PEMBERITA; PEMBERITAAN
Cara terbaik untuk memahami konsep Alkitab tentang ”pemberitaan”, atau pengabaran, adalah dengan memeriksa makna kata-kata aslinya dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Kata Yunani ke·rysʹso, yang biasanya diterjemahkan ”memberitakan”, pada dasarnya berarti ’menyampaikan pengumuman sebagai juru bicara, menjadi juru bicara, bertugas sebagai juru bicara, menyerukan (sebagai penakluk)’. Salah satu kata benda yang terkait adalah keʹryx dan berarti ’juru bicara, pembawa berita kepada umum, utusan, orang yang menyampaikan pengumuman dan menjaga ketertiban dalam pertemuan, dan lain-lain’. Kata benda lainnya ialah keʹryg·ma, yang artinya ’sesuatu yang diserukan oleh seorang juru bicara, proklamasi, pengumuman (tentang kemenangan dalam pertandingan), mandat, panggilan’. (A Greek-English Lexicon, karya H. Liddell dan R. Scott, direvisi oleh H. Jones, Oxford, 1968, hlm. 949) Jadi, ke·rysʹso tidak mengandung gagasan menyampaikan khotbah kepada sekelompok murid yang terbatas jumlahnya, tetapi, sebaliknya, pengumuman terbuka kepada umum. Hal ini terlihat dari penggunaannya untuk menggambarkan ”malaikat yang kuat mengumumkan [ke·rysʹson·ta] dengan suara keras, ’Siapakah yang layak membuka gulungan itu dan melepaskan meterai-meterainya?’”—Pny 5:2; bdk. juga Mat 10:27.
Kata eu·ag·ge·liʹzo·mai berarti ”menyatakan kabar baik”. (Mat 11:5) Kata-kata yang terkait ialah di·ag·gelʹlo, ”menyatakan ke mana-mana; memberitahukan” (Luk 9:60; Kis 21:26; Rm 9:17) dan ka·tag·gelʹlo, ”memberitakan; membicarakan; mengumumkan”. (Kis 13:5; Rm 1:8; 1Kor 11:26; Kol 1:28) Perbedaan utama antara ke·rysʹso dan eu·ag·ge·liʹzo·mai adalah bahwa kata ke·rysʹso menandaskan jenis pengumumannya, bahwa itu adalah pengumuman resmi dan untuk umum, sedangkan eu·ag·ge·liʹzo·mai menandaskan isinya, bahwa yang dinyatakan atau disampaikan adalah eu·ag·geʹli·on, yaitu kabar baik atau injil.
Ke·rysʹso agak mirip dengan kata Ibrani ba·sarʹ, yang artinya ”membawa kabar; mengumumkan; menjadi pembawa kabar”. (1Sam 4:17; 2Sam 1:20; 1Taw 16:23) Namun, kata ba·sarʹ tidak menyiratkan tingkat keresmian yang sama.
Pemberitaan dalam Kitab-Kitab Ibrani. Nuh adalah orang pertama yang disebut ”seorang pemberita” (2Ptr 2:5), meskipun penubuatan yang Henokh lakukan sebelumnya bisa dikatakan sebagai pemberitaan. (Yud 14, 15) Pemberitaan Nuh tentang keadilbenaran sebelum Air Bah tampaknya mencakup seruan untuk bertobat dan peringatan tentang datangnya pembinasaan, sebagaimana dibuktikan oleh kata-kata Yesus bahwa orang-orang ”tidak memberikan perhatian”. (Mat 24:38, 39) Jadi, pemberitaan kepada umum yang Nuh lakukan atas wewenang Allah terutama bukan untuk menyampaikan kabar baik.
