Hargailah Karunia Kehidupan Saudara dengan Sepatutnya
”Darah Kristus . . . akan membersihkan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan mati sehingga kita dapat memberikan dinas suci kepada Allah yang hidup.”—IBRANI 9:14.
1. Apa buktinya bahwa kita sangat menghargai kehidupan?
SEANDAINYA Saudara diminta untuk menilai seberapa berharga kehidupan Saudara, apa jawaban Saudara? Kita sangat menghargai kehidupan—kehidupan kita sendiri dan kehidupan orang lain. Buktinya, kita mungkin pergi ke dokter sewaktu kita sakit atau memeriksakan kesehatan kita secara berkala. Kita ingin tetap hidup dan sehat. Bahkan kebanyakan orang yang sudah tua atau cacat tidak ingin mati, mereka ingin tetap hidup.
2, 3. (a) Amsal 23:22 menyorot kewajiban apa? (b) Bagaimana Allah terkait dengan kewajiban yang disebutkan di Amsal 23:22?
2 Besarnya penghargaan Saudara terhadap kehidupan mempengaruhi hubungan Saudara dengan orang-orang lain. Sebagai contoh, Firman Allah memerintahkan, ”Dengarkanlah bapakmu yang telah menyebabkan engkau lahir, dan jangan memandang rendah ibumu hanya karena ia sudah tua.” (Amsal 23:22) ’Mendengarkan’ tidak hanya berarti mendengar kata-kata; yang dimaksud oleh amsal ini adalah mendengar dan kemudian menaati. (Keluaran 15:26; Ulangan 7:12; 13:18; 15:5; Yosua 22:2; Mazmur 81:13) Menurut Firman Allah, mengapa Saudara harus mendengarkan bapak dan ibu Saudara? Bukan hanya karena mereka lebih tua atau lebih berpengalaman daripada Saudara, melainkan karena mereka ’telah menyebabkan Saudara lahir’. Dalam beberapa terjemahan, ayat ini berbunyi, ”Dengarkanlah bapakmu yang telah memberimu kehidupan.” Maka, jika Saudara menghargai kehidupan Saudara, Saudara tentu merasa bertanggung jawab kepada sumber kehidupan tersebut.
3 Tentu saja, jika Saudara seorang Kristen sejati, Saudara mengakui bahwa Yehuwa-lah Sumber utama kehidupan Saudara. Melalui Dialah, Saudara ”mempunyai kehidupan”; Saudara dapat ”bergerak”, bertindak sebagai makhluk yang berperasaan; dan Saudara sekarang ”ada” dan dapat memikirkan atau membuat rencana untuk masa depan, termasuk kehidupan kekal. (Kisah 17:28; Mazmur 36:9; Pengkhotbah 3:11) Selaras dengan Amsal 23:22, kita sepatutnya ’mendengarkan’ dan menaati Allah, ingin memahami dan bertindak selaras dengan pandangan Dia tentang kehidupan sebaliknya daripada memilih untuk bertindak berdasarkan pandangan pribadi lain.
Perlihatkanlah Respek terhadap Kehidupan
4. Pada awal sejarah manusia, bagaimana respek terhadap kehidupan menjadi masalah penting?
4 Sejak awal sejarah manusia, Yehuwa menegaskan bahwa Ia tidak mengizinkan manusia memutuskan sendiri bagaimana ia akan menggunakan (atau menyalahgunakan) kehidupan, apa pun alasannya. Karena begitu dikuasai oleh kemarahan yang penuh kedengkian, Kain merenggut kehidupan orang yang tidak bersalah, yaitu kehidupan Habel, saudaranya. Menurut Saudara, apakah Kain berhak membuat keputusan seperti itu tentang kehidupan? Menurut Allah, tidak. Ia meminta pertanggungjawaban Kain, ”Apa yang telah kaulakukan? Dengarkan! Darah saudaramu berseru kepadaku dari tanah.” (Kejadian 4:10) Perhatikan bahwa darah Habel di tanah melambangkan kehidupannya, yang telah diakhiri dengan kejam, dan darahnya berseru kepada Allah menuntut pembalasan.—Ibrani 12:24.
5. (a) Larangan apa yang Allah tetapkan pada zaman Nuh, dan bagi siapa larangan itu berlaku? (b) Dalam arti apa larangan itu merupakan langkah penting?
