Pasal 7
Seks—Nasihat Mana yang Benar-Benar Berhasil?
Apa alasannya sekarang untuk mempertimbangkan nasihat Alkitab mengenai seks? (Amsal 2:6-12) (1-4)
JIKA diadakan angket mengenai ”syarat kebahagiaan” banyak jawaban akan menyangkut masalah seks. Hal ini wajar, sebab perasaan dan keinginan seks termasuk karunia Allah kepada setiap orang yang sehat dan normal.
2 Pembahasan tentang seks kini lebih terbuka dari pada dalam generasi-generasi yang lampau. Juga, tingkah laku seks telah berubah. Makin banyak remaja mulai melakukan hubungan seks pada usia muda, bahkan pada awal masa belasan tahun. Berjuta-juta suami istri, termasuk banyak orang yang telah pensiun, hidup bersama dan melakukan hubungan seks di luar perkawinan. Di kalangan orang-orang yang menikah, banyak yang mencoba seks berkelompok, bertukar istri atau ”perkawinan terbuka”, artinya, suami maupun istri setuju melakukan hubungan seks di luar perkawinan.
3 Nasihat berkenaan hal-hal ini datang dari berbagai sumber. Apa yang dianggap populer sekarang dianjurkan atau paling tidak disetujui oleh banyak dokter, penasihat perkawinan dan para pendeta. Ada orang yang mendapat gagasan dari buku-buku ”petunjuk” atau artikel majalah. Jalan pikiran orang lain lagi dibentuk oleh pendidikan seks di sekolah. Sedangkan yang lain-lain mengutip saja gagasan dari novel, film dan pertunjukan televisi yang terang-terangan mengetengahkan seks.
4 Sebagaimana disadari oleh kebanyakan orang, Alkitab juga membahas soal ini. Kini banyak orang cenderung menjauhi patokan Alkitab, merasa bahwa patokan ini terlalu membatasi. Benarkah demikian? Atau apakah penerapan nasihat Alkitab justru melindungi seseorang terhadap banyak kepedihan dan memungkinkan kebahagiaan yang lebih besar dalam hidup ini?
SEKS SEBELUM PERNIKAHAN—MENGAPA TIDAK?
Mengapa seks sebelum pernikahan makin meningkat? (5-7)
5 Keinginan dan kesanggupan seks biasanya timbul dan berkembang selama usia belasan tahun. Maka sepanjang sejarah banyak orang muda melakukan hubungan seks sebelum pernikahan. (Kejadian 34:1-4) Tetapi tahun-tahun belakangan ini seks sebelum pernikahan telah makin meningkat di mana-mana. Di beberapa tempat hampir menjadi kebiasaan. Mengapa demikian?
6 Salah satu sebab meningkatnya seks sebelum pernikahan ada hubungannya dengan diketengahkannya seks secara terang-terangan dalam film maupun novel-novel populer. Banyak orang muda menjadi ingin tahu, ’bagaimana sebenarnya’. Selanjutnya, ini menimbulkan tekanan dari teman-teman sehingga orang lain pun dipengaruhi supaya ikut-ikutan. Sementara seks sebelum pernikahan dan seks di luar pernikahan begitu meluas, banyak pendeta kini mengatakan bahwa hal itu boleh saja selama keduanya ’saling mencintai’. Maka semakin banyak orang yang tidak menikah menghadapi pertanyaan, ’Mengapa tidak melakukan hubungan seks, apalagi jika kita memakai alat KB?’
7 Kolumnis kedokteran Dr. Saul Kapel mencantumkan alasan-alasan lain di balik hubungan seks sebelum pernikahan, dan memberi komentar mengenai akibatnya:
’Seks disalahgunakan sebagai cara memberontak melawan orangtua. Disalahgunakan untuk menarik perhatian, seperti semacam ”seruan minta tolong”. Disalahgunakan sebagai cara ”membuktikan” kejantanan atau kewanitaan. Disalahgunakan sebagai alat penopang sosial karena usaha yang sia-sia untuk diterima orang lain.
’Penyalahgunaan seks sedemikian tidak pernah memecahkan problem yang mendorongnya. Biasanya, justru mengaburkan.’