Setelah Air Bah, banyak orang, misalnya Abraham, melayani sebagai nabi yang menyampaikan penyingkapan-penyingkapan ilahi. (Mz 105:9, 13-15) Akan tetapi, sebelum Israel menetap di Tanah Perjanjian, tampaknya tidak ada orang yang secara rutin atau mempunyai pekerjaan khusus menyampaikan berita kepada umum. Para patriark masa awal tidak mendapat instruksi untuk menjadi juru bicara. Selama periode pemerintahan kerajaan di Israel, para nabi memang menjadi juru bicara yang mengumumkan ketetapan, penghakiman, dan perintah dari Allah di tempat-tempat umum. (Yes 58:1; Yer 26:2) Pemberitaan Yunus kepada Niniwe cocok sekali dengan gagasan yang terkandung dalam kata keʹryg·ma, dan demikianlah pemberitaan itu digambarkan. (Bdk. Yun 3:1-4; Mat 12:41.) Akan tetapi, pelayanan para nabi biasanya lebih luas daripada pelayanan seorang juru bicara atau pemberita, dan dalam beberapa kasus mereka menyuruh orang lain untuk berbicara mewakili mereka. (2Raj 5:10; 9:1-3; Yer 36:4-6) Sebagian dari berita dan penglihatan mereka dituliskan dan tidak diumumkan secara lisan (Yer 29:1, 30, 31; 30:1, 2; Dan psl. 7-12); banyak juga yang disampaikan kepada orang-orang tertentu saja, dan para nabi juga melakukan tindakan-tindakan simbolis untuk menyampaikan gagasan-gagasan.—Lihat NABI; NUBUAT.
Yang diumumkan bisa berupa desakan, peringatan, serta penghakiman, juga kabar baik—mengenai kemenangan, pembebasan, dan berkat—dan juga puji-pujian kepada Allah Yehuwa. (1Taw 16:23; Yes 41:27; 52:7; kata Ibrani ba·sarʹ digunakan dalam ayat-ayat ini.) Adakalanya wanita-wanita menyerukan atau menyanyikan berita kemenangan perang atau kelegaan yang akan datang.—Mz 68:11; Yes 40:9; bdk. 1Sam 18:6, 7.
Kitab-Kitab Ibrani juga menyebutkan pekerjaan pemberitaan yang bakal dilakukan oleh Kristus Yesus dan sidang Kristen. Yesus mengutip Yesaya 61:1, 2 yang menubuatkan amanat ilahi serta wewenangnya untuk memberitakan. (Luk 4:16-21) Sebagai penggenapan Mazmur 40:9 (ayat-ayat sebelumnya diterapkan pada Yesus oleh rasul Paulus di Ibr 10:5-10), Yesus ”memberitahukan kabar baik [suatu bentuk kata ba·sarʹ] tentang keadilbenaran dalam jemaat yang besar”. Rasul Paulus mengutip Yesaya 52:7 (mengenai utusan yang membawa kabar tentang pembebasan Zion dari penawanannya) dan mengaitkan ayat itu dengan pekerjaan pemberitaan, atau pengabaran, orang Kristen di hadapan umum.—Rm 10:11-15.
Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Yohanes Pembaptis khususnya melakukan kegiatan di wilayah padang belantara, namun ia memang melakukan pekerjaan seorang pemberita atau utusan kepada umum, menyerukan kedatangan sang Mesias dan Kerajaan Allah kepada orang-orang Yahudi yang datang kepadanya dan menggugah mereka untuk bertobat. (Mat 3:1-3, 11, 12; Mrk 1:1-4; Luk 3:7-9) Pada saat yang bersamaan Yohanes juga melayani sebagai nabi, guru (mempunyai murid-murid), sekaligus penginjil. (Luk 1:76, 77; 3:18; 11:1; Yoh 1:35) Ia adalah ”wakil Allah” dan saksi-Nya.—Yoh 1:6, 7.
