Pasal 19
Bertumbuh Bersama dalam Kasih
KETIKA menulis kepada rekan-rekan Kristen, rasul-rasul Yesus Kristus menunjukkan perlunya seseorang bertumbuh bukan hanya dalam pengetahuan yang saksama melainkan juga dalam kasih. Dasarnya adalah kasih yang diperlihatkan oleh Allah sendiri dan kasih yang rela berkorban dari Kristus, yang jejaknya mereka upayakan untuk ikuti. (Yoh. 13:34, 35; Ef. 4:15, 16; 5:1, 2; Flp. 1:9; 1 Yoh. 4:7-10) Mereka adalah satu persaudaraan, dan ketika mereka saling membantu, ikatan kasih bahkan menjadi semakin kuat.
Ketika bencana kelaparan menimbulkan kesukaran ekonomi bagi saudara-saudara di Yudea, orang-orang Kristen di Suriah dan di Yunani membagikan harta bendanya untuk membantu mereka. (Kis. 11:27-30; Rm. 15:26) Ketika beberapa dianiaya, penderitaan yang dialami sangat dirasakan oleh orang-orang Kristen lainnya, dan mereka ini berupaya memberikan bantuan.—1 Kor. 12:26; Ibr. 13:3.
Tentu saja, semua manusia mempunyai kemampuan untuk mengasihi, dan orang-orang selain umat Kristen melakukan perbuatan kemanusiaan yang baik hati. Tetapi masyarakat pada zaman Romawi mengakui bahwa kasih yang ditunjukkan umat Kristen berbeda. Tertullian, seorang ahli hukum di Roma, mengutip komentar masyarakat di Roma mengenai umat Kristen, mengatakan, ”’Lihat,’ kata mereka, ’betapa mereka saling mengasihi . . . dan betapa mereka siap untuk mati bagi satu sama lain.’” (Apology, XXXIX, 7) John Hurst, dalam karyanya History of the Christian Church (Jilid I, halaman 146), menuturkan bahwa orang-orang di Kartago dan Aleksandria dahulu kala, selama berkecamuknya wabah, menyingkirkan orang-orang yang terkena wabah dari tengah-tengah mereka dan melucuti apa saja yang bernilai dari tubuh orang-orang yang sekarat. Sebaliknya, demikian dilaporkannya, umat Kristen di tempat-tempat ini membagi harta benda mereka, merawat yang sakit, dan menguburkan yang mati.
Apakah Saksi-Saksi Yehuwa pada zaman modern melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menunjukkan perhatian demikian terhadap kesejahteraan orang-orang lain? Jika demikian halnya, apakah ini hanya dilakukan oleh beberapa pribadi di sana-sini, atau apakah organisasinya secara keseluruhan menganjurkan dan mendukung upaya-upaya demikian?
Bantuan Pengasih Dalam Sidang-Sidang Setempat
Di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa, memperhatikan para yatim piatu dan janda-janda di dalam sidang, maupun siapa saja yang setia yang mengalami musibah besar, dipandang sebagai bagian dari ibadat mereka. (Yak. 1:27; 2:15-17; 1 Yoh. 3:17, 18) Pemerintahan duniawi pada umumnya menyediakan rumah-rumah sakit, panti-panti werda, dan penyelenggaraan bantuan sosial untuk para penganggur dalam lingkungan masyarakat, dan Saksi-Saksi Yehuwa mendukung penyelenggaraan tersebut dengan cara membayar pajak mereka dengan tulus ikhlas. Namun, karena menyadari bahwa hanya Kerajaan Allah yang dapat menanggulangi problem-problem umat manusia secara permanen, maka Saksi-Saksi Yehuwa membaktikan diri dan sumber daya mereka terutama untuk mengajar orang-orang lain tentang hal tersebut. Ini adalah pelayanan yang penting sekali yang tidak disediakan oleh pemerintahan manusia mana pun.
Dalam lebih dari 69.000 sidang Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia, kebutuhan-kebutuhan khusus dari orang perorangan yang timbul karena usia lanjut dan cacat biasanya diurus secara pribadi. Seperti diperlihatkan di 1 Timotius 5:4, 8, adalah terutama tanggung jawab setiap orang Kristen untuk memelihara rumah tangganya sendiri. Anak-anak, cucu-cucu, atau sanak-saudara dekat lainnya menunjukkan kasih Kristen dengan menyediakan bantuan bagi orang-orang yang berusia lanjut dan yang cacat sesuai dengan kebutuhan mereka. Sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengurangi makna tanggung jawab ini dengan mengambil alih kewajiban-kewajiban keluarga. Akan tetapi, jika tidak ada anggota keluarga dekat, atau jika mereka yang memiliki tanggung jawab itu memang tidak dapat menanggung sendiri beban mereka, maka yang lain-lain di dalam sidang dengan pengasih datang membantu. Apabila perlu, sidang secara keseluruhan dapat mengatur untuk sekadar memberikan bantuan kepada seorang saudara atau saudari yang sudah lama berdinas dengan setia dan yang membutuhkan bantuan.—1 Tim. 5:3-10.
Perhatian akan kebutuhan-kebutuhan ini tidak sekadar diserahkan kepada kemungkinan yang ada. Dalam kursus-kursus Sekolah Pelayanan Kerajaan, yang telah dihadiri berkali-kali oleh para penatua sejak tahun 1959, kewajiban mereka di hadapan Allah dalam hal ini sebagai gembala kawanan domba telah sering kali diberikan perhatian khusus. (Ibr. 13:1, 16) Halnya bukan karena mereka tidak menyadari kebutuhan ini sebelumnya. Misalnya, pada tahun 1911, bantuan materi telah disediakan oleh Sidang Oldham di Lancashire, Inggris, bagi mereka yang menghadapi problem ekonomi yang berat. Akan tetapi, sejak itu organisasi sedunia berkembang, jumlah yang mengalami problem berat meningkat, dan Saksi-Saksi Yehuwa makin sadar akan kewajiban mereka menurut Alkitab dalam situasi-situasi demikian. Teristimewa pada tahun-tahun belakangan ini, tanggung jawab setiap orang Kristen terhadap saudara-saudara mereka yang mempunyai kebutuhan khusus—yang lanjut usia, yang cacat, keluarga dengan orang-tua tunggal, dan mereka yang mengalami kesulitan ekonomi—telah dibahas oleh semua sidang pada perhimpunan-perhimpunan mereka.a
Kepedulian para Saksi secara perorangan terhadap orang lain jauh melebihi ucapan, ”Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!” Mereka menunjukkan minat pribadi yang pengasih. (Yak. 2:15, 16) Pertimbangkan beberapa contoh.
