BALA TENTARA
Sekelompok besar pria yang diorganisasi dan dilatih untuk peperangan di darat. Istilah Ibrani yang umum untuk ”bala tentara” (tsa·vaʼʹ) biasanya dikaitkan dengan angkatan bersenjata manusia (Bil 1:3), tetapi dapat juga menunjuk kepada makhluk-makhluk roh di surga (1Raj 22:19) dan benda-benda langit. (Ul 4:19) Kata Ibrani khaʹyil, tampaknya dari kata dasar yang artinya ”bertahan” (Ayb 20:21), digunakan untuk memaksudkan ”pasukan militer” dan ’pasukan tempur’ (2Sam 8:9; 1Taw 20:1), tetapi kata itu juga berarti ”kecakapan; energi hidup; kekayaan”. (1Taw 9:13; Ul 33:11; Ams 31:29; Yes 8:4; Yeh 28:4) Kata Ibrani gedhudhʹ berarti ”kawanan penyamun” atau ”pasukan”. (2Sam 22:30; 2Taw 25:9) Dari empat istilah Yunani dalam Alkitab yang memaksudkan bala tentara, tiga (stra·ti·aʹ, straʹteu·ma, dan stra·toʹpe·don) berasal dari kata dasar Yunani stra·tosʹ, yang pada dasarnya memaksudkan bala tentara yang berkemah, bukannya bala tentara dalam barisan tempur. Stra·toʹpe·don, yang memuat unsur peʹdon (tanah; bumi), dengan tepat diterjemahkan ”bala tentara yang berkemah”. (Luk 21:20) Istilah Yunani pa·rem·bo·leʹ (dari pa·raʹ [di sebelah] dan balʹlo [melempar]) secara harfiah menunjuk kepada pembagian atau pengaturan para prajurit dalam barisan perang. Istilah itu dapat berarti ”bala tentara”, ”markas prajurit”, atau ”pasukan”.—Ibr 11:34; Kis 21:34; Pny 20:9.
Sejak zaman Abraham, hamba-hamba Yehuwa pra-Kristen terlibat dalam peperangan bersenjata. Setelah Khedorlaomer, orang Elam, dan sekutu-sekutunya menawan kemenakan Abraham, yakni Lot, beserta rumah tangganya, Abraham mengerahkan bala tentara yang terdiri atas ”orang-orangnya yang terlatih, tiga ratus delapan belas budak”, dan bersama teman-teman sekutunya yang bertetangga pergi mengejar sampai ke Dan, kira-kira 200 km di sebelah utara timur-laut. Lalu ia membagi pasukannya dan menyerang pada waktu malam, suatu strategi yang berkali-kali diterapkan pada zaman Alkitab.—Kej 14:13-16.
Israel. Bangsa Israel, lebih dari 400 tahun kemudian, meninggalkan Mesir dengan sangat bergegas, tetapi dalam ”formasi tempur” yang diorganisasi dengan baik, mungkin seperti pasukan yang terdiri atas lima bagian: pasukan utama, barisan depan, barisan belakang, dan dua sayap. (Kel 6:26; 13:18) Bala tentara Mesir yang mengejar terdiri atas ”enam ratus kereta pilihan dan semua kereta lain di Mesir”. Setiap kereta biasanya membawa tiga orang, satu untuk mengendalikan kuda dan dua untuk berperang, kemungkinan besar para pemanah, karena busur merupakan senjata utama orang Mesir untuk menyerang. Pasukan kavaleri menyertai mereka. (Kel 14:7, 9, 17) Menurut Yosefus (Jewish Antiquities, II, 324 [xv, 3]), orang Ibrani ”dikejar oleh 600 kereta bersama 50.000 penunggang kuda dan infanteri bersenjata lengkap sejumlah 200.000 orang”.—Lihat AJUDAN.
