PERTEMUAN
Berkumpulnya orang-orang untuk tujuan tertentu. Dalam Alkitab, istilah ”pertemuan” adalah terjemahan dari kata Ibrani miq·raʼʹ yang berasal dari kata kerja dasar qa·raʼʹ (memanggil) dan berarti ”pemanggilan untuk berkumpul”, atau ”pengumpulan”. Variasi terjemahan untuk kata Ibrani ini adalah ”penghimpunan”. Makna dasar kata itu terlihat dalam penggunaannya di Bilangan 10:2 untuk menyampaikan gagasan tentang memanggil himpunan Israel untuk berkumpul. (Bdk. Yes 1:13, Rbi8, ctk.) Kata Ibrani ini muncul di Yesaya 4:5, yang menyebut ’tempat pertemuan’ di G. Zion. Kata ini sering digunakan dalam ungkapan ”pertemuan kudus” (Kel 12:16; Im 23:2, 3); sewaktu ada pertemuan kudus, orang tidak boleh melakukan pekerjaan sekuler apa pun.
Kata Ibrani moh·ʽedhʹ berarti ”waktu yang ditentukan” atau ”tempat yang ditetapkan”, berasal dari kata dasar yang sama dengan kata ʽe·dhahʹ yang biasa diterjemahkan menjadi ”himpunan”. (1Sam 13:8; 20:35) Kata ini digunakan sebanyak 223 kali dalam Kitab-Kitab Ibrani, misalnya dalam ungkapan ”kemah pertemuan”. (Kel 27:21) Moh·ʽedhʹ digunakan sehubungan dengan perayaan-perayaan musiman. (Im 23:2, 4, 37, 44) Kata ini muncul di Yesaya 33:20 yang menyebut Zion sebagai ”kota tempat perayaan-perayaan kita”.
Kata Ibrani lain lagi adalah ʽatsa·rahʹ, yang diterjemahkan menjadi ”pertemuan yang khidmat”. Kata ini digunakan sehubungan dengan Perayaan Pondok dan Paskah.—Im 23:36; Ul 16:8.
Berbagai macam pertemuan antara teman-teman akrab dinyatakan dengan kata Ibrani sohdh, yang artinya ”pembicaraan konfidensial; keakraban”. (Mz 83:3; Ayb 29:4) Kata itu diterjemahkan menjadi ’kelompok yang akrab’ di Mazmur 89:7 yang berbunyi, ”Allah dipandang dengan hormat dan takut di antara kelompok orang kudus yang akrab; dia agung dan membangkitkan rasa takut, melebihi semua yang ada di sekelilingnya.”
Sebagai Penguasa Universal, Allah Yehuwa berhak menetapkan bahwa hamba-hamba-Nya harus berhimpun dan Ia berhak menentukan waktu serta tempatnya. Ini semua Ia lakukan agar mereka mendapat manfaat. Umat Allah pada zaman dahulu berhimpun untuk berbagai tujuan. Namun, semua pertemuan itu tentu turut menggalang persatuan, sebab semua yang hadir mendapat kesempatan untuk mendengarkan hal-hal yang sama pada waktu yang sama. Patut diperhatikan bahwa pertemuan umat Yehuwa selalu tertib; pertemuan demikian mendapat dukungan besar, menghasilkan banyak manfaat rohani, dan penuh kegembiraan. Alkitab banyak berbicara tentang pertemuan-pertemuan yang membina secara rohani.
Selaras dengan kehendak ilahi, Musa dan Harun menghimpun semua tua-tua Israel di Mesir. Firman Yehuwa disampaikan, tanda-tanda diadakan, dan bangsa itu pun percaya. (Kel 4:27-31) Belakangan, sesuai dengan perintah Allah, orang Israel berkumpul di kaki G. Sinai (Horeb), melihat pertunjukan yang mendebarkan, dan menyaksikan pemberian Hukum.—Kel 19:10-19; Ul 4:9, 10.
Pada waktu orang Israel berada di padang belantara, Yehuwa menginstruksikan Musa untuk membuat dua terompet dari perak yang harus ditiup guna memanggil himpunan Israel agar berkumpul dan membongkar perkemahan. Jika kedua terompet itu ditiup, seluruh himpunan harus berkumpul sesuai dengan pengaturan yang telah diadakan dengan Musa; jika hanya satu yang dibunyikan, para pemimpin saja yang dipanggil. Di padang belantara, tempat yang ditentukan untuk berkumpul adalah di ”pintu masuk kemah pertemuan”. (Bil 10:1-4; Kel 29:42) Belakangan, Yehuwa berkehendak agar orang Israel berhimpun secara teratur di bait di Yerusalem, berkumpul di sana untuk tiga perayaan tahunan yang utama.—Kel 34:23, 24; 2Taw 6:4-6.