Yesus tidak tinggal di wilayah padang belantara Yudea sesudah berpuasa selama 40 hari di sana, dan ia juga tidak hidup menyendiri seperti di biara. Ia sadar bahwa amanat ilahi yang harus ia laksanakan menuntutnya melakukan pekerjaan pemberitaan atau pengabaran, dan ia melakukannya di hadapan umum, di kota dan desa, di wilayah bait, sinagoga, pasar dan jalan, serta di daerah pedesaan. (Mrk 1:39; 6:56; Luk 8:1; 13:26; Yoh 18:20) Seperti Yohanes, ia tidak hanya mengabar. Pengajarannya lebih ditandaskan daripada pengabarannya. Pengajaran (di·daʹsko) berbeda dengan pengabaran karena guru, atau pengajar, berbuat lebih banyak daripada mengumumkan; ia memberikan instruksi, menjelaskan, memperlihatkan berbagai hal dengan argumen, dan memberikan bukti-bukti. Jadi, pekerjaan murid-murid Yesus, sebelum maupun setelah kematiannya, merupakan kombinasi dari pengabaran dan pengajaran.—Mat 4:23; 11:1; 28:18-20.
Tema pemberitaan Yesus ialah, ’Bertobatlah, sebab kerajaan surga sudah dekat.’ (Mat 4:17) Seperti seorang juru bicara resmi, ia menarik perhatian para pendengarnya kepada kegiatan Allah Yang Berdaulat, kepada suatu masa untuk membuat keputusan. (Mrk 1:14, 15) Seperti yang Yesaya nubuatkan, Yesus tidak hanya menyampaikan kabar baik dan menghibur orang-orang yang lembut hati, yang patah hati, dan yang berkabung, serta mengumumkan kelepasan bagi para tawanan, tetapi ia pun mengumumkan ”hari pembalasan Allah kita”. (Yes 61:2) Ia dengan berani mengumumkan maksud-tujuan, titah, hal-hal yang ditetapkan, dan penghakiman dari Allah di hadapan para penguasa dan orang banyak.
Setelah Kematian Yesus. Setelah kematian Yesus, dan khususnya sejak Pentakosta tahun 33 M, murid-muridnya terus melakukan pekerjaan pemberitaan atau pengabaran, pertama-tama di kalangan orang Yahudi dan akhirnya kepada semua bangsa. Setelah diurapi dengan roh kudus, mereka mengakui dan berkali-kali memberi tahu para pendengar mereka bahwa mereka adalah juru bicara yang resmi (Kis 2:14-18; 10:40-42; 13:47; 14:3; bdk. Rm 10:15), sama seperti yang pernah Yesus tandaskan bahwa ia ’diutus oleh Allah’ (Luk 9:48; Yoh 5:36, 37; 6:38; 8:18, 26, 42), yang memberi dia ’perintah sehubungan dengan apa yang harus diberitahukan dan apa yang harus dikatakan’. (Yoh 12:49) Oleh karena itu, sewaktu diperintahkan untuk berhenti mengabar, para murid menjawab, ”Apakah adil-benar di hadapan Allah untuk mendengarkan kepadamu sebaliknya daripada kepada Allah, putuskanlah bagi dirimu sendiri. Tetapi mengenai kami, kami tidak dapat berhenti berbicara tentang perkara-perkara yang telah kami lihat dan dengar.” ”Kita harus menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia.” (Kis 4:19, 20; 5:29, 32, 42) Kegiatan pengabaran ini merupakan bagian penting ibadat mereka, sarana untuk memuji Allah, sebuah syarat untuk mendapatkan keselamatan. (Rm 10:9, 10; 1Kor 9:16; Ibr 13:15; bdk. Luk 12:8.) Dengan sendirinya, semua murid, pria dan wanita, harus ambil bagian dalam pengabaran, terus sampai ”penutup sistem ini”.—Mat 28:18-20; Luk 24:46-49; Kis 2:17; bdk. Kis 18:26; 21:9; Rm 16:3.
