PASAL SEPULUH
Apakah Saudara Setiap Hari Bertanya, ”Di Manakah Yehuwa?”
1, 2. (a) Bagaimana keadaan orang Yahudi pada zaman Yeremia? (b) Bagaimana orang-orang Yehuda sepatutnya menanggapi keadaan mereka?
YEREMIA berderai air mata. Perasaannya terpengaruh oleh keadaan bangsanya waktu itu dan apa yang Allah ingin ia nubuatkan tentang hari depan mereka. Ia membayangkan, sekiranya kepalanya mata air dan matanya pancuran air, ia bisa terus menangis tanpa henti. Masuk akal jika Yeremia berpedih hati atas keadaan bangsa itu. (Yer. 9:1-3; baca Yeremia 8:20, 21.) Orang Yahudi terus menolak hukum Allah dan tidak menaati suara Yehuwa, sehingga malapetaka akan datang.—Yer. 6:19; 9:13.
2 Tetapi, bangsa Yehuda, yang suka mendengar para pemimpin agama mereka berulang-ulang mengatakan ’semuanya baik-baik saja’, tidak benar-benar berminat akan pikiran Yehuwa tentang tingkah laku mereka. (Yer. 5:31; 6:14) Mereka bagaikan pasien yang mencari dokter yang mengatakan hal-hal yang menyejukkan telinga tetapi mengabaikan gejala-gejala serius penyakit mereka. Seandainya Saudara sakit, tidakkah Saudara ingin mendapat diagnosis yang tepat supaya bisa menerima pengobatan sebelum penyakitnya parah? Orang Yahudi pada zaman Yeremia seharusnya mencari penilaian yang terus terang tentang kondisi rohani mereka. Mereka harus bertanya, ”Di manakah Yehuwa?”—Yer. 2:6, 8.
3. (a) Bagaimana orang Yahudi seharusnya dapat menjawab pertanyaan ”Di manakah Yehuwa?” (b) Apa salah satu cara bagi orang Yahudi untuk mencari Yehuwa?
3 Dengan bertanya, ”Di manakah Yehuwa?” orang Yahudi bermaksud mencari bimbingan Allah sewaktu harus membuat keputusan, besar maupun kecil. Orang Yahudi pada zaman itu tidak melakukannya. Namun, setelah Yerusalem dihancurkan dan mereka pulang dari Babilon, mereka harus ’mencari Yehuwa’. Dengan demikian, mereka akan dapat menemukan Dia dan mengetahui jalan-jalan-Nya. (Baca Yeremia 29:13, 14.) Bagaimana mereka dapat melakukan hal itu? Salah satu caranya adalah dengan menghampiri Allah dalam doa yang tulus, memohon pengarahan-Nya. Itulah sikap Raja Daud. Ia memohon kepada Allah, ”Beri tahukanlah jalan-jalanmu kepadaku, oh, Yehuwa; ajarlah aku jalan-jalanmu.” (Mz. 25:4) Perhatikan undangan yang diulurkan oleh Pendengar doa melalui Yeremia pada tahun kesepuluh pemerintahan Raja Zedekia. ”Berserulah kepadaku, dan aku akan menjawab engkau dan siap memberi tahu engkau perkara-perkara yang besar dan yang tidak terpahami, yang tidak kauketahui.” (Yer. 33:3) Jika raja dan bangsa yang membelot itu berseru kepada Allah, Ia dapat menyingkapkan kepada mereka hal-hal yang ”tidak terpahami”, kehancuran Yerusalem dan pemulihannya setelah 70 tahun.
4, 5. Dengan cara-cara lain apa umat Allah dapat mencari Yehuwa?
4 Cara lain orang Yahudi dapat mencari Yehuwa adalah dengan menelusuri kembali sejarah dan memerhatikan bagaimana Ia berurusan dengan umat-Nya. Dengan demikian, mereka dapat mengingat apa yang telah membuat Allah berkenan dan apa yang telah membuat-Nya murka. Mereka memiliki tulisan-tulisan Musa serta sejumlah catatan sejarah yang terilham dan juga riwayat para raja Israel dan Yehuda. Dengan merenungkan semuanya itu dan mendengarkan nabi-nabi Allah yang sejati, orang Yahudi pada zaman Yeremia seharusnya dapat mengerti jawaban atas pertanyaan ”Di manakah Yehuwa?”
