Yehuwa Bersikap Masuk Akal!
”Hikmat yang dari atas adalah . . . bersikap masuk akal.”—YAKOBUS 3:17, ”NW”.
1. Bagaimana beberapa orang telah menggambarkan bahwa Allah tidak bersikap masuk akal, dan bagaimana perasaan saudara mengenai pandangan demikian terhadap Allah?
ALLAH yang bagaimana yang saudara sembah? Apakah saudara percaya bahwa Dia adalah Allah yang menjalankan keadilan dengan tidak lentuk dan keras, berwatak dingin dan kaku? Bagi reformis Protestan John Calvin, Allah pastilah tampak demikian. Calvin menyatakan bahwa Allah memiliki ”rencana yang abadi dan tak dapat diubah” bagi setiap insan, menakdirkan apakah seseorang akan hidup kekal dalam kebahagiaan atau disiksa selama-lamanya dalam api neraka. Bayangkan: Jika hal itu benar, tidak ada yang bisa saudara lakukan, tidak soal seberapa keras upaya saudara, yang dapat mengubah rencana Allah yang kekal dan kaku berkenaan diri saudara dan masa depan saudara. Apakah saudara akan tertarik kepada Allah yang tidak bersikap masuk akal seperti itu?—Bandingkan Yakobus 4:8.
2, 3. (a) Bagaimana kita dapat mengilustrasikan sikap yang tidak masuk akal dari berbagai lembaga dan organisasi manusia? (b) Bagaimana penglihatan Yehezkiel tentang kereta surgawi menyingkapkan kesanggupan Allah untuk menyesuaikan diri?
2 Sungguh melegakan untuk mengetahui bahwa Allah Alkitab bersikap sangat masuk akal! Bukannya Allah melainkan manusialah yang cenderung bersikap kaku dan tidak lentuk, terbelenggu oleh ketidaksempurnaan mereka sendiri. Organisasi manusia dapat sama kakunya seperti kereta api barang. Bila sebuah kereta api barang raksasa melaju menuju sebuah rintangan di rel, sangat mustahil untuk memutar haluan, dan berhenti pun sama sulitnya. Beberapa kereta api memiliki momentum maju yang begitu besar sehingga tetap melaju satu kilometer lebih untuk berhenti setelah rem ditarik! Demikian pula, sebuah kapal tanker besar dapat berlayar maju sejauh delapan kilometer lagi setelah mesin dimatikan. Bahkan jika mereka memutar haluan, kapal tersebut masih terus melaju sejauh tiga kilometer! Namun sekarang perhatikan sebuah kendaraan yang jauh lebih menakjubkan daripada kedua kendaraan tersebut, kendaraan yang menggambarkan organisasi Allah.
3 Lebih dari 2.600 tahun yang lalu, Yehuwa memberi nabi Yehezkiel suatu penglihatan yang menggambarkan organisasi surgawi-Nya yang terdiri dari makhluk-makhluk roh. Itu adalah sebuah kereta dengan ukuran yang menakjubkan, ”kendaraan” milik Yehuwa yang senantiasa di bawah kendali-Nya. Yang paling menarik adalah caranya kendaraan ini bergerak. Roda-roda raksasanya memiliki empat sisi dan penuh dengan mata, sehingga roda-roda tersebut dapat melihat ke segala penjuru dan dapat mengubah haluan seketika itu juga, tanpa berhenti atau berbelok. Dan kendaraan raksasa ini tidak perlu merayap seperti sebuah kapal tanker yang besar atau sebuah kereta api barang. Kendaraan ini dapat bergerak secepat kilat, bahkan membuat putaran dengan sudut 90 derajat! (Yehezkiel 1:1, 14-28) Yehuwa berbeda dari Allah yang Calvin beritakan, sebagaimana kereta Yehuwa berbeda dari mesin yang kaku buatan manusia. Ia secara sempurna sanggup menyesuaikan diri. Menghargai segi dari kepribadian Yehuwa ini hendaknya membantu kita untuk sanggup menyesuaikan diri dan menghindari jerat sikap tidak masuk akal.
Yehuwa—Pribadi yang Paling Sanggup Menyesuaikan Diri di Alam Semesta
4. (a) Dengan cara apa nama Yehuwa sendiri menyingkapkan diri-Nya sebagai Allah yang sanggup menyesuaikan diri? (b) Apa beberapa gelar yang diberikan kepada Allah Yehuwa, dan mengapa gelar-gelar tersebut cocok?