Ketika seorang wanita muda Swedia, seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, terkena meningitis (radang selaput otak) sewaktu sedang berkunjung ke Yunani pada tahun 1986, ia juga mengalami apa artinya memiliki saudara dan saudari Kristen di banyak negeri. Ayahnya di Swedia diberi tahu. Ia segera menghubungi seorang penatua sidang Saksi-Saksi Yehuwa setempat di Swedia dan, melalui penatua itu, menghubungi seorang Saksi di Yunani. Hingga saudari Saksi muda itu dapat kembali ke Swedia tiga minggu kemudian, teman-teman barunya di Yunani tidak pernah membiarkannya tidak terurus.
Begitu juga, sewaktu seorang Saksi yang lanjut usia, seorang duda, di Wallaceburg, Ontario, Kanada, memerlukan bantuan, satu keluarga yang pernah dibantunya secara rohani menunjukkan penghargaan mereka dengan mengajak dia menjadi anggota keluarga itu. Beberapa tahun kemudian sewaktu mereka pindah ke Barry’s Bay, ia ikut bersama mereka. Ia tinggal bersama mereka dan diurus secara pengasih oleh mereka selama 19 tahun, sampai ia meninggal pada tahun 1990.
Di New York City, sepasang suami-istri Saksi mengurus seorang saudara yang lanjut usia yang menghadiri perhimpunan-perhimpunan di Balai Kerajaan mereka, dan hal ini mereka lakukan selama 15 tahun, sampai ia meninggal pada tahun 1986. Bila ia kena stroke, mereka yang berbelanja, membersihkan, memasak, dan mencuci pakaian untuknya. Mereka memperlakukan dia bagaikan ayah mereka sendiri.
Berbagai kebutuhan lain juga mendapat perhatian yang pengasih. Sepasang suami-istri Saksi di Amerika Serikat telah menjual rumah mereka dan pindah ke Montana untuk membantu sebuah sidang di sana. Akan tetapi menjelang saudara itu ”dikeluarkan” dari pekerjaan, masalah kesehatan yang serius terjadi, dan dana mereka habis. Bagaimana mereka dapat mengatasinya? Saudara itu berdoa kepada Yehuwa memohon bantuan. Sewaktu ia selesai berdoa, seorang rekan Saksi mengetuk pintu. Bersama-sama mereka keluar untuk minum kopi. Ketika saudara itu kembali, ia mendapati meja dapur penuh dengan bahan pangan. Bersama dengan bahan pangan itu ada sebuah amplop berisi uang dan catatan yang berbunyi, ”Dari saudara-saudara dan saudari-saudarimu, yang sangat mengasihi kalian.” Sidang itu menyadari kebutuhan pasangan tersebut, dan mereka semua ikut memenuhinya. Karena sangat terharu oleh kasih mereka, ia dan istrinya tidak bisa menahan diri untuk mencucurkan air mata dan bersyukur kepada Yehuwa karena teladan kasih yang menggerakkan para hamba-Nya.
Perhatian yang murah hati yang ditunjukkan Saksi-Saksi Yehuwa terhadap orang-orang yang dalam keadaan kekurangan telah dikenal di kalangan luas. Sewaktu-waktu ada penipu-penipu yang menyalahgunakannya. Maka Saksi-Saksi harus belajar bersikap hati-hati, seraya tidak meredam keinginan mereka untuk membantu orang-orang yang layak dibantu.
Bila Perang Membuat Orang Melarat
Di banyak bagian bumi, orang-orang telah dibuat melarat karena perang. Organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan berupaya memberikan bantuan, tetapi sistem organisasi ini sering kali bekerja lamban. Saksi-Saksi Yehuwa tidak berpandangan bahwa upaya yang dilakukan oleh lembaga-lembaga bantuan demikian membebaskan mereka dari tanggung jawab terhadap saudara-saudara Kristen mereka di daerah-daerah ini. Bila mereka mengetahui bahwa saudara-saudara mereka menderita kekurangan, mereka tidak ’menutup pintu hati mereka’ terhadap saudara-saudara demikian melainkan segera berbuat sedapat mungkin untuk meringankan penderitaan saudara-saudara mereka.—1 Yoh. 3:17, 18.
Selama Perang Dunia II, bahkan di negeri-negeri yang menderita kekurangan, Saksi-Saksi di daerah pedalaman yang masih mempunyai persediaan makanan membaginya dengan saudara-saudara yang kurang beruntung di kota. Di Belanda hal ini dilakukan dengan risiko besar karena pembatasan-pembatasan ketat yang diberlakukan oleh Nazi. Sewaktu melakukan upaya bantuan demikian pada suatu kesempatan, Gerrit Böhmermann memimpin sekelompok saudara mengendarai sepeda angkutan yang dimuati makanan yang ditutupi dengan terpal. Tiba-tiba mereka sampai di sebuah pos pemeriksaan di kota Alkmaar. ”Tidak ada pilihan lain kecuali mengandalkan Yehuwa sepenuhnya,” kata Gerrit. Tanpa banyak mengurangi kecepatan, ia berseru sambil bertanya kepada si perwira, ”Wo ist Amsterdam?” (Mana jalan ke Amsterdam?) Perwira tersebut melangkah ke samping dan menunjuk ke muka seraya berteriak, ”Geradeaus!” (Terus saja!) ”Danke schön!” (Terima kasih!) jawab Gerrit sementara seluruh pasukan sepeda angkutan berlalu dengan kecepatan penuh di depan mata sekumpulan orang yang terkesima. Pada kesempatan lain Saksi-Saksi berhasil membawa masuk satu kapal penuh kentang untuk saudara-saudara mereka di Amsterdam.