5 Cara ketiga orang Yahudi dapat mencari Yehuwa adalah dengan belajar dari pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain. Memang, mereka tidak mesti belajar melalui uji coba, tetapi mereka bisa menarik faedah jika merenungkan apa yang mereka sendiri telah lakukan dan bagaimana Yehuwa memandang cara mereka bertingkah laku di masa lampau. Seandainya mereka memerhatikan, mereka seharusnya bisa memahami bagaimana Yehuwa memandang tingkah laku mereka.—Ams. 17:10.
6. Anjuran apa yang Saudara peroleh dari teladan Ayub?
6 Sekarang, mari kita pindah ke zaman kita. Apakah Saudara selalu bertanya, ”Di manakah Yehuwa?” sewaktu Saudara sedang membuat keputusan dan memilih haluan hidup Saudara? Ada yang merasa belum melakukan hal ini sebagaimana semestinya. Jika demikian halnya bagi Saudara, jangan berkecil hati. Bahkan, sang patriark Ayub yang setia masih harus berjuang dalam hal ini. Sewaktu ia di bawah tekanan, ia hanya berpikir tentang dirinya. Elihu harus mengingatkan dia tentang kecenderungan umum manusia, ”Tidak seorang pun mengatakan, ’Di manakah Allah, Pembuatku yang Agung?’” (Ayb. 35:10) Elihu menganjurkan Ayub, ”Perhatikanlah karya Allah yang menakjubkan.” (Ayb. 37:14) Ayub perlu mengamati perbuatan Yehuwa yang luar biasa dalam ciptaan di sekitarnya dan dalam cara Allah berurusan dengan manusia. Melalui pengalamannya sendiri, Ayub mulai memahami jalan-jalan Yehuwa. Setelah ia bertekun menghadapi pencobaan yang hebat dan melihat bagaimana Yehuwa menanganinya, Ayub berkata, ”Aku berbicara, tetapi aku tidak mengerti perkara yang terlalu luar biasa bagiku, yang tidak aku ketahui. Dari kabar angin aku mendengar tentang engkau, tetapi sekarang mataku sendiri melihat engkau.”—Ayb. 42:3, 5.
7. Sebagaimana yang dilukiskan di halaman 116, apa yang akan kita bahas selanjutnya?
7 Sehubungan dengan Yeremia sendiri, sang nabi terus mencari Yehuwa dan dapat menemukan Dia. Tidak seperti orang-orang sebangsanya, selama puluhan tahun masa pelayanannya yang setia, Yeremia terus bertanya, ”Di manakah Yehuwa?” Selanjutnya dalam pasal ini, kita akan melihat dari teladan Yeremia bagaimana kita dapat mencari Yehuwa dan menemukan Dia melalui doa, pelajaran, dan pengalaman pribadi.—1 Taw. 28:9.
Apa artinya bertanya, ”Di manakah Yehuwa?” Dengan cara apa saja orang Yahudi pada zaman Yeremia semestinya dapat mengajukan pertanyaan itu?
YEREMIA BERPALING KEPADA YEHUWA DALAM DOA
8. Di bawah keadaan apa saja Yeremia menghampiri Allah dalam doa?
8 Selama bertahun-tahun melayani sebagai juru bicara Allah kepada bangsa Yehuda, Yeremia mencari Yehuwa melalui doa-doa yang sepenuh hati. Ia berpaling kepada Allah untuk meminta dukungan ketika ia harus mengumumkan berita-berita yang tidak disukai, ketika ia merasa bahwa ia sudah tidak sanggup lagi, dan ketika ia ingin tahu mengapa peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Allah menjawabnya dan memberikan pengarahan tentang bagaimana ia dapat meneruskan pelayanannya. Perhatikan beberapa contoh.
9. (a) Bagaimana Yeremia menyatakan perasaannya di Yeremia 15:15, 16, dan bagaimana Yehuwa menanggapinya? (b) Mengapa penting untuk mengungkapkan perasaan Saudara dalam doa?
9 Suatu waktu ketika Yeremia harus mengumumkan berita penghukuman, ia merasa setiap orang mencaci dia. Maka, sang nabi berseru kepada Allah agar mengingat dia. Perhatikan bahwa dalam doanya, yang dicatat di Yeremia 15:15, 16, ia memberi tahu bagaimana perasaannya tentang jawaban dari Allah. (Baca.) Yeremia mengungkapkan perasaannya yang tertekan. Namun, sewaktu ia menemukan firman Allah dan seakan-akan memakannya, hatinya pun bersukacita! Yehuwa membantunya untuk menghargai hak istimewa menyandang nama ilahi dan mengumumkan berita ilahi. Yeremia dapat dengan jelas melihat di mana Yehuwa dalam hal ini. Apa pelajarannya bagi kita?