Para pemberita Kristen masa awal ini bukan orang-orang yang berpendidikan tinggi menurut standar duniawi. Sanhedrin menyadari bahwa rasul Petrus dan rasul Yohanes adalah ”orang biasa yang tidak terpelajar”. (Kis 4:13) Mengenai Yesus sendiri, ”orang-orang Yahudi menjadi heran, dan mengatakan, ’Bagaimana orang ini dapat memiliki pengetahuan tentang tulisan-tulisan, padahal ia tidak belajar di sekolah?’” (Yoh 7:15) Para sejarawan sekuler mengomentari hal yang sama. ”Selsus, penulis pertama yang menentang Kekristenan, menjadikannya bahan olok-olok, bahwa para buruh, pembuat sepatu, petani, orang-orang yang paling tidak berpengetahuan dan seperti badut, harus menjadi pemberita Injil yang bergairah.” (The History of the Christian Religion and Church, During the Three First Centuries, karya Augustus Neander; diterjemahkan dari bhs. Jerman oleh Henry John Rose, 1848, hlm. 41) Paulus menjelaskan hal itu demikian, ”Karena kamu memperhatikan bagaimana ia memanggilmu, saudara-saudara, bahwa tidak banyak orang yang berhikmat menurut pandangan manusia yang dipanggil, tidak banyak yang mempunyai kuasa, tidak banyak yang berasal dari keturunan bangsawan; tetapi Allah memilih hal-hal yang bodoh dari dunia ini untuk mempermalukan orang-orang berhikmat.”—1Kor 1:26, 27.
Akan tetapi, sekalipun tidak berpendidikan tinggi dalam sekolah-sekolah duniawi, para pemberita Kristen masa awal bukannya tidak terlatih. Yesus memberikan pelatihan yang ekstensif kepada ke-12 rasul sebelum ia mengutus mereka untuk mengabar. (Mat 10) Pelatihan ini bukan sekadar dalam bentuk instruksi, melainkan pelatihan praktis.—Luk 8:1.
Tema pemberitaan orang Kristen tetap adalah ”kerajaan Allah”. (Kis 20:25; 28:31) Akan tetapi, ada corak-corak lain yang ditambahkan pada pemberitaan mereka dibandingkan dengan yang dilakukan sebelum kematian Kristus. ”Rahasia suci” maksud-tujuan Allah telah disingkapkan melalui Kristus; kematiannya sebagai korban menjadi faktor penting dalam iman sejati (1Kor 15:12-14); kedudukannya yang ditinggikan sebagai Raja dan Hakim yang ditetapkan Allah harus diketahui, diakui, dan dipatuhi oleh semua orang yang ingin memperoleh perkenan Allah dan kehidupan. (2Kor 4:5) Oleh karena itu, para murid sering disebut ’memberitakan Kristus Yesus’. (Kis 8:5; 9:20; 19:13; 1Kor 1:23) Dengan memeriksa pemberitaan mereka, jelas terlihat bahwa pekerjaan mereka ’memberitakan Kristus’ tidak dilakukan untuk membuat para pendengar mereka berpikir bahwa Kristus terpisah dari, seolah-olah ia tidak bergantung atau tidak berkaitan dengan, penyelenggaraan Kerajaan Allah dan maksud-tujuan-Nya secara keseluruhan. Sebaliknya, mereka mengumumkan apa yang telah Allah lakukan bagi dan melalui Putra-Nya, bagaimana maksud-tujuan Allah sedang digenapi dan akan digenapi dalam diri Yesus. (2Kor 1:19-21) Jadi, segenap pemberitaan itu adalah demi kepujian dan kemuliaan Allah sendiri, ”melalui Yesus Kristus”.—Rm 16:25-27.
