak untuk memberi salut kepada bendera dan teguh berpegang pada kenetralan Kristen. Pada tahun 1950, dilaporkan bahwa selama 15 tahun sebelumnya, Saksi-Saksi Yehuwa di Amerika Serikat saja telah mengalami lebih dari 10.000 penangkapan.
Ketika lebih dari 400 Saksi dihadapkan ke pengadilan Yunani selama jangka waktu singkat pada tahun 1946, ini bukanlah awal dari tindakan semacam itu di sana. Sudah bertahun-tahun hal semacam itu berlangsung. Selain pemenjaraan, denda besar dikenakan, menguras keuangan saudara-saudara. Namun seraya mereka mengamati situasi yang mereka alami, mereka berkata, ”Tuhan membuka jalan agar pekerjaan kesaksian dapat mencapai pejabat-pejabat di Yunani, yang mendengar tentang berdirinya kerajaan yang adil-benar; juga para hakim di pengadilan yang memiliki kesempatan yang sama.” Saksi-Saksi Yehuwa dengan jelas memandang masalah ini dengan cara yang sama seperti yang Yesus katakan harus dilakukan oleh para pengikutnya.—Luk. 21:12, 13.
Perjuangan yang Tampaknya Tidak Mungkin Dimenangkan
Selama tahun 1940-an dan 1950-an, Propinsi Quebec di Kanada, benar-benar menjadi ajang pertempuran. Sejak tahun 1924 penangkapan demi penangkapan karena memberitakan kabar baik telah terjadi di sana. Menjelang musim dingin tahun 1931, beberapa Saksi diciduk oleh polisi setiap hari, kadang-kadang dua kali sehari. Biaya administrasi yang dikenakan kepada Saksi-Saksi di Kanada menjadi mahal. Kemudian, pada awal tahun 1947, jumlah kasus yang melibatkan Saksi-Saksi yang menunggu keputusan pengadilan di Propinsi Quebec membengkak sampai 1.300; padahal pada waktu itu hanya ada sekelompok kecil Saksi-Saksi Yehuwa di sana.
Ini adalah era ketika Gereja Katolik Roma merupakan pengaruh yang sangat berkuasa yang harus diperhitungkan oleh setiap politikus dan setiap hakim di propinsi itu. Para pemimpin agama pada umumnya sangat dihargai di Quebec, dan orang-orang lain cepat mematuhi perintah imam setempat. Sebagaimana buku State and Salvation (1989) menggambarkan situasinya, ”Kardinal di Quebec memiliki sebuah singgasana di gedung Dewan Perwakilan Rakyat tepat di sebelah singgasana yang disiapkan untuk sang wakil gubernur. Dengan satu atau lain cara, sebagian besar Quebec berada di bawah pengawasan gereja secara langsung . . . Pada kenyataannya, misi gereja adalah untuk menjadikan kehidupan politik di Quebec selaras dengan konsep Katolik Roma yang menyatakan paham Katolik sebagai kebenaran, segala sesuatu yang bukan Katolik sebagai kekeliruan, dan kebebasan berbicara dan hidup menurut kebenaran Katolik Roma sebagai kemerdekaan.”
Menurut sudut pandangan manusia, peluang untuk menang di pihak Saksi-Saksi di seluruh dunia, bukan hanya di Quebec, tampaknya mustahil.
Segala Macam Tuduhan yang Terpikirkan
Para penentang Saksi-Saksi meneliti dengan saksama kitab undang-undang untuk menemukan dalih apa pun yang mungkin guna mengakhiri kegiatan mereka. Mereka sering menuduh Saksi-Saksi berdagang tanpa memiliki surat izin, dengan demikian menyatakan bahwa pekerjaan mereka bersifat komersial. Bertentangan dengan ini, di tempat lain beberapa perintis dituduh sebagai gelandangan karena orang berpendapat bahwa mereka tidak dipekerjakan dengan imbalan upah.
Selama beberapa dekade, para pejabat di beberapa wilayah bagian Swiss secara terus-menerus berupaya menggolongkan penyebaran lektur Alkitab yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa sebagai perdagangan komersial. Jaksa negara di Wilayah Vaud yang berbahasa Prancis, khususnya, bertekad membatalkan setiap keputusan pengadilan negeri yang menguntungkan Saksi-Saksi.
Di mana-mana Saksi-Saksi Yehuwa diharuskan memiliki surat izin untuk menyebarkan lektur mereka atau untuk mengadakan pertemuan-pertemuan Alkitab. Namun apakah surat izin benar-benar dibutuhkan? Saksi-Saksi menjawab ”Tidak!” Atas dasar apa?
Mereka menjelaskan, ’Allah Yehuwa memerintahkan saksi-saksi-Nya untuk memberitakan injil kerajaan-Nya, dan perintah-perintah Allah itu sangat unggul dan harus ditaati oleh saksi-saksi-Nya. Tidak satu pun badan legislatif atau eksekutif duniawi yang dapat dengan layak mengganggu hukum Yehuwa. Karena tidak satu pun wewenang dunia dapat dengan layak melarang pemberitaan injil, maka tak satu pun wewenang atau kuasa duniawi demikian yang dapat memberikan izin untuk memberitakan injil. Pemerintah duniawi tidak memiliki wewenang sehubungan hal ini. Meminta izin kepada manusia untuk melakukan sesuatu yang telah Allah perintahkan merupakan penghinaan kepada Allah.’
Tuntutan yang dilontarkan kepada Saksi-Saksi sering menjadi bukti yang kuat tentang adanya kebencian agama. Karena itu, pada waktu buku kecil Face the Facts (Hadapi Fakta) dan Cure (Penyembuhan) disebarkan, pengawas cabang Lembaga di Belanda dipanggil menghadap ke pengadilan di Haarlem, pada tahun 1939, guna menjawab tuduhan yaitu menghina sekelompok rakyat Belanda. Misalnya, jaksa penuntut umum mengemukakan bahwa lektur Menara Pengawal menyatakan bahwa hierarki Katolik Roma dengan curang telah mengeduk uang orang-orang dengan menyatakan bahwa itu dapat membebaskan orang mati dari suatu tempat, padahal mereka sebenarnya tidak ada di sana—dari api penyucian yang keberadaannya menurut lektur tersebut tidak dapat dibuktikan oleh Gereja.
Di depan pengadilan, saksi utama dari hierarki, ”Bapak” Henri de Greeve, meratap, ”Yang paling menyedihkan hati saya adalah bahwa orang-orang luar memperoleh kesan seolah-olah kami, para imam, hanyalah sekelompok penjahat dan penipu.” Pada waktu dipanggil untuk memberi kesaksian, pengawas cabang Lembaga membuka Alkitab Katolik dan memperlihatkan kepada pengadilan bahwa apa yang dikatakan dalam buku kecil tersebut mengenai ajaran Katolik selaras dengan Alkitab mereka sendiri. Ketika pengacara Lembaga kemudian menanyakan de Greeve apakah ia dapat membuktikan doktrin api neraka dan api penyucian, ia menjawab, ”Saya tidak dapat membuktikannya; saya hanya mempercayainya.” Hakim segera menyadari bahwa ini tepat seperti apa yang telah dinyatakan buku kecil itu. Perkara ini dibatalkan, dan dengan marah imam tersebut bergegas ke luar gedung pengadilan!
Karena merasa terganggu oleh meningkatnya kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di bagian timur negara yang pada waktu itu disebut Cekoslowakia, para pemimpin agama di sana menuduh Saksi-Saksi melakukan kegiatan mata-mata. Situasinya sama dengan situasi yang pernah dialami oleh rasul Paulus pada waktu para pemimpin agama Yahudi abad pertama menuduhnya menyebarkan hasutan. (Kis. 24:5) Ratusan kasus diajukan ke pengadilan pada tahun 1933-34, hingga akhirnya pemerintah yakin bahwa tidak ada dasar yang sah atas tuduhan tersebut. Di Propinsi Quebec, Kanada, pada tahun 1930-an dan 1940-an, Saksi-Saksi juga dihadapkan ke pengadilan atas tuduhan berkomplot untuk menghasut. Para pemimpin agama itu sendiri—Katolik maupun Protestan, tetapi terutama Katolik Roma—bahkan maju ke pengadilan sebagai saksi melawan Saksi-Saksi Yehuwa. Apa yang telah dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa? Para pemimpin agama itu memberi alasan bahwa mereka telah membahayakan persatuan nasional dengan menerbitkan hal-hal yang dapat menimbulkan ketidaksenangan terhadap Gereja Katolik Roma. Akan tetapi, Saksi-Saksi itu menjawab bahwa, sesungguhnya, mereka telah menyebarkan lektur yang memberi penghiburan dari Firman Allah kepada orang-orang yang rendah hati namun hal ini membuat para pemimpin agama naik pitam karena ajaran-ajaran dan praktek-praktek yang tidak berdasarkan Alkitab disingkapkan.
Apa yang memungkinkan Saksi-Saksi Yehuwa dapat bertahan menghadapi tentangan yang terus-menerus demikian? Iman mereka kepada Allah dan Firman-Nya yang terilham, pembaktian mereka yang tidak mementingkan diri kepada Yehuwa dan Kerajaan-Nya, serta kekuatan yang dihasilkan dari bekerjanya roh Allah. Sebagaimana dinyatakan Alkitab, ”kekuatan yang melimpah-limpah itu [adalah] berasal dari Allah dan bukan dari diri kami.”—2 Kor. 4:7.
Saksi-Saksi Yehuwa Berupaya Keras di Lingkungan Peradilan
Selama beberapa dekade sebelum Perang Dunia I, Siswa-Siswa Alkitab telah melakukan penyebaran lektur Alkitab yang ekstensif secara cuma-cuma di jalan-jalan dekat gereja-gereja dan dari rumah ke rumah. Namun kemudian banyak kota kecil dan kota besar di Amerika Serikat mengeluarkan peraturan-peraturan setempat yang sangat menghalangi ”pekerjaan sukarela” tersebut. Apa yang dapat dilakukan?