Justru di dalam kamp-kamp konsentrasi di Eropa, semangat ini diperlihatkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Sewaktu meringkuk dalam sebuah kamp dekat Amersfoort, Belanda, seorang yang berumur 17 tahun berat badannya turun hingga ia menjadi seperti tengkorak berjalan. Tetapi pada tahun-tahun berikutnya, ia tidak pernah melupakan ketika setelah mereka dipaksa untuk berolahraga di bawah curahan hujan hingga tengah malam dan kemudian tidak diberi makan, seorang Saksi dari bagian lain kamp itu berhasil menemuinya dan menyelipkan sepotong roti ke dalam tangannya. Dan dalam kamp konsentrasi Mauthausen di Austria, seorang Saksi yang tugasnya mengharuskan dia pergi dari satu bagian ke bagian lain kamp, sering kali mempertaruhkan kehidupannya dengan membawa makanan yang disisihkan oleh Saksi-Saksi dari jatah mereka yang sedikit untuk Saksi-Saksi lain yang mendapat jatah lebih sedikit lagi.
Sesudah perang, Saksi-Saksi Yehuwa yang keluar dari penjara dan kamp-kamp konsentrasi Jerman tidak punya apa-apa lagi selain baju penjara yang melekat di tubuh mereka. Harta benda dari banyak saudara yang tidak masuk penjara telah musnah. Persediaan makanan, pakaian, dan bahan bakar sangat sedikit di banyak bagian Eropa. Saksi-Saksi Yehuwa di negeri-negeri ini segera mengorganisasi perhimpunan-perhimpunan sidang dan mulai membantu orang-orang lain secara rohani dengan membagikan kabar baik tentang Kerajaan Allah kepada mereka. Tetapi mereka sendiri membutuhkan bantuan dalam hal-hal lain. Banyak di antara mereka begitu lemah karena lapar sehingga mereka sering kali jatuh pingsan selama perhimpunan.
Ini adalah situasi yang belum pernah dihadapi oleh Saksi-Saksi sebelumnya dalam skala yang demikian besar. Namun, justru pada bulan berakhirnya perang secara resmi di kawasan Pasifik, Saksi-Saksi Yehuwa mengadakan kebaktian istimewa di Cleveland, Ohio, dan di sana mereka membicarakan apa yang perlu dilakukan untuk menyediakan bantuan bagi saudara-saudara Kristen mereka di negeri-negeri yang menderita karena perang dan cara melaksanakannya. Khotbah yang menghangatkan hati ”Karunia-Nya yang Tak Terkatakan”, yang disampaikan oleh F. W. Franz, mengetengahkan nasihat Alkitab yang benar-benar memenuhi kebutuhan pada situasi itu.b
Dalam beberapa minggu, segera sesudah diizinkan untuk mengadakan perjalanan di kawasan itu, N. H. Knorr, presiden Lembaga Menara Pengawal, dan M. G. Henschel bertolak ke Eropa untuk menyaksikan keadaan secara langsung. Bahkan sebelum mereka berangkat memulai perjalanan tersebut, penyelenggaraan bantuan dilaksanakan.
Pengiriman awal dengan kapal diberangkatkan dari Swiss dan Swedia. Yang lain-lain menyusul dari Kanada, Amerika Serikat, dan negeri-negeri lain. Walaupun Saksi-Saksi di negeri-negeri yang mampu memberikan bantuan demikian pada waktu itu hanya berjumlah kira-kira 85.000, mereka berusaha mengirimkan pakaian dan makanan kepada rekan-rekan Saksi di Austria, Belanda, Belgia, Bulgaria, Cekoslowakia, Cina, Denmark, Filipina, Finlandia, Hongaria, Inggris, Italia, Jerman, Norwegia, Polandia, Prancis, Romania, dan Yunani. Hal itu tidak terbatas pada upaya satu kali itu saja. Pengiriman bantuan kemanusiaan berlangsung terus selama dua setengah tahun. Antara bulan Januari 1946 dan Agustus 1948, mereka mengirimkan 479.114 kilogram pakaian, 124.110 pasang sepatu, dan 326.081 kilogram makanan sebagai pemberian untuk rekan-rekan Saksi. Tidak ada dari dana itu yang dipotong untuk biaya administrasi. Pekerjaan menyortir dan mengepak dilakukan oleh para sukarelawan yang tidak dibayar. Dana yang disumbangkan seluruhnya digunakan untuk membantu orang-orang kepada siapa dana tersebut ditujukan.
Tentu saja, kebutuhan akan bantuan untuk para pengungsi dan untuk orang-orang lain yang menjadi melarat karena perang, tidak berakhir pada masa tahun 1940-an itu. Telah terjadi ratusan perang sejak tahun 1945. Dan perhatian pengasih yang sama terus-menerus diperlihatkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Hal ini dilakukan selama dan sesudah perang Biafra di Nigeria, dari tahun 1967 hingga 1970. Bantuan serupa diberikan di Mozambik selama tahun 1980-an.
Di Liberia juga terjadi bencana kelaparan akibat perang yang dimulai pada tahun 1989. Seraya orang-orang melarikan diri, perkampungan Menara Pengawal di Monrovia penuh sesak dengan ratusan pengungsi. Makanan apa pun yang tersedia di situ, juga air dari sumur, dibagikan kepada Saksi-Saksi dan para tetangga yang bukan Saksi. Kemudian, segera sesudah keadaan mengizinkan, persediaan bantuan lebih lanjut datang dari Saksi-Saksi di Sierra Leone dan Pantai Gading, Afrika Barat, Belanda dan Italia di Eropa, dan Amerika Serikat.
Selanjutnya, pada tahun 1990, pascaperang di Lebanon telah mengakibatkan beberapa bagian Beirut dalam keadaan seolah-olah baru diguncangkan oleh gempa bumi, para penatua di antara Saksi-Saksi Yehuwa mengorganisasi suatu panitia bantuan darurat untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada saudara-saudara. Mereka tidak perlu meminta tenaga-tenaga sukarela; setiap hari banyak yang menawarkan bantuan.
Selama suatu masa pergolakan politik dan ekonomi yang hebat di Eropa, Saksi-Saksi Yehuwa di Austria, Cekoslowakia, Hongaria, dan Yugoslavia mengirim lebih dari 70 ton barang yang diperlukan kepada saudara-saudara Kristen mereka di Romania pada tahun 1990.