Pemberitaan mereka tidak dikerjakan sebagai tugas belaka, dan pengabaran mereka tidak sekadar menyampaikan suatu berita secara resmi, namun berasal dari iman yang sepenuh hati dan dilakukan dengan hasrat untuk menghormati Allah dan disertai harapan yang penuh kasih untuk mendatangkan keselamatan bagi orang-orang lain. (Rm 10:9-14; 1Kor 9:27; 2Kor 4:13) Oleh karena itu, para pemberita rela diperlakukan seperti orang bodoh oleh kaum cendekiawan duniawi atau dianiaya sebagai bidah oleh orang Yahudi. (1Kor 1:21-24; Gal 5:11) Karena alasan ini juga, pemberitaan mereka dipadu dengan penggunaan argumentasi dan persuasi untuk membantu para pendengar untuk percaya dan beriman. (Kis 17:2; 28:23; 1Kor 15:11) Paulus mengatakan bahwa dirinya diangkat sebagai ”pemberita, rasul, dan guru”. (2Tim 1:11) Orang-orang Kristen ini bukanlah juru-juru bicara yang digaji, melainkan para penyembah berbakti yang merelakan diri mereka, memberikan waktu dan tenaga mereka untuk kegiatan pemberitaan.—1Tes 2:9.
Karena semua yang menjadi murid juga menjadi pemberita Firman, kabar baik menyebar dengan sangat cepat, dan pada saat Paulus menulis suratnya kepada orang-orang Kolose (± 60-61 M atau kira-kira 27 tahun setelah kematian Kristus), ia dapat berbicara bahwa kabar baik telah ”diberitakan di antara semua ciptaan yang ada di bawah langit”. (Kol 1:23) Maka nubuat Kristus tentang ’pemberitaan kabar baik kepada semua bangsa’ setidaknya telah digenapi hingga taraf tertentu sebelum pembinasaan Yerusalem dan baitnya pada tahun 70 M. (Mat 24:14; Mrk 13:10; PETA, Jil. 2, hlm. 744) Kata-kata Yesus sendiri, dan juga buku Penyingkapan, yang ditulis setelah pembinasaan itu, menunjukkan bahwa nubuat itu akan mengalami penggenapan yang lebih besar pada waktu Kristus mulai menjalankan kuasa Kerajaan dan sebelum pembinasaan semua musuh Kerajaan itu; masuk akal jika pemberitaan besar-besaran akan dilaksanakan pada masa tersebut.—Pny 12:7-12, 17; 14:6, 7; 19:5, 6; 22:17.
Apa hasil-hasil yang bisa diharapkan para pemberita Kristen atas upaya mereka? Paulus mengalami bahwa ”ada yang percaya akan hal-hal yang dikatakan; yang lain-lain tidak mau percaya”. (Kis 28:24) Pemberitaan Kristen yang sesungguhnya, yang didasarkan atas Firman Allah, pastilah mendapat tanggapan yang serupa. Pemberitaan itu penuh gairah, dinamis, dan yang paling penting, memberi tahu tentang suatu sengketa agar orang-orang dapat menentukan pendirian. Ada yang menjadi penentang aktif berita Kerajaan. (Kis 13:50; 18:5, 6) Yang lain mendengarkan sebentar, tetapi akhirnya menolak karena berbagai alasan. (Yoh 6:65, 66) Yang lain lagi menerima kabar baik dan bertindak sesuai dengannya.—Kis 17:11; Luk 8:15.
”Dari Rumah ke Rumah.” Yesus pergi menemui orang-orang secara langsung dengan berita Kerajaan, mengajar mereka di hadapan umum dan di rumah mereka. (Mat 5:1; 9:10, 28, 35) Sewaktu ia mengutus murid-murid pertamanya untuk mengabar, ia memerintahkan mereka, ”Ke dalam kota atau desa mana pun kamu masuk, carilah siapa yang layak di dalamnya.” (Mat 10:7, 11-14) Masuk akal jika kegiatan ’mencari’ seperti itu mencakup pergi ke rumah-rumah, tempat mereka dapat menemukan orang-orang yang ”layak” yang mau mengindahkan berita itu, dan di sana para murid dapat tinggal bermalam.—Luk 9:1-6.
Belakangan, Yesus ”menunjuk tujuh puluh orang lain dan mengutus mereka berdua-dua mendahuluinya ke setiap kota dan tempat yang akan ia kunjungi”. Mereka ini tidak hanya memberitakan di tempat-tempat umum tetapi juga menemui orang-orang di rumah mereka. Yesus memberi mereka instruksi, ”Di mana pun kamu masuk ke sebuah rumah, katakan lebih dahulu, ’Semoga ada kedamaian di rumah ini.’”—Luk 10:1-7.