Tidak lama setelah Eksodus, orang Israel terlibat dalam pertempuran militer mereka yang pertama sebagai bangsa yang merdeka. Orang Amalek menyerang mereka di Refidim, di wilayah G. Sinai. Di bawah pengarahan Musa, Yosua dengan cepat mengumpulkan pasukan tempur. Pertempuran berlangsung hampir sepanjang hari, dan meskipun mereka tidak berpengalaman dalam seni perang, Yehuwa memberi Israel kemenangan.—Kel 17:8-14.
Kira-kira setahun setelah Eksodus, diadakan penghitungan atas orang-orang yang memenuhi syarat untuk menjadi tentara, laki-laki yang berumur 20 tahun ke atas. Sensus itu menunjukkan ada 603.550 orang. (Bil 1:1-3, 45, 46) Penghitungan serupa menjelang akhir perjalanan di padang belantara memperlihatkan bahwa bala tentara itu agak menyusut menjadi 601.730 orang. (Bil 26:2, 51) Orang Lewi dibebaskan dari tugas tentara, karena itu tidak termasuk dalam kedua jumlah tersebut tetapi dihitung secara terpisah.—Bil 1:47-49; 3:14-39; 26:57, 62.
Pengecualian. Selain suku Lewi, pengecualian dari dinas militer berlaku untuk yang berikut: (1) orang yang ”telah membangun rumah baru, namun belum meresmikannya”; (2) orang ”yang sudah membuat kebun anggur, namun belum mendapat hasilnya”; (3) orang ”yang sudah bertunangan dengan seorang wanita, namun belum mengambilnya sebagai istri’; (4) orang yang baru menikah ”jangan ia keluar untuk maju berperang, [tetapi] . . . harus tetap bebas di rumah selama satu tahun”; (5) orang ”yang merasa takut dan kecut hati”.—Ul 20:5-8; 24:5.
Pengaturan bala tentara setelah penaklukan Kanaan. Setelah Israel pada umumnya sudah bermukim di Kanaan, bala tentara yang besar dan permanen tidak terlalu diperlukan; pertikaian kecil mengenai perbatasan biasanya diselesaikan oleh suku-suku setempat yang terlibat. Apabila timbul kebutuhan untuk menghimpun kekuatan tempur yang lebih besar dan terpadu dari beberapa suku, Yehuwa mengangkat Hakim-Hakim untuk mengambil pimpinan. Seruan perang dilakukan dengan berbagai cara: aba-aba terompet, utusan, atau tanda-tanda lain yang dikirimkan guna menggugah para prajurit untuk bertindak.—Bil 10:9; Hak 3:27; 6:35; 19:29; 1Sam 11:7.
Tampaknya para pejuang menyediakan sendiri senjata mereka: pedang, lembing, tombak, panah lempar, pengumban, busur, dan panah. Biasanya para pejuang harus mengurus makanan mereka sendiri; oleh karena itu Isai mengirim perbekalan untuk putra-putranya dalam pasukan Saul. (1Sam 17:17, 18) Akan tetapi, ada satu kasus ketika 10 persen dari para relawan dipisahkan untuk mendapatkan perbekalan bagi para pejuang lainnya.—Hak 20:10.
Karena Yehuwa hadir di perkemahan Israel, para prajurit dituntut untuk menjaga diri kudus, tahir. (Ul 23:9-14) Di bawah Hukum hubungan seks membuat seorang pria najis sampai keesokan harinya, maka Daud dan Uria berhati-hati untuk tidak mengadakan hubungan seks ketika sedang bertugas. (Im 15:16-18; 1Sam 21:1-6; 2Sam 11:6-11) Bala tentara bangsa-bangsa kafir sering kali memperkosa wanita dari kota-kota yang ditaklukkan, tetapi tidak demikian halnya dengan para prajurit Israel yang menang perang. Mereka juga baru boleh mengawini seorang wanita tawanan setelah satu bulan berlalu.—Ul 21:10-13.