10. Bagaimana Allah menanggapi sewaktu sang nabi berkata bahwa ia tidak mau lagi berbicara atas nama Yehuwa?
10 Pada peristiwa lain, setelah imam Pasyur putra Imer memukulnya, Yeremia mengatakan bahwa ia tidak akan berbicara lagi atas nama Yehuwa. Bagaimana Yehuwa menanggapi ungkapan doa Yeremia? (Baca Yeremia 20:8, 9.) Alkitab tidak mengatakan bahwa Allah menanggapinya dengan berbicara kepada Yeremia dari surga. Namun, firman Allah menjadi seperti kobaran api yang terkurung dalam tulang-tulangnya, sehingga mau tidak mau ia harus memberitakannya. Ya, dengan terus terang menyatakan diri di hadapan Allah dan membiarkan dirinya digerakkan oleh apa yang dia tahu tentang kehendak-Nya, Yeremia termotivasi untuk terus melaksanakan apa yang Allah ingin ia lakukan.
11, 12. Bagaimana Yeremia menerima jawaban atas pertanyaannya tentang keberhasilan orang fasik?
11 Yeremia mengajukan pertanyaan karena ia kesal sewaktu mengamati keberhasilan orang fasik. (Baca Yeremia 12:1, 3.) Sekalipun ia sama sekali tidak mempertanyakan keadilbenaran Yehuwa, sang nabi meminta tanggapan atas ”keluhannya”. Keterusterangannya menunjukkan dengan jelas bahwa ia mempunyai hubungan yang akrab dengan Allah, bagaikan seorang anak dengan ayahnya yang dikasihi. Hanya saja, Yeremia tidak mengerti mengapa banyak orang Yahudi hidup sejahtera padahal mereka fasik. Apakah Yeremia mendapat jawaban yang memuaskan? Yehuwa meyakinkan dia bahwa Ia akan mencabut orang fasik. (Yer. 12:14) Setelah Yeremia melihat hasil doa-doanya kepada Allah, keyakinannya akan keadilan ilahi pastilah diperdalam. Alhasil, tentu Yeremia lebih sering lagi berpaling kepada Allah dalam doa, mengungkapkan perasaan kepada Bapaknya.
12 Menjelang akhir masa pemerintahan Zedekia, ketika orang Babilon mengepung kota Yerusalem, Yeremia menyebut Yehuwa sebagai pribadi ”yang matanya terbuka melihat semua jalan putra-putra manusia, untuk memberikan kepada masing-masing sesuai dengan jalannya dan buah perbuatannya”. (Yer. 32:19) Yeremia dapat melihat di mana Yehuwa dalam hal keadilan, bahwa Allah benar-benar memerhatikan apa yang dilakukan setiap orang dan mendengar doa hamba-hamba-Nya yang sungguh-sungguh. Dengan demikian, mereka dapat melihat semakin banyak bukti bahwa Ia memberikan kepada ”masing-masing sesuai dengan jalannya dan buah perbuatannya”.
13. Mengapa Saudara yakin akan hasil akhir kehendak Allah?
13 Mungkin kita merasa bahwa kita sama sekali tidak meragukan keadilan Allah dan hikmat-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya sekarang maupun di masa depan. Sekalipun demikian, kita dapat memperoleh manfaat dengan merenungkan apa yang dialami Yeremia dan dengan menyatakan perasaan hati kita dalam doa-doa kita. Jika kita menyatakan diri dengan cara demikian, keyakinan kita akan Yehuwa dapat diperkuat, bahwa kehendak-Nya pasti akan terlaksana. Bahkan, jika kita tidak sepenuhnya memahami perkembangan peristiwa dewasa ini, atau mengapa kehendak Allah berjalan dengan kecepatan tertentu, kita dapat menyatakan dalam doa kepada-Nya keyakinan kita bahwa Ia sepenuhnya memegang kendali. Kehendak-Nya akan terjadi dengan cara dan kecepatan yang paling tepat menurut Dia. Hal ini dijamin; tidak ada alasan bagi kita untuk meragukannya. Kita akan terus bertanya, ”Di manakah Yehuwa?” dalam arti bahwa kita akan berdoa dan berupaya memahami kehendak-Nya dan untuk melihat hasil akhirnya.—Ayb. 36:5-7, 26.