Pertemuan para Wakil. Untuk beberapa pertemuan, bangsa Israel diwakili oleh ”pemimpin himpunan” (Kel 16:22; Bil 4:34; 31:13; 32:2; Yos 9:15, 18; 22:30), atau ”para tua-tua”. (Kel 12:21; 17:5; 24:1) Apabila ada perkara-perkara hukum yang harus ditangani, beberapa orang bisa jadi berkumpul di gerbang kota. Akan tetapi, tidak soal mereka berkumpul di tempat itu atau di tempat lain, tujuannya bukan untuk memberikan suara atas kasus itu secara demokratis. Sebaliknya, secara teokratis, para tua-tua yang dihormati akan menimbang masalahnya berdasarkan hukum Allah lalu memberitahukan keputusan mereka. (Ul 16:18; 17:8-13) Dengan cara serupa, untuk masalah-masalah seperti itu sidang jemaat Kristen masa awal diwakili orang-orang yang telah ditetapkan oleh roh kudus untuk mengemban tanggung jawab. (Kis 20:28) Di Israel, jika hukuman mati dijatuhkan kepada orang yang berbuat salah, seluruh himpunan bisa turut melaksanakannya.—Im 24:14; Bil 15:32-36; Ul 21:18-21.
Pertemuan Umum. Pertemuan yang umumnya diadakan di Israel antara lain ialah perayaan-perayaan agama, pertemuan yang khidmat (2Taw 34:29, 30; Yl 2:15), atau peristiwa-peristiwa penting berskala nasional; kadang-kadang, para pelari diutus untuk memberitahukan panggilan kepada rakyat. (1Sam 10:17-19; 2Taw 30:6, 13) Ada peringatan bulan baru (Bil 28:11-15), hari peniupan terompet (Bil 29:1-6), Hari Pendamaian tahunan (Im 16), Paskah (memperingati pembebasan Israel dari Mesir; Kel 12:14), dan, belakangan, Perayaan Purim (memperingati pembebasan orang Yahudi dari ancaman pemusnahan di Imperium Persia; Est 9:20-24) serta Perayaan Penahbisan (untuk mengingat penahbisan kembali bait pada tanggal 25 Khislew 165 SM; Yoh 10:22, 23). Selain itu, ada tiga ’perayaan musiman Yehuwa’ yang diadakan setiap tahun: Perayaan Kue Tidak Beragi, Perayaan Minggu-Minggu (belakangan disebut Pentakosta), dan Perayaan Pondok (Im 23); sehubungan dengan perayaan-perayaan itu, Allah menetapkan, ”Tiga kali dalam setahun semua pria yang ada di antaramu harus datang ke hadapan Tuan yang benar, Yehuwa.” (Kel 23:14-17) Karena menyadari besarnya nilai rohani perayaan-perayaan itu, banyak pria memastikan agar seluruh keluarga mereka pun hadir. (Luk 2:41-45) Selain itu, Musa dengan tegas menyatakan bahwa setiap tujuh tahun, selama Perayaan Pondok, pria, wanita, anak-anak kecil, dan orang asing yang tinggal di Israel harus berkumpul di tempat yang Yehuwa pilih ”agar mereka mendengarkan dan belajar, bahwa mereka harus takut akan Yehuwa, Allahmu, dan tidak lalai untuk melaksanakan semua perkataan hukum ini”. (Ul 31:10-12) Jadi, ada ketentuan bagi orang Israel untuk sering berkumpul guna membahas Firman Yehuwa serta maksud-tujuan-Nya.—Lihat PERAYAAN.
Setelah pembangunan bait rampung, Salomo mengadakan suatu pertemuan besar-besaran di Yerusalem sehubungan dengan penahbisan bangunan keagamaan yang megah itu. Pertemuan itu berlangsung selama berhari-hari, dan ketika umat itu disuruh pulang, mereka pun kembali dengan ”bersukacita dan hati yang gembira atas kebaikan yang telah Yehuwa lakukan kepada Daud dan kepada Salomo dan kepada Israel, umatnya”.—2Taw 5:1–7:10.