5 Setelah Air Bah, manusia memulai awal yang baru dengan delapan orang saja. Dalam suatu pernyataan yang berlaku untuk seluruh umat manusia, Allah menyingkapkan lebih lanjut penilaian-Nya tentang kehidupan dan darah. Ia menyatakan bahwa manusia boleh makan daging binatang, tetapi Ia menetapkan pembatasan ini, ”Segala binatang yang bergerak, yang hidup, dapat menjadi makananmu. Sebagaimana halnya tumbuh-tumbuhan hijau, aku memberikan semuanya kepadamu. Hanya daging dengan jiwanya—darahnya—jangan dimakan.” (Kejadian 9:3, 4) Ada orang Yahudi yang menafsirkan bahwa hal itu berarti manusia tidak boleh makan daging atau darah binatang yang masih hidup. Tetapi, belakangan jelas terlihat bahwa apa yang Allah larangkan dalam ayat itu adalah makan darah untuk mempertahankan kehidupan. Selain itu, ketetapan Allah melalui Nuh merupakan langkah penting untuk mencapai maksud-tujuan-Nya yang luhur sehubungan dengan darah—maksud-tujuan yang memungkinkan manusia memperoleh kehidupan abadi.
6. Melalui Nuh, bagaimana Allah menandaskan pandangan-Nya tentang nilai kehidupan?
6 Allah selanjutnya berfirman, ”Aku akan menuntut balas darah dari jiwamu. Dari tangan setiap makhluk hidup aku akan menuntut balas; dan dari tangan manusia, dari tangan setiap orang yang adalah saudaranya, aku akan menuntut balas jiwa manusia. Siapa pun yang menumpahkan darah manusia, darahnya sendiri akan ditumpahkan manusia, karena Allah membuat manusia menurut gambarnya.” (Kejadian 9:5, 6) Dari pernyataan tersebut kepada segenap keluarga manusia, Saudara dapat memahami bahwa di mata Allah, darah manusia berarti kehidupannya. Sang Pencipta memberi seseorang kehidupan, dan tidak seorang pun boleh mengambil kehidupan itu, yang dilambangkan oleh darah. Seandainya, seperti Kain, seseorang membunuh orang lain, sang Pencipta berhak ”menuntut balas” dengan mengambil kembali kehidupan si pembunuh.
7. Mengapa kita hendaknya berminat pada pernyataan Allah kepada Nuh tentang darah?
7 Melalui pernyataan-Nya, Allah melarang manusia menyalahgunakan darah. Pernahkah Saudara bertanya-tanya apa alasannya? Mengapa Allah memiliki pandangan demikian tentang darah? Sesungguhnya, jawabannya berkaitan dengan salah satu ajaran yang paling penting dalam Alkitab, ajaran utama dalam berita Kekristenan, walaupun banyak gereja lebih suka mengabaikannya. Apa ajaran itu, dan bagaimana kehidupan, keputusan, dan tindakan Saudara terkait dengannya?
Bagaimana Darah Dapat Digunakan dengan Sepatutnya?
8. Dalam Hukum, pembatasan apa yang Yehuwa tetapkan atas penggunaan darah?
8 Yehuwa memberikan lebih banyak perincian tentang kehidupan dan darah ketika Ia memberi orang Israel kaidah Hukum. Sewaktu melakukan hal itu, Ia mengambil langkah lebih jauh dalam rangka mewujudkan maksud-tujuan-Nya. Saudara mungkin tahu bahwa dalam Hukum ada tuntutan untuk memberikan persembahan kepada Allah, seperti biji-bijian, minyak, dan anggur. (Imamat 2:1-4; 23:13; Bilangan 15:1-5) Ada juga tuntutan untuk mempersembahkan korban binatang. Tentang hal itu, Allah berfirman, ”Jiwa makhluk ada di dalam darahnya, dan aku sendiri telah menaruhnya di atas mezbah bagi kamu untuk mengadakan pendamaian bagi jiwa-jiwamu, sebab darah itulah yang mengadakan pendamaian dengan perantaraan jiwa yang ada di dalamnya. Itulah sebabnya aku berfirman kepada putra-putra Israel, ’Tidak satu jiwa pun dari antara kamu yang boleh makan darah.’” Yehuwa menambahkan bahwa jika seseorang, misalnya seorang pemburu atau petani, membunuh binatang untuk dimakan, ia harus meniriskan darah binatang itu, kemudian menutupinya dengan debu. Bumi adalah tumpuan kaki Allah, dan dengan mencurahkan darah ke bumi, seseorang mengakui bahwa kehidupan dikembalikan kepada sang Pemberi Kehidupan.—Imamat 17:11-13; Yesaya 66:1.