Kemenangan akhir Israel bergantung pada Yehuwa, tetapi perlu ada kepemimpinan yang baik atas bala tentara. Tanggung jawab ada di pundak para perwira dan para kepala pasukan seribu serta pasukan seratus yang ditetapkan. Para imam bertugas memberikan dukungan moril, pengarahan serta motivasi dalam aksi-aksi militer. (Bil 31:6, 14; Ul 20:2-4, 9) Pada zaman Hakim-Hakim, hakim yang diangkat Yehuwa itulah yang secara pribadi memimpin bala tentara menuju pertempuran. Sang hakim juga yang merencanakan taktik dan strategi perang. Ia mengerahkan pasukannya dengan berbagai cara: membagi dalam regu-regu (biasanya tiga), mengadakan serangan mendadak atau pengadangan atau serangan frontal, menduduki arungan-arungan sungai, dan sebagainya.—Yos 8:9-22; 10:9; 11:7; Hak 3:28; 4:13, 14; 7:16; 9:43; 12:5.
Di bawah kerajaan. Karena tidak puas dengan penyelenggaraan teokratis di bawah Hakim-Hakim, Israel ingin ”seperti semua bangsa lain”, mempunyai seorang raja yang maju di depan mereka dan bertarung dalam pertempuran mereka. (1Sam 8:20) Akan tetapi, Samuel memperingatkan mereka bahwa sang raja tidak akan berperang seorang diri; ia akan mengambil putra-putra mereka ’dan menempatkan mereka di atas kereta-keretanya dan di antara para penunggang kudanya, dan ada yang harus berlari di depan kereta-keretanya’. (1Sam 8:11, 12; lihat LARI, PELARI.) Sang raja adalah komandan kepala, sedangkan panglima tentara adalah orang berwenang yang kedua.—1Sam 14:50.
Kekuatan dan besarnya bala tentara Saul bervariasi menurut kebutuhan. Pada suatu kesempatan ia memilih 3.000 orang, 1.000 di antaranya berada di bawah komando putranya, Yonatan. (1Sam 13:2) Untuk penyerbuan lain ada 330.000 orang yang dikumpulkan. (1Sam 11:8) Namun, dibandingkan dengan bala tentara Filistin yang diperlengkapi senjata canggih, yang menurut teks Masoret sanggup mengerahkan 30.000 kereta, 6.000 penunggang kuda, dan ”orang-orang seperti butir-butir pasir . . . banyaknya”, seperti yang terjadi di Mikhmash, persenjataan Israel tampak sangat minim. ”Pada hari pertempuran sebilah pedang atau tombak pun tidak terdapat pada tangan orang”, kecuali pada tangan Saul dan Yonatan.—1Sam 13:5, 22.
Selama pemerintahan Daud, bala tentara Israel menjadi jauh lebih baik, dari segi efisiensi maupun besarnya. Lebih dari 300.000 orang bersenjata datang ke Hebron dan menyerahkan kekuasaan Saul sebagai raja kepada Daud. (1Taw 12:23-38) Orang non-Israel juga berdinas dalam bala tentara Daud.—2Sam 15:18; 20:7.
Daud mempertahankan banyak rancangan organisasi bala tentara yang sebelumnya; misalnya ia sendiri menjadi komandan kepala, mengangkat para komandan lapangan seperti Yoab, Abner, serta Amasa, dan di bawah mereka ada para kepala atas pasukan seribu dan atas pasukan seratus. (2Sam 18:1; 1Raj 2:32; 1Taw 13:1; 18:15) Akan tetapi, Daud memulai beberapa rancangan barunya sendiri. Ia menetapkan sebuah sistem rotasi bulanan untuk 12 regu, yang masing-masing terdiri atas 24.000 (total 288.000) orang, sehingga seorang prajurit biasanya berdinas hanya satu bulan dalam setahun. (1Taw 27:1-15) Tidak berarti ke-24.000 prajurit untuk satu bulan itu berasal dari suku yang sama, tetapi setiap suku mempunyai andil dalam kuota bulanan sepanjang tahun.