Ini disusul oleh lebih banyak misi bantuan ke Eropa Timur. Badan Pimpinan meminta kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Denmark untuk mengorganisasi bantuan bagi para Saksi yang membutuhkan di Ukraina. Sidang-sidang diberi tahu dan bergairah untuk ambil bagian. Pada tanggal 18 Desember 1991 lima truk dan dua mobil barang yang dikemudikan oleh para sukarelawan Saksi tiba di Lviv dengan 22 ton barang—suatu pernyataan keprihatinan yang pengasih terhadap saudara-saudara Kristen mereka. Terus berlanjut ke tahun 1992, pengiriman-pengiriman dengan kapal juga tiba dari Saksi-Saksi di Austria—lebih dari 100 ton makanan dan pakaian. Lebih banyak perbekalan dikirimkan dari Saksi-Saksi di Belanda—pertama 26 ton makanan, kemudian suatu konvoi terdiri dari 11 truk yang memuat pakaian, kemudian lebih banyak bahan makanan untuk menanggulangi kebutuhan yang berlanjut. Para penerimanya bersyukur kepada Allah dan bersandar kepada-Nya untuk hikmat dalam menggunakan segala persediaan tersebut. Mereka bersatu dalam doa sebelum membongkar muatan truk, sekali lagi pada waktu pembongkaran selesai dilakukan. Bantuan besar lainnya juga dikirimkan oleh Saksi-Saksi di Italia, Finlandia, Swedia, dan Swiss. Pada waktu segalanya ini berlangsung, keadaan yang bergolak di antara republik-republik yang dahulu membentuk Yugoslavia menimbulkan kebutuhan yang meningkat di situ. Perbekalan makanan, pakaian, dan obat-obatan juga dikirimkan ke daerah tersebut. Sementara itu, Saksi-Saksi dalam kota-kota di sana membuka rumah-rumah mereka untuk menampung mereka yang rumahnya telah dihancurkan.
Kadang-kadang mereka yang benar-benar membutuhkan pertolongan berada di tempat-tempat yang terpencil, dan situasi mereka tidak diketahui secara luas. Demikianlah yang terjadi dengan 35 keluarga Saksi-Saksi Yehuwa di Guatemala. Desa-desa mereka telah diserang oleh faksi-faksi yang berperang satu sama lain. Sewaktu mereka akhirnya dapat pulang kembali pada tahun 1989, mereka membutuhkan bantuan untuk mengadakan pembangunan kembali. Untuk melengkapi bantuan yang disediakan oleh pemerintah bagi orang-orang yang kembali dari pengungsian, kantor cabang Lembaga Menara Pengawal membentuk suatu panitia darurat untuk membantu keluarga-keluarga Saksi ini, dan sekitar 500 orang Saksi lainnya dari 50 sidang menawarkan diri secara sukarela untuk membantu dalam pembangunan kembali tersebut.
Ada situasi-situasi lain yang juga menyebabkan orang-orang mengalami musibah bukan karena kesalahan sendiri. Gempa bumi, badai, dan banjir adalah peristiwa yang sering terjadi. Rata-rata, kata orang, dunia ditimpa oleh lebih dari 25 bencana besar setiap tahun.
Bila Kekuatan Alam Mengamuk
Bila timbul keadaan darurat serius yang menimpa Saksi-Saksi Yehuwa karena bencana, maka segera diambil langkah-langkah untuk memberikan bantuan yang diperlukan. Penatua-penatua setempat telah belajar bahwa bila menghadapi situasi demikian, mereka harus mengerahkan upaya yang sungguh-sungguh untuk menghubungi setiap orang di dalam sidang. Kantor cabang dari Lembaga Menara Pengawal yang mengawasi pekerjaan Kerajaan di daerah tersebut segera memeriksa situasinya dan kemudian melaporkan ke kantor pusat sedunia. Di tempat-tempat yang memerlukan lebih banyak bantuan daripada yang dapat diberikan secara lokal, penyelenggaraan dikoordinasi dengan saksama, kadang-kadang bahkan dalam skala internasional. Tujuannya bukanlah untuk mencoba meningkatkan standar kehidupan dari mereka yang bersangkutan melainkan untuk membantu mereka memperoleh kebutuhan pokok yang lazim.
Sebuah laporan yang ditayangkan televisi saja tentang bencana yang terjadi sudah cukup menggerakkan Saksi-Saksi untuk menelepon para penatua yang bertanggung jawab di daerah itu guna menawarkan jasa mereka atau memberikan uang atau bahan-bahan. Yang lain mungkin mengirimkan dana ke kantor cabang atau ke kantor pusat sedunia untuk digunakan bagi tujuan bantuan kemanusiaan. Mereka tahu bahwa bantuan dibutuhkan, dan mereka ingin ikut serta. Bila ada yang lebih membutuhkan, Lembaga Menara Pengawal bisa jadi memberi tahu saudara-saudara di suatu daerah yang terbatas sehingga mereka dapat membantu sesuai kemampuan mereka. Sebuah panitia bantuan kemanusiaan dibentuk untuk mengkoordinasi penanganan masalah-masalah di daerah bencana.
Maka, sewaktu sebagian besar dari kota Managua, di Nikaragua, hancur karena suatu gempa bumi yang kuat pada bulan Desember 1972, para pengawas sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa di daerah itu bertemu dalam jangka waktu beberapa jam untuk mengkoordinasi upaya-upaya mereka. Pemeriksaan segera dilakukan sehubungan dengan kesejahteraan setiap Saksi di dalam kota. Pada hari itu juga bantuan perbekalan mulai tiba dari sidang-sidang yang berdekatan; kemudian bantuan cepat datang dari Kosta Rika, Honduras, dan El Salvador. Empat belas tempat penyalur bantuan didirikan di sekitar pinggiran kota Managua. Uang dan barang-barang dari Saksi-Saksi di banyak bagian dari dunia disalurkan ke Nikaragua melalui kantor pusat internasional Lembaga Menara Pengawal. Makanan dan perbekalan lain (termasuk lilin, korek api, dan sabun) dibagikan sesuai besarnya setiap rumah tangga, persediaan untuk tujuh hari diberikan kepada setiap keluarga. Pada puncak operasi tersebut, sekitar 5.000 orang—Saksi-Saksi, keluarga-keluarga mereka, dan sanak-saudara yang tinggal bersama mereka—diberi makan. Operasi bantuan ini berlangsung selama sepuluh bulan. Setelah melihat apa yang sedang dilakukan, instansi-instansi pemerintah dan Palang Merah juga menyediakan makanan, tenda-tenda, dan perbekalan lain.