4 Nama Yehuwa sendiri memperlihatkan kesanggupan-Nya untuk menyesuaikan diri. ”Yehuwa” secara harfiah berarti ”Ia yang Menjadikan Ada”. Hal ini dengan jelas mengartikan bahwa Yehuwa menyebabkan diri-Nya menjadi Penggenap dari segala janji-Nya. Sewaktu Musa menanyakan nama Allah, Yehuwa menguraikan artinya dengan cara ini, ”Aku akan terbukti menjadi apa yang Aku akan terbukti menjadi.” (Keluaran 3:14, NW) Terjemahan Rotherham dengan jelas menerjemahkannya, ”Aku Akan Menjadi apa pun yang Aku sukai.” Yehuwa terbukti menjadi, atau memilih untuk menjadi, apa pun yang dibutuhkan untuk menggenapi maksud-tujuan dan janji-janji-Nya yang adil-benar. Oleh sebab itu, Ia menyandang sederetan gelar yang mengesankan, seperti Pencipta, Bapa, Tuhan Yang Berdaulat, Gembala, Yehuwa berbala tentara, Pendengar doa, Hakim, Instruktur Agung, Penebus. Ia telah menyebabkan diri-Nya menjadi semua itu dan lebih banyak lagi demi melaksanakan maksud-tujuan-Nya yang penuh kasih.—Yesaya 8:13; 30:20; 40:28; 41:14; Mazmur 23:1; 65:3; 73:28; 89:27; Hakim 11:27; lihat juga New World Translation, Apendiks 1J.
5. Mengapa kita hendaknya tidak menyimpulkan bahwa kesanggupan Allah untuk menyesuaikan diri memperlihatkan bahwa sifat atau standar-standar-Nya berubah?
5 Maka, apakah ini berarti bahwa hakikat atau standar-standar Allah berubah? Tidak; seperti dinyatakan Yakobus 1:17, ”pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran”. Apakah ada kontradiksi di sini? Sama sekali tidak. Misalnya, bukankah orang-tua yang penuh kasih mengubah peran mereka untuk memberi manfaat bagi anak-anak? Dalam satu hari saja, orang-tua dapat menjadi penasihat, juru masak, pengurus rumah tangga, guru, penegak disiplin, sahabat, montir, juru rawat—dan masih banyak lagi. Orang-tua tidak mengubah kepribadian sewaktu menjalankan peranan-peranan tersebut; mereka semata-mata menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada. Demikian pula dengan Yehuwa namun dalam skala yang jauh lebih besar. Kesanggupan-Nya untuk menyebabkan diri-Nya menjadi manfaat bagi ciptaan-ciptaan-Nya tidak ada batasnya. Kedalaman hikmat-Nya benar-benar mencengangkan!—Roma 11:33.
Sikap Masuk Akal Adalah Ciri Hikmat Ilahi
6. Apa arti harfiah dan penerapan dari kata Yunani yang digunakan Yakobus dalam melukiskan hikmat ilahi?
6 Yakobus sang murid menggunakan sebuah kata yang menarik untuk melukiskan hikmat dari Allah yang secara unggul sanggup menyesuaikan diri. Ia menulis, ”Hikmat yang dari atas adalah . . . bersikap masuk akal.” (Yakobus 3:17, NW) Kata Yunani yang digunakan di sini (e·pi·ei·kesʹ) sulit diterjemahkan. Para penerjemah telah menggunakan kata-kata seperti ”lembut”, ”lunak”, ”sabar”, dan ”penuh timbang rasa”. New World Translation menerjemahkannya ”bersikap masuk akal”, dengan catatan kaki yang memperlihatkan bahwa arti harfiahnya adalah ”lentuk”.a Kata ini juga mengandung arti tidak memaksakan kepatuhan pada setiap perincian kecil dari hukum, tidak menjadi keras atau tegas tanpa diperlukan. Sarjana William Barclay mengomentari dalam New Testament Words, ”Hal mendasar dan fundamental berkenaan epieikeia adalah bahwa itu berasal dari Allah. Seandainya Allah memaksakan hak-hak-Nya, seandainya Allah hanya menerapkan atas kita standar-standar hukum yang kaku, apa jadinya kita ini? Allah adalah teladan yang paling unggul dari pribadi yang epieikēs dan yang berurusan dengan orang-orang lain dengan epieikeia.”
7. Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan sikap masuk akal di taman Eden?
7 Pertimbangkan saat ketika umat manusia memberontak melawan kedaulatan Yehuwa. Betapa mudahnya bagi Allah untuk mengeksekusi tiga pemberontak yang tidak tahu berterima kasih tersebut—Adam, Hawa, dan Setan! Betapa banyak sakit hati yang tidak perlu Ia rasakan jika Ia melakukan hal itu! Dan siapa yang dapat membantah bahwa Ia tidak berhak menuntut keadilan yang keras demikian? Sekalipun demikian, Yehuwa tidak pernah membuat organisasi-Nya yang seperti kereta surgawi terbelenggu dalam standar keadilan yang kaku dan tidak dapat disesuaikan. Maka kereta tersebut tidak meluncur tanpa kenal ampun menggilas keluarga manusia dan segala prospek bagi masa depan umat manusia yang berbahagia. Sebaliknya, Yehuwa mengemudikan kereta-Nya dengan kecepatan kilat. Segera setelah pemberontakan itu, Allah Yehuwa menyatakan maksud-tujuan jangka panjang yang menawarkan belas kasihan dan harapan bagi segenap keturunan Adam.—Kejadian 3:15.
8. (a) Bagaimana pandangan yang keliru dari Susunan Kristen sangat kontras dengan sikap masuk akal Yehuwa yang tulus? (b) Mengapa kita dapat mengatakan bahwa sikap Yehuwa yang masuk akal tidak mengartikan bahwa Ia mengkompromikan prinsip-prinsip ilahi-Nya?
8 Namun, sikap Yehuwa yang masuk akal tidak mengartikan bahwa ia dapat mengkompromikan prinsip-prinsip ilahi-Nya. Gereja-gereja Susunan Kristen zaman sekarang mungkin berpikir bahwa mereka berlaku masuk akal sewaktu mereka menutup mata terhadap perbuatan amoral demi menarik simpati kawanan mereka yang sulit diatur. (Bandingkan 2 Timotius 4:3.) Yehuwa tidak pernah melanggar hukum-hukum-Nya sendiri, Ia juga tidak mengkompromikan prinsip-prinsip-Nya. Sebaliknya, Ia memperlihatkan kesediaan untuk bersikap lentuk, untuk menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan, sehingga prinsip-prinsip itu dapat diterapkan secara adil dan juga penuh belas kasihan. Ia senantiasa waspada dalam membuat seimbang pelaksanaan keadilan dan kuasa-Nya dengan kasih dan hikmat-Nya yang masuk akal. Marilah kita membahas bagaimana Yehuwa mempertunjukkan sikap masuk akal dalam tiga cara.
”Suka Mengampuni”
9, 10. (a) Apa hubungannya ”suka mengampuni” dengan sikap masuk akal? (b) Bagaimana Daud mendapat manfaat dari kesediaan Yehuwa untuk mengampuni, dan mengapa?
9 Daud menulis, ”Sebab Engkau, ya [Yehuwa], baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.” (Mazmur 86:5) Sewaktu Kitab-Kitab Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, kata untuk ”suka mengampuni” diterjemahkan sebagai e·pi·ei·kesʹ, atau ”masuk akal”. Sebenarnya, siap mengampuni dan memperlihatkan belas kasihan barangkali merupakan cara yang paling penting dalam memperlihatkan sikap masuk akal.
10 Daud sendiri sangat menyadari bahwa Yehuwa benar-benar bersikap masuk akal dalam bidang ini. Sewaktu Daud berzina dengan Batsyeba dan mengatur siasat agar suami wanita ini dibunuh, ia dan Batsyeba patut dihukum mati. (Ulangan 22:22; 2 Samuel 11:2-27) Seandainya hakim-hakim manusia yang kaku mengadili kasus ini, kedua orang ini pasti akan kehilangan nyawa mereka. Namun Yehuwa memperlihatkan sikap masuk akal (e·pi·ei·kesʹ), yang, sebagaimana dinyatakan Vine’s Expository Dictionary of Biblical Words, ”memperlihatkan bahwa timbang rasa yang memandang ’fakta-fakta sebuah kasus dengan penyayang dan masuk akal’.” Fakta-fakta yang mempengaruhi keputusan Yehuwa yang penuh belas kasihan kemungkinan mencakup pertobatan yang tulus dari si pelaku kesalahan dan belas kasihan yang telah Daud sendiri perlihatkan sebelumnya demi kepentingan orang-orang lain. (1 Samuel 24:5-7; 25:32-35; 26:7-11; Matius 5:7; Yakobus 2:13) Akan tetapi, selaras dengan gambaran Yehuwa mengenai diri-Nya di Keluaran 34:4-7, adalah masuk akal bahwa Yehuwa memberikan koreksi kepada Daud. Ia mengutus nabi Natan kepada Daud dengan berita yang keras, menegaskan Daud akan fakta bahwa ia telah memandang rendah firman Yehuwa. Daud bertobat dan karena itu tidak mati karena dosanya.—2 Samuel 12:1-14.