Unit-unit kavaleri dan kereta. Kereta, yang menjadi panggung penyerangan yang dapat berpindah-pindah, dianggap sangat berharga oleh orang Babilonia, Asiria, dan Mesir karena kecepatan dan kesanggupan manuvernya. Oleh karena itu, kereta cocok untuk melambangkan kekuatan militer imperium dunia yang sedang berjaya. Di bawah Daud, komandan militer Israel yang terhebat, bala tentaranya hanya terdiri atas prajurit infanteri dengan senjata genggam, seperti pedang, tombak, busur, atau pengumban. Daud pasti mengingat bahwa Yehuwa menasihati agar tidak mengandalkan kuda untuk kemenangan (Ul 17:16; 20:1), bahwa kuda-kuda dan kereta-kereta Firaun ’dilemparkan ke dalam laut’ oleh Yehuwa (Kel 15:1, 4), dan bahwa Yehuwa membuka pintu-pintu air di langit ke atas ”sembilan ratus kereta perang bersabit besi” milik Sisera sehingga ”aliran deras Kisyon menghanyutkan” musuh.—Hak 4:3; 5:21.
Oleh karena itu, sebagaimana Yosua memotong urat kaki kuda-kuda yang dirampasnya dan membakar kereta-kereta musuh, Daud melakukan hal yang sama atas kuda-kuda yang ia rebut dari Hadadezer, raja Zoba. Kecuali seratus kuda, ia memotong urat kaki semua kuda yang banyak jumlahnya yang ia rebut dari raja Zoba. (Yos 11:6-9; 2Sam 8:4) Dalam sebuah nyanyian, Daud menjelaskan bagaimana musuh-musuhnya berminat dengan kereta dan kuda, ”tetapi kita, kita akan menyebutkan tentang nama Yehuwa, Allah kita”. ”Kuda adalah tipu daya bagi keselamatan.” (Mz 20:7; 33:17) Seperti yang dikatakan sebuah peribahasa, ”Kuda dipersiapkan untuk hari pertempuran, tetapi keselamatan berasal dari Yehuwa.”—Ams 21:31.
Dengan dimulainya pemerintahan Salomo, sebuah babak baru ditulis dalam sejarah bala tentara Israel. Pemerintahannya relatif damai, tetapi ia melipatgandakan kuda dan kereta. (Lihat KERETA.) Kebanyakan dari kuda-kuda itu dibeli dan diimpor dari Mesir. Ada kota-kota yang khusus dibangun di seluruh wilayah untuk menampung divisi-divisi militer yang baru tersebut. (1Raj 4:26; 9:19; 10:26, 29; 2Taw 1:14-17) Akan tetapi, Yehuwa tidak pernah memberkati inovasi Salomo ini, dan bala tentara Israel pun merosot setelah kematiannya dan pembagian kerajaan. Sebagaimana ditulis Yesaya belakangan, ”Celaka bagi mereka yang pergi ke Mesir untuk meminta bantuan, mereka yang mengandalkan kuda belaka, dan yang menaruh kepercayaannya pada kereta perang, karena banyak jumlahnya, dan pada kuda perang, karena sangat perkasa, tetapi yang tidak berharap kepada Pribadi Kudus Israel dan tidak mencari Yehuwa.”—Yes 31:1.
Selama kerajaan yang terbagi. Setelah terbaginya kerajaan, permusuhan antara Yehuda dan Israel terus berlangsung. (1Raj 12:19, 21) Penerus Rehoboam, Abiya, hanya mempunyai 400.000 prajurit dalam bala tentaranya ketika Yeroboam datang menyerangnya dengan 800.000 prajurit. Meskipun jumlahnya lebih sedikit, dua banding satu, kerajaan selatan berhasil menang ”karena mereka bersandar kepada Yehuwa”. Israel kehilangan 500.000 prajurit.—2Taw 13:3-18.