The Watch Tower 15 Desember 1919 menjelaskan, ”Karena kita percaya bahwa sudah menjadi tugas kita untuk mengerahkan segala upaya yang memungkinkan untuk memberi kesaksian tentang kerajaan Tuhan dan tidak menjadi kendur karena melihat pintu tertutup, dan mengingat fakta bahwa ada upaya sistematis demikian yang menentang pekerjaan sukarela ini, maka diatur agar sebuah majalah digunakan, . . . THE GOLDEN AGE.”a
Akan tetapi, seraya intensitas kesaksian dari rumah ke rumah meningkat, upaya untuk menerapkan hukum yang dapat membatasi atau melarang pekerjaan tersebut pun meningkat. Tidak semua negeri memiliki ketetapan hukum yang memungkinkan adanya jaminan kebebasan bagi golongan minoritas dalam menghadapi perlawanan yang dilancarkan secara resmi. Namun Saksi-Saksi Yehuwa mengetahui bahwa Konstitusi AS menjamin kebebasan beragama, kebebasan berbicara, dan kebebasan pers. Maka, ketika hakim menafsirkan peraturan-peraturan setempat sedemikian rupa sehingga menghalangi pemberitaan Firman Allah, Saksi-Saksi mengajukan kasus mereka untuk naik banding ke pengadilan tinggi.b
Pada waktu meninjau kembali apa yang telah terjadi, Hayden C. Covington, yang memainkan peranan penting dalam masalah hukum bagi Lembaga Menara Pengawal, belakangan menerangkan, ”Seandainya ribuan keputusan pengadilan yang dicatat oleh para hakim, pengadilan polisi, dan pengadilan negeri lain tidak diajukan untuk naik banding, tentu bertumpuknya keputusan perkara yang banyak sekali itu akan menjadi rintangan yang sangat besar dalam bidang ibadat. Dengan naik banding, kita telah mencegah munculnya rintangan semacam itu. Cara kita beribadat telah tercantum dalam hukum di Amerika Serikat dan di negara-negara lain karena ketekunan kita dalam hal naik banding untuk keputusan-keputusan yang merugikan kita.” Di Amerika Serikat, puluhan kasus naik sampai ke Mahkamah Agung.
Memperkukuh Jaminan Kebebasan
Salah satu dari kasus-kasus pertama yang melibatkan pelayanan Saksi-Saksi Yehuwa yang sampai ke Mahkamah Agung Amerika Serikat dimulai di Georgia dan diperdebatkan di hadapan Mahkamah pada tanggal 4 Februari 1938. Alma Lovell telah divonis dalam catatan panitera pengadilan tingkat pertama di Griffin, Georgia, karena melanggar peraturan setempat yang melarang penyebaran lektur apa pun tanpa izin pejabat kota. Antara lain, Saudari Lovell telah menawarkan kepada orang-orang lain majalah The Golden Age. Pada tanggal 28 Maret 1938, Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan bahwa peraturan setempat tersebut tidak sah karena peraturan ini membatasi kebebasan pers dalam hal lisensi dan sensor.c
Pada tahun berikutnya J. F. Rutherford, yang bertindak sebagai pengacara bagi si pemohon, mengajukan argumen-argumen kepada Mahkamah Agung dalam kasus Clara Schneider v. State of New Jersey.d Ini disusul pada tahun 1940, oleh kasus Cantwell v. State of Connecticut,e yang laporan singkatnya untuk pengadilan disusun oleh J. F. Rutherford dan pembelaannya secara lisan disampaikan Hayden Covington di depan Mahkamah Agung. Hasil positif dari kasus-kasus ini mendukung jaminan konstitusional mengenai adanya kebebasan beragama, kebebasan berbicara, dan kebebasan pers. Namun ada beberapa kemunduran.
Pukulan-Pukulan Hebat di Tangan Pengadilan
Masalah memberi salut kepada bendera yang berhubungan dengan anak-anak Saksi-Saksi Yehuwa yang bersekolah pertama kali diajukan ke pengadilan Amerika pada tahun 1935 dalam kasus Carlton B. Nicholls v. Mayor and School Committee of Lynn (Massachusetts).f Kasus ini diajukan ke Mahkamah Agung Yuridis Massachusetts. Mahkamah memutuskan, pada tahun 1937, bahwa tidak soal apa pengakuan kepercayaan Carleton Nichols, Jr., dan orang-tuanya, tetap tidak ada perkecualian yang perlu dibuat untuk suatu keyakinan agama karena, seperti dikatakan, ”Salut bendera dan ikrar setia yang dipermasalahkan di sini tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama. . . . Ini bukan soal pandangan siapa pun mengenai Penciptanya. Ini juga bukan soal hubungan seseorang dengan Penciptanya.” Pada waktu masalah wajib salut bendera diajukan untuk naik banding ke Mahkamah Agung AS dalam kasus Leoles v. Landersg pada tahun 1937, dan sekali lagi dalam kasus Hering v. State Board of Educationh pada tahun 1938, Mahkamah menolak kasus-kasus ini karena, menurut pendapat mereka ini bukanlah masalah yang menyangkut hak-hak yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Federal. Pada tahun 1939, Mahkamah sekali lagi membatalkan naik banding yang menyangkut perkara serupa, dalam kasus Gabrielli v. Knickerbocker.i Pada hari yang sama, tanpa mendengar pembelaan lisan, mereka langsung meneguhkan keputusan pengadilan negeri yang merugikan dalam kasus Johnson v. Town of Deerfield.j
Akhirnya, pada tahun 1940, pemeriksaan lengkap dilakukan oleh Mahkamah untuk kasus yang diberi nama Minersville School District v. Gobitis.k Ini merupakan pertunjukan pengacara kenamaan dari kedua belah pihak yang membawakan pleidoi mereka dalam kasus tersebut. J. F. Rutherford mengajukan pembelaan lisannya atas nama Walter Gobitas dan anak-anaknya. Seorang anggota jurusan hukum Universitas Harvard mewakili Persatuan Pengacara Amerika dan Perserikatan Kemerdekaan Sipil dalam memberi argumen yang menentang adanya kewajiban untuk memberi salut kepada bendera. Akan tetapi, pembelaan mereka ditolak, dan hanya karena satu suara yang tidak setuju, Mahkamah Agung, pada tanggal 3 Juni, memutuskan bahwa anak-anak yang tidak memberi salut kepada bendera dapat dikeluarkan dari sekolah-sekolah negeri.
Selama tiga tahun berikutnya, Mahkamah Agung mengeluarkan keputusan yang menentang Saksi-Saksi Yehuwa dalam 19 kasus. Yang paling mencolok adalah keputusan yang merugikan dalam kasus Jones v. City of Opelika pada tahun 1942.l Rosco Jones dijatuhi hukuman karena menyebarkan lektur di jalan-jalan Kota Opelika, Alabama, tanpa membayar pajak lisensi. Mahkamah Agung meneguhkan vonis tersebut dan mengatakan bahwa pemerintah berhak mengenakan biaya yang masuk akal atas penjualan dari rumah ke rumah dan bahwa hukum-hukum demikian tidak dapat ditantang sekalipun kalangan berwenang setempat secara sewenang-wenang mencabut lisensi itu. Ini merupakan suatu pukulan yang hebat, karena pada saat itu setiap komunitas yang dihasut oleh para pemimpin agama atau setiap orang lain yang menentang Saksi-Saksi, dapat dengan sah melarang masuk mereka dan dengan demikian, menurut jalan pikiran para penentang, menghentikan kegiatan pengabaran dari Saksi-Saksi Yehuwa. Namun suatu hal yang aneh terjadi.
Situasi Berubah
Justru dalam keputusan pengadilan Jones v. Opelika, yang merupakan pukulan yang sedemikian hebat bagi pelayanan umum Saksi-Saksi Yehuwa, tiga di antara majelis hakim menyatakan bahwa bukan saja mereka tidak sependapat dengan keputusan mayoritas Mahkamah dalam kasus yang sedang ditangani itu tetapi mereka juga merasa bahwa mereka telah membantu untuk meletakkan dasar bagi keputusan tersebut dalam kasus Gobitis. ”Karena kami telah ikut setuju dengan pertimbangan keputusan dalam kasus Gobitis,” mereka menambahkan, ”kami pikir ini merupakan kesempatan yang tepat untuk menyatakan bahwa kini kami percaya bahwa keputusan yang diambil tersebut juga salah.” Saksi-Saksi Yehuwa memandang hal itu sebagai isyarat untuk kembali mengajukan kasus tersebut ke Mahkamah.
Suatu Mosi Pemeriksaan Ulang diajukan dalam kasus Jones v. Opelika. Dalam mosi itu, argumen-argumen hukum yang kuat diajukan. Mosi tersebut juga dengan tegas menyatakan, ”Mahkamah ini harus memperhitungkan fakta yang terpenting yaitu bahwa Mahkamah sedang menangani urusan pengadilan dengan hamba-hamba Allah Yang Mahakuasa.” Contoh-contoh Alkitab yang memperlihatkan implikasi dari hal ini ditinjau kembali. Perhatian diarahkan kepada nasihat yang diberikan oleh seorang guru hukum Gamaliel kepada mahkamah agung Yahudi abad pertama, dengan kata-kata, ”Jangan mencampuri perkara orang-orang ini, biarkan mereka; . . . sebaliknya, kamu mungkin ternyata didapati sebagai orang-orang yang bertarung melawan Allah.”—Kis. 5:34-39, NW.
Akhirnya, pada tanggal 3 Mei 1943, dalam kasus yang mencolok Murdock v. Commonwealth of Pennsylvania,a Mahkamah Agung mengubah keputusan sebelumnya dalam kasus Jones v. Opelika. Keputusan tersebut menyatakan bahwa pajak lisensi apa pun yang dianggap sebagai prasyarat bagi kebebasan beragama seseorang dalam hal menyebarkan lektur agama tidaklah berdasarkan undang-undang. Kasus ini membuka kembali pintu-pintu di Amerika Serikat bagi Saksi-Saksi Yehuwa dan telah digunakan sebagai acuan yang berwenang bagi ratusan kasus yang timbul sejak saat itu. Tanggal 3 Mei 1943 benar-benar merupakan hari yang patut dikenang oleh Saksi-Saksi Yehuwa sehubungan proses pengadilan mereka di hadapan Mahkamah Agung Amerika Serikat. Pada satu hari itu, dalam 12 dari 13 kasus (semuanya disidangkan sekaligus dan 4 keputusan dihasilkan), Mahkamah mengeluarkan keputusan yang menguntungkan mereka.b
Kira-kira sebulan kemudian—pada tanggal 14 Juni, Hari Bendera Nasional yang dirayakan setiap tahun—Mahkamah Agung sekali lagi mengubah keputusannya, kali ini sehubungan dengan keputusannya dalam kasus Gobitis, melakukannya dalam kasus yang diberi nama West Virginia State Board of Education v. Barnette.c Diputuskan bahwa ”tidak ada pejabat, tinggi ataupun rendah yang dapat menentukan apa yang tepat dan benar dalam politik, nasionalisme, agama, atau soal-soal pendirian lainnya atau memaksa warga untuk mengakui iman mereka dalam hal-hal tersebut melalui perkataan atau tindakan.” Banyak di antara alasan yang dikemukakan dalam keputusan itu selanjutnya dipakai di Kanada oleh Pengadilan Tingkat Banding Ontario dalam kasus Donald v. Hamilton Board of Education, yang keputusannya tidak ditolak oleh Mahkamah Agung Kanada.