Jaminan apa yang Saudara peroleh dari pengalaman Yeremia dalam mencari Yehuwa melalui doa?
YEREMIA MEMBERI MAKAN HATINYA DENGAN PENGETAHUAN
14. Bagaimana kita tahu bahwa Yeremia meriset sejarah umat Allah?
14 Sehubungan dengan pertanyaan ”Di manakah Yehuwa?” Yeremia sadar betul akan perlunya ’pengetahuan tentang Yehuwa’. (Yer. 9:24) Pastilah ia telah mempelajari sejarah umat Allah seraya menyusun buku-buku yang dikenal sebagai 1 dan 2 Raja-Raja. Ia menyebutkan ”buku catatan peristiwa berkenaan dengan Salomo”, ”buku catatan peristiwa pada masa raja-raja Israel”,” dan ”buku catatan peristiwa pada masa raja-raja Yehuda”. (1 Raj. 11:41; 14:19; 15:7) Maka, ia mengerti bagaimana Yehuwa menangani berbagai situasi. Yeremia dapat melihat apa yang menyenangkan Yehuwa dan bagaimana Ia memandang keputusan orang-orang. Ia juga dapat merujuk ke tulisan-tulisan terilham pada waktu itu, antara lain tulisan Musa, Yosua, Samuel, Daud, dan Salomo. Tidak diragukan, ia punya pengetahuan tentang nabi-nabi sebelum dia dan juga yang sezaman dengannya. Bagaimana pelajaran pribadi Yeremia memberinya manfaat?
15. Manfaat apa yang mungkin Yeremia peroleh dari risetnya tentang nubuat Elia?
15 Yeremia mencatat kisah tentang Izebel, istri Raja Ahab yang fasik dari Samaria. Catatannya mencakup pernyataan Elia bahwa anjing-anjing akan memakan Izebel di tanah Yizreel. (1 Raj. 21:23) Dan, selaras dengan catatan Yeremia, Saudara tahu bahwa kira-kira 18 tahun kemudian, Izebel dicampakkan ke luar jendela, diinjak-injak kuda Yehu, dan dimakan anjing-anjing. (2 Raj. 9:31-37) Karena Yeremia meriset nubuat Elia dan penggenapannya, bahkan hingga perinciannya, pastilah imannya akan firman Allah dikuatkan. Ya, di balik ketekunannya sebagai nabi terdapat iman yang telah dibangunnya dengan mempelajari kegiatan-kegiatan Yehuwa di masa lampau.
16, 17. Menurut Saudara, mengapa Yeremia dapat bertekun dalam memperingatkan raja-raja fasik pada zamannya?
16 Mari kita lihat contoh lain. Menurut Saudara, apa yang membuat Yeremia sanggup—meski dianiaya—untuk terus memberikan peringatan kepada raja-raja fasik seperti Yehoyakim dan Zedekia? Alasan utamanya adalah bahwa Yehuwa menjadikan Yeremia seperti ”kota berbenteng dan pilar besi dan tembok-tembok tembaga” bagi raja-raja Yehuda. (Yer. 1:18, 19) Namun, kita hendaknya tidak mengabaikan fakta bahwa Yeremia telah melakukan riset yang saksama tentang pemerintahan raja-raja sebelumnya di Yehuda dan Israel. Ia telah membuat catatan tentang fakta bahwa Manasye telah mendirikan ”mezbah-mezbah untuk seluruh bala tentara langit di dua halaman rumah Yehuwa”, telah mengorbankan putranya sendiri dalam api, dan telah menumpahkan banyak sekali darah yang tidak bersalah. (2 Raj. 21:1-7, 16; baca Yeremia 15:4.) Namun, Yeremia tentu mengetahui bahwa sewaktu Manasye merendahkan dirinya dan terus berdoa kepada Yehuwa, ”Ia membuka diri bagi permohonannya”, dan Yehuwa memulihkan kekuasaan sang raja.—Baca 2 Tawarikh 33:12, 13.