Bagaimana pandangan Allah mengenai seks sebelum pernikahan? (8)
8 Tidak soal apa alasan dari seks sebelum pernikahan, tidak soal betapa umum hal itu, tidak soal berapa banyak penasihat dan pendeta yang menyetujuinya, Alkitab menasihatkan:
”Inilah kehendak Allah: . . . supaya kamu menjauhi percabulan, . . . supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan [orang lain] dengan tidak baik atau memperdayakannya.”—1 Tesalonika 4:3-6.
Mungkin ada yang merasa bahwa Allah terlalu membatasi. Tetapi jangan lupa bahwa seks itu sendiri suatu karunia dari Allah Yehuwa; Dialah Pribadi yang menciptakan manusia dengan kesanggupan berkembang biak. (Kejadian 1:28) Tidakkah masuk akal bahwa Sumber dari seksualitas manusia sanggup menyediakan nasihat terbaik mengenai hal itu, yang benar-benar melindungi kita terhadap dukacita?
AKIBAT-AKIBATNYA—MENYENANGKAN ATAU MENYAKITKAN?
Apa akibat-akibat dari seks sebelum pernikahan? (9-12)
9 Daya tarik dan keinginan seks dapat menghasilkan akibat yang baik apabila cara yang benar diikuti. Salah satu, tentu adalah anak-anak. Contoh pertama yang dicatat mengenai hubungan seks mengatakan, ”Kemudian manusia itu [Adam] bersetubuh dengan Hawa, istrinya, dan mengandunglah perempuan itu.” (Kejadian 4:1) Dalam suatu keluarga, anak-anak yang dihasilkan dapat menjadi sumber kebahagiaan sejati. Namun, bagaimana jika hubungan seks dilakukan oleh orang-orang yang belum menikah? Hasilnya sering kali sama—kehamilan dan anak-anak.
10 Banyak orang yang melakukan hubungan seks sebelum pernikahan merasa tidak perlu terlalu kuatir. Mereka pikir ada alat pencegah kehamilan. Di beberapa tempat orang-orang berusia belasan tahun dapat memperolehnya tanpa setahu orangtua. Namun, kehamilan pada usia belasan tahun makin banyak terjadi bahkan di kalangan kaum remaja yang berpengalaman, yang berkata, ”Tidak mungkin terjadi atas diriku.” Laporan-laporan berita seperti berikut ini membuktikannya:
”Lebih dari satu bayi di antara setiap lima bayi yang lahir di New Zealand tahun lalu mempunyai orangtua yang tidak menikah.”
”Dari setiap tiga wanita Inggris di bawah usia 20 tahun yang mengucapkan sumpah perkawinan, salah seorang telah hamil.”
”Satu dari setiap lima gadis belasan tahun [di A.S.] akan hamil sebelum ia lulus dari sekolah menengah atas.”
11 Akibat yang menyakitkan dari seks sebelum pernikahan ini telah menimbulkan tekanan atas banyak wanita muda dan pria muda. Ada yang berusaha melakukan pengguguran. Namun orang-orang yang cukup peka menjadi sangat gelisah memikirkan usaha untuk membinasakan anak yang sedang bertumbuh dalam kandungan sang ibu. (Keluaran 20:13) Emosi wanita dan perasaan hati nurani juga tersangkut. Begitu kuatnya hal-hal ini sehingga banyak yang membiarkan tindakan pengguguran, sangat menyesalinya belakangan.—Roma 2:14, 15.
12 Kehamilan pada usia belasan tahun menimbulkan risiko yang lebih besar atas sang ibu dan anak dari pada kehamilan pada wanita dewasa. Ada risiko anemia [kurang darah] yang lebih besar, keracunan darah, pendarahan yang tidak normal, proses melahirkan yang terlalu lama dan kelahiran dengan cara paksaan, demikian juga kematian sewaktu melahirkan. Kemungkinan meninggal dalam tahun pertama dua kali lebih besar pada bayi yang dilahirkan oleh ibu berusia di bawah 16 tahun. Kelahiran tidak sah juga menimbulkan banyak masalah pribadi, sosial dan ekonomi bagi orangtua. Lagi pula, rasa aman dan pertumbuhan si anak banyak bergantung pada lingkungan rumah yang mantap. Anak-anak yang tidak mendapatkan hal tersebut oleh karena kelahiran tidak sah bisa mengalami gangguan serius seumur hidup. Maka menurut anda, apakah akibat keseluruhan dari seks sebelum pernikahan menyenangkan atau menyakitkan? Dan apakah nasihat Alkitab supaya ”Menjauhi percabulan,” suatu perlindungan yang bijaksana?