Selain pertikaian antarsuku, ada tentangan dari luar yang dilancarkan oleh bangsa-bangsa kafir di sekeliling. Israel terpaksa mempertahankan bala tentara yang permanen karena Siria di sebelah utara sering melancarkan serangan. (2Raj 13:4-7) Yehuda juga harus mengadakan perlawanan terhadap serbuan bala tentara kafir. Pada suatu peristiwa, Mesir menyerbu Yehuda dan mengambil banyak rampasan. (1Raj 14:25-27) Pada peristiwa lain, Etiopia menyerang Yehuda dengan bala tentara yang terdiri atas 1.000.000 prajurit dan 300 kereta. Pasukan Raja Asa hanya terdiri atas 580.000 prajurit, tetapi ketika ia ”mulai berseru kepada Yehuwa, Allahnya”, ”Yehuwa mengalahkan orang-orang Etiopia”, dan tidak seorang pun dibiarkan hidup.—2Taw 14:8-13.
Sekali lagi, ketika Moab, Ammon, dan orang Ammonim maju berperang melawan Yehosyafat, meskipun pasukannya terdiri atas 1.160.000 prajurit, Yehosyafat ”mengarahkan mukanya untuk mencari Yehuwa”, yang meyakinkan dia, ”Ini bukan pertempuran kamu, tetapi pertempuran Allah.” (2Taw 17:12-19; 20:1-3, 15) Ketika itu sebuah peristiwa bersejarah dalam bidang militer terjadi, karena paduan suara yang terlatih ”pergi mendahului orang-orang yang bersenjata”, sambil menyanyi, ”Berikan pujian kepada Yehuwa.” Karena kebingungan, pasukan-pasukan musuh saling menghancurkan.—2Taw 20:21-23.
Romawi. Bala tentara Romawi, yang selama masa pemerintahan Agustus diperkirakan terdiri atas 300.000 prajurit, diorganisasi dengan cara yang berbeda sekali dengan imperium-imperium sebelumnya. Bagian utama organisasi militer Romawi adalah legiun. Legiun adalah unit yang besar dan independen, bukan bagian khusus dari pasukan yang lebih besar melainkan bala tentara yang lengkap. Kadang-kadang legiun-legiun berperang bersama, memadukan sumber daya dan kekuatan mereka di bawah satu komando, seperti halnya ketika empat legiun bersatu di bawah Titus untuk mengepung Yerusalem pada tahun 70 M. Tetapi biasanya legiun-legiun berdiri sendiri melaksanakan tugasnya masing-masing. Untuk menambah kekuatan legiun, penduduk yang bukan warga negara dari seluruh bagian Imperium Romawi dikerahkan; mereka membentuk auxilia, yang kebanyakan adalah relawan dari distrik setempat. Para relawan, didukung oleh legiun-legiun, ditempatkan di sepanjang perbatasan. Setelah diberhentikan dengan hormat, relawan dalam auxilia diberi kewarganegaraan Romawi.
Jumlah legiun bervariasi pada berbagai masa, dari 25 atau kurang hingga sebanyak 33. Demikian pula, jumlah prajurit yang membentuk legiun antara kira-kira 4.000 hingga 6.000 orang; pada abad pertama pasukan itu biasanya terdiri atas 6.000 prajurit. Karena itu, kata ”legiun” sebagaimana digunakan dalam Alkitab tampaknya memaksudkan jumlah yang besar dan tidak tertentu. (Mat 26:53; Mrk 5:9; Luk 8:30) Setiap legiun mempunyai komandannya sendiri yang hanya bertanggung jawab kepada kaisar, sedangkan di bawah dia ada enam tribun, yang disebut khiliark (komandan militer, NW).—Mrk 6:21; Yoh 18:12; Kis 21:32–23:22; 25:23; lihat KOMANDAN MILITER.