17 Dalam tulisannya, Yeremia tidak menyebutkan bahwa Yehuwa berbelaskasihan terhadap Manasye. Tetapi, Manasye wafat hanya sekitar 15 tahun sebelum Yeremia memulai kariernya sebagai nabi. Jadi, sang nabi pasti telah mendengar tentang apa yang terjadi sewaktu raja itu bertobat dari kefasikannya di masa lalu. Dengan meriset tentang tingkah laku bejat Manasye dan hasil akhirnya, Yeremia pasti melihat pentingnya mendesak raja-raja, seperti Zedekia, untuk mencari belas kasihan Yehuwa serta kebaikan hati-Nya yang penuh kasih. Bahkan raja yang terkenal keji karena penyembahan berhala dan penumpahan darah bisa bertobat dan diampuni. Seandainya Saudara berada dalam situasi Yeremia, apakah peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Manasye akan membesarkan hati Saudara, memberi Saudara alasan untuk bertekun selama pemerintahan raja-raja jahat yang lain?
BELAJAR DARI PENGALAMAN
18. Bagaimana Yeremia belajar dari pengalaman Uriya, dan mengapa Saudara menjawab demikian?
18 Selama kariernya sebagai nabi, Yeremia pasti menarik pelajaran sewaktu melihat bagaimana orang-orang sezamannya bertindak dalam situasi-situasi tertentu. Salah satunya adalah nabi Uriya yang menubuatkan penghukuman atas Yerusalem dan Yehuda selama pemerintahan Yehoyakim. Namun, karena takut akan Raja Yehoyakim, Uriya melarikan diri ke Mesir. Setelah itu, sang raja mengutus orang untuk membawa Uriya kembali dari Mesir, dan kemudian menyuruh agar dia dibunuh. (Yer. 26:20-23) Menurut Saudara, apakah Yeremia mengambil hikmah dari pengalaman Uriya? Fakta bahwa Yeremia terus memperingatkan orang Yahudi tentang malapetaka yang akan datang—bahkan melakukannya di wilayah bait—membuktikan bahwa ia pasti telah memetik hikmahnya. Yeremia terus menunjukkan keberanian, dan Yehuwa tidak meninggalkan dia. Tentu, Allah yang menggerakkan Ahikam, putra Syafan, untuk melindungi Yeremia yang berani agar tetap hidup.—Yer. 26:24.
19. Apa yang dapat dilihat Yeremia dari kegigihan Yehuwa mengutus nabi-nabi kepada umat-Nya?
19 Yeremia juga belajar dari pengalamannya sendiri sewaktu digunakan Yehuwa untuk memperingatkan umat-Nya. Pada tahun keempat pemerintahan Raja Yehoyakim, Yehuwa menyuruh Yeremia menulis semua perkataan yang telah Ia ucapkan sejak zaman Yosia sampai waktu itu. Apa alasan perintah ilahi ini? Tulisan ini bertujuan untuk menganjurkan orang-orang berbalik dari jalan mereka yang jahat agar diampuni. (Baca Yeremia 36:1-3.) Yeremia, yang bangun pagi-pagi untuk memberitakan peringatan dari Allah, bahkan memohon kepada orang-orang agar berhenti melakukan perbuatan mereka yang memuakkan. (Yer. 44:4) Bukankah jelas bahwa Yeremia telah menyadari dari pengalamannya sendiri bahwa Allah mengutus nabi-nabi berdasarkan belas kasihan bagi umat-Nya? Dan, tidakkah hal itu akan menggugah keibaan hati Yeremia sendiri? (2 Taw. 36:15) Maka, Saudara dapat mengerti bahwa sewaktu Yeremia luput dari kehancuran Yerusalem, ia dapat berkata, ”Karena perbuatan kebaikan hati Yehuwa yang penuh kasih, kita tidak sampai pada kesudahan kita, sebab belas kasihannya tidak akan berakhir. Semuanya baru setiap pagi.”—Rat. 3:22, 23.
Bagaimana Yeremia telah menarik pelajaran dengan meriset cara Allah bertindak di masa lampau dan dengan merenungkan pengalamannya maupun pengalaman orang lain? Apa hikmahnya bagi kita?
APAKAH SAUDARA SETIAP HARI BERTANYA, ”DI MANAKAH YEHUWA?”