9. Menurut Hukum, darah hanya boleh digunakan untuk satu hal apa dan untuk tujuan apa?
9 Hukum itu bukan sekadar tata cara keagamaan tanpa makna bagi kita. Apakah Saudara memperhatikan alasan orang Israel tidak boleh makan darah? Allah mengatakan, ”Itulah sebabnya aku berfirman kepada putra-putra Israel, ’Tidak satu jiwa pun dari antara kamu yang boleh makan darah.’” Apa alasannya? ”Aku sendiri telah menaruh [darah] di atas mezbah bagi kamu untuk mengadakan pendamaian bagi jiwa-jiwamu.” Jadi, jelas bukan, bahwa ayat ini memberikan pemahaman tentang alasan Allah memberi tahu Nuh agar manusia tidak makan darah? Sang Penciptalah yang menetapkan bahwa darah memiliki makna yang luhur dan hanya boleh digunakan untuk satu hal khusus yang dapat menyelamatkan kehidupan banyak orang. Darah akan memainkan peranan yang sangat penting dalam menutup dosa (pendamaian). Jadi, di bawah Hukum, Allah mengizinkan darah digunakan untuk satu hal saja, yaitu di atas mezbah guna mengadakan pendamaian bagi kehidupan orang Israel, yang memohonkan pengampunan Yehuwa.
10. Mengapa darah binatang tidak dapat menghasilkan pengampunan sepenuhnya, tetapi pengingat apa yang ada di balik korban-korban menurut Hukum?
10 Konsep di atas tidak menyimpang dari Kekristenan. Sewaktu menunjuk kepada corak Hukum yang ditetapkan Allah ini, rasul Kristen Paulus menulis, ”Menurut Hukum, hampir segala sesuatu ditahirkan dengan darah, dan jika darah tidak dicurahkan tidak akan ada pengampunan.” (Ibrani 9:22) Paulus menegaskan bahwa korban-korban yang dituntut tidak menjadikan orang Israel manusia yang sempurna, tanpa dosa. Ia menulis, ”Melalui korban-korban ini, dari tahun ke tahun orang diingatkan kepada dosa, sebab tidak mungkin darah lembu jantan dan darah kambing menyingkirkan dosa.” (Ibrani 10:1-4) Meskipun demikian, korban-korban tersebut ada gunanya karena mengingatkan orang Israel bahwa mereka adalah manusia berdosa dan membutuhkan sesuatu yang lebih tinggi nilainya untuk memperoleh pengampunan yang menyeluruh. Tetapi, jika darah binatang tidak dapat sepenuhnya menutup dosa manusia, adakah darah yang dapat melakukan hal itu?
Jalan Keluar yang Disediakan sang Pemberi Kehidupan
11. Bagaimana kita tahu bahwa korban-korban berupa darah binatang mengarahkan perhatian kepada sesuatu?
11 Hukum sebenarnya mengarahkan perhatian kepada sesuatu yang jauh lebih jitu dalam pelaksanaan kehendak Allah. Paulus bertanya, ”Kalau begitu, untuk apa Hukum itu?” Ia menjawab, ”Ini ditambahkan agar pelanggaran menjadi nyata, sampai tibanya benih itu, yang baginya janji itu dibuat; dan ini disampaikan melalui malaikat-malaikat melalui tangan seorang perantara [Musa].” (Galatia 3:19) Demikian pula, Paulus menulis, ”Dalam Hukum terdapat bayangan dari perkara-perkara baik yang akan datang, namun bukan hakikat dari perkara-perkara itu sendiri.”—Ibrani 10:1.
12. Mengenai darah, bagaimana kita dapat memahami penyingkapan maksud-tujuan Allah?
12 Sebagai ringkasan, ingatlah bahwa pada zaman Nuh, Allah mengizinkan manusia makan daging binatang untuk mempertahankan kehidupan, tetapi melarang mereka makan darah. Belakangan, Allah menyatakan bahwa ”jiwa makhluk ada di dalam darahnya”. Sesungguhnya, Ia memutuskan untuk menganggap darah sama dengan kehidupan dan berfirman, ”Aku sendiri telah menaruh [darah] di atas mezbah bagi kamu untuk mengadakan pendamaian bagi jiwa-jiwamu.” Tetapi, maksud-tujuan Allah akan disingkapkan lebih jauh dengan cara yang menakjubkan. Dalam Hukum terdapat gambaran di muka tentang perkara-perkara baik yang akan datang. Apakah itu?