Pada hari-hari setelah Pentakosta tahun 33 M, murid-murid Yesus terus menyampaikan kabar baik langsung ke rumah-rumah orang. Sekalipun diperintahkan untuk ”berhenti berbicara”, catatan terilham mengatakan bahwa ”setiap hari di bait dan dari rumah ke rumah, mereka tanpa henti terus mengajar dan menyatakan kabar baik tentang Kristus, yaitu Yesus”. (Kis 5:40-42; bdk. Dy, NIV.) Ungkapan ”dari rumah ke rumah” diterjemahkan dari kata Yunani katʼ oiʹkon, secara harfiah, ”sesuai dengan rumah”; preposisi Yunani ka·taʹ bermakna distributif (”dari rumah ke rumah”) dan bukan sekadar adverbial (’di rumah’). (Lihat Rbi8, ctk.) Metode ini, yaitu pergi langsung ke rumah-rumah orang untuk mencapai mereka, mendatangkan hasil yang sangat besar. ”Jumlah murid semakin berlipat ganda secara luar biasa di Yerusalem.”—Kis 6:7; bdk. 4:16, 17 dan 5:28.
Rasul Paulus memberi tahu para penatua di Efesus, ”Sejak hari pertama aku melangkah ke distrik Asia . . . aku tidak menahan diri untuk memberitahukan kepadamu segala perkara yang menguntungkan atau untuk mengajar kamu di hadapan umum dan dari rumah ke rumah. Namun aku memberikan kesaksian dengan saksama kepada orang Yahudi maupun orang Yunani tentang pertobatan kepada Allah dan iman kepada Tuan kita, Yesus.” (Kis 20:18-21; bdk. KJ, Dy, AS, RS, Mo, NIV, La.) Di sini Paulus sedang berbicara tentang upayanya mengabar kepada pria-pria itu sewaktu mereka belum menjadi orang percaya, mereka ini perlu tahu ”tentang pertobatan kepada Allah dan iman kepada Tuan kita, Yesus”. Jadi, sejak awal dinas utusan injilnya di Asia, Paulus mencari ”dari rumah ke rumah” orang-orang yang berkecenderungan rohani. Setelah menemukan orang-orang seperti itu, ia pasti kembali ke rumah mereka untuk mengajar mereka lebih lanjut dan, setelah mereka menjadi orang percaya, ia kembali untuk menguatkan iman mereka. Dr. A. T. Robertson, dalam bukunya Word Pictures in the New Testament, berkomentar sebagai berikut tentang Kisah 20:20, ”Menurut (sesuai dengan) rumah-rumah. Patut diperhatikan bahwa sang pemberita terbesar ini memberitakan dari rumah ke rumah dan kunjungannya bukan sekadar kunjungan sosial.”—1930, Jil. III, hlm. 349, 350.