Alasan-alasan lain apa dapat anda berikan untuk menghargai nasihat Alkitab mengenai seks? (13, 14)
13 Banyak orang yang mengabaikan nasihat Alkitab juga telah mengalami akibat yang sangat pedih—penyakit. Kemungkinan menderita kanker leher rahim jauh lebih besar pada wanita yang memulai kehidupan seks pada usia belasan tahun dengan banyak partner. Juga ada bahaya yang sangat nyata dari penyakit kelamin. Ada orang yang menipu diri dengan beranggapan bahwa penyakit gonorea dan sifilis mudah diamati dan disembuhkan. Tetapi para ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia di bawah PBB melaporkan bahwa beberapa jenis penyakit kelamin ini sudah kebal terhadap antibiotik. Para dokter juga kuatir mengenai perkembangan yang cepat dari virus penyakit kelamin. Anak yang dilahirkan oleh wanita yang ketularan sering mengalami gangguan. Ya, setelah mengalami dukacita banyak orang muda baru menyadari kebenaran peringatan Alkitab:
”Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya [tubuhnya] sendiri.”—1 Korintus 6:18.
14 Ada yang berpikir bahwa seks sebelum pernikahan menyediakan pengalaman yang dapat mempermudah penyesuaian seks dalam perkawinan. Di beberapa negeri biasa bagi para ayah yang kaya membawa putranya kepada pelacur untuk mendapatkan ”pendidikan”. Orang mungkin menganggap bahwa hal ini berfaedah. Tetapi sesungguhnya tidak, menurut Pencipta kita, yang telah mengamati semua pengalaman manusia. Menjaga kesucian sebelumnya merupakan dasar yang jauh lebih baik untuk perkawinan yang bahagia. Penelitian di Kanada mengungkapkan bahwa orang-orang berusia belasan tahun yang melakukan hubungan seks sebelum pernikahan lebih cenderung memperdayakan teman hidupnya apabila telah menikah. Tetapi orang yang menjaga kesucian sebelumnya lebih cenderung berlaku suci dalam perkawinan; respek dan hormat terhadap perkawinan sebelum hari pernikahan tetap diperlihatkan sampai seterusnya.
BAGAIMANA DENGAN PERZINAHAN?
Apa yang diperlihatkan oleh bukti-bukti mengenai nasihat Alkitab tentang perzinahan? (15-18)
15 Nasihat yang serba bebas dewasa ini mengenai seks juga telah menyebabkan lebih banyak perzinahan. Laporan dari Eropa dan Amerika Utara menunjukkan bahwa kira-kira separuh dari jumlah pria yang menikah mengkhianati istri. Juga makin banyak wanita sekarang menyetujui dan turut melakukan perzinahan. Mereka sering mengharapkan bahwa hal itu akan menambah suasana cinta dalam kehidupan.
16 Alkitab menawarkan nasihat yang sangat jelas mengenai hal ini, ”Hendaklah suami memenuhi kewajibannya [dalam hal seks] terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya.” (1 Korintus 7:3) Anda dapat juga membaca Amsal 5:15-20, yang mengatakan dalam bahasa kiasan bahwa orang-orang yang menikah hendaknya mendapatkan kesenangan seks dalam perkawinan mereka, bukan dari seseorang di luarnya. Pengalaman berabad-abad membuktikan bahwa nasihat ini suatu perlindungan, terhadap penyakit dan status anak yang tidak sah. Juga melindungi terhadap rasa sakit hati dan dukacita yang sering ditimbulkan oleh perzinahan.