Pada tahun 1986, sewaktu letusan-letusan gunung berapi memaksa 10.000 orang mengungsi dari Pulau Izu-Oshima, dekat pantai Jepang, kapal-kapal yang membawa para pengungsi disambut oleh Saksi-Saksi Yehuwa yang dengan rajin mencari saudara-saudara rohani mereka. Salah seorang pengungsi mengatakan, ”Sewaktu meninggalkan Oshima, kami sendiri tidak tahu ke mana kami pergi.” Segala sesuatu terjadi begitu cepat. ”Namun, sewaktu kami turun dari kapal, kami melihat sebuah papan tanda yang bertuliskan, ’Saksi-Saksi Yehuwa’. . . . Mata istri saya berkaca-kaca karena merasa lega menemukan saudara-saudara kita ada di sana untuk menjemput kami di dermaga.” Sesudah mengamati bagaimana Saksi-Saksi yang mengungsi itu diurus, bukan hanya sewaktu mereka tiba melainkan juga sesudahnya, bahkan orang-orang yang dahulu mengucilkan mereka berkata, ”Kalian berbuat baik dengan tetap berpegang pada agama itu.”
Setiap upaya dikerahkan oleh Saksi-Saksi agar bantuan tiba di tempat bencana secepat mungkin. Pada tahun 1970, sewaktu Peru dihantam oleh salah satu gempa bumi yang paling dahsyat dalam sejarah, dana darurat untuk bantuan segera dikirimkan dari kantor pusat sedunia di New York, dan 15 ton pakaian menyusul. Akan tetapi, bahkan sebelum pengiriman dengan kapal itu tiba, Saksi-Saksi sudah tiba dengan sebuah iring-iringan mobil membawa bantuan perbekalan ke daerah yang kota-kota dan desa-desanya telah hancur, dan ini dilakukan hanya dalam beberapa jam setelah jalan-jalan dibuka. Secara bertahap pada hari-hari dan minggu-minggu sesudahnya, mereka memberikan bantuan yang diperlukan, baik secara materi maupun rohani, kepada berbagai kelompok di dataran tinggi Andes. Dan pada tahun 1980, sewaktu sebagian dari Italia diguncang oleh suatu gempa bumi yang hebat sepanjang malam tanggal 23 November, muatan perbekalan truk pertama yang dikirimkan oleh Saksi-Saksi tiba di daerah yang dilanda bencana tepat pada keesokan harinya. Mereka segera membangun dapur mereka sendiri, dan di sana makanan yang dimasak oleh saudari-saudari dibagikan setiap hari. Seorang pengamat upaya bantuan kemanusiaan di sebuah pulau di Karibia mengatakan, ”Saksi-Saksi bekerja lebih cepat daripada pemerintah.” Kadang-kadang memang demikian, namun Saksi-Saksi Yehuwa pasti menghargai bantuan para pejabat yang memudahkan upaya mereka sehingga dapat mencapai daerah-daerah bencana tersebut dengan cepat.
Selama suatu masa kelaparan di Angola pada tahun 1990, diberitakan bahwa Saksi-Saksi di sana sangat kekurangan makanan dan pakaian. Akan tetapi, upaya mencapai mereka dapat menimbulkan problem, karena sudah bertahun-tahun lamanya Saksi-Saksi Yehuwa dilarang di negara tersebut. Meskipun demikian, saudara-saudara Kristen mereka di Afrika Selatan memuati sebuah truk dengan 25 ton bantuan perbekalan. Dalam perjalanan, mereka mengunjungi konsulat Angola dan diberi izin untuk melintasi perbatasan. Untuk dapat mencapai saudara-saudara, mereka harus melalui 30 perintang jalan yang dibangun oleh militer, dan di tempat sebuah jembatan telah diledakkan, mereka harus menyeberangi sungai yang sedang meluap melalui jembatan sementara yang telah didirikan sebagai gantinya. Meskipun menghadapi semua hal ini, seluruh pengiriman disampaikan dengan selamat.
Bila ada bencana, lebih banyak yang dilakukan daripada sekadar mengirimkan bantuan perbekalan ke daerah tersebut. Sewaktu ledakan dan kebakaran menghancurkan suatu daerah di pinggiran Meksiko City pada tahun 1984, Saksi-Saksi segera tiba untuk memberikan pertolongan. Tetapi banyak Saksi di daerah itu tidak dapat ditemukan, maka para penatua mengorganisasi suatu pencarian yang sistematis untuk menemukan mereka satu per satu. Ada yang telah berpencar ke tempat-tempat lain. Walaupun demikian, para penatua berupaya terus sampai mereka menemukan semuanya. Bantuan diberikan sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal seorang saudari yang telah kehilangan suami dan seorang putranya, itu termasuk mengurus penyelenggaraan pemakaman dan kemudian memberikan tunjangan penuh, secara materi dan rohani, untuk saudari itu dan anak-anaknya yang masih ada.
Sering kali bantuan yang dibutuhkan lebih daripada sekadar persediaan obat-obatan, beberapa porsi makanan, dan sejumlah pakaian. Pada tahun 1989 suatu badai menghancurkan rumah-rumah dari 117 Saksi di Guadeloupe dan merusak dengan hebat rumah-rumah dari 300 Saksi lain. Saksi-Saksi Yehuwa di Martinik segera datang membantu mereka; lalu Saksi-Saksi di Prancis mengirim lebih dari 100 ton bahan bangunan sebagai pemberian untuk membantu mereka. Di Pulau St. Croix, sewaktu seorang Saksi yang kehilangan rumahnya menceritakan kepada teman-teman kerja bahwa rekan-rekan Saksi akan datang dari Puerto Riko untuk membantu, mereka mengatakan, ”Mereka tidak akan berbuat apa-apa untukmu. Engkau berkulit hitam, bukan orang Spanyol seperti mereka.” Alangkah terkejutnya teman-teman kerjanya itu sewaktu ia tidak lama kemudian mempunyai rumah yang sama sekali baru! Sesudah suatu gempa bumi di Kosta Rika pada tahun 1991, Saksi-Saksi setempat dan sukarelawan-sukarelawan internasional bekerja bersama-sama untuk membantu rekan-rekan Saksi di daerah bencana. Tanpa mengharapkan imbalan apa pun, mereka membangun kembali 31 rumah dan 5 Balai Kerajaan dan memperbaiki yang lain-lain. Para pengamat menyatakan, ’Golongan lain berbicara tentang kasih; kalian mempertunjukkannya.’