Selaras dengan keputusannya dalam kasus Barnette, dan pada hari yang sama, dalam kasus Taylor v. State of Mississippi,d Mahkamah Agung Amerika Serikat berpendirian bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak dapat dengan sah dituduh menghasut karena menerangkan alasan mereka tidak memberi salut kepada bendera dan karena mengajarkan bahwa semua bangsa berada pada pihak yang kalah karena mereka menentang Kerajaan Allah. Keputusan-keputusan ini juga menyiapkan jalan bagi keputusan-keputusan yang menguntungkan berikutnya di pengadilan-pengadilan lain dalam kasus-kasus yang melibatkan para orang-tua Saksi karena anak-anak mereka menolak memberi salut kepada bendera di sekolah, dan juga perkara-perkara yang menyangkut pekerjaan dan pemeliharaan anak. Situasi pasti telah berubah.e
Membuka Era Baru Bagi Kebebasan di Quebec
Saksi-Saksi Yehuwa juga berupaya keras untuk memperoleh kebebasan beribadat di Kanada. Dari tahun 1944 sampai 1946, ratusan Saksi telah ditangkap di Quebec pada waktu mereka ambil bagian dalam pelayanan kepada umum. Hukum Kanada menjamin kebebasan beribadat, namun gerombolan mengganggu jalannya pertemuan yang membahas Alkitab. Polisi mematuhi permintaan para pemimpin agama Katolik untuk menghentikan Saksi-Saksi Yehuwa. Para hakim dari berbagai pengadilan setempat menerima banyak sekali kasus penganiayaan atas Saksi-Saksi, namun para pengacau tidak ditindak sama sekali. Apa yang dapat dilakukan?
Lembaga mengatur diadakannya sebuah kebaktian istimewa di Montreal pada tanggal 2 dan 3 November 1946. Para pembicara meninjau kembali posisi Saksi-Saksi Yehuwa menurut Alkitab dan dari sudut pandangan hukum negara. Kemudian diumumkan pengaturan mengenai penyebaran dari pantai ke pantai selama 16 hari—dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Ukraina—risalah Quebec’s Burning Hate for God and Christ and Freedom Is the Shame of All Canada (Kebencian Quebec yang Berkobar Kepada Allah dan Kristus dan Kebebasan Merupakan Sesuatu yang Memalukan di Seluruh Kanada). Risalah ini melaporkan secara terperinci kekerasan massa dan kekejaman lain yang dilakukan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa di Quebec. Ini disusul dengan risalah kedua, Quebec, You Have Failed Your People! (Quebec, Anda Telah Mengabaikan Warga Anda!)
Jumlah penangkapan di Quebec membubung tinggi. Untuk mengatasi situasi ini, kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Kanada mendirikan sebuah departemen hukum yang memiliki wakil-wakil di Toronto maupun Montreal. Ketika pers mendengar berita bahwa Maurice Duplessis, perdana menteri Quebec, telah dengan sengaja menghancurkan bisnis restoran Frank Roncarelli, salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, semata-mata karena ia memberi uang jaminan bagi rekan-rekan Saksi, masyarakat Kanada memprotes dengan keras. Kemudian, pada tanggal 2 Maret 1947, Saksi-Saksi Yehuwa melancarkan suatu kampanye di seluruh negeri yang mengundang warga-warga Kanada untuk mengajukan petisi kepada pemerintah memohon Pernyataan Hak-Hak Manusia. Lebih dari 500.000 tanda tangan diperoleh—petisi terbesar yang pernah diajukan ke Parlemen Kanada! Ini disusul, pada tahun berikutnya, oleh sebuah petisi yang bahkan lebih besar untuk memperkuat petisi yang pertama.
Sementara itu, Lembaga menyeleksi dua kasus percobaan untuk naik banding ke Mahkamah Agung Kanada. Salah satunya, Aimé Boucher v. His Majesty The King, mengenai tuduhan menghasut yang telah berulang kali dilontarkan terhadap Saksi-Saksi.
Kasus Boucher didasarkan atas peranan yang dimainkan Aimé Boucher, seorang petani yang lemah lembut, dalam menyebarkan risalah Quebec’s Burning Hate. Apakah ia menghasut bila ia memberi tahu tentang adanya pengeroyokan yang ditujukan melawan Saksi-Saksi di Quebec, pengabaian hukum di pihak para pejabat yang berurusan dengan mereka, dan bukti bahwa uskup Katolik dan para pemimpin agama Katolik lainnya yang menghasut hal itu?
Ketika menganalisis risalah yang disebarkan, salah seorang hakim di Mahkamah Agung berkata, ”Dokumen ini berjudul ’Kebencian Quebec yang Berkobar Kepada Allah dan Kristus dan Kebebasan Merupakan Sesuatu yang Memalukan di Seluruh Kanada’; pertama-tama ini berisi doa untuk memohon ketenangan dan alasan dalam menilai masalah-masalah yang akan dihadapi sesuai dengan judulnya, kemudian berisi referensi umum mengenai penganiayaan yang merupakan pembalasan dendam terhadap Saksi-Saksi Yehuwa sebagai saudara-saudara dalam Kristus di Quebec; kisah terperinci dari insiden-insiden penganiayaan tertentu; dan terakhir berisi seruan kepada warga propinsi tersebut, sebagai protes terhadap hukum rimba dan taktik gestapo, agar, melalui penyelidikan Firman Allah dan ketaatan kepada perintah-perintahnya, ’panen yang berlimpah dari buah-buah baik dari kasih kepada Dia dan Kristus dan kasih akan kebebasan manusia’ dapat dihasilkan.”
Keputusan Mahkamah menghapuskan vonis atas Aimé Boucher, tetapi tiga dari lima hakim hanya memerintahkan agar kasus tersebut disidangkan kembali. Apakah itu akan menghasilkan keputusan yang tidak berat sebelah di pengadilan negeri? Permohonan diajukan oleh pengacara yang mewakili Saksi-Saksi Yehuwa agar Mahkamah Agung sendiri yang memeriksa kembali kasus tersebut. Mengherankan sekali, permohonan ini dikabulkan. Sementara permohonan tersebut sedang dalam proses, jumlah hakim di Mahkamah bertambah, dan salah seorang dari majelis hakim yang semula berubah pikiran. Pada bulan Desember 1950, dihasilkan keputusan 5 banding 4 yang sepenuhnya membebaskan Saudara Boucher.
Pada mulanya, keputusan ini ditentang oleh pengacara agung dan perdana menteri (yang adalah juga jaksa agung) Propinsi Quebec, tetapi secara perlahan keputusan tersebut diberlakukan di pengadilan-pengadilan. Dengan demikian, secara efektif terkuburlah sudah tuduhan menghasut yang telah berulang kali dilancarkan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa di Kanada.
Sebuah kasus percobaan lain yang diajukan untuk naik banding ke Mahkamah Agung Kanada—Laurier Saumur v. The City of Quebec. Yang ini mempermasalahkan izin peraturan organisasi yang tersangkut dalam sejumlah besar vonis di pengadilan negeri. Dalam kasus Saumur, Lembaga berupaya memperoleh keputusan yang permanen terhadap kota Quebec agar kalangan berwenang di sana tidak lagi mengganggu penyebaran lektur agama oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Pada tanggal 6 Oktober 1953, Mahkamah Agung mengeluarkan keputusan. Jawabannya adalah ”Ya” bagi Saksi-Saksi Yehuwa, ”Tidak” bagi propinsi Quebec. Keputusan itu juga membawa kemenangan bagi ribuan kasus lain yang faktor penentunya sama yaitu prinsip kebebasan beragama. Ini membuka era baru bagi pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa di Quebec.
Pendidikan Mengenai Hak-Hak dan Prosedur Hukum
Karena jumlah kasus pengadilan meningkat pada akhir tahun 1920-an dan seterusnya, maka Saksi-Saksi Yehuwa perlu diajar mengenai prosedur hukum. J. F. Rutherford adalah seorang pengacara dan ia sendiri sewaktu-waktu bertindak sebagai hakim, ia menyadari perlunya Saksi-Saksi diberi pengarahan dalam hal-hal ini. Terutama sejak tahun 1926 Saksi-Saksi telah menekankan pengabaran dari rumah ke rumah setiap hari Minggu, dengan menggunakan buku-buku yang menjelaskan mengenai Alkitab. Karena penyebaran lektur Alkitab yang mereka lakukan pada hari Minggu mendapat tentangan, Saudara Rutherford menyusun pamflet Liberty to Preach (Kebebasan untuk Mengabar) guna membantu mereka yang ada di Amerika Serikat memahami hak-hak mereka di bawah hukum. Akan tetapi, ia tidak dapat menangani sendiri semua urusan hukum, maka ia mengatur agar pengacara-pengacara lain melayani sebagai bagian dari staf kantor pusat Lembaga. Selain itu, orang-orang lain, yang tersebar di seluruh negeri, bekerja sama dengan erat.
Para pengacara tidak dapat hadir pada setiap acara pengadilan yang dituntut dalam ribuan kasus yang melibatkan kegiatan pengabaran Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi mereka dapat memberikan saran yang cocok. Untuk tujuan itu, penyelenggaraan diadakan guna mengajarkan prosedur hukum dasar kepada semua Saksi-Saksi Yehuwa. Ini dilakukan pada kebaktian-kebaktian istimewa di Amerika Serikat pada tahun 1932 dan, belakangan dalam acara Perhimpunan Dinas yang tetap tentu di sidang-sidang. ”Prosedur Pengadilan” yang disusun secara terperinci diterbitkan dalam 1933 Year Book dari Saksi-Saksi Yehuwa (belakangan dalam bentuk lembaran terpisah). Instruksi-instruksi ini disesuaikan menurut keadaan. Dalam terbitan Consolation 3 November 1937, nasihat hukum lebih lanjut diberikan berkenaan situasi spesifik yang sedang dihadapi.