13. Mengapa kematian Yesus penting?
13 Hakikat atau kenyataannya berpusat pada kematian Yesus Kristus. Saudara tentu tahu bahwa Yesus disiksa dan dipantek. Ia mati seperti seorang penjahat. Paulus menulis, ”Sementara kita masih lemah, Kristus mati bagi orang-orang yang tidak saleh pada waktu yang ditetapkan. . . . Allah merekomendasikan kasihnya sendiri kepada kita dalam hal, sementara kita masih berdosa, Kristus mati bagi kita.” (Roma 5:6, 8) Dengan mati bagi kita, Kristus menyediakan tebusan untuk menutup dosa kita. Tebusan merupakan ajaran yang paling penting dalam berita Kekristenan. (Matius 20:28; Yohanes 3:16; 1 Korintus 15:3; 1 Timotius 2:6) Apa hubungan tebusan dengan darah dan kehidupan, dan bagaimana kehidupan Saudara terkait?
14, 15. (a) Bagaimana beberapa terjemahan hanya menitikberatkan kematian Yesus di Efesus 1:7? (b) Fakta apa tentang Efesus 1:7 yang bisa jadi terabaikan?
14 Beberapa gereja menitikberatkan kematian Yesus; para penganutnya mengucapkan kata-kata seperti ”Yesus mati untuk saya”. Pertimbangkan bagaimana Efesus 1:7 dinyatakan dalam beberapa terjemahan Alkitab, ”Oleh kematian Kristus, kita dibebaskan oleh Allah, berarti ia sudah mengampuni kita dari dosa-dosa kita.” (Bahasa Indonesia Sehari-hari, 1985) ”Di dalam dia dan melalui kematiannya kita mendapat kelepasan, yaitu disingkirkannya pelanggaran-pelanggaran kita.” (The American Bible, karya Frank Scheil Ballentine, 1902) ”Di dalam dan melalui Kristus dan korban kehidupannya kita dimerdekakan, kemerdekaan yang berarti pengampunan dosa.” (The New Testament, karya William Barclay, 1969) ”Melalui kematian Kristus dosa-dosa kita diampuni dan kita dibebaskan.” (The Translator’s New Testament, 1973) Dalam terjemahan-terjemahan tersebut Saudara dapat melihat kematian Kristus dititikberatkan. ’Tetapi,’ mungkin ada yang mengatakan, ’kematian Yesus benar-benar penting. Jadi, apa yang kurang dalam terjemahan-terjemahan itu?’
15 Memang, jika terjemahan-terjemahan itu saja yang tersedia, Saudara bisa jadi tidak melihat sesuatu yang sangat penting, dan hal ini dapat membuat Saudara tidak memahami sepenuhnya berita Alkitab. Terjemahan-terjemahan tersebut menyembunyikan fakta bahwa teks asli Efesus 1:7 memuat sebuah kata Yunani (haiʹma), yang berarti ”darah”. Karena itu, banyak Alkitab, seperti Terjemahan Dunia Baru, menerjemahkan teks aslinya dengan lebih akurat, ”Melalui dialah kita memperoleh kelepasan, yaitu melalui tebusan dengan darah pribadi itu, ya, pengampunan atas pelanggaran-pelanggaran kita, sesuai dengan kekayaan dari kebaikan hatinya yang tidak selayaknya diperoleh.”
16. Kata-kata ”darah pribadi itu” hendaknya membuat kita memikirkan apa?
16 Kata-kata ”darah pribadi itu” memiliki makna yang sangat penting dan hendaknya membuat kita memikirkan banyak aspek yang berkaitan dengan darah. Lebih banyak yang dibutuhkan daripada sekadar kematian seseorang, bahkan kematian manusia sempurna Yesus. Ia menggenapi gambaran nubuat dalam Hukum, khususnya Hari Pendamaian. Pada hari istimewa itu, binatang-binatang yang telah ditetapkan dipersembahkan sebagai korban. Lalu, imam besar membawa sebagian dari darah binatang-binatang tersebut ke dalam Ruang Mahakudus di tabernakel atau bait, dan mempersembahkannya di sana ke hadapan Allah, seolah-olah ia berada langsung di hadapan-Nya.—Keluaran 25:22; Imamat 16:2-19.