20. Bagaimana Saudara dapat meniru Yeremia dalam mencari Yehuwa?
20 Sewaktu harus membuat keputusan setiap hari, apakah Saudara memastikan untuk mencari tahu apa kehendak Allah, bertanya, ”Di manakah Yehuwa?” (Yer. 2:6-8) Tidak seperti orang-orang Yahudi pada zamannya, Yeremia selalu memohon bantuan Yang Mahakuasa agar ia dapat melihat jalan mana yang patut ditempuhnya. Jelaslah, kita bertindak bijaksana jika kita masing-masing, sewaktu harus membuat keputusan, meniru Yeremia yang setiap hari mencari pandangan Yehuwa.
21. Doa seperti apa yang dapat membantu Saudara dalam dinas, misalnya saat mendapat tanggapan yang kasar?
21 Keputusan yang kita buat tidak selalu harus berkaitan dengan masalah besar atau titik balik dalam kehidupan. Misalnya, bagaimana dengan keputusan untuk keluar berdinas pada hari yang telah Saudara rencanakan? Mungkin Saudara bangun pagi dan melihat langit mendung, yang kurang menyenangkan untuk berdinas. Daerah dinas yang ditugaskan untuk kesaksian dari rumah ke rumah mungkin sudah sering dikerjakan. Saudara mungkin ingat bahwa beberapa orang menolak dengan halus atau dengan kasar. Sepagi itu, dapatkah Saudara bertanya dalam doa, ”Di manakah Yehuwa?” Dengan melakukannya, bisa jadi Saudara teringat akan keindahan berita yang akan Saudara sampaikan dan lebih menyadari bahwa sudah menjadi kehendak Allah agar Saudara mengumumkan berita tersebut. Mungkin Saudara kemudian merasa bahwa firman Yehuwa menjadi sumber sukacita dan keriangan besar bagi Saudara, seperti halnya bagi Yeremia. (Yer. 15:16, 20) Jika belakangan selama dinas, Saudara bertemu dengan seseorang yang sangat kasar atau bahkan mengancam, Saudara dapat kembali menyatakan perasaan Saudara dalam doa kepada Allah. Apakah Saudara akan berbuat itu? Jangan lupa bahwa Ia dapat memberikan roh kudus agar Saudara bisa menanggapinya dengan sepatutnya, dan keinginan Saudara untuk berbicara tentang berita Allah akan mengalahkan perasaan negatif.—Luk. 12:11, 12.
22. Mengapa ada doa-doa yang terhalang?
22 Kita perlu menyadari bahwa ada doa yang bisa terhalang. (Baca Ratapan 3:44.) Yehuwa tidak mendengarkan doa orang-orang Yahudi yang suka memberontak karena mereka ’memalingkan telinga dari Yehuwa’ dan terus melakukan pelanggaran hukum. (Ams. 28:9) Pelajarannya tentu jelas bagi Yeremia, sebagaimana bagi kita: Jika seseorang tidak bertindak selaras dengan doa-doanya, hal itu akan mengecewakan Allah dan, sebagai akibatnya, Ia bisa tidak mau lagi mendengar doa-doanya. Pastilah, kita akan berupaya sebisa-bisanya untuk tidak mengecewakan Yehuwa.
23, 24. (a) Apa yang mutlak perlu saat kita mencari tahu kehendak Yehuwa? (b) Bagaimana Saudara dapat membuat pelajaran pribadi lebih bermanfaat?
23 Selain berdoa dengan tulus meminta bimbingan Yehuwa, kita perlu terus melakukan pelajaran pribadi, sebagai cara utama untuk mencari tahu kehendak Yehuwa. Dalam hal ini, kita lebih beruntung daripada Yeremia. Kita memiliki Alkitab yang lengkap. Seperti Yeremia, yang melakukan riset mendalam untuk menyusun catatan sejarahnya yang terilham, Saudara bisa menjelajahi halaman-halaman Firman Allah dan mencari bimbingan ilahi, bertanya, ”Di manakah Yehuwa?” Dengan berupaya mempelajari kehendak-Nya, Saudara percaya kepada-Nya, dan Saudara ”pasti akan menjadi seperti pohon yang ditanam dekat air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air”.—Baca Yeremia 17:5-8.