17 Apabila seorang pria dan seorang wanita menikah, mereka mengikat diri terhadap satu sama lain. Apa yang terjadi apabila salah seorang merusak kepercayaan tersebut dengan mengkhianat? Penelitian mengenai hubungan gelap melaporkan:
”Ada rasa bersalah yang hebat karena melanggar janji. Perzinahan suatu kejahatan terhadap pribadi, sebab anda tahu betul siapa yang anda khianati atau sakiti.”
Hal ini makin jelas setelah banyak suami istri mengikuti anjuran mengenai ”perkawinan terbuka”, yang di dalamnya ada persetujuan untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan lain. Pada waktunya para pendukung utama dari ”perkawinan terbuka” terpaksa mengubah pernyataan mereka. Akibat-akibat yang menyedihkan memaksa mereka untuk menarik kesimpulan bahwa ”jaminan kesetiaan dalam hal seks tetap menjadi sifat yang penting dan perlu dari kebanyakan perkawinan”.
18 Perzinahan cenderung menghasilkan kebencian dan rasa tidak aman secara pribadi. Dengan bijaksana Allah memberitahu kerugian yang diakibatkannya. (Amsal 14:30; 27:4) Jadi, walaupun ada orang yang merasa lebih tahu dan merasa bahwa perzinahan dapat dibenarkan, kenyataan membuktikan sebaliknya. Ahli ilmu jiwa klinis Dr. Milton Matz mengakui dengan terus terang:
”Hampir semua kita merasa disakiti jika hubungan seks di luar perkawinan terjadi dalam kehidupan kita, baik kita sebagai pelaku atau sebagai korban. . . .
”Dari pengalaman saya dalam hal ini nyata bahwa hubungan gelap sangat menyakitkan bagi setiap orang yang tersangkut. Cara itu tidak berhasil sebagai resep untuk kebahagiaan.”
HUBUNGAN SEKS DALAM PERKAWINAN
Apa yang ditawarkan oleh Alkitab sebagai nasihat mengenai seks dalam perkawinan? (19-22)
19 Mengenai hubungan seks, Alkitab memberi nasihat kepada kita bukan hanya mengenai apa yang harus dihindari. Juga diberikannya nasihat mengenai apa yang harus dilakukan dengan cara positif yang akan turut menghasilkan kehidupan yang memuaskan.
20 Dari pada mengetengahkan seks sebagai fungsi biologis saja, dengan tepat Alkitab memperlihatkannya sebagai sesuatu yang dapat menghasilkan kesenangan timbal balik bagi suami dan istri. Alkitab menyebut mengenai ”berahi” dan ’rasa puas’ dalam hubungan seks dari perkawinan. (Amsal 5:19) Pernyataan yang begitu terus terang membantu untuk menjauhkan sikap yang terlalu alim atau malu terhadap hubungan yang penuh kasih dan wajar di antara suami dan istri.
21 Pencipta menasihatkan para suami, ”Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” (Kolose 3:19) Supaya hubungan seks benar-benar memberikan kepuasan, tidak boleh terdapat rintangan berupa perasaan pahit atau rasa kesal di antara mereka. Dengan demikian hubungan intim antara suami istri dapat dinikmati sebagai apa adanya, suatu cara untuk menyatakan kasih yang dalam, ikatan yang disetujui dan kelembutan.
22 Lebih jauh, Allah mendesak para suami supaya hidup bersama istri ’dengan bijaksana [menurut pengetahuan, NW]’. (1 Petrus 3:7) Maka seorang suami hendaknya mempertimbangkan emosi dan siklus fisik dari istrinya. Dari pada menuntut secara kasar, dengan penuh perhatian ia akan bersikap peka terhadap perasaan dan kebutuhan istrinya. Dengan demikian kemungkinan sekali istri akan lebih peka dan menyambut terhadap perasaan dan kebutuhan suami. Ini akan menghasilkan kepuasan timbal balik.
