-
Integritas Ayub—Mengapa Begitu Luar Biasa?Menara Pengawal—1986 (Seri 22) | Menara Pengawal—1986 (Seri 22)
-
-
Integritas Ayub—Mengapa Begitu Luar Biasa?
”Sampai mati aku tetap akan mempertahankan integritasku!”—AYUB 27:5, NW.
1. Siapa gerangan Ayub itu, dan bagaimana kita tahu bahwa ia benar-benar pernah hidup?
AYUB seorang pria yang terkemuka dalam sejarah. Ia tidak hanya memiliki banyak harta tetapi juga dihormati sebagai hakim dan pemimpin yang berbelas kasihan, Alkitab mengatakan bahwa ia ”besar dari pada segala bani Masyrik adanya.” (Ayub 1:3, Klinkert; 29:12-25) Seperti Nuh dan Daniel, ia terkenal sebagai seorang pria yang sangat saleh. (Yehezkiel 14:14, 20) Alkitab juga menonjolkan Ayub sebagai teladan yang harus diikuti orang-orang Kristen, dengan demikian menunjukkan bahwa ia benar-benar seorang tokoh sejarah.—Yakobus 5:11.
2. Bagaimana kita dapat menentukan bilamana Ayub mengalami ujian dari Setan?
2 Ayub tinggal di negeri Us, yang kini adalah negeri Arab. Meskipun Ayub bukan orang Israel, ia penyembah Yehuwa, suatu hal yang dikemukakan Yehuwa kepada Setan. Pernyataan Allah bahwa ”tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur,” menyingkapkan bahwa tidak ada hamba Allah yang lain yang begitu menonjol pada waktu itu. (Ayub 1:8) Jadi, ujian Ayub oleh Setan pasti terjadi ketika saudara-saudara sepupu jauhnya, orang-orang Israel, menjadi budak di Mesir—kira-kira selama tahun-tahun setelah kematian seorang pemelihara integritas yang terkemuka. Yusuf, pada tahun 1657 S.M. dan sebelum Musa mulai menempuh haluan integritasnya.
3. Siapa yang menulis buku Ayub, dan mengapa ia dapat memperoleh keterangan itu?
3 Rupanya Musalah yang menulis buku Ayub. Tetapi bagaimana ia dapat mengetahui tentang ujian Ayub? Nah setelah Musa dipaksa untuk meninggalkan Mesir pada tahun 1553 S.M. ia menetap di. Midian, tidak jauh dari negeri Us. (Keluaran 2:15-25; Kisah 7:23-30) Pada waktu itu, Ayub sedang menjalani 140 tahun sisa hidupnya yang penuh berkat Yehuwa. (Ayub 42:16) Kemudian, ketika orang-orang Israel berada di dekat Us menjelang akhir perjalanan mereka di padang belantara, Musa mungkin saja mendengar tentang tahun-tahun terakhir dari kehidupan Ayub dan kematiannya.
Pengetahuan Ayub yang Terbatas
4. (a) Apa yang jelas merupakan sumber dari pengetahuan Ayub tentang Yehuwa, dan mengapa ia pasti berkomunikasi dengan keturunan Abraham dan Ishak? (b) Bagaimana Ayub menjadi seorang pria yang menonjol integritasnya?
4 Ketika Ayub diuji, pengetahuannya tentang Allah dan maksud-tujuanNya terbatas, karena Alkitab sama sekali belum ditulis. Tetapi, Ayub setidak-tidaknya tentu mengetahui tentang bagaimana Yehuwa berurusan dengan Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Halnya demikian karena Ayub jelas adalah keturunan dari saudara Abraham, Nahor, melalui putra sulung Nahor, Us. Selain itu, saudara Us ialah Betuel, ayah dari istri Ishak, Ribka, dan nenek moyang Yusuf. (Kejadian 22:20-23) Ayub, pasti menghargai pengetahuan apapun yang ia miliki tentang komunikasi Yehuwa dengan Abraham dan keturunannya, dan ia ingin sekali menyenangkan Yehuwa. Maka Ayub menjadi seorang pria yang menonjol dalam integritasnya, seorang pria yang tidak bercela dan berbakti sepenuhnya kepada Yehuwa.
5. Apa, khususnya, yang membuat integritas Ayub begitu luar biasa?
5 Tidak lama setelah Yusuf meninggal di Mesir, integritas Ayub menjadi pokok sengketa antara Allah Yehuwa dan Setan di surga. Namun Ayub tidak mengetahui tentang sengketa yang berkisar pada integritasnya ini. Dan, terutama, ketidaktahuannya tentang mengapa ia menderita membuat integritasnya yang tidak terpatahkan itu begitu luar biasa. Tetapi, demi kefaedahan semua hamba Allah setelah itu, Yehuwa memerintahkan Musa untuk mencatat perincian dari sengketa mengenai integritas Ayub.