Dengan memanfaatkan informasi ini, Saksi-Saksi biasanya menangani pembelaan mereka sendiri di pengadilan-pengadilan setempat, sebaliknya daripada menggunakan jasa pengacara. Mereka mendapati bahwa dengan cara ini mereka sering dapat memberi kesaksian kepada pengadilan dan mengemukakan masalah dengan jujur kepada hakim, sebaliknya daripada membiarkan kasus diputuskan hanya menurut dasar-dasar teknis hukum. Bila ada kasus yang diputuskan secara merugikan, biasanya naik banding diajukan, meskipun beberapa Saksi menjalani pemenjaraan sebaliknya daripada menyewa seorang pengacara yang jasanya dibutuhkan dalam pengadilan tingkat banding.
Seraya situasi baru timbul dan preseden keputusan pengadilan terkumpul, lebih banyak lagi informasi tersedia guna membantu Saksi-Saksi mengetahui perkembangan terakhir. Karena itu, pada tahun 1939 buku kecil Advice for Kingdom Publishers (Nasihat Bagi Para Penyiar Kerajaan) dicetak untuk membantu saudara-saudara yang berjuang dalam pengadilan. Dua tahun kemudian suatu pembahasan yang lebih luas diuraikan dalam buku kecil Jehovah’s Servants Defended (Hamba-Hamba Yehuwa Dibela). Buku ini mengutip atau membahas 50 keputusan pengadilan Amerika yang berbeda yang melibatkan Saksi-Saksi Yehuwa, serta banyak kasus lain, dan menjelaskan bagaimana preseden peradilan ini dapat dimanfaatkan. Belakangan, pada tahun 1943, sebuah buku Freedom of Worship (Kebebasan Beribadat) tersedia bagi setiap Saksi dan dipelajari dengan sungguh-sungguh dalam Perhimpunan Dinas di sidang-sidang. Selain menyediakan ikhtisar yang berharga mengenai kasus-kasus hukum, buku kecil ini menguraikan secara terperinci alasan-alasan Alkitab dalam menangani masalah-masalah secara khusus. Kemudian, pada tahun 1950, dilanjutkan dengan buku kecil Defending and Legally Establishing the Good News (Membela dan Secara Hukum Meneguhkan Kabar Baik) yang berisi pengetahuan terbaru.
Ini semua merupakan pendidikan yang progresif mengenai hukum. Akan tetapi, tujuannya bukanlah untuk membuat Saksi-Saksi menjadi pengacara melainkan untuk menjaga agar pintu tetap terbuka bagi pemberitaan kabar baik Kerajaan Allah kepada umum dan dari rumah ke rumah.
Seperti Sekawanan Belalang
Bila para pejabat merasa diri tidak terikat pada hukum, perlakuan mereka terhadap Saksi-Saksi kadang-kadang kejam. Akan tetapi, tidak soal metode yang digunakan para penentang mereka, Saksi-Saksi Yehuwa mengetahui bahwa Firman Allah menasihatkan, ”Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Rm. 12:19) Meskipun demikian, mereka merasa sangat berkewajiban untuk memberi kesaksian. Bagaimana mereka melakukannya bila mereka menghadapi perlawanan resmi demikian?
Meskipun setiap sidang Saksi-Saksi Yehuwa biasanya tidak begitu besar pada tahun 1930-an, namun ada ikatan yang kuat di antara mereka. Bila ada kesulitan serius di lokasi mana pun, Saksi-Saksi dari daerah sekitarnya bergairah untuk membantu. Misalnya pada tahun 1933 di Amerika Serikat, 12.600 Saksi diorganisasi ke dalam 78 kelompok besar. Bila di suatu daerah penangkapan terus-menerus terjadi, atau bila para penentang berhasil menekan pemancar radio untuk membatalkan kontrak siaran yang disiapkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, kantor Lembaga di Brooklyn diberi tahu. Dalam seminggu, bala bantuan dikirim ke daerah itu untuk memberi kesaksian yang intensif.
Dari 50 hingga 1.000 Saksi, tergantung kebutuhan, akan bertemu pada waktu yang telah ditentukan, biasanya di pinggiran kota dekat daerah yang akan dikerjakan. Mereka semua adalah sukarelawan; beberapa telah menempuh jarak 320 kilometer. Setiap kelompok diberi daerah yang dapat dikerjakan, kemungkinan dalam 30 menit atau bahkan dua jam. Seraya setiap kelompok bermobil mulai mengerjakan daerah yang ditugaskan, suatu panitia yang terdiri dari saudara-saudara datang menghadap polisi untuk memberi tahu mereka mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan dan untuk memberikan daftar nama semua Saksi yang sedang bekerja di komunitas tersebut pada pagi itu. Karena menyadari bahwa kekuatan mereka sendiri kewalahan dalam menghadapi jumlah Saksi-Saksi yang begitu banyak, para pejabat di kebanyakan tempat mengizinkan pekerjaan tersebut berlanjut tanpa rintangan. Di beberapa tempat mereka memadati penjara dengan Saksi-Saksi tetapi kemudian mereka tidak dapat berbuat lain. Untuk setiap orang yang ditangkap, Saksi-Saksi telah menyiapkan pengacara serta uang jaminan. Dampaknya adalah seperti yang didatangkan oleh kawanan belalang simbolis yang disebutkan dalam Alkitab di Yoel 2:7-11 dan Wahyu 9:1-11. Dengan cara ini pemberitaan kabar baik dapat terus berlanjut meskipun menghadapi perlawanan yang gigih.
Menyingkapkan Kepada Umum Tindakan Para Pejabat yang Sewenang-Wenang
Dianggap bermanfaat untuk memberi tahu orang-orang di beberapa daerah mengenai apa yang dilakukan oleh para pejabat setempat. Di Quebec, pada waktu pengadilan membuat Saksi-Saksi menjalani prosedur yang mengingatkan kita kepada pengadilan bercirikan Inkwisisi, sepucuk surat yang menguraikan fakta-fakta dikirimkan kepada semua anggota badan legislatif Quebec. Jika tidak ada tindakan, Lembaga mengirimkan salinan surat tersebut kepada 14.000 pengusaha di seluruh propinsi itu. Kemudian informasi tersebut diberikan kepada redaktur surat kabar untuk dipublikasikan.
Di Amerika Serikat bagian timur, publik diberi tahu melalui siaran radio. Di Betel Brooklyn, sejumlah aktor yang terlatih, yang mahir meniru suara dan gaya bicara, membentuk apa yang disebut Teater Sang Raja. Pada waktu Saksi-Saksi Yehuwa diajukan ke pengadilan oleh pejabat yang sewenang-wenang, catatan yang lengkap dengan huruf steno mengenai jalannya pengadilan dibuat. Para aktor hadir di pengadilan supaya mereka dapat mengenal betul nada suara dan gaya bicara polisi, jaksa penuntut, dan hakim. Setelah disebarkan iklan yang ekstensif supaya banyak orang mendengarkan siaran radio, Teater Sang Raja menampilkan kembali adegan-adegan di ruang pengadilan dengan kemiripan yang mengagumkan sehingga publik dapat mengetahui dengan tepat apa yang dilakukan oleh para pejabat mereka. Pada waktunya, karena banyaknya sorotan publisitas yang diberikan kepada mereka, beberapa dari para pejabat ini menjadi lebih berhati-hati dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan Saksi-Saksi.
Tindakan yang Bersatu Padu Dalam Menghadapi Penganiayaan Nazi
Ketika pemerintah Jerman Nazi melaksanakan kampanye untuk menghentikan kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman, upaya dikerahkan berulang kali untuk mengajukan kasus ke hadapan kalangan berwenang Jerman. Namun kelepasan tak kunjung datang. Menjelang musim panas tahun 1933, pekerjaan mereka dilarang di sebagian besar negara bagian Jerman. Karena itu, pada tanggal 25 Juni 1933, sebuah deklarasi berkenaan pelayanan mereka dan tujuan-tujuannya disetujui oleh Saksi-Saksi Yehuwa pada sebuah kebaktian di Berlin. Salinan dari deklarasi tersebut dikirimkan kepada semua pejabat tinggi pemerintah, dan jutaan lainnya disebarkan kepada publik. Meskipun demikian, pada bulan Juli 1933, pengadilan-pengadilan tidak mau memberi kesempatan untuk memeriksa demi tercapainya kebebasan. Pada awal tahun berikutnya, sepucuk surat pribadi sehubungan dengan situasi tersebut ditulis oleh J. F. Rutherford kepada Adolf Hitler dan disampaikan kepadanya oleh seorang utusan khusus. Kemudian seluruh persaudaraan seluas dunia ikut bertindak.
Pada hari Minggu pagi, tanggal 7 Oktober 1934, pukul sembilan, setiap kelompok Saksi-Saksi di Jerman berkumpul. Mereka berdoa memohon bimbingan dan berkat Yehuwa. Kemudian setiap kelompok mengirimkan surat kepada para pejabat pemerintah yang menyatakan tekad mereka yang teguh untuk tetap melayani Yehuwa. Sebelum bubar, mereka membahas bersama kata-kata dari Tuhan mereka, Yesus Kristus, di Matius 10:16-24. Setelah itu, mereka pergi memberi kesaksian kepada tetangga mereka mengenai Yehuwa dan Kerajaan-Nya di bawah Kristus.
Pada hari yang sama, Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh bumi bertemu dan, setelah memanjatkan doa bersama kepada Yehuwa, mereka mengirimkan telegram yang memperingatkan pemerintahan Hitler, ”Perlakuan Anda yang buruk terhadap saksi-saksi Yehuwa mengejutkan semua orang baik di bumi dan menghina nama Allah. Jangan lagi menganiaya saksi-saksi Yehuwa; jika tidak, Allah akan menghancurkan Anda dan partai nasional Anda.” Namun masalahnya belum selesai sampai di situ.
Gestapo meningkatkan upaya mereka untuk memorak-porandakan kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa. Setelah penangkapan secara besar-besaran terjadi pada tahun 1936, Gestapo berpikir bahwa mereka telah berhasil. Namun kemudian, pada tanggal 12 Desember 1936, sekitar 3.450 Saksi yang masih bebas di Jerman dengan cepat menyebarluaskan di seluruh negeri itu resolusi tercetak yang secara terang-terangan menyatakan maksud-tujuan Yehuwa serta mengemukakan tekad Saksi-Saksi Yehuwa untuk menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia. Para penentang tidak dapat mengerti bagaimana mungkin Saksi-Saksi menyebarkan resolusi tersebut. Beberapa bulan kemudian, ketika Gestapo melecehkan tuduhan-tuduhan yang tertera dalam resolusi tersebut, Saksi-Saksi Yehuwa menyusun sepucuk surat terbuka yang tanpa ampun menyebutkan nama-nama opsir Nazi yang telah memperlakukan Saksi-Saksi Yehuwa dengan kejam. Pada tahun 1937, surat ini juga disebarluaskan di Jerman. Dengan demikian perbuatan orang-orang jahat ini disingkapkan agar semua mengetahuinya. Ini juga memberi kesempatan kepada publik untuk memutuskan haluan mana yang akan mereka ikuti secara pribadi sehubungan dengan hamba-hamba dari Yang Mahatinggi ini.—Bandingkan Matius 25:31-46.