Legiun dibagi menjadi sepuluh kohor, atau pasukan. Demikianlah Alkitab berbicara tentang ”pasukan Italia” dan ”pasukan Agustus”. (Kis 10:1; 27:1; lihat AGUSTUS, PASUKAN.) Ketika Herodes Agripa mati, tahun 44 M, ada lima kohor di Kaisarea. Selanjutnya, legiun itu dibagi lagi dalam 60 senturi, masing-masing biasanya terdiri atas 100 orang, di bawah kepemimpinan seorang senturion (perwira, NW). Perwira-perwira itu sangat berperan karena bertanggung jawab untuk melatih para prajurit. (Mat 8:5-13; 27:54; Kis 10:1; 21:32; 22:25, 26; 23:17, 23; 24:23; 27:1, 6, 11, 31, 43; lihat PERWIRA.) Di setiap legiun ada sepuluh perwira berpangkat khusus yang bertindak sebagai pengawal, kurir, dan kadang-kadang sebagai eksekutor.—Mrk 6:27.
Legiun Romawi memiliki berbagai umbul-umbul dan panji-panji dengan gambar burung elang atau binatang lain; belakangan patung-patung kecil dari sang kaisar ditambahkan. Panji-panji ini mengandung makna keagamaan, dianggap suci dan kudus sampai-sampai disembah, dan mati-matian dilindungi. Karena alasan-alasan itulah orang Yahudi sangat menentang kehadiran panji-panji tersebut di Yerusalem.
Mereka yang Dikenal sebagai Orang Kristen Masa Awal. Orang Kristen masa awal menolak untuk berdinas dalam bala tentara Romawi, baik dalam legiun maupun auxilia, karena dinas demikian dianggap sama sekali tidak sejalan dengan ajaran-ajaran Kristen. Yustin Martyr, dari abad kedua M, dalam ”Dialogue With Trypho, a Jew” (CX) mengatakan, ”Kami yang sarat dengan peperangan, dan saling membantai, dan segala macam kejahatan, masing-masing di seluruh bumi telah mengubah senjata-senjata perang kami,—pedang-pedang kami menjadi mata bajak, dan tombak-tombak kami menjadi alat-alat untuk bercocok tanam.” (The Ante-Nicene Fathers, Jil. I, hlm. 254) Dalam karya tulisnya ”The Chaplet, or De Corona” (XI), ketika membahas ”apakah peperangan memang patut bagi orang Kristen”, Tertulian (± 200 M) mengemukakan argumentasi berdasarkan Alkitab bahwa kehidupan militer itu sendiri tidak selaras dengan hukum dan sebagai penutup mengatakan, ”Saya menyingkirkan kehidupan militer dari tengah-tengah kami.”—The Ante-Nicene Fathers, 1957, Jil. III, hlm. 99, 100.