Umat yang berkumpul di bait pada waktu perayaan-perayaan tahunan menikmati banyak sukacita dan manfaat rohani, seperti ketika perayaan Paskah pada zaman Raja Hizkia, ketika ”ada sukacita besar di Yerusalem”. (2Taw 30:26) Pada zaman Nehemia, orang-orang dipanggil untuk berkumpul dan mereka menikmati ”sukacita yang sangat besar”. (Neh 8:17) Kepada umat yang berkumpul di Yerusalem, Ezra membacakan dari buku Hukum Musa, di hadapan ”semua orang yang cukup cerdas untuk mendengarkan”, dan mereka pun memperhatikan. (Neh 8:2, 3) Sebagai hasil dari pengajaran yang kemudian disampaikan oleh Ezra dan orang-orang Lewi lain, seluruh umat bersukacita, ”karena mereka telah mengerti perkataan yang telah diberitahukan kepada mereka”. (Neh 8:12) Setelah itu, mereka memperingati Perayaan Pondok, dan pada hari kedelapan ”ada pertemuan yang khidmat, sesuai dengan peraturan”.—Neh 8:18; Im 23:33-36.
Pertemuan Kudus. Beberapa pertemuan disebut ”pertemuan kudus”, yang dijadwalkan sebagai berikut: (1) Setiap hari Sabat, hari ”istirahat penuh” (Im 23:3), adalah saat umat berkumpul untuk ibadat dan pengajaran melalui pembacaan di depan umum dan penjelasan Firman Allah yang tertulis, seperti yang belakangan dilakukan di sinagoga-sinagoga. (Kis 15:21) (2) hari pertama dan hari ketujuh Perayaan Kue Tidak Beragi selama bulan Nisan, bulan pertama (Maret-April) (Bil 28:18, 25; Im 23:6-8); (3) Perayaan Minggu-Minggu atau Perayaan Panen, yang belakangan dikenal sebagai Pentakosta, yang diadakan pada bulan ketiga, Siwan (Mei-Juni) (Im 23:15-21); (4) hari pertama dan hari kesepuluh bulan ketujuh, Etanim atau Tisri (September-Oktober), hari kesepuluh adalah Hari Pendamaian (Im 23:23-27; Bil 29:1, 7); (5) hari pertama Perayaan Pondok, yang dimulai pada hari ke-15 bulan ketujuh, Etanim atau Tisri, dan juga sehari setelah perayaan tujuh hari tersebut.—Im 23:33-36.
Salah satu ciri unik semua ”pertemuan kudus” itu adalah selama hari-hari pertemuan tersebut umat tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun yang menuntut kerja keras. Misalnya, hari pertama dan hari ketujuh Perayaan Kue Tidak Beragi adalah hari-hari ”pertemuan kudus”, dan mengenai hal itu Yehuwa menyatakan, ”Tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan pada hari-hari tersebut. Hanya apa yang perlu untuk dimakan setiap jiwa, itu saja yang boleh dikerjakan bagimu.” (Kel 12:15, 16) Akan tetapi, selama ”pertemuan-pertemuan kudus” tersebut, para imam sibuk mempersembahkan korban-korban kepada Yehuwa (Im 23:37, 38), yang tentunya tidak melanggar perintah apa pun yang melarang pekerjaan yang biasa mereka lakukan sehari-hari. Ini bukanlah kesempatan bagi umat secara umum untuk bermalas-malasan, melainkan saatnya untuk mendapatkan banyak manfaat rohani. Meskipun umat tidak bekerja keras pada hari Sabat atau hari-hari ”pertemuan kudus” lainnya, mereka akan mengkhususkan diri untuk berdoa dan merenung tentang Pencipta serta maksud-tujuan-Nya.