Efisiensi yang telah dilaksanakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam upaya bantuan kemanusiaan sering kali telah mencengangkan para pengamat. Di Kalifornia, AS, pada tahun 1986, sebuah tanggul di Sungai Yuba bobol dan luapan air memaksa puluhan ribu orang mengungsi dari rumah mereka. Para penatua Kristen di daerah itu menghubungi kantor pusat di New York, dan sebuah panitia bantuan dibentuk. Segera sesudah air mulai surut, ratusan tenaga sukarela siap bekerja. Sebelum lembaga bantuan kemanusiaan duniawi berhasil bergerak, rumah-rumah dari Saksi-Saksi sudah diperbarui kembali. Mengapa mereka dapat bergerak begitu cepat?
Satu faktor utama adalah kerelaan Saksi-Saksi untuk segera menawarkan diri tanpa bayaran maupun kerelaan mereka untuk menyumbangkan bahan-bahan yang diperlukan. Faktor lain ialah bahwa mereka berpengalaman dalam hal mengorganisasi dan bekerja sama, karena mereka melakukan ini secara tetap tentu untuk menyelenggarakan kebaktian-kebaktian mereka dan membangun Balai-Balai Kerajaan yang baru. Namun faktor lain yang penting sekali ialah bahwa mereka telah banyak memikirkan makna dari apa yang Alkitab katakan, ”Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain.”—1 Ptr. 4:8.
Sumbangan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan demikian sering kali datang dari orang-orang yang tidak memiliki banyak untuk mereka sendiri. Seperti sering kali dapat kita baca dari surat-surat yang mengiringinya, yang mengatakan, ’Pemberian ini kecil, tetapi dengan sepenuh hati kami mengasihi saudara-saudara dan saudari-saudari.’ ’Mudah-mudahan saya dapat mengirimkan lebih banyak, tetapi apa yang Yehuwa izinkan saya miliki ingin saya bagikan.’ Seperti halnya orang-orang Kristen di Makedonia pada abad pertama, mereka dengan sungguh-sungguh memohonkan hak istimewa untuk ikut serta memberikan barang-barang kebutuhan pokok dalam kehidupan untuk mereka yang berkekurangan. (2 Kor. 8:1-4) Sewaktu lebih dari 200.000 orang Korea kehilangan rumah mereka sebagai akibat dari banjir pada tahun 1984, Saksi-Saksi Yehuwa di Republik Korea menyambut dengan begitu murah hati kebutuhan saudara-saudara mereka, sehingga kantor cabang harus membuat pengumuman bahwa bantuan tidak dibutuhkan lagi.
Para pengamat dapat segera melihat bahwa Saksi-Saksi bukan sekadar digerakkan oleh perasaan bertanggung jawab atau sifat kemanusiaan yang umum terdapat. Mereka sungguh-sungguh mengasihi saudara dan saudari Kristen mereka.
Di samping memenuhi kebutuhan jasmani, Saksi-Saksi Yehuwa memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan rohani dari saudara-saudara mereka di daerah bencana. Dibuat penyelenggaraan secepat mungkin agar perhimpunan sidang dimulai kembali. Di Yunani pada tahun 1986, sebuah tenda besar perlu dipasang di luar kota Kalamata untuk digunakan sebagai Balai Kerajaan, dan beberapa tenda yang lebih kecil di berbagai lokasi untuk Pelajaran Buku Sidang tengah pekan. Serupa halnya, setelah kebutuhan jasmani bagi mereka yang selamat dari bencana longsor tanah lumpur di Armero, Kolombia, pada tahun 1985, tercukupi, maka dana yang tersisa digunakan untuk membangun Balai Kerajaan yang baru bagi tiga sidang di daerah itu.
Bahkan seraya pekerjaan pembangunan kembali itu sedang berlangsung, Saksi-Saksi Yehuwa terus menghibur orang lain dengan jawaban-jawaban memuaskan yang diberikan oleh Firman Allah atas pertanyaan-pertanyaan mereka tentang tujuan hidup ini, penyebab bencana dan kematian, dan harapan untuk masa depan.
Upaya bantuan kemanusiaan dari Saksi-Saksi tidak dimaksudkan untuk menyediakan kebutuhan jasmani dari setiap orang di daerah bencana. Selaras dengan Galatia 6:10, ini terutama dimaksudkan untuk ’kawan-kawan mereka seiman’. Pada waktu yang sama, mereka dengan senang hati membantu orang-orang lain menurut kemampuan mereka. Mereka telah melakukan hal ini misalnya, sewaktu menyediakan makanan untuk korban-korban gempa bumi di Italia. Di Amerika Serikat, pada waktu membantu para korban banjir dan badai, mereka juga membersihkan dan memperbaiki rumah dari tetangga-tetangga para Saksi yang sedang putus asa. Sewaktu ditanya apa sebabnya mereka mau melakukan perbuatan kebaikan demikian untuk orang yang tidak mereka kenal, mereka hanya menjawab bahwa mereka mengasihi sesama mereka. (Mat. 22:39) Setelah suatu badai yang menghancurkan di Florida bagian selatan, AS, tahun 1992, program bantuan yang diorganisasi dengan baik dari Saksi-Saksi begitu terkenal sehingga beberapa perusahaan dagang dan pribadi-pribadi yang bukan Saksi yang ingin memberikan sumbangan bantuan perbekalan yang cukup bernilai menyerahkannya kepada Saksi-Saksi. Mereka menyadari bahwa pemberian mereka tidak akan dibiarkan menumpuk atau digunakan untuk mencari keuntungan namun akan benar-benar dimanfaatkan bagi korban-korban badai, baik Saksi-Saksi maupun yang bukan Saksi-Saksi. Kerelaan mereka untuk membantu orang-orang yang bukan Saksi pada waktu bencana, begitu dihargai di Davao del Norte, Filipina, sehingga para pejabat kota mengeluarkan sebuah resolusi yang menyatakan hal itu.
Akan tetapi, tidak setiap orang mengasihi umat Kristen sejati. Sering kali, mereka menjadi sasaran penganiayaan yang keji. Situasi ini juga menggerakkan persaudaraan sedunia untuk dengan murah hati mencurahkan dukungan yang pengasih kepada sesama Kristen.