Publisitas Seluas Dunia Mendatangkan Kelepasan Tertentu
Pemerintahan-pemerintahan lain juga telah memperlakukan Saksi-Saksi Yehuwa dengan kasar, melarang mereka mengadakan perhimpunan dan pengabaran umum. Dalam beberapa kasus pemerintahan-pemerintahan ini telah menyebabkan Saksi-Saksi dipaksa keluar dari pekerjaan duniawi dan anak-anak mereka dilarang bersekolah. Sejumlah pemerintahan juga menggunakan kebrutalan fisik. Padahal, negeri-negeri ini juga biasanya memiliki undang-undang yang menjamin kebebasan beragama. Karena ingin mendatangkan kelepasan bagi saudara-saudara mereka yang dianiaya, Lembaga Menara Pengawal sering mengadakan publisitas seluas dunia mengenai perincian dari perlakuan demikian. Ini dilakukan melalui majalah Menara Pengawal dan Sedarlah!, dan laporan-laporan ini kadang-kadang dipakai oleh media massa. Kemudian beribu-ribu surat yang berisi imbauan demi kepentingan Saksi-Saksi membanjiri kantor-kantor para pejabat pemerintahan di seluruh dunia.
Sebagai hasil kampanye demikian pada tahun 1937, gubernur Georgia, di Amerika Serikat, menerima kira-kira 7.000 surat dari empat negara dalam dua hari, dan wali kota La Grange, Georgia, juga dibanjiri dengan ribuan surat. Kampanye-kampanye semacam itu juga dilakukan demi kepentingan Saksi-Saksi Yehuwa di Argentina pada tahun 1978 dan 1979, Benin tahun 1976, Burundi tahun 1989, Etiopia tahun 1957, Gabon tahun 1971, Kamerun tahun 1970, Malawi tahun 1968, 1972, 1975, dan sekali lagi tahun 1976, Malaya tahun 1952, Mozambik tahun 1976, Portugal tahun 1964 dan 1966, Republik Dominika tahun 1950 dan 1957, Singapura tahun 1972, Spanyol tahun 1961 dan sekali lagi tahun 1962, Swaziland tahun 1983, Yordania tahun 1959, juga Yunani tahun 1963 dan 1966.
Sebagai contoh yang terjadi baru-baru ini yaitu apa yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa seluas dunia guna mendatangkan kelepasan bagi saudara-saudara mereka yang dianiaya, perhatikan situasi di Yunani. Karena begitu hebatnya penganiayaan yang dilancarkan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa atas hasutan para pemimpin agama Ortodoks Yunani di sana, maka pada tahun 1986 majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! (dengan penyebaran internasional untuk kedua majalah tersebut mencapai lebih dari 22.000.000 eksemplar) melaporkan perincian mengenai penganiayaan itu. Saksi-Saksi di negeri-negeri lain diundang untuk menulis kepada para pejabat pemerintah Yunani demi kepentingan saudara-saudara mereka. Para Saksi melakukannya; dan seperti yang dilaporkan oleh surat kabar Athena Vradyni, Menteri Kehakiman dibanjiri dengan lebih 200.000 surat dari 200 negeri lebih dan dalam 106 bahasa.
Pada tahun berikutnya, ketika suatu kasus yang melibatkan Saksi-Saksi diperiksa Pengadilan tingkat banding di Hania, Kreta, para wakil Saksi-Saksi Yehuwa dari tujuh negeri lain (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Prancis, dan Spanyol) hadir dalam kasus tersebut sebagai satu kelompok dan untuk mendukung saudara-saudara Kristen mereka. Belakangan, setelah keputusan yang merugikan dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Yunani pada tahun 1988 dalam kasus lain lagi yang melibatkan Saksi-Saksi, naik banding diajukan ke Komisi Eropa untuk Hak Asasi Manusia. Di sana, pada tanggal 7 Desember 1990, kepada 16 yuris (ahli hukum) dari hampir seluruh bagian Eropa dihadapkan suatu arsip mengenai 2.000 penangkapan dan ratusan kasus pengadilan yang menjatuhkan vonis kepada Saksi-Saksi Yehuwa di Yunani karena mereka berbicara mengenai Alkitab. (Tepatnya, ada 19.147 penangkapan di Yunani dari tahun 1938 hingga 1992.) Komisi tersebut dengan suara bulat memutuskan agar kasus itu sepatutnya diperiksa oleh Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia.
Dalam beberapa kasus, penyingkapan tentang pelanggaran hak-hak asasi manusia sedikit banyak mendatangkan kelegaan. Akan tetapi, tidak soal tindakan apa yang diambil oleh para hakim atau penguasa, Saksi-Saksi Yehuwa terus menaati Allah sebagai Penguasa Tertinggi mereka.
Memperoleh Pengakuan Resmi
Wewenang untuk melaksanakan ibadat sejati jelas tidak berasal dari manusia atau pemerintahan manusia mana pun. Ini berasal dari Allah Yehuwa sendiri. Akan tetapi, di banyak negeri, untuk memperoleh perlindungan yang dijamin oleh hukum duniawi, telah terbukti menguntungkan bagi Saksi-Saksi Yehuwa untuk mendaftarkan diri ke pemerintah sebagai suatu perkumpulan agama. Rencana untuk membeli bangunan yang akan digunakan sebagai kantor cabang atau untuk melaksanakan pencetakan lektur Alkitab secara ekstensif dapat dipermudah dengan terbentuknya badan hukum setempat. Selaras dengan preseden yang diberikan oleh rasul Paulus di Filipi purba untuk ”secara hukum meneguhkan kabar baik”, Saksi-Saksi Yehuwa mengambil tindakan yang tepat untuk melaksanakan hal ini.—Flp. 1:7, NW.
Kadang-kadang, keadaannya sangat sulit. Misalnya di Austria, tempat diadakannya suatu konkordat dengan Vatikan yang menjamin adanya dukungan finansial pemerintah bagi Gereja Katolik, upaya Saksi-Saksi Yehuwa pada mulanya ditolak oleh para pejabat yang mengatakan, ’Kalian bermaksud membentuk suatu organisasi agama, dan organisasi semacam itu tidak dapat ditetapkan di bawah hukum Austria.’ Akan tetapi, pada tahun 1930, mereka dapat mendaftarkan diri sebagai suatu perkumpulan yang menyalurkan Alkitab dan lektur Alkitab.
Di Spanyol, kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa pada abad ke-20 sudah mulai sejak masa Perang Dunia I. Namun sejak tahun-tahun awal Inkwisisi pada abad ke-15, Gereja Katolik Roma dan Negara Spanyol, dengan beberapa perkecualian, telah bekerja sama dengan erat. Perubahan keadaan politik dan agama memungkinkan masing-masing orang menjalankan agama lain, tetapi menyatakan iman mereka kepada umum tetap dilarang. Meskipun adanya keadaan semacam ini, pada tahun 1956 dan sekali lagi pada tahun 1965, Saksi-Saksi Yehuwa berupaya memperoleh pengakuan resmi di Spanyol. Namun, kemajuan yang nyata baru dapat terlihat pada waktu Parlemen Spanyol mengeluarkan Undang-Undang Kebebasan Beragama pada tahun 1967. Akhirnya, pada tanggal 10 Juli 1970, pada waktu Saksi-Saksi sudah berjumlah lebih dari 11.000 di Spanyol, pengakuan resmi diberikan.
Permohonan untuk pendaftaran resmi bagi Lembaga Menara Pengawal diajukan kepada gubernur kolonial Prancis di Dahomey (sekarang dikenal sebagai Benin) pada tahun 1948. Namun baru pada tahun 1966, enam tahun setelah negara tersebut menjadi republik yang independen, pendaftaran resmi demikian diberikan. Akan tetapi, pengakuan resmi itu dicabut pada tahun 1976 dan belakangan diberikan kembali pada tahun 1990 yaitu pada waktu terjadi perubahan situasi politik dan sikap para pejabat terhadap kebebasan beragama.
Meskipun Saksi-Saksi Yehuwa telah menerima pengakuan resmi di Kanada selama bertahun-tahun, Perang Dunia II memberi kesempatan bagi para penentang untuk membujuk seorang gubernur jenderal yang baru untuk menyatakan bahwa kegiatan Saksi-Saksi tidak sah. Ini dilakukan pada tanggal 4 Juli 1940. Dua tahun kemudian, ketika Saksi-Saksi diberi kesempatan mengajukan protes kepada sebuah panitia terpilih dari Majelis Rendah, panitia tersebut dengan tegas merekomendasikan agar larangan atas Saksi-Saksi Yehuwa dan badan hukum mereka dicabut. Akan tetapi, setelah terjadi debat yang berulang dan berkepanjangan di Majelis Rendah dan setelah upaya keras dikerahkan untuk mengumpulkan tanda tangan pada dua buah petisi yang diedarkan ke seluruh penjuru negara tersebut, barulah Menteri Kehakiman, seorang Katolik Roma, merasa terpaksa mencabut sama sekali larangan itu.
Agar Saksi-Saksi Yehuwa memperoleh pengakuan resmi di Eropa Timur, dituntut adanya perubahan mendasar dalam pandangan pemerintah di sana. Akhirnya, setelah permohonan naik banding untuk memperoleh kebebasan beragama diajukan selama beberapa dekade, Saksi-Saksi diberi pengakuan resmi di Polandia dan Hongaria pada tahun 1989, di Romania dan Jerman Timur (sebelum negara tersebut disatukan dengan Republik Federal Jerman) pada tahun 1990, di Bulgaria dan di negara yang waktu itu disebut Uni Soviet pada tahun 1991, dan di Albania pada tahun 1992.
Saksi-Saksi Yehuwa berupaya bekerja selaras dengan hukum negara mana pun. Atas dasar Alkitab, mereka sangat menganjurkan respek kepada para pejabat pemerintah. Namun bila hukum manusia bertentangan dengan perintah-perintah Allah yang dinyatakan dengan jelas, mereka menjawab, ”Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”—Kis. 5:29.