”Suatu tinjauan yang saksama atas semua informasi yang tersedia memperlihatkan bahwa, sampai zaman Markus Aurelius [121-180 M], tidak ada orang Kristen yang menjadi prajurit; dan tidak ada prajurit yang, setelah menjadi seorang Kristen, tetap berada dalam dinas militer.” (The Rise of Christianity, karya E. W. Barnes, 1947, hlm. 333) ”Sekarang, hampir tidak terdapat bukti tentang adanya satu prajurit Kristen pun antara tahun 60 dan sekitar tahun 165 M; . . . setidak-tidaknya hingga masa pemerintahan Markus Aurelius, tidak ada orang Kristen yang menjadi prajurit setelah ia dibaptis.” (The Early Church and the World, karya C. J. Cadoux, 1955, hlm. 275, 276) ”Pada abad kedua, Kekristenan . . . meneguhkan bahwa dinas militer tidak sejalan dengan Kekristenan.” (A Short History of Rome, karya G. Ferrero dan C. Barbagallo, 1919, hlm. 382) ”Perilaku orang Kristen sangat berbeda dengan perilaku orang Romawi. . . . Karena Kristus telah memberitakan perdamaian, mereka menolak menjadi prajurit.” (Our World Through the Ages, karya N. Platt dan M. J. Drummond, 1961, hlm. 125) ”Berperang dianggap salah oleh orang Kristen masa awal, dan mereka tidak akan berdinas dalam angkatan bersenjata bahkan jika Imperium itu membutuhkan prajurit.” (The New World’s Foundations in the Old, karya R. dan W. M. West, 1929, hlm. 131) ”Orang Kristen . . . enggan memangku jabatan di pemerintahan atau ikut dalam dinas militer.” (Pengantar editorial untuk ”Persecution of the Christians in Gaul, A.D. 177”, dalam The Great Events by Famous Historians, diedit oleh R. Johnson, 1905, Jil. III, hlm. 246) ”Meskipun mereka [orang-orang Kristen] menanamkan prinsip dasar berupa ketaatan pasif, mereka sama sekali menolak ambil bagian secara aktif dalam pemerintahan sipil atau pertahanan militer kekaisaran. . . . Mustahil bahwa umat Kristen, tanpa meninggalkan tugas yang lebih suci, dapat menerima jabatan sebagai prajurit, pejabat pengadilan, atau pemimpin.”—The Decline and Fall of the Roman Empire, karya Edward Gibbon, Jil. I, hlm. 416.
Bala Tentara Surgawi. Dalam arti kelompok besar yang diorganisasi dengan baik, bala tentara surgawi tidak memaksudkan bintang-bintang secara fisik saja tetapi lebih sering memaksudkan kumpulan besar makhluk roh, yaitu para malaikat, di bawah komando tertinggi dari Allah Yehuwa. (Kej 2:1; Neh 9:6) Ungkapan ”Yehuwa yang berbala tentara” muncul 283 kali dalam Kitab-Kitab Ibrani, yang pertama di 1 Samuel 1:3, dan padanannya muncul dua kali di Kitab-Kitab Yunani. (Rm 9:29; Yak 5:4; lihat YEHUWA YANG BERBALA TENTARA.) Sewaktu membahas tentang para malaikat pejuang, istilah-istilah militer digunakan, yaitu ”legiun”, ”kereta perang”, dan ’penunggang kuda’, dan sebagainya. (2Raj 2:11, 12; 6:17; Mat 26:53) Bala tentara Yehuwa yang tidak kelihatan mencakup ”puluhan ribu, ribuan kali lipat banyaknya” kereta perang. (Mz 68:17) Sebagai pasukan, mereka tidak terkalahkan. ”Pemimpin bala tentara Yehuwa” dengan pedang yang terhunus muncul kepada Yosua dan memberikan instruksi tentang caranya Yerikho akan direbut. (Yos 5:13-15) Salah satu malaikat dari bala tentara surgawi ini membunuh 185.000 orang Asiria hanya dalam satu malam. (2Raj 19:35) Ketika perang di surga pecah, Mikhael beserta malaikat-malaikatnya mencampakkan Setan beserta hantu-hantunya ke sekitar bumi. (Pny 12:7-9, 12) Selain itu, tidak akan ada keluputan pada waktu ”bala tentara . . . di surga” mengikuti ”Raja atas segala raja dan Tuan atas segala tuan” seraya ia membinasakan ”binatang buas itu dan raja-raja di bumi dan bala tentara mereka”. (Pny 19:14, 16, 19, 21) Akan tetapi, pada waktu yang sama, bala tentara Yehuwa yang perkasa dan tidak kelihatan itu melindungi hamba-hamba-Nya yang setia di bumi.—2Raj 6:17; Mz 34:7; 91:11; Dan 6:22; Mat 18:10; Kis 12:7-10; Ibr 1:13, 14.
Lihat juga PERANG; PRAJURIT; SENJATA, PERSENJATAAN.