Menghadapi Penganiayaan Keji
Rasul Paulus membandingkan sidang Kristen dengan tubuh manusia dan berkata, ”Supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita.” (1 Kor. 12:25, 26) Itulah tanggapan Saksi-Saksi Yehuwa bila mereka mendengar laporan-laporan tentang penganiayaan yang dialami saudara-saudara Kristen mereka.
Di Jerman selama zaman Nazi, pemerintah mengambil tindakan-tindakan keras untuk menekan Saksi-Saksi Yehuwa. Pada waktu itu hanya ada sekitar 20.000 Saksi di Jerman, kelompok yang relatif kecil yang dibenci oleh Hitler. Dibutuhkan tindakan yang terpadu. Pada tanggal 7 Oktober 1934, setiap sidang Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh Jerman berhimpun secara rahasia, berdoa bersama, dan mengirimkan sepucuk surat kepada pemerintah yang menyatakan tekad mereka untuk terus melayani Yehuwa. Kemudian banyak dari mereka yang hadir tanpa gentar keluar untuk memberi kesaksian kepada para tetangga mereka tentang nama dan Kerajaan Yehuwa. Pada hari yang sama, Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh bagian lain dari bumi juga berhimpun di sidang-sidang mereka dan, sesudah doa yang bersatu-padu, mereka mengirimkan telegram kepada pemerintahan Hitler sebagai dukungan bagi saudara-saudara Kristen mereka.
Pada tahun 1948, sesudah penganiayaan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa di Yunani yang dihasut oleh golongan pemimpin agama disingkapkan, presiden Yunani dan berbagai menteri di pemerintahan menerima ribuan surat dari Saksi-Saksi Yehuwa demi kepentingan saudara-saudara Kristen mereka. Surat-surat itu dikirim dari Filipina, Australia, Amerika Utara dan Selatan, dan daerah-daerah lain.
Sewaktu majalah Awake! menyingkapkan metode-metode inkwisisi yang dilaksanakan terhadap Saksi-Saksi di Spanyol pada tahun 1961, surat-surat protes membanjiri kalangan berwenang di sana. Para pejabat terkejut karena orang-orang di seluruh dunia mengetahui persis apa yang sedang mereka lakukan, dan hasilnya, walaupun penganiayaan terus berlanjut, beberapa dari polisi mulai lebih mengekang diri dalam memperlakukan Saksi-Saksi. Di berbagai negeri Afrika juga, para pejabat telah mendengar dari Saksi-Saksi di banyak bagian lain dari dunia sewaktu mereka mengetahui perlakuan kejam terhadap saudara-saudara dan saudari-saudari Kristen mereka di sana.
Jika tidak ada tanggapan yang baik dari pemerintah, Saksi-Saksi yang dianiaya tidaklah dilupakan. Oleh karena penganiayaan agama yang terus-menerus selama bertahun-tahun, beberapa pemerintah telah berkali-kali dibanjiri surat imbauan dan protes. Itulah yang terjadi di Argentina. Suatu ketika pada tahun 1959, sekretaris Departemen Luar Negeri dan Agama membawa seorang saudara kita ke sebuah ruangan dan di sana terdapat beberapa lemari buku yang dipenuhi dengan surat-surat yang telah mengalir dari seluruh dunia. Ia terheran-heran bahwa ada seorang sejauh Fiji menulis imbauan mengenai kebebasan beribadat di Argentina.
Dalam beberapa hal, lebih banyak kebebasan telah diberikan sewaktu para penguasa menyadari bahwa orang-orang di seluruh dunia mengetahui apa yang mereka lakukan dan bahwa ada banyak orang yang benar-benar memedulikan. Demikianlah halnya di Liberia pada tahun 1963. Serdadu-serdadu pemerintah telah berlaku biadab terhadap para delegasi kebaktian di Gbarnga. Presiden Liberia dibanjiri surat-surat protes dari seputar dunia, dan Departemen Luar Negeri AS turun tangan karena seorang warga negara AS ikut menjadi korban. Akhirnya, Presiden Tubman mengirim telegram ke kantor pusat Lembaga Menara Pengawal yang menyatakan kesediaannya untuk menerima delegasi Saksi-Saksi Yehuwa guna membicarakan permasalahannya. Dua orang delegasi—Milton Henschel dan John Charuk—telah berada di Gbarnga. Tn. Tubman mengakui bahwa kejadian itu merupakan ”sesuatu yang keterlaluan” dan berkata, ”Saya menyesal terjadinya peristiwa ini.”
Sesudah wawancara tersebut, suatu Perintah Eksekutif dikeluarkan yang memberitahukan ”semua orang di seluruh negara, bahwa Saksi-Saksi Yehuwa memiliki hak dan hak istimewa untuk mengunjungi dengan bebas setiap bagian dari negeri untuk melaksanakan pekerjaan misionaris dan ibadat agama mereka tanpa gangguan dari siapa pun. Mereka akan mendapat perlindungan hukum untuk pribadi mereka maupun harta benda mereka dan hak untuk menyembah Allah dengan bebas sesuai dengan suara hati nurani mereka, seraya mematuhi hukum Republik dengan menunjukkan respek kepada bendera nasional bilamana dinaikkan atau diturunkan pada upacara-upacara dengan berdiri tegak.” Namun mereka tidak diwajibkan untuk salut, yang merupakan pelanggaran hati nurani Kristen mereka.
Akan tetapi, sampai tahun 1992 belum ada pengumuman resmi demikian dikeluarkan di Malawi, meskipun tindak kekerasan terhadap Saksi-Saksi telah berkurang hingga taraf yang lebih dapat diterima. Saksi-Saksi Yehuwa di sana telah menjadi korban dari beberapa di antara penganiayaan agama yang paling keji dalam sejarah Afrika. Suatu gelombang penganiayaan demikian melanda negeri itu pada tahun 1967; gelombang lain mulai pada awal tahun 1970-an. Puluhan ribu surat telah ditulis demi kepentingan mereka dari segala penjuru dunia. Protes-protes melalui telepon dilakukan. Telegram-telegram dikirimkan. Atas dasar kemanusiaan banyak orang terkemuka di dunia telah tergerak untuk berbicara.