11. Bagaimana Yehuwa memperlihatkan kesediaan untuk mengampuni dalam kasus Manasye?
11 Contoh dari Raja Manasye dari Yehuda lebih luar biasa lagi sehubungan hal ini, mengingat Manasye, tidak seperti Daud, telah berlaku sangat fasik untuk waktu yang lama. Manasye memajukan praktek-praktek agama yang menjijikkan di negeri itu, termasuk mempersembahkan korban manusia. Ia bisa jadi juga bertanggung jawab karena membuat Yesaya yang setia ”digergaji”. (Ibrani 11:37) Untuk menghukum Manasye, Yehuwa mengizinkannya dibawa sebagai tawanan ke Babel. Akan tetapi, Manasye bertobat di dalam penjara dan memohon belas kasihan. Sebagai tanggapan atas pertobatannya yang tulus, Yehuwa ”suka mengampuni”—bahkan dalam kasus yang ekstrem ini.—2 Tawarikh 33:9-13.
Mengubah Haluan Tindakan seraya Keadaan-Keadaan Baru Muncul
12, 13. (a) Dalam kasus Niniwe, perubahan keadaan apa mendorong Yehuwa untuk mengubah haluan tindakan? (b) Bagaimana Yunus terbukti kurang bersikap masuk akal dibandingkan Allah Yehuwa?
12 Sikap Yehuwa yang masuk akal juga terlihat dalam kesediaan-Nya untuk mengubah haluan tindakan yang telah Ia pertimbangkan seraya keadaan-keadaan baru muncul. Misalnya, sewaktu nabi Yunus berjalan melewati jalan-jalan di Niniwe purba, beritanya yang terilham sangat sederhana: Kota yang kuat ini akan dibinasakan dalam waktu 40 hari. Namun, situasinya berubah—secara dramatis! Orang-orang Niniwe bertobat.—Yunus, pasal 3.
13 Ada gunanya untuk mengkontraskan bagaimana Yehuwa dan Yunus bereaksi terhadap perubahan keadaan ini. Yehuwa sebenarnya mengubah haluan dari kereta surgawi-Nya. Dalam kasus ini Ia menyesuaikan diri, menyebabkan diri-Nya menjadi pengampun dosa sebaliknya daripada ”panglima perang”. (Keluaran 15:3) Di lain pihak, Yunus jauh kurang lentuk. Sebaliknya daripada mengikuti gerak kereta surgawi Yehuwa, ia bertindak lebih mirip dengan kereta api barang atau kapal tanker besar yang disebutkan sebelumnya. Ia telah memberitakan malapetaka, jadi malapetakalah yang harus terjadi! Barangkali ia merasa bahwa perubahan apa pun dalam hal ini akan membuatnya kehilangan muka di mata orang-orang Niniwe. Namun, dengan sabar Yehuwa mengajarkan nabi-Nya yang keras kepala suatu pelajaran yang tak terlupakan berkenaan sikap masuk akal dan belas kasihan.—Yunus, pasal 4.
14. Mengapa Yehuwa mengubah haluan tindakan-Nya berkenaan nabi-Nya Yehezkiel?
14 Yehuwa telah mengubah haluan pada peristiwa-peristiwa lain—bahkan berkenaan hal-hal yang relatif kecil. Misalnya, suatu waktu ketika Ia memerintahkan nabi Yehezkiel untuk memerankan sebuah drama nubuat, perintah Yehuwa termasuk petunjuk agar Yehezkiel memasak makanannya di atas api dengan bahan bakar kotoran manusia. Hal ini terlalu berat bagi sang nabi, yang berseru, ”Aduh, Tuhan [Yehuwa]” dan memohon agar ia tidak dipaksa melakukan sesuatu yang begitu menjijikkan baginya. Yehuwa tidak menyepelekan perasaan nabi ini dengan menganggapnya tidak logis; sebaliknya, Ia mengizinkan Yehezkiel untuk menggunakan kotoran lembu, sumber bahan bakar yang umum di banyak negeri sampai saat ini.—Yehezkiel 4:12-15.