Bila Rasa Takut Membuat Orang Melupakan Kebebasan Asasi
Karena semakin banyak orang menyalahgunakan obat bius dan timbulnya inflasi, yang sering memaksa suami maupun istri bekerja duniawi, Saksi-Saksi Yehuwa di Amerika Serikat menyadari bahwa mereka dihadapkan kepada situasi baru dalam pelayanan. Banyak rumah di sekitar mereka kosong hampir sepanjang hari, dan perampokan merajalela. Orang-orang ketakutan. Pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an, suatu gelombang baru berupa pengesahan peraturan setempat mengenai permohonan pemberian lisensi menjadi undang-undang guna memantau orang-orang tidak dikenal yang ada di lingkungan masyarakat. Beberapa kota mengancam hendak menangkap Saksi-Saksi Yehuwa jika mereka tidak memiliki izin. Namun suatu dasar hukum yang kuat telah diletakkan sehingga upaya dapat dikerahkan untuk menangani problem-problem yang timbul di luar pengadilan.
Bila kesulitan timbul para penatua setempat dapat menemui para pejabat kota untuk mencari jalan keluar. Saksi-Saksi Yehuwa dengan tegas menolak untuk meminta izin melakukan pekerjaan yang Allah perintahkan, dan Konstitusi AS, yang didukung oleh keputusan Mahkamah Agung, menjamin kebebasan beribadat dan kebebasan pers dalam hal tidak dikenakan pemungutan bayaran apa pun sebagai suatu prasyarat. Namun Saksi-Saksi Yehuwa memahami bahwa orang-orang ketakutan, dan mereka setuju untuk melapor kepada polisi sebelum mereka memulai pengabaran di suatu daerah tertentu, bila perlu. Akan tetapi, jika kata sepakat yang sesuai tidak dicapai, seorang pengacara dari kantor pusat Lembaga akan menghubungi pejabat setempat guna menjelaskan pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa, hukum konstitusional yang mendukung hak mereka untuk mengabar, dan kemampuan mereka untuk melaksanakan hak tersebut melalui tuntutan ganti rugi atas pelanggaran hak-hak sipil federal kepada kota praja dan para pejabatnya.f
Di beberapa negeri bahkan terbukti perlu untuk maju ke pengadilan guna menegaskan kembali kebebasan asasi yang telah lama diabaikan. Halnya demikian di Finlandia pada tahun 1976 dan sekali lagi pada tahun 1983. Dengan dalih hendak memelihara ketenangan penghuni rumah, sejumlah besar peraturan setempat melarang kegiatan agama yang menyangkut pengabaran dari rumah ke rumah. Akan tetapi, di pengadilan Loviisa dan di Rauma dijelaskan bahwa pengabaran dari rumah ke rumah merupakan bagian dari agama Saksi-Saksi Yehuwa dan bahwa pemerintah telah menyetujui metode penginjilan ini pada waktu piagam bagi perkumpulan agama Saksi-Saksi Yehuwa disahkan. Juga diperlihatkan bahwa banyak orang menyambut baik kunjungan Saksi-Saksi dan bahwa melarang kegiatan demikian hanya karena tidak setiap orang menghargainya akan dianggap sebagai pembatasan terhadap kebebasan. Setelah diperoleh hasil yang menguntungkan dari kasus-kasus tersebut, banyak kota kecil dan kota yang lebih besar mencabut peraturan setempat mereka.
Mempengaruhi Perkembangan Undang-Undang Konstitusional
Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa, di beberapa negeri, telah menjadi faktor utama dalam pembentukan undang-undang. Setiap mahasiswa hukum Amerika mengetahui betul sumbangan yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam mempertahankan hak-hak sipil di Amerika Serikat. Seberapa besar sumbangan tersebut tercermin dalam artikel-artikel seperti berikut, ”Hukum Konstitusional Berutang kepada Saksi-Saksi Yehuwa”, muncul dalam Law Review Minnesota, pada bulan Maret 1944, dan, ”Suatu Katalisator bagi Perkembangan Undang-Undang Konstitusional: Saksi-Saksi Yehuwa di Mahkamah Agung”, yang diterbitkan dalam University of Cincinnati Law Review, pada tahun 1987.
Kasus-kasus pengadilan mereka membentuk suatu bagian penting dari undang-undang Amerika yang berhubungan dengan kebebasan beragama, kebebasan berbicara, dan kebebasan pers. Kasus-kasus ini telah berbuat banyak dalam mempertahankan kebebasan tidak hanya bagi Saksi-Saksi Yehuwa melainkan juga bagi seluruh warga. Dalam sebuah pidato di Universitas Drake, Irving Dilliard, seorang pengarang dan redaktur terkenal, mengatakan, ”Mungkin ini tidak menyenangkan Anda, namun Saksi-Saksi Yehuwa telah berbuat lebih banyak dibandingkan kelompok agama lain mana pun dalam membantu mempertahankan kebebasan kita.”
Berkenaan situasi di Kanada, prakata dari buku State and Salvation—The Jehovah’s Witnesses and Their Fight for Civil Rights (Negara dan Kelepasan—Saksi-Saksi Yehuwa dan Perjuangan Mereka Demi Hak-Hak Sipil) menyatakan, ”Saksi-Saksi Yehuwa mengajar negara dan rakyat Kanada, bagaimana seharusnya penerapan dari proteksi hukum bagi kelompok-kelompok yang berbeda dalam pendirian. Selain itu, . . . penganiayaan [terhadap Saksi-Saksi di Propinsi Quebec] membawa kepada serangkaian kasus yang pada tahun 1940-an dan 1950-an sampai ke Mahkamah Agung Kanada. Kasus-kasus tersebut juga merupakan sumbangan penting bagi hak-hak sipil Kanada, dan hukum-hukum itu pun merupakan dasar yang kokoh bagi yurisprudensi kebebasan sipil di Kanada dewasa ini.” ”Salah satu hasil” perjuangan hukum Saksi-Saksi demi mencapai kebebasan beribadat, sebagaimana dijelaskan oleh buku tersebut, ”adalah diskusi dan debat panjang yang membawa kepada dikeluarkannya Piagam untuk Hak-Hak Asasi”, yang kini menjadi bagian dari undang-undang dasar fundamental Kanada.
Keunggulan Hukum Allah
Akan tetapi, yang terutama, catatan hukum dari Saksi-Saksi Yehuwa telah menjadi bukti bagi keyakinan mereka akan keunggulan hukum ilahi. Dasar pendirian yang mereka ambil adalah penghargaan mereka akan sengketa kedaulatan universal. Mereka mengakui Yehuwa sebagai satu-satunya Allah yang benar dan layak menjadi Yang Berdaulat atas alam semesta. Karena itu, mereka dengan tegas berpendirian bahwa undang-undang atau keputusan pengadilan mana pun yang melarang melakukan apa yang diperintahkan Yehuwa tidaklah sah dan bahwa lembaga manusia yang telah memberlakukan pembatasan demikian telah melampaui wewenangnya sendiri. Pendirian mereka seperti yang diperlihatkan oleh rasul-rasul Yesus Kristus, yang menyatakan, ”Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”—Kis. 5:29.
Dengan bantuan Allah, Saksi-Saksi Yehuwa bertekad memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah ini ke seluruh bumi yang berpenduduk sebagai kesaksian bagi semua bangsa sebelum tiba kesudahannya.—Mat. 24:14.
[Catatan Kaki]
a Terbitan pertama tertanggal 1 Oktober 1919. Penyebaran majalah itu dan majalah-majalah penggantinya, Consolation dan Awake!, luar biasa. Sejak tahun 1992, sirkulasi tetap majalah Sedarlah! berjumlah 13.110.000 dalam 67 bahasa.
b Sebagai suatu kebijakan umum, pada waktu dihadapkan ke pengadilan karena memberi kesaksian, Saksi-Saksi Yehuwa mengajukan kasus mereka untuk naik banding sebaliknya dari membayar denda. Jika kasus tersebut kalah pada waktu naik banding, maka, sebaliknya dari membayar denda, mereka memilih untuk masuk penjara jika hukum memungkinkan hal itu. Penolakan yang terus-menerus oleh Saksi-Saksi untuk membayar denda membuat beberapa pejabat menjadi enggan untuk terus mempermasalahkan aktivitas pengabaran mereka. Meskipun kebijakan ini masih dapat diikuti di bawah keadaan-keadaan tertentu, The Watchtower 1 April 1975, memperlihatkan bahwa dalam banyak kasus, denda layak dipandang sebagai hukuman pengadilan, maka membayar denda tidak berarti mengaku bersalah, sebagaimana halnya masuk penjara tidak membuktikan seseorang bersalah.
c Lovell v. City of Griffin, 303 U.S. 444 (1938).
d Schneider v. State of New Jersey (Town of Irvington), 308 U.S. 147 (1939).
e 310 U.S. 296 (1940).
f 297 Mass. 65 (1935). Kasus yang melibatkan seorang murid laki-laki berusia delapan tahun, yang namanya dieja dengan benar Carleton Nichols.
g 302 U.S. 656 (1937) (dari Georgia).
h 303 U.S. 624 (1938) (dari New Jersey).
i 306 U.S. 621 (1939) (dari Kalifornia).
j 306 U.S. 621 (1939) (dari Massachusetts).
k 310 U.S. 586 (1940). Walter Gobitas (ejaan yang benar), sang ayah, beserta anak-anaknya William dan Lillian, maju ke pengadilan agar pengurus sekolah tidak mengeluarkan kedua anak tersebut dari sekolah negeri Minersville karena anak-anak tersebut tidak memberi salut kepada bendera nasional. Pengadilan distrik federal maupun pengadilan banding tingkat wilayah keduanya memutuskan untuk memenangkan Saksi-Saksi Yehuwa. Kemudian, pengurus sekolah naik banding ke Mahkamah Agung.
l 316 U.S. 584 (1942).
a 319 U.S. 105 (1943).
b Selama tahun kalender 1943, petisi dan naik banding dalam 24 kasus peradilan yang melibatkan Saksi-Saksi Yehuwa dilimpahkan ke Mahkamah Agung Amerika Serikat.
c 319 U.S. 624 (1943).
d 319 U.S. 583 (1943).
e Dari tahun 1919 sampai 1988, petisi dan naik banding dalam 138 kasus yang melibatkan Saksi-Saksi Yehuwa diajukan ke Mahkamah Agung AS. Seratus tiga puluh kasus diajukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa; delapan oleh lawan mereka dalam pengadilan. Mahkamah Agung menolak untuk meninjau 67 kasus di antaranya karena, sebagaimana Mahkamah memandang masalah tersebut pada saat itu, tidak ada pertanyaan-pertanyaan penting yang menyangkut konstitusi maupun undang-undang federal yang diajukan. Mahkamah mempertimbangkan 47 kasus di antaranya, dan semua keputusan menguntungkan Saksi-Saksi Yehuwa.
f Jane Monell v. Department of Social Services of the City of New York, 436 U.S. 658 (1978).