17. Bagaimana Yesus menggenapi gambaran nubuat yang terdapat pada Hari Pendamaian?
17 Yesus menggenapi gambaran nubuat yang terdapat pada Hari Pendamaian, seperti yang dijelaskan oleh Paulus. Mula-mula, ia menyebutkan bahwa imam besar di Israel masuk ke dalam Ruang Mahakudus sekali setahun dengan darah yang dipersembahkan ”bagi dirinya dan bagi dosa bangsa itu yang dilakukan karena ketidaktahuan”. (Ibrani 9:6, 7) Sesuai dengan pola itu, setelah dibangkitkan sebagai roh, Yesus pergi ke surga. Sebagai roh, tanpa tubuh dari darah dan daging, ia dapat tampil di hadapan ”pribadi Allah bagi kita”. Apa yang ia persembahkan kepada Allah? Bukan sesuatu yang bersifat jasmani tetapi sesuatu yang sangat berarti. Paulus melanjutkan, ”Ketika Kristus datang sebagai imam besar . . . , ia masuk, bukan dengan darah kambing dan darah lembu jantan muda, tetapi dengan darahnya sendiri, sekali untuk selamanya ke dalam tempat kudus, dan memperoleh pembebasan abadi bagi kita. Karena jika darah kambing dan darah lembu jantan . . . dapat menyucikan tubuh mereka sehingga tahir, betapa terlebih lagi darah Kristus, yang melalui roh abadi mempersembahkan dirinya tanpa cacat kepada Allah, akan membersihkan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan mati sehingga kita dapat memberikan dinas suci kepada Allah yang hidup?” Ya, Yesus mempersembahkan kepada Allah nilai dari darah kehidupannya.—Ibrani 9:11-14, 24, 28; 10:11-14; 1 Petrus 3:18.
18. Mengapa berbagai pernyataan Alkitab tentang darah penting bagi orang Kristen dewasa ini?
18 Kebenaran ilahi ini memungkinkan kita memahami semua aspek yang menakjubkan dari apa yang Alkitab katakan tentang darah—alasan pandangan Allah tentang darah, bagaimana seharusnya pandangan kita tentang darah, dan alasan kita harus merespek pembatasan yang Allah tetapkan atas penggunaan darah. Sewaktu membaca Kitab-Kitab Yunani Kristen, Saudara akan mendapati bahwa ”darah Kristus” banyak sekali disebutkan. (Lihat kotak.) Hal ini jelas menunjukkan bahwa setiap orang Kristen harus menaruh iman ’kepada darah [Yesus]’. (Roma 3:25) Kita dapat memperoleh pengampunan dan menikmati perdamaian dengan Allah hanya ”melalui darah yang dia [Yesus] curahkan”. (Kolose 1:20) Hal ini pasti demikian sehubungan dengan orang-orang yang Yesus bawa ke dalam perjanjian istimewa untuk memerintah bersamanya di surga. (Lukas 22:20, 28-30; 1 Korintus 11:25; Ibrani 13:20) Hal itu juga demikian sehubungan dengan ”kumpulan besar” dewasa ini, yang akan selamat melewati ”kesengsaraan besar” yang akan datang dan menikmati kehidupan abadi di firdaus di bumi. Secara kiasan, mereka ’mencuci jubah mereka dalam darah Anak Domba’.—Penyingkapan (Wahyu) 7:9, 14.
19, 20. (a) Mengapa Allah memutuskan untuk membatasi penggunaan darah, dan bagaimana seharusnya perasaan kita terhadap hal itu? (b) Kita hendaknya berminat untuk mengetahui apa?