Sengketa tentang Integritas Ayub
6. (a) Bagaimana pertemuan di surga menyingkapkan adanya sengketa antara Allah dan Setan? (b) Bilamana sengketa ini mulai, dan ini termasuk apa?
6 Buku Ayub membuka tabir dari alam yang tidak kelihatan, dan kita dapat melihat suatu pertemuan dari malaikat-malaikat di hadapan Allah Yehuwa di surga. Di sana Yehuwa mengingatkan Setan, yang juga hadir, bahwa ”tiada seorangpun di bumi seperti [Ayub], yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” (Ayub 1:8) Jelas, ada suatu sengketa yang menyangkut integritas Ayub. Namun ini bukan hal baru. Sengketa itu secara tidak langsung dinyatakan ketika Setan menjauhkan Adam dan Hawa dari Allah dan, sebenarnya mengatakan, ’Coba beri saya kesempatan, maka saya dapat menjauhkan siapa saja sehingga tidak melayani Engkau.’—Kejadian 3:1-6.
7. Penjelasan apa terpaksa diberikan Setan sebagai alasan dari integritas Ayub, dan bagaimana si Iblis menantang Allah?
7 Kini, selama pertemuan resmi di surga ini, Setan terpaksa menyatakan pendapatnya mengenai alasan dari integritas Ayub. ”Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?” ia bertanya. ”Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? . . . Tetapi ulurkanlah tanganMu,” tantang Setan, ”dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.”—Ayub 1:9-11.
8. (a) Bagaimana Yehuwa menjawab tantangan Setan? (b) Pukulan yang hebat apa dilancarkan Setan atas Ayub?
8 Yehuwa menerima tantangan Setan. Ia percaya sepenuhnya akan integritas Ayub, dan menjawab Setan, ”Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” (Ayub 1: 12) Setan segera menyerang Ayub. Orang-orang Syeba menyerbu dan merampas 1.000 ekor lembu dan 500 ekor keledai betina milik Ayub, serta membunuh semua penjaganya kecuali satu orang. Kemudian, Setan menurunkan api dari langit untuk membinasakan 7.000 ekor domba milik Ayub bersama dengan penjaganya, dengan meluputkan satu orang saja dari antara mereka. Lalu Setan menggerakkan tiga pasukan orang Kasdim untuk merampas 3.000 ekor unta milik Ayub, membunuh semua penjaganya kecuali satu orang, Akhirnya, Setan menimbulkan angin ribut yang melanda rumah di mana sepuluh anak Ayub sedang mengadakan perjamuan, sehingga mereka semua meninggal. Setelah itu, secara silih berganti, orang-orang yang selamat dari malapetaka tersebut melaporkan berita yang menyedihkan ini kepada Ayub.—Ayub 1:13-19.
9. Apa yang membuat kemalangan yang dialami Ayub sulit ditanggung, namun bagaimana jawaban Ayub kepada mereka?
9 Betapa hebatnya musibah tersebut! Bahkan andai kata pun Ayub mengerti siapa penyebabnya, hal itu juga sulit untuk ditanggung. Tetapi ia tidak mengerti. Ia tidak tahu bahwa ia menjadi pusat dari sengketa di surga dan bahwa Yehuwa menggunakan dia untuk memperlihatkan bahwa ada orang-orang yang akan memelihara integritas mereka tidak soal penderitaan apa pun yang tidak adil yang ditimpakan Setan ke atas mereka. Namun, meskipun diliputi kesedihan dan bahkan berpikir bahwa sedikitnya Allah bertanggung jawab atas kemalangannya, Ayub mengatakan, ”[Yehuwa] yang memberi, [Yehuwa] yang mengambil, terpujilah nama [Yehuwa].” Ya, ”dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.”—Ayub 1:20-22.
10. (a) Kelonggaran apa yang diminta Setan selanjutnya berkenaan Ayub, dan mengapa Yehuwa mau memberikan ini? (b) Apa akibatnya atas Ayub setelah ia direndahkan kepada keadaan yang sangat menyedihkan?