Apa manfaatnya jika nasihat ini diterapkan? (23-26)
23 Keluhan yang umum adalah bahwa beberapa istri bersikap dingin atau tidak menunjukkan sambutan. Yang mungkin turut menyebabkannya adalah sikap suami yang kelihatannya menjauhkan diri, kurang terbuka atau kasar kecuali ia menginginkan hubungan seks. Tetapi apakah anda tidak setuju bahwa sikap istri yang tidak memberi sambutan akan berkurang jika suami bersikap hangat dan dekat kepada istri? Lebih wajar bagi istri untuk menyambut suaminya yang mengindahkan nasihat supaya mengenakan ”belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran”.—Kolose 3:12, 13.
24 Alkitab mengatakan, ”Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah 20:35) Hal ini berlaku dalam banyak hal, dan penerapan prinsip ini sesuai dengan kenyataan sebagai bantuan untuk kenikmatan seks. Mengapa demikian? Kenikmatan yang dirasakan oleh istri dari hubungan seks terutama bergantung pada hati dan pikiran. Belakangan ini banyak ditandaskan tentang konsentrasi di pihak wanita terhadap rangsangan serta kesenangan atas tubuh mereka sendiri, tetapi ternyata kepuasan masih tidak dirasakan oleh banyak orang. Namun, Dr. Marie Robinson, yang mempelajari masalah ini, menegaskan bahwa apabila seorang istri memupuk respek terhadap suami dan memandang hubungan seks sebagai cara untuk ’memberi’ sebaliknya dari pada untuk menerima, kemungkinan sekali istri akan merasakan sendiri lebih banyak kepuasan. Dokter ini memberi komentar:
”Secara bertahap [istri] mengalami bahwa ia memberikan kelembutan yang baru dan perhatian terhadap suaminya sebagai bagian dari arti sambutan seksuilnya. Ia memahami dan merasakan kesenangan yang dihasilkan bagi suaminya oleh karena kehangatan seksuilnya yang bertambah, dan proses ini berlangsung terus, sehingga kesenangan yang bertambah bagi suaminya memberi lebih banyak kesenangan bagi dia.”
Jadi nasihat Alkitab supaya suka memberi dan berminat kepada orang lain turut menambah kebahagiaan, bahkan dalam segi yang intim ini dari kehidupan.—Filipi 2:4.
25 Dengan mengindahkan nasihat ini kita mendapat manfaat dalam segi lain juga. Pandangan kita mengenai seks, yang mencakup kemampuan untuk meneruskan kehidupan, mempengaruhi hubungan kita dengan Allah, sang Pemberi Kehidupan. Jadi, sungguh bijaksana menghindari gendak dan perzinahan, bukan hanya karena kita akan mendapat manfaat secara jasmani, mental dan emosi, tetapi juga karena hal-hal itu merupakan ”dosa terhadap Allah”. (Kejadian 39:9) Dan mengenai kesetiaan kepada teman hidup dalam perkawinan, Ibrani 13:4 menyatakan:
”Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.”
26 Bila kita perhatikan bagaimana seks berkaitan dengan kebahagiaan seseorang, perlu kita pandang ke hari esok. Mengingat kesejahteraan kekal kita, Alkitab membantu kita untuk mempertimbangkan bagaimana hal-hal yang kita lakukan akan mempengaruhi diri kita maupun orang-orang lain besok, tahun depan dan sepanjang hidup kita.
[Kotak di hlm. 70]
”Barangkali ’kebebasan seks’ yang baru adalah sesuatu yang ’membebaskan’, . . . Tetapi apa yang selalu saya dengar di mana-mana justru sesuatu yang sangat berbeda. Apa yang selalu saya dengar adalah bahwa seks yang bebas memang berakibat atas kebanyakan orang. Seks yang bebas menimbulkan rasa sakit hati.”—Kolumnis G. A. Geyer, The Oregonian.
[Kotak di hlm. 71]
”Ketidaksetiaan antara suami istri cenderung menyebabkan rasa bersalah, kepedihan, dan hilangnya kepercayaan, sedangkan kesetiaan membuahkan rasa aman dan sukacita yang dalam.”—Dr. C. B. Broderick, direktur pusat perkawinan dan keluarga.
[Gambar di hlm. 69]
Dengan nasihat Alkitab, dapat dihindari akibat-akibat yang menyedihkan dari imoralitas—kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit kelamin