Sinagoga sebagai Tempat Pertemuan. Pada waktu orang Yahudi berada dalam pembuangan di Babilon, atau tidak lama setelah itu, sinagoga, atau bangunan tempat pertemuan orang Yahudi, mulai digunakan. Akhirnya, sinagoga-sinagoga didirikan di berbagai tempat, di kota-kota besar bahkan ada lebih dari satu. Umumnya, sinagoga adalah sekolah tempat Tulisan-Tulisan Kudus dibacakan dan diajarkan. Sinagoga juga adalah tempat untuk berdoa dan memberikan pujian kepada Allah. Yesus Kristus dan para muridnya mempunyai kebiasaan untuk pergi ke sinagoga guna mengajar dan membina orang-orang yang hadir. (Mat 4:23; Luk 4:16; Kis 13:14, 15; 17:1, 2; 18:4) Karena Tulisan-Tulisan Kudus secara teratur dibacakan di sinagoga, Yakobus dapat mengatakan kepada badan pimpinan Kristen di Yerusalem, ”Sejak zaman purba, ada orang-orang yang memberitakan Musa di setiap kota, karena Kitab-Kitab Musa dibacakan dengan suara keras di sinagoga-sinagoga pada setiap sabat.” (Kis 15:21) Corak dasar ibadat di sinagoga itu terus dilakukan di tempat-tempat pertemuan Kristen; di sana terdapat pembacaan serta penjelasan Alkitab, anjuran, doa, dan persembahan puji-pujian.—1Kor 14:26-33, 40; Kol 4:16; lihat SINAGOGA.
Pertemuan-Pertemuan Kristen. Pada berbagai kesempatan, banyak orang berkumpul di hadapan Yesus Kristus, karena sadar mereka bisa memperoleh banyak manfaat, seperti halnya ketika Khotbah di Gunung disampaikan. (Mat 5:1–7:29) Meskipun tidak ada pengaturan khusus, pertemuan-pertemuan itu kadang-kadang berlangsung cukup lama sehingga orang banyak yang berkumpul itu perlu diberi makan, dan Yesus mengatasinya dengan melakukan mukjizat melipatgandakan makanan. (Mat 14:14-21; 15:29-38) Sering kali Kristus mengumpulkan murid-muridnya dan memberi mereka pengajaran rohani, dan setelah kematiannya para pengikutnya berkumpul, seperti halnya pada hari Pentakosta tahun 33 M, ketika roh kudus dikaruniakan kepada mereka yang berkumpul.—Kis 2:1-4.
Orang Kristen masa awal mempunyai kebiasaan untuk berkumpul, umumnya dalam kelompok kecil. Akan tetapi, adakalanya ”cukup banyak orang” berkumpul di pertemuan-pertemuan mereka. (Kis 11:26) Yakobus, saudara tiri Yesus, merasa perlu memberikan nasihat kepada orang-orang Israel rohani agar tidak pilih kasih terhadap orang-orang kaya yang datang ke pertemuan umum (Yn., sy·na·go·geʹ) sidang jemaat mereka.—Yak 2:1-9.
Pentingnya Berhimpun. Pentingnya memanfaatkan sepenuhnya pengaturan Yehuwa untuk berkumpul demi mendapat faedah rohani ditandaskan sehubungan dengan peringatan Paskah tahunan. Setiap laki-laki yang tahir dan tidak sedang mengadakan perjalanan tetapi lalai menjalankan Paskah harus dimusnahkan. (Bil 9:9-14) Ketika Raja Hizkia memanggil penduduk Yehuda dan Israel ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, sebagian dari pesannya berbunyi, ”Hai, putra-putra Israel, kembalilah kepada Yehuwa . . . jangan tegarkan tengkukmu seperti bapak-bapak leluhurmu. Berikan tempat bagi Yehuwa dan datanglah ke tempat sucinya yang telah ia sucikan sampai waktu yang tidak tertentu dan layanilah Yehuwa, Allahmu, agar kemarahannya yang menyala-nyala itu surut darimu. . . . Yehuwa, Allahmu, murah hati dan berbelaskasihan, dan ia tidak akan memalingkan mukanya darimu jika kamu kembali kepadanya.” (2Taw 30:6-9) Jelaslah, orang yang sengaja tidak hadir menunjukkan bahwa dirinya mengabaikan Allah. Perayaan-perayaan seperti Paskah tidak diperingati oleh orang Kristen, tetapi Paulus dengan tepat mendesak mereka untuk tidak meninggalkan pertemuan atau perhimpunan umat Allah yang diadakan secara teratur, ”Biarlah kita memperhatikan satu sama lain untuk menggerakkan kepada kasih dan perbuatan yang baik, dengan tidak mengabaikan pertemuan kita, sebagaimana kebiasaan beberapa orang, tetapi saling menganjurkan, dan terlebih lagi demikian seraya kamu melihat hari itu mendekat.”—Ibr 10:24, 25; lihat JEMAAT; SIDANG JEMAAT.