Pemberitaan di dalam Sidang. Kebanyakan kegiatan pemberitaan yang dicatat dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen berkaitan dengan pengumuman yang disampaikan kepada orang-orang di luar sidang jemaat. Akan tetapi, desakan Paulus kepada Timotius untuk ’memberitakan firman itu, melaksanakan itu dengan giat dan dengan perasaan mendesak pada masa yang menyenangkan, pada masa yang susah’, mencakup pemberitaan di dalam sidang, yang dilakukan oleh seorang pengawas umum. (2Tim 4:2) Surat Paulus kepada Timotius adalah surat penggembalaan, yaitu yang ditujukan kepada orang yang melakukan pekerjaan penggembalaan di antara orang-orang Kristen dan memberikan nasihat tentang pelayanan pengawasan tersebut. Sebelum mendesak untuk ’memberitakan firman itu’, Paulus memperingatkan Timotius sehubungan dengan kemurtadan yang mulai menjadi nyata, yang akan berkembang hingga taraf yang parah. (2Tim 2:16-19; 3:1-7) Setelah mendesak Timotius untuk berpaut kepada ”firman itu” dalam pemberitaannya, dan tidak tersimpangkan darinya, Paulus memperlihatkan perlunya perasaan mendesak, dengan mengatakan, ”karena akan ada suatu jangka waktu ketika mereka tidak dapat menerima ajaran yang sehat” tetapi, sebaliknya, akan mencari guru-guru yang mengajar sesuai dengan keinginan mereka sendiri sehingga akan ”memalingkan telinga dari kebenaran”; jadi Paulus sedang menggambarkan orang-orang yang berasal bukan dari luar sidang, melainkan dari dalam sidang. (2Tim 4:3, 4) Oleh karena itu, Timotius tidak boleh kehilangan keseimbangan rohaninya tetapi harus terus dengan berani memberitakan Firman Allah (bukan filsafat manusia atau spekulasi yang tidak berguna) kepada saudara-saudara, sekalipun hal itu mungkin mendatangkan masalah dan penderitaan kepada dirinya dari orang-orang yang mempunyai kecenderungan yang salah di dalam sidang. (Bdk. 1Tim 6:3-5, 20, 21; 2Tim 1:6-8, 13; 2:1-3, 14, 15, 23-26; 3:14-17; 4:5.) Dengan berbuat demikian, ia akan menghalangi kemurtadan dan bebas dari tanggung jawab karena utang darah, seperti halnya Paulus.—Kis 20:25-32.
Apa tujuan pemberitaan Yesus ”kepada roh-roh dalam penjara”?
Di 1 Petrus 3:19, 20, setelah menjelaskan tentang kebangkitan Yesus kepada kehidupan roh, sang rasul mengatakan, ”Dalam keadaan ini juga ia pergi dan memberitakan kepada roh-roh dalam penjara, yang dahulu tidak taat ketika Allah menunggu dengan sabar pada zaman Nuh, sementara bahtera sedang dibangun.” Ketika mengomentari ayat ini, Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Words mengatakan, ”Di I Ptr. 3:19, yang dimaksud mungkin bukan kabar baik (tidak ada bukti nyata bahwa Nuh memberitakan, juga tidak ada bukti bahwa roh-roh orang-orang pra-Air Bah sesungguhnya berada ’dalam penjara’), melainkan tindakan Kristus setelah kebangkitan-Nya ketika mengumumkan kemenangan-Nya kepada makhluk-makhluk roh, yaitu para malaikat, yang sudah jatuh dalam dosa.” (1981, Jil. 3, hlm. 201) Sebagaimana telah dijelaskan, ke·rysʹso memaksudkan pengumuman, bukan saja mengenai sesuatu yang baik, melainkan juga sesuatu yang buruk, seperti ketika Yunus mengumumkan kebinasaan yang akan menimpa Niniwe. Roh-roh dalam penjara yang disebutkan dalam Alkitab hanyalah para malaikat pada zaman Nuh yang ’dikirim ke lubang kegelapan yang pekat’ (2Ptr 2:4, 5) dan ’ditahan dengan belenggu kekal dalam kegelapan yang pekat untuk dihakimi pada hari besar itu’. (Yud 6) Oleh karena itu, pemberitaan oleh Yesus yang telah dibangkitkan kepada para malaikat yang tidak adil-benar itu pastilah pemberitaan tentang penghukuman. Patut diperhatikan bahwa buku Penyingkapan yang disampaikan dalam penglihatan kepada Yohanes melalui Kristus Yesus menjelang pengujung abad pertama M berisi banyak hal tentang Setan si Iblis dan hantu-hantunya dan juga tentang kebinasaan total mereka, jadi, suatu pemberitaan tentang penghukuman. (Pny 12-20) Petrus menggunakan kata ”memberitakan” dengan kala waktu lampau yang menunjukkan bahwa pemberitaan itu telah dilakukan sebelum ia menulis suratnya yang pertama.