[Blurb di hlm. 680]
Larangan pemerintah diberlakukan atas Saksi-Saksi Yehuwa dari satu negeri ke lain negeri
[Blurb di hlm. 682]
Perkara ini dibatalkan, dan dengan marah imam tersebut bergegas ke luar gedung pengadilan!
[Blurb di hlm. 693]
Beberapa pejabat menjadi lebih berhati-hati dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan Saksi-Saksi
[Kotak di hlm. 684]
Kesaksian Bagi Mahkamah Agung Amerika Serikat
Ketika tampil di hadapan Mahkamah Agung Amerika Serikat sebagai pengacara hukum dalam kasus ”Gobitis”, Joseph F. Rutherford, anggota Persatuan Pengacara New York dan presiden Lembaga Menara Pengawal, dengan jelas menarik perhatian kepada pentingnya tunduk kepada kedaulatan Allah Yehuwa. Ia mengatakan,
”Saksi-saksi Yehuwa adalah orang-orang yang memberi kesaksian kepada nama Allah Yang Mahakuasa, yang nama-Nya adalah YEHUWA. . . .
”Saya menarik perhatian kepada fakta bahwa Allah Yehuwa, lebih dari enam ribu tahun yang lalu, berjanji hendak mendirikan suatu pemerintahan yang adil-benar melalui Mesias. Ia akan menepati janji tersebut pada waktu yang telah ditentukan. Fakta-fakta yang ada dewasa ini sehubungan nubuat menunjukkan bahwa sudah dekat waktunya. . . .
”Allah Yehuwa, adalah satu-satunya sumber kehidupan. Tidak ada pribadi lain yang dapat memberi kehidupan. Negara bagian Pennsylvania tidak dapat memberi kehidupan. Pemerintah Amerika tidak dapat. Allah membuat hukum ini [yang melarang beribadat kepada patung-patung], seperti yang dikatakan Paulus, untuk melindungi umat-Nya terhadap penyembahan berhala. Anda katakan, itu hal kecil. Begitu pula perbuatan Adam memakan buah terlarang. Yang menjadi masalah bukanlah apel yang Adam makan, melainkan perbuatan tidak menaati Allah. Persoalannya adalah apakah manusia akan menaati Allah atau menaati lembaga manusia tertentu. . . .
”Saya mengingatkan Mahkamah ini (seharusnya saya tidak perlu melakukan ini) bahwa dalam kasus ”Church v. United State” Mahkamah ini berpendapat bahwa Amerika adalah bangsa Kristen; dan itu berarti bahwa Amerika harus tunduk kepada hukum Ilahi. Itu juga berarti bahwa Mahkamah ini secara hukum memberi perhatian kepada fakta bahwa hukum Allah adalah hukum tertinggi. Dan jika seseorang, berdasarkan hati nurani, percaya bahwa hukum Allah merupakan hukum tertinggi, dan berdasarkan hati nurani, berbuat selaras dengan itu, maka tidak ada wewenang manusia mana pun yang dapat mengendalikan atau mengganggu hati nuraninya. . . .
”Izinkan saya menarik perhatian kepada hal ini, bahwa pada pembukaan dari setiap acara di Mahkamah ini, sang protokol mengumumkan kata-kata berikut, ’Semoga Allah melindungi Amerika Serikat dan Mahkamah yang terhormat ini.’ Dan sekarang saya mengatakan, Semoga Allah melindungi Mahkamah yang terhormat ini dari kesalahan yang akan membuat rakyat Amerika Serikat menjadi bangsa yang totaliter dan menghancurkan semua kebebasan yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar. Ini merupakan masalah yang suci bagi setiap warga Amerika yang mengasihi Allah dan Firman-Nya.”
[Kotak di hlm. 687]
Mengatur Pentas untuk Suatu Kebalikan
Ketika Mahkamah Agung Amerika memutuskan, pada tahun 1940, dalam kasus ”Minersville School District v. Gobitis”, bahwa siswa-siswa sekolah dapat diwajibkan untuk memberi salut kepada bendera, delapan dari sembilan orang hakim menyatakan setuju. Hanya Hakim Stone yang tidak setuju. Namun dua tahun kemudian, ketika menyampaikan ketidaksetujuan mereka dalam kasus ”Jones v. Opelika”, tiga hakim lain (Black, Douglas, dan Murphy) menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan keyakinan mereka bahwa keputusan yang salah telah diambil dalam kasus ”Gobitis” karena kebebasan beragama telah diabaikan dalam keputusan tersebut. Itu berarti bahwa empat dari sembilan hakim setuju untuk mengubah keputusan dalam kasus ”Gobitis”. Dua dari lima hakim lain yang telah melecehkan kebebasan beragama, mengundurkan diri. Dua hakim baru (Rutledge dan Jackson) ikut dalam pengadilan pada waktu kasus salut bendera yang berikutnya diajukan ke Mahkamah Agung. Pada tahun 1943, dalam kasus ”West Virginia State Board of Education v. Barnette”, kedua hakim tersebut memberi suara yang membela kebebasan beragama sebaliknya daripada wajib salut bendera. Maka, dengan hasil suara 6 banding 3, Mahkamah mengubah pendirian yang telah diambil dalam lima kasus sebelumnya (”Gobitis”, ”Leoles”, ”Hering”, ”Gabrielli”, dan ”Johnson”) yang telah diajukan untuk naik banding ke Mahkamah ini.
Menarik, Hakim Frankfurter, dalam ketidaksetujuannya berkenaan kasus ”Barnette”, mengatakan, ”Sebagaimana terbukti benar pada zaman dahulu, dari waktu ke waktu Mahkamah akan mengubah pendiriannya. Namun saya yakin bahwa belum pernah kasus-kasus dari Saksi-Saksi Yehuwa (kecuali penyimpangan kecil yang diketahui belakangan) berhasil membuat Mahkamah membatalkan keputusan demi membatasi wewenang pemerintahan demokrat.”
[Kotak di hlm. 688]
”Bentuk Lama dari Penginjilan Utusan Injil”
Pada tahun 1943, dalam kasus ”Murdock v. Pennsylvania”, Mahkamah Agung Amerika Serikat mengatakan, antara lain,
”Penyebaran risalah agama dari tangan ke tangan merupakan suatu bentuk lama dari penginjilan oleh para utusan injil—sama tuanya dengan sejarah mesin cetak. Ini telah menjadi kekuatan ampuh dalam berbagai gerakan agama dari tahun ke tahun. Bentuk penginjilan ini digunakan dewasa ini dalam skala besar oleh berbagai sekte agama dengan mengutus para kolportirnya untuk membawa Berita Injil kepada ribuan orang di ribuan rumah dan berupaya, melalui kunjungan pribadi mereka, memenangkan orang agar menganut iman mereka. Ini lebih dari sekadar mengabar; ini lebih dari sekadar penyebaran lektur agama. Ini merupakan kombinasi keduanya. Tujuannya sama dengan tujuan kebangkitan rohani yaitu memberitakan injil. Bentuk kegiatan agama ini menempati kedudukan yang mulia di bawah Amandemen Pertama yang sama seperti beribadat di gereja dan mengabar dari mimbar. Kegiatan ini memiliki hak yang sama untuk mendapat perlindungan seperti kegiatan-kegiatan dari agama yang lebih ortodoks dan konvensional. Ini juga memiliki hak yang sama seperti yang lain-lain dalam hal jaminan akan kebebasan berbicara dan kebebasan pers.”
[Kotak di hlm. 690]
”Hak yang Sama Bagi Semua”
Di bawah judul di atas, pada tahun 1953 seorang kolumnis Kanada, yang kenamaan pada waktu itu, menulis, ”Api unggun yang besar di Bukit Parlemen seharusnya dinyalakan untuk merayakan keputusan Mahkamah Agung Kanada dalam kasus Saumur [yang diajukan ke Mahkamah oleh Saksi-Saksi Yehuwa]; api unggun layak dinyalakan untuk suatu peristiwa besar. Dalam sejarah peradilan Kanada, hanya sedikit sidang pengadilan lain yang dapat membawa lebih banyak manfaat bagi Kanada. Mahkamah Agung telah membawa manfaat yang besar bagi Kanada daripada kebanyakan pengadilan lain. Sebelumnya tak satu pun yang telah membuat rakyat Kanada menghargai lebih dalam pentingnya warisan kebebasan yang mereka miliki. . . . Kelepasan tersebut layak mendapat perayaan yang lebih besar daripada sekadar menyalakan api unggun.”
[Kotak di hlm. 694]
Suatu Pernyataan Tegas Kepada Negara Nazi
Pada tanggal 7 Oktober 1934, surat berikut ini dikirim ke pemerintahan Jerman oleh setiap sidang Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman:
”KEPADA PARA PEJABAT PEMERINTAHAN:
”Firman Allah Yehuwa, sebagaimana tertulis dalam Alkitab, merupakan hukum tertinggi, dan bagi kami itu adalah pedoman tunggal kami sehingga kami mempunyai alasan untuk membaktikan diri kepada Allah dan menjadi pengikut yang benar dan tulus dari Kristus Yesus.
”Selama tahun yang lalu dan bertentangan dengan hukum Allah serta melanggar hak kami, Anda telah melarang kami sebagai saksi-saksi Yehuwa untuk berhimpun bersama guna belajar Firman Allah dan beribadat serta melayani Dia. Dalam Firman-Nya, Ia memerintahkan kami untuk tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah kami. (Ibrani 10:25) Yehuwa memerintahkan kepada kami, ’Kamulah saksi-saksiKu, bahwa Akulah Allah. Dan pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini.’ (Yesaya 43:10, 12; Yesaya 6:9; Matius 24:14) Ada suatu konflik langsung antara hukum Anda dan hukum Allah, dan, demi mengikuti teladan para rasul yang setia, ”Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia”, dan inilah yang akan kami lakukan. (Kisah 5:29) Karena itu, surat ini hendak memberi tahu Anda bahwa dengan risiko apa pun kami akan menaati perintah-perintah Allah, akan berhimpun bersama untuk belajar Firman-Nya, dan akan beribadat serta melayani Dia seperti yang telah diperintahkan-Nya. Jika pemerintahan atau para petugas Anda melakukan kekerasan kepada kami karena kami menaati Allah, maka darah kami akan tertanggung atas Anda dan Anda akan mempertanggungjawabkannya kepada Allah Yang Mahakuasa.