24 Seraya Saudara membaca dan merenungkan Tulisan-Tulisan Kudus, berupayalah mengamati apa yang Yehuwa ingin Saudara lakukan dalam berbagai situasi. Saudara dapat mencari prinsip-prinsip untuk diingat dan diterapkan dalam kehidupan Saudara. Sewaktu membaca catatan sejarah, perintah Allah, prinsip ilahi, dan perkataan bijaksana dalam Firman Allah, pikirkan bagaimana bagian-bagian tersebut semestinya memengaruhi keputusan sehari-hari Saudara. Sebagai tanggapan atas pertanyaan ”Di manakah Yehuwa?” Ia dapat menyingkapkan melalui Firman-Nya yang tertulis bagaimana caranya mengatasi berbagai tekanan yang mungkin Saudara hadapi. Ya, Saudara dapat melihat dalam Alkitab ’perkara-perkara yang tidak terpahami, yang tidak diketahui’ atau yang sebelumnya tidak dimengerti!—Yer. 33:3.
25, 26. Mengapa pengalaman dapat bermanfaat bagi kita?
25 Selain itu, Saudara dapat memikirkan pengalaman Saudara sendiri maupun orang lain. Misalnya, Saudara melihat bahwa beberapa orang tidak lagi mengandalkan Yehuwa, seperti halnya Uriya. (2 Tim. 4:10) Saudara dapat belajar dari kelakuan mereka dan menghindari akhir yang membawa bencana sebagaimana yang mereka alami. Sering-seringlah mengingat kebaikan hati Yehuwa yang penuh kasih sewaktu berurusan dengan Saudara, dengan mencamkan bahwa Yeremia juga menghargai belas kasihan dan keibaan hati Allah. Tidak soal betapa parahnya situasi Saudara, jangan berpikir bahwa Yang Mahatinggi tidak memedulikan Saudara. Ia peduli, sebagaimana Ia peduli kepada Yeremia.
26 Seraya Saudara merenungkan cara Yehuwa berurusan dengan orang-orang dewasa ini, Saudara akan menyadari bahwa Ia menyediakan bimbingan setiap hari dengan berbagai cara. Aki, seorang saudari muda di Jepang, merasa tidak berharga sebagai seorang Kristen. Suatu hari, sewaktu berdinas dengan istri pengawas wilayah, Aki mengungkapkan perasaannya, ”Saya merasa bahwa Yehuwa akan memuntahkan saya dari mulut-Nya, tetapi saya bertahan, sambil memohon agar Ia mau memberi saya sedikit waktu lagi.” Istri pengawas wilayah itu menatap matanya dan berkata, ”Saya tidak pernah mendapat kesan bahwa kamu orang Kristen suam-suam kuku!” Belakangan, Aki memikirkan kembali kata-kata yang menenteramkan hati itu. Sebenarnya, tidak ada bukti bahwa Yehuwa pernah menganggap dia suam-suam kuku. Setelah itu, Aki berdoa kepada Yehuwa, ”Utuslah saya ke mana pun Engkau kehendaki. Saya akan melakukan apa pun yang Engkau inginkan.” Tak lama setelah itu, ia pergi ke luar negeri dan bertemu dengan sebuah kelompok kecil berbahasa Jepang. Mereka membutuhkan seseorang yang bisa berbicara bahasa Jepang dan dapat tinggal serta melayani bersama mereka. Kebetulan sekali Aki lahir di negeri itu, sehingga mudah baginya untuk pindah ke sana dan membantu. Tetapi, di mana ia akan tinggal? Seorang saudari yang anak perempuannya baru pindah menawarkan kamarnya. ”Semua kebutuhan saya satu per satu terpenuhi pada waktunya; Yehuwa membuka jalan bagi saya,” demikian kesimpulan Aki.
27. Mengapa pertanyaan ”Di manakah Yehuwa?” hendaknya memotivasi Saudara?
27 Banyak saudara-saudari dapat menceritakan bagaimana mereka secara pribadi merasakan bimbingan Allah, mungkin sewaktu mereka mengadakan pembacaan Alkitab atau pelajaran pribadi. Bisa jadi, Saudara juga punya beberapa pengalaman serupa. Hal itu tentu menguatkan ikatan kasih Saudara dengan Yehuwa dan menggerakkan Saudara untuk menghampiri Dia dalam doa bahkan dengan lebih sering dan lebih sungguh-sungguh lagi. Percayalah bahwa seraya kita setiap hari terus bertanya, ”Di manakah Yehuwa?” Ia akan menunjukkan jalan-Nya kepada kita.—Yes. 30:21.
Bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan ”Di manakah Yehuwa?” Bagaimana kita bisa mencari bimbingan-Nya?