PENA
Alat tulis yang menggunakan tinta atau cairan sejenis. Pada zaman dahulu, apabila orang menulis di atas tanah liat, lilin, atau logam yang lunak, mereka menggunakan pena pengukir, tetapi mereka juga menulis di atas perkamen atau papirus dengan pena dan tinta. (3Yoh 13; 2Yoh 12) Kata Yunani yang diterjemahkan ”pena” (kaʹla·mos) memaksudkan buluh atau tangkai dan dapat secara harfiah diterjemahkan sebagai ”buluh-tulis”. Di kalangan orang Mesir kuno, pena buluh dibuat dengan memotong atau mengiris ujung buluh menjadi pipih dan berbentuk pahat sehingga dapat berfungsi sebagai kuas. Buluh-buluh itu mungkin sudah menjadi kering dan keras setelah dibiarkan di bawah tumpukan kotoran selama beberapa bulan, sebagaimana yang sering dilakukan orang pada tahun-tahun belakangan. Orang Yunani dan Romawi menggunakan pena buluh yang runcing dan bercelah, seperti halnya ujung-ujung pena dan pena dari bulu ayam pada masa-masa belakangan.
Pena Pengukir. Alat tulis yang juga disebut pena stilus digunakan untuk mengukirkan tulisan pada bahan-bahan seperti tanah liat atau lilin. (Mz 45:1; Yes 8:1; Yer 8:8) Pena pengukir yang digunakan untuk menulis huruf paku memiliki ujung berbentuk persegi atau baji dan pada umumnya dibuat dari buluh atau kayu yang keras.
Untuk menggoreskan atau mengukirkan huruf-huruf pada batu atau logam dibutuhkan sebuah pena atau pahat yang terbuat dari logam atau bahan lain yang keras. Sang patriark Ayub menyatakan, ”Oh, sekiranya perkataanku sekarang ditulis! Oh, sekiranya itu digoreskan dalam sebuah buku! Dengan pena dari besi dan dengan timah hitam, oh, sekiranya itu terpahat untuk selama-lamanya pada gunung batu!” (Ayb 19:23, 24) Tampaknya, Ayub ingin agar kata-katanya terpahat pada gunung batu dan goresan huruf-huruf itu diisi dengan timah hitam agar lebih tahan lama. Berabad-abad kemudian, Yehuwa menyebutkan bahwa dosa-dosa Yehuda ditulis dengan pena besi, yaitu dicatat agar tidak mudah terlupakan.—Yer 17:1.