Kebuasan mereka begitu ekstrem sehingga sekitar 19.000 Saksi-Saksi Yehuwa dan anak-anak mereka melarikan diri melintasi perbatasan ke Zambia pada tahun 1972. Sidang-sidang terdekat dari Saksi-Saksi di Zambia dengan cepat mengumpulkan makanan dan selimut untuk saudara-saudara mereka. Uang dan barang-barang yang disumbangkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia mengalir ke kantor-kantor cabang Menara Pengawal dan disalurkan ke para pengungsi oleh kantor pusat di New York. Ada lebih dari cukup yang masuk untuk semua kebutuhan para pengungsi dalam tempat penampungan di Sinda Misale. Seraya berita menyebar di tempat penampungan tentang tibanya truk-truk yang mengangkut makanan, pakaian, dan terpal untuk tempat berteduh, saudara-saudara dari Malawi tidak dapat membendung air mata sukacita karena bukti kasih dari saudara-saudara Kristen mereka ini.
Bila siapa pun di antara mereka ditahan, rekan-rekan Saksi tidak meninggalkan mereka, bahkan walaupun menyangkut risiko pribadi. Selama pelarangan di Argentina, sewaktu sekelompok Saksi ditahan selama 45 jam, empat orang Saksi lainnya membawa makanan dan pakaian untuk mereka, namun ternyata mereka sendiri dipenjarakan. Pada tahun 1989, istri seorang pengawas wilayah di Burundi, sewaktu mendengar mengenai penderitaan saudara-saudara Kristennya, berupaya membawa makanan ke penjara untuk mereka. Namun ia sendiri ditangkap dan disandera selama dua minggu, karena polisi sedang berupaya menangkap suaminya.
Apa pun yang dapat mereka lakukan dengan cara-cara ini, kasih akan saudara-saudara Kristen mereka menggerakkan Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengangkat suara dalam doa kepada Allah demi kepentingan mereka. Mereka tidak berdoa agar Allah segera menghentikan peperangan dan kekurangan makanan, karena Yesus Kristus menubuatkan perkara-perkara ini untuk zaman kita. (Mat. 24:7) Mereka juga tidak berdoa agar Allah mencegah semua penganiayaan, karena Alkitab jelas menyatakan bahwa umat Kristen sejati akan dianiaya. (Yoh. 15:20; 2 Tim. 3:12) Tetapi mereka memang dengan sungguh-sungguh memohon agar saudara-saudara dan saudari-saudari Kristen mereka dikuatkan untuk berdiri teguh dalam iman seraya menghadapi kesukaran apa pun yang menimpa diri mereka. (Bandingkan Kolose 4:12.) Catatan yang memberikan kesaksian tentang kekuatan rohani mereka merupakan bukti limpah bahwa doa-doa demikian telah dijawab.
[Catatan Kaki]
a Lihat The Watchtower, 15 September 1980, halaman 21-6; Menara Pengawal s-29 halaman 22-32 (The Watchtower, 15 Oktober 1986); Menara Pengawal s-37 halaman 1-11 (The Watchtower, 1 Juni 1987 halaman 4-18); The Watchtower, 15 Juli 1988, halaman 21-3; Menara Pengawal 1 Maret 1990, halaman 20-2.
b Lihat The Watchtower, 1 Desember 1945, halaman 355-63.
[Blurb di hlm. 305]
Perhatian akan kasus-kasus kebutuhan khusus tidak sekadar diserahkan kepada kemungkinan yang ada
[Blurb di hlm. 307]
Bantuan yang dihasilkan karena minat pribadi yang pengasih
[Blurb di hlm. 308]
Berusaha mengatasi kebutuhan yang besar akan bantuan kemanusiaan
[Blurb di hlm. 312]
Pencarian yang sistematis untuk menemukan setiap Saksi di daerah bencana
[Blurb di hlm. 315]
Berbuat baik juga kepada mereka yang bukan Saksi-Saksi
[Blurb di hlm. 317]
Air mata sukacita karena kasih yang ditunjukkan oleh saudara-saudara Kristen mereka
[Kotak di hlm. 309]
”Kalian Sungguh Mengasihi Satu Sama Lain”
Sesudah mengamati para sukarelawan Saksi di Lebanon, yang porak-poranda akibat perang, memugar sepenuhnya rumah salah seorang saudari Kristen mereka yang rusak berat, para tetangganya terdorong untuk bertanya, ”Dari mana datangnya kasih ini? Orang macam apakah kalian ini?” Seorang wanita Muslim, seraya mengamati bagaimana rumah seorang Saksi dibersihkan dan diperbaiki, menyatakan, ”Kalian sungguh mengasihi satu sama lain. Agama kalian adalah agama yang benar.”
[Kotak di hlm. 316]
Saudara dan Saudari yang Sejati
Mengenai para pengungsi Saksi dari Kuba di Fort Chaffee, Arkansas, ”Arkansas Gazette” mengatakan, ”Merekalah yang pertama-tama ditampung dalam rumah-rumah yang baru karena ’saudara-saudara dan saudari-saudari’ Amerika mereka—sesama Saksi-Saksi Yehuwa—mencari mereka. . . . Bila Saksi-Saksi menyebut rekan-rekan rohani mereka di negeri mana pun sebagai ’saudara dan saudari’, mereka sungguh-sungguh memaksudkannya.”—Terbitan 19 April 1981.
[Gambar di hlm. 306]
Sesudah Perang Dunia II, mereka mengirim makanan dan pakaian kepada rekan-rekan Saksi yang membutuhkan di 18 negeri
Amerika Serikat
Swiss
[Gambar di hlm. 310]
Pada tahun 1990, Saksi-Saksi di negeri-negeri yang berdekatan memadukan upaya mereka untuk membantu rekan-rekan seiman di Romania
[Gambar di hlm. 311]
Saksi-Saksi yang selamat melewati sebuah gempa bumi di Peru membangun tempat pengungsian mereka sendiri dan membantu satu sama lain
Bantuan perbekalan yang dibawa oleh Saksi-Saksi lain (bawah) merupakan salah satu di antara yang pertama-tama sampai ke lokasi
[Gambar di hlm. 313]
Upaya bantuan kemanusiaan sering kali mencakup menyediakan bahan dan tenaga sukarela untuk membantu rekan-rekan Saksi membangun kembali rumah-rumah mereka
Guatemala
Meksiko
[Gambar di hlm. 314]
Upaya bantuan kemanusiaan dari para Saksi mencakup pembinaan rohani. Baik di Kalamata, Yunani, maupun di luar kota itu tenda-tenda segera didirikan untuk perhimpunan