19 Jelaslah, darah memiliki arti istimewa di mata Allah, dan seharusnya juga demikian di mata kita. Sang Pencipta, yang peduli terhadap kehidupan, berhak membatasi apa yang dilakukan manusia terhadap darah. Karena sangat mempedulikan kehidupan kita, Ia memutuskan bahwa darah hanya boleh digunakan untuk satu hal yang sangat penting, yang menjadi satu-satunya sarana yang memungkinkan kehidupan abadi. Hal ini berkaitan dengan darah Yesus yang berharga. Alangkah bersyukurnya kita bahwa Allah Yehuwa bertindak demi kebaikan kita dengan menggunakan darah—darah Yesus—untuk menyelamatkan kehidupan! Dan, betapa bersyukur kita seharusnya kepada Yesus karena telah mencurahkan darahnya sebagai korban bagi kita! Sesungguhnya, kita dapat memahami perasaan yang dinyatakan oleh rasul Yohanes, ”Bagi dia yang mengasihi kita dan yang melepaskan kita dari dosa-dosa kita melalui darahnya—dan dia membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah dan Bapaknya—ya, bagi dialah kemuliaan dan keperkasaan untuk selamanya. Amin.”—Penyingkapan 1:5, 6.
20 Allah dan Pemberi Kehidupan kita yang mahabijaksana sudah lama memikirkan peranan darah yang menyelamatkan kehidupan ini. Maka, kita bisa bertanya, ’Bagaimana seharusnya hal itu mempengaruhi keputusan dan tindakan kita?’ Artikel berikut akan membahas pertanyaan ini.
Apa Jawaban Saudara?
• Apa yang dapat kita pelajari tentang pandangan Allah terhadap darah dari kisah Habel dan Nuh?
• Dalam Hukum, pembatasan apa yang Allah tetapkan atas penggunaan darah, dan mengapa?
• Bagaimana Yesus menggenapi gambaran nubuat yang terdapat pada Hari Pendamaian?
• Bagaimana darah Yesus dapat menyelamatkan kehidupan kita?
[Kotak di hlm. 18]
DARAH SIAPA YANG MENYELAMATKAN KEHIDUPAN?
”Perhatikanlah dirimu sendiri dan segenap kawanan, sebab kamu telah ditetapkan oleh roh kudus sebagai pengawas di antara mereka, untuk menggembalakan sidang jemaat Allah, yang dibelinya dengan darah Putranya sendiri.”—Kisah 20:28.
”Karena itu, terlebih lagi, mengingat kita sekarang telah dinyatakan adil-benar karena darahnya, melalui dialah kita akan diselamatkan dari kemurkaan.”—Roma 5:9.
”Kamu tidak mempunyai harapan, tanpa Allah dalam dunia ini. Namun kamu yang dahulu pernah jauh, sekarang berada dalam persatuan dengan Kristus Yesus, dan telah menjadi dekat oleh darah Kristus.”—Efesus 2:12, 13.
”Allah menganggap baik bahwa seluruh kepenuhan tinggal dalam dirinya, dan melalui dia, merukunkan kembali dengan dirinya segala perkara lain, . . . dengan mengadakan perdamaian melalui darah yang dia curahkan pada tiang siksaan.”—Kolose 1:19, 20.
”Maka saudara-saudara, . . . oleh karena darah Yesus kita mempunyai keberanian untuk memasuki jalan yang menuju ke tempat kudus.”—Ibrani 10:19.
”Bukan dengan hal-hal yang fana . . . kamu dibebaskan dari bentuk tingkah lakumu yang tidak berbuah yang kamu terima melalui ajaran turun-temurun dari bapak-bapak leluhurmu, melainkan dengan darah yang berharga, seperti darah anak domba yang tidak bercacat dan tidak bernoda, yaitu darah Kristus.”—1 Petrus 1:18, 19.
”Jika kita berjalan dalam terang sebagaimana dia sendiri berada dalam terang, kita memang berada dalam persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Putranya, membersihkan kita dari semua dosa.”—1 Yohanes 1:7.
”Engkau layak mengambil gulungan itu dan membuka meterai-meterainya, karena engkau telah disembelih dan dengan darahmu engkau membeli orang-orang bagi Allah dari setiap suku dan bahasa dan umat dan bangsa.”—Penyingkapan 5:9.
”Penuduh saudara-saudara kita . . . telah dicampakkan! Dan mereka menaklukkan dia oleh karena darah Anak Domba dan oleh karena perkataan kesaksian mereka.”—Penyingkapan 12:10, 11.
[Gambar di hlm. 16]
Melalui Hukum, Allah menegaskan bahwa darah dapat berperan dalam pengampunan dosa
[Gambar di hlm. 17]
Melalui darah Yesus, banyak kehidupan dapat diselamatkan