15. (a) Contoh-contoh apa memperlihatkan bahwa Yehuwa bersedia mendengarkan dan menanggapi manusia? (b) Hal ini mengajarkan apa kepada kita?
15 Bukankah menghangatkan hati untuk merenungkan kerendahan hati Allah kita Yehuwa? (Mazmur 18:36) Ia jauh lebih tinggi daripada kita; namun Ia dengan sabar mendengarkan manusia yang tidak sempurna dan kadang-kadang bahkan mengubah haluan-Nya selaras dengan itu. Ia mengizinkan Abraham dengan panjang lebar memohon kepada-Nya berkenaan kebinasaan Sodom dan Gomora. (Kejadian 18:23-33) Dan Ia membiarkan Musa mengajukan keberatan atas usul-Nya untuk membinasakan bangsa Israel yang memberontak dan sebaliknya menjadikan suatu bangsa yang kuat dari Musa. (Keluaran 32:7-14; Ulangan 9:14, 19; bandingkan Amos 7:1-6.) Ia dengan demikian menyediakan teladan yang sempurna bagi hamba-hamba-Nya manusia, yang hendaknya memperlihatkan kesediaan yang serupa untuk mendengarkan orang-orang lain jika hal tersebut masuk akal dan mungkin untuk berbuat demikian.—Bandingkan Yakobus 1:19.
Sikap Masuk Akal Dalam Menjalankan Wewenang
16. Bagaimana Yehuwa berbeda dari banyak manusia dalam cara Ia menjalankan wewenang-Nya?
16 Apakah saudara pernah memperhatikan bahwa seraya orang-orang memperoleh lebih banyak wewenang, banyak yang tampaknya menjadi bersikap kurang masuk akal? Yehuwa, sebaliknya, memiliki kedudukan wewenang yang tertinggi di alam semesta, namun Ia adalah teladan yang menonjol dari sikap masuk akal. Ia menjalankan wewenang-Nya dengan cara yang senantiasa masuk akal. Tidak seperti banyak manusia, Yehuwa tidak merasa wewenang-Nya terancam, sehingga Ia tidak merasa terpaksa menjaganya dengan penuh kedengkian—seolah-olah dengan memberikan sejumlah wewenang kepada orang-orang lain, dengan satu atau lain cara dapat mengancam wewenang-Nya. Sebenarnya, sewaktu hanya ada satu-satunya pribadi lain di alam semesta, Yehuwa mengaruniakan wewenang yang besar ke atas pribadi tersebut. Ia menjadikan Logos sebagai ”pekerja ahli”, sejak saat itu menjadikan segala sesuatu melalui Putra yang Ia kasihi ini. (Amsal 8:22, 29-31, NW; Yohanes 1:1-3, 14; Kolose 1:15-17) Ia belakangan mendelegasikan kepadanya ”segala kuasa di sorga dan di bumi”.—Matius 28:18; Yohanes 5:22.
17, 18. (a) Mengapa Yehuwa mengutus malaikat-malaikat ke Sodom dan Gomora? (b) Mengapa Yehuwa meminta saran-saran dari para malaikat berkenaan bagaimana membujuk Ahab?
17 Demikian pula, Yehuwa mempercayakan kepada banyak ciptaan-Nya tugas-tugas yang dapat Ia tangani sendiri bahkan dengan jauh lebih baik. Misalnya, sewaktu Ia memberi tahu Abraham, ”Baiklah Aku turun [ke Sodom dan Gomora] untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak,” Ia tidak bermaksud bahwa Ia akan datang ke sana secara pribadi. Sebaliknya, Yehuwa memilih untuk mendelegasikan wewenang, menunjuk malaikat-malaikat untuk mengumpulkan informasi demikian bagi-Nya. Ia memberikan kepada mereka wewenang untuk menjalankan misi mencari fakta dan untuk melaporkan kembali kepada-Nya.—Kejadian 18:1-3, 20-22.