”Kami tidak berminat kepada urusan politik, tetapi kami mengabdi sepenuhnya kepada kerajaan Allah di bawah Kristus, Raja-Nya. Kami tidak akan mencelakai atau mengganggu siapa pun. Kami akan dengan senang hati hidup dalam perdamaian dan melakukan hal-hal yang baik kepada semua orang jika kami memiliki kesempatan untuk itu, namun, karena pemerintahan Anda dan para petugasnya terus berupaya memaksa kami melanggar hukum tertinggi di alam semesta, kami terpaksa harus memberi tahu Anda sekarang bahwa kami akan, demi kemuliaan-Nya, menaati Allah Yehuwa dan percaya sepenuhnya bahwa Dia akan melepaskan kami dari semua penindasan dan para penindasnya.”
[Kotak di hlm. 697]
Saksi-Saksi di Bawah Larangan Dengan Tegas Menyatakan Pendirian Mereka
Organisasi Saksi-Saksi Yehuwa dilarang oleh pemerintah di Kanada pada tahun 1940. Sejak itu, ada lebih dari 500 dakwaan. Pembelaan apa yang dapat diberikan oleh Saksi-Saksi ini? Dengan penuh hormat dan tegas, mereka membuat pernyataan kepada Mahkamah selaras dengan tema berikut ini,
’Saya tidak memohon pengampunan karena menawarkan buku-buku ini. Buku-buku tersebut mengajarkan jalan menuju kehidupan kekal. Dengan tulus saya percaya buku-buku tersebut menjelaskan maksud-tujuan Allah Yang Mahakuasa untuk mendirikan sebuah Kerajaan yang adil-benar di bumi. Bagi saya, ini merupakan berkat terbesar dalam kehidupan saya. Menurut pendapat saya, kita akan berdosa kepada Yang Mahakuasa bila kita menghancurkan buku-buku ini, dan berita dari Allah yang dikandungnya, sama halnya dengan dosa yang kita buat bila membakar Alkitab. Setiap orang harus memilih risiko yang akan ditanggungnya, ditolak oleh manusia atau ditolak oleh Allah Yang Mahakuasa. Saya sendiri telah berpihak kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, dan saya berupaya memuliakan nama Yang Maha Tinggi, yaitu Yehuwa, dan jika saya harus dihukum karena itu, maka ada tanggung jawab di hadapan Allah yang harus diambil oleh orang-orang yang menjatuhkan hukuman tersebut.’
[Kotak di hlm. 698]
Bagaimana Anggota-Anggota Pemerintahan Kanada Memandangnya
Ini adalah pernyataan yang dibuat oleh beberapa anggota Majelis Rendah Kanada pada tahun 1943 pada waktu mendesak Menteri Kehakiman untuk mencabut larangan atas Saksi-Saksi Yehuwa dan badan hukum mereka,
”Tidak ada bukti yang diajukan kepada panitia oleh Departemen Kehakiman yang menunjukkan bahwa saksi-saksi Yehuwa selamanya harus dinyatakan sebagai organisasi yang tidak sah . . . Merupakan suatu celaan bagi Dominion Kanada bila orang-orang dituntut karena tuduhan yang bersifat agama dengan cara yang dialami oleh orang-orang yang kurang beruntung ini. ”Menurut saya, jelas bahwa, prasangka agamalah yang semata-mata mempertahankan adanya larangan tersebut.”—Tn. Angus MacInnis.
”Pengalaman yang dimiliki oleh kebanyakan dari antara kami adalah bahwa mereka ini orang-orang yang tidak membahayakan, tidak memiliki maksud apa pun untuk mencelakakan negara. . . . Mengapa larangan belum dicabut? Ini tidak mungkin disebabkan oleh rasa takut bahwa organisasi ini merusak kesejahteraan negara, atau bahwa tindakan-tindakannya bersifat subversif terhadap upaya perang. Bahkan tidak pernah ada bukti sedikit pun bahwa halnya memang demikian.”—Tn. John G. Diefenbaker.
”Ini membuat seseorang bertanya-tanya mungkinkah tindakan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa terutama didasarkan pada sikap mereka terhadap Katolik Roma, bukan didasarkan pada sikap mereka yang dikatakan subversif.”—Tn. Victor Quelch.
[Kotak di hlm. 699]
”Upaya Demi Tercapainya Kebebasan Beragama”
”Tidak adil bila kita tidak meninjau survei singkat ini tentang kesulitan yang dialami Saksi-Saksi Yehuwa dengan Negara tanpa menunjuk kepada upaya demi tercapainya kebebasan beragama di bawah Undang-Undang kita yang telah diberikan sebagai hasil kegigihan mereka. Pada tahun-tahun belakangan, mereka lebih sering maju ke pengadilan dibandingkan kelompok agama lain, dan di hadapan umum, mereka kelihatan berpikiran picik, tetapi mereka telah berlaku benar sesuai dengan keyakinan mereka yang didasarkan atas hati nurani, dan hasilnya, Pengadilan Federal telah mengeluarkan serangkaian keputusan yang menjamin dan memperluas jaminan akan kebebasan beragama bagi warga Amerika, dan telah melindungi serta memperbanyak kebebasan sipil mereka. Kira-kira tiga puluh kasus yang melibatkan Saksi-Saksi itu diajukan ke Mahkamah Agung dalam lima tahun, dari tahun 1938 sampai 1943, dan keputusan dalam kasus-kasus ini maupun yang timbul kemudian telah sangat membantu tercapainya kebebasan yang dijamin dalam Pernyataan Hak-Hak Manusia pada umumnya, dan perlindungan atas kebebasan beragama pada khususnya.”—”Church and State in the United States”, oleh Anson Phelps Stokes, Jilid III, 1950, halaman 546.
[Kotak/Gambar di hlm. 700, 701]
Bersukacita Dalam Kebebasan Beribadat Mereka
Di banyak negeri yang dahulunya tidak memberi kebebasan penuh kepada Saksi-Saksi Yehuwa, mereka sekarang secara leluasa mengadakan pertemuan ibadat dan tanpa halangan membagikan kabar baik tentang Kerajaan Allah kepada orang-orang lain.
Quebec, Kanada
Selama tahun 1940-an, Saksi-Saksi yang jumlahnya hanya sedikit di Châteauguay diserang oleh segerombolan massa. Pada tahun 1992, lebih dari 21.000 Saksi di Propinsi Quebec berhimpun dengan leluasa di Balai-Balai Kerajaan mereka
St. Petersburg, Rusia
Pada tahun 1992, ada 3.256 orang yang mengajukan diri untuk dibaptis pada kebaktian internasional Saksi-Saksi Yehuwa yang pertama di Rusia
Palma, Spanyol
Setelah Saksi-Saksi Yehuwa di Spanyol mendapat pengakuan resmi pada tahun 1970, papan petunjuk besar yang mencerminkan sukacita mereka karena dapat berhimpun secara terbuka terpampang di tempat perhimpunan mereka
Tartu, Estonia
Saksi-Saksi di Estonia berterima kasih karena telah menerima lektur Alkitab tanpa kesulitan sejak tahun 1990
Maputo, Mozambik
Dalam setahun setelah Saksi-Saksi Yehuwa mendapat status resmi di sini pada tahun 1991, lebih dari 50 sidang Saksi-Saksi yang bergairah melaksanakan pelayanan mereka di dalam dan di sekitar ibu kota
Cotonou, Benin
Pada waktu Saksi-Saksi tiba di suatu perhimpunan pada tahun 1990, banyak yang terkejut melihat sebuah spanduk yang dengan terang-terangan menyambut Saksi-Saksi Yehuwa. Pada saat itu mereka menyadari bahwa larangan atas ibadat mereka telah dicabut
Praha, Cekoslowakia
Ini adalah segelintir orang yang melayani Yehuwa di bawah larangan pemerintah selama 40 tahun. Pada tahun 1991, mereka bersukacita berada bersama dalam sebuah kebaktian internasional Saksi-Saksi Yehuwa di Praha
Luanda, Angola
Ketika larangan dicabut pada tahun 1992, lebih dari 50.000 orang maupun keluarga menyambut Saksi-Saksi untuk belajar Alkitab bersama mereka
Kiev, Ukraina
Perhimpunan-perhimpunan di negeri ini (sering di gedung-gedung yang disewa) dihadiri oleh banyak orang, teristimewa sejak Saksi-Saksi Yehuwa mendapat pengakuan resmi pada tahun 1991
[Gambar di hlm. 679]
Dalam 138 kasus yang melibatkan Saksi-Saksi Yehuwa, berulang kali naik banding dan banyak petisi dilimpahkan ke Mahkamah Agung AS. Dalam 111 kasus, dari tahun 1939 hingga 1963, Hayden Covington (tampak di sini) bertindak sebagai pengacara
[Gambar di hlm. 681]
Maurice Duplessis, perdana menteri Quebec, di depan umum berlutut di hadapan Kardinal Villeneuve pada akhir tahun 1930-an dan mengenakan sebuah cincin di jarinya sebagai bukti hubungan erat antara Gereja dan Negara. Di Quebec, penganiayaan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa sangat hebat
[Gambar di hlm. 683]
W. K. Jackson, yang adalah staf hukum di kantor pusat Lembaga, melayani selama sepuluh tahun sebagai anggota Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa
[Gambar di hlm. 685]
Rosco Jones, yang kasusnya melibatkan pelayanan Saksi-Saksi Yehuwa dua kali menghadap ke Mahkamah Agung AS
[Gambar di hlm. 686]
Majelis hakim Mahkamah Agung AS yang, melalui hasil pemungutan suara 6 banding 3 dalam kasus ”Barnette”, menolak wajib salut bendera demi membela kebebasan beribadat. Ini mengubah keputusan awal Mahkamah sendiri dalam kasus ”Gobitis”
Anak-anak terlibat dalam kasus-kasus tersebut
Lillian dan William Gobitas
Marie dan Gathie Barnette
[Gambar di hlm. 689]
Aimé Boucher, dibebaskan Mahkamah Agung Kanada dalam keputusan yang membebaskan Saksi-Saksi Yehuwa dari tuduhan menghasut
[Gambar di hlm. 691]
Risalah ini, dalam tiga bahasa, memberi tahu seluruh Kanada tentang kekejaman yang dilancarkan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa di Quebec
[Gambar di hlm. 692]
Dianggap perlu untuk mengajarkan prosedur hukum kepada Saksi-Saksi Yehuwa agar mereka dapat menghadapi tentangan atas pelayanan mereka; inilah beberapa publikasi tentang hukum yang mereka gunakan