18 Pada kesempatan lain, sewaktu Yehuwa memutuskan untuk menjatuhkan hukuman atas Raja Ahab yang fasik, Ia mengundang para malaikat pada pertemuan di surga untuk memberikan saran-saran berkenaan bagaimana ”membujuk” raja yang murtad ini agar maju berperang supaya ia tewas. Tentu saja, Yehuwa, Sumber segala hikmat, tidak perlu dibantu untuk mendapatkan haluan yang terbaik! Namun, Ia meninggikan martabat para malaikat dengan hak istimewa untuk mengusulkan jalan keluar dan wewenang untuk bertindak atas orang yang Ia pilih.—1 Raja 22:19-22.
19. (a) Mengapa Yehuwa membatasi jumlah hukum yang Ia buat? (b) Bagaimana Yehuwa memperlihatkan diri-Nya masuk akal berkenaan apa yang Ia harapkan dari kita?
19 Yehuwa tidak menggunakan wewenang-Nya untuk menjalankan kendali yang tidak perlu atas orang-orang lain. Dalam bidang ini Ia juga memperlihatkan sikap masuk akal yang tak tertandingi. Ia dengan hati-hati membatasi jumlah hukum yang Ia buat dan melarang hamba-hamba-Nya untuk ”melampaui apa yang ada tertulis” dengan menambahkan hukum-hukum buatan mereka sendiri yang membebani. (1 Korintus 4:6; Kisah 15:28; pertentangkan dengan Matius 23:4.) Ia tidak pernah menuntut ketaatan yang membabi buta dari ciptaan-ciptaan-Nya, namun Ia biasanya menyediakan cukup banyak keterangan untuk membimbing mereka dan meletakkan pilihan di hadapan mereka, memberi tahu mereka manfaat dari ketaatan dan akibat dari ketidaktaatan. (Ulangan 30:19, 20) Sebaliknya daripada memaksa orang-orang dengan menggunakan perasaan bersalah, perasaan malu, atau perasaan takut, Ia berupaya mencapai hati; Ia ingin orang-orang melayani Dia karena kasih yang tulus sebaliknya daripada merasa terpaksa. (2 Korintus 9:7) Semua pelayanan sepenuh jiwa demikian membuat hati Allah bersukacita, maka Ia bukanlah pribadi yang ”sulit disenangkan” secara tidak masuk akal.—1 Petrus 2:18, NW; Amsal 27:11; bandingkan Mikha 6:8.
20. Bagaimana sikap Yehuwa yang masuk akal mempengaruhi saudara?
20 Bukankah sangat menakjubkan bahwa Allah Yehuwa, yang memiliki kuasa lebih banyak daripada segala ciptaan-Nya, tidak pernah menggunakan kuasa tersebut secara tidak masuk akal, tidak pernah menggunakannya untuk mengancam orang-orang lain? Akan tetapi, manusia, yang sangat kecil jika dibuat perbandingan, memiliki sejarah saling menjajah. (Pengkhotbah 8:9) Jelaslah, sikap masuk akal merupakan sifat yang sangat bernilai, sifat yang menggerakkan kita untuk semakin mengasihi Yehuwa. Hal itu, selanjutnya, dapat menggerakkan kita sendiri untuk memupuk sifat ini. Bagaimana kita dapat melakukannya? Artikel selanjutnya akan membahas soal ini.
[Catatan Kaki]
a Pada tahun 1769, leksikograf John Parkhurst mendefinisikan kata ini sebagai ”sikap lentuk, atau watak yang lentuk, lembut, lunak, sabar”. Sarjana-sarjana lain juga mengusulkan ”tidak kaku” sebagai definisi.
Bagaimana Saudara Akan Menjawab?
◻ Bagaimana nama Yehuwa dan penglihatan tentang kereta surgawi-Nya menandaskan kesanggupan-Nya untuk menyesuaikan diri?
◻ Apa yang dimaksud dengan sikap masuk akal, dan mengapa ini merupakan ciri dari hikmat ilahi?
◻ Dalam cara-cara apa Yehuwa telah memperlihatkan bahwa Ia ”suka mengampuni”?
◻ Mengapa Yehuwa memilih untuk mengubah suatu haluan tindakan yang telah dipertimbangkan dalam beberapa kasus?
◻ Bagaimana Yehuwa memperlihatkan sikap masuk akal dalam cara Ia menjalankan wewenang?
[Gambar di hlm. 10]
Mengapa Yehuwa mengampuni Raja Manasye yang fasik?