10 Betapa memalukan bagi Setan, ketika pada suatu pertemuan lain dari para malaikat, Yehuwa mengingatkan dia tentang Ayub, ”Ia tetap memegang teguh integritasnya”! (NW) Tetapi Setan tidak menyerah. Ia kini menantang bahwa jika ia diberi kesempatan untuk menyerang Ayub secara fisik, Ayub akan mengutuk Allah di hadapanNya. Karena tetap percaya kepada integritas Ayub bahkan sampai sejauh ini, Yehuwa mengijinkannya, namun memperingatkan Setan agar tidak mencabut nyawa Ayub, Jadi Setan ’menimpa Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.’ (Ayub 2:1-8) Ayub direndahkan kepada keadaan yang sangat menyedihkan dan menjijikkan sehingga sanak keluarga dan teman-temannya menjauhkan diri, dan bekas kenalan-kenalannya mengejeknya.—Ayub 12:4; 17:6; 19:13-19; 30:1, 10-12.
11. Pukulan apa selanjutnya harus diderita Ayub, dan apa yang membuat ketekunan dalam integritasnya begitu luar biasa sewaktu ia harus menghadapi kesulitan-kesulitan ini?
11 Kemudian suatu pukulan lain lagi! Iman istri Ayub menjadi lemah. Ia mengatakan kepadanya, ”Apakah engkau masih memegang teguh integritasmu? Kutuklah Allah dan matilah!” (NW) Tetapi Ayub mengatakan kepada istrinya, ”Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Menurut kisah itu, ”Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” (Ayub 2:9, 10) Dan jika saudara merenungkan bahwa Ayub tidak mengetahui alasan dari penderitaannya, sesungguhnya betapa luar biasa integritasnya!
Bentuk Serangan Lain
12. (a) Siapakah pria-pria yang datang untuk menghibur Ayub? (b) Bagaimana Setan memperalat pria-pria ini untuk menguji Ayub lebih lanjut?
12 Tetapi Setan belum puas. Ia menggerakkan tiga pria yang dianggap berhikmat yang mengenal Ayub secara pribadi ataupun telah mendengar tentang reputasinya sebagai ’orang besar di antara segala bani Masyrik.’ Rupanya mereka jauh lebih tua dari pada Ayub. (Ayub 1:3; 15:10; 32:6) Dua di antara mereka adalah sanak keluarga jauh. Elifas orang Teman adalah keturunan Abraham melalui Teman, seorang cucu dari Esau, dan Bildad orang Suah adalah keturunan putra Abraham, Suah. (Ayub 2:11; Kejadian 36:15; 25:2) Nenek moyang Zofar tidak jelas. Ketiga orang ini datang pura-pura akan menghibur Ayub, tetapi sebenarnya Setan memperalat mereka dalam usaha untuk merusak integritas Ayub. Sama seperti para interogator politik yang pura-pura menjadi kawan telah merusak keloyalan orang-orang yang dipenjarakan dan membuat mereka berbalik menentang pemerintahan mereka sendiri, Setan berharap ’penghibur-penghiburnya’ dapat memalingkan Ayub sehingga melawan Allah.—Ayub 16:2, 3.
13. (a) Apa yang dilakukan tamu-tamu Ayub ketika mereka tiba? (b) Ketika pembicaraan dimulai, hal itu berubah menjadi apa?
13 Ketika ketiga tamu ini tiba, selama tujuh hari dan tujuh malam mereka diam saja melihat Ayub menderita sakit luar biasa dan sangat terhina. (Ayub 2:12, 13) Elifas, rupanya yang tertua, akhirnya mengambil pimpinan dalam berbicara, mengatur suasana dan tema umum dari apa yang ternyata menjadi suatu perdebatan dalam tiga babak. Khotbah Elifas, maupun rekan-rekannya setelah itu, sebagian besar berisi tuduhan. Setelah penuduhnya masing-masing berbicara, Ayub, akhirnya menjawab, menyangkal pendapat mereka. Zofar tidak ikut dalam perdebatan babak ketiga, rupanya karena ia merasa tidak dapat menambahkan apa-apa lagi. Jadi Zofar hanya berkhotbah dua kali, sedangkan Elifas dan Bildad masing-masing mengucapkan tiga khotbah.
14. Argumen macam apakah yang digunakan ketiga orang itu melawan Ayub, dan bagaimana Setan menggunakan taktik yang sama terhadap Yesus?
14 Khotbah-khotbah Elifas lebih panjang, dan tutur katanya agak lebih lembut. Bildad lebih tajam, dan Zofar lebih-lebih lagi. Argumen mereka dengan licik direncanakan untuk mencapai maksud Setan yaitu mematahkan integritas Ayub. Mereka sering menyebutkan fakta-fakta yang sebenarnya, tetapi latar belakang dan penerapannya salah. Setan menggunakan taktik yang sama terhadap Yesus. Dengan mengutip ayat yang mengatakan bahwa malaikat Allah akan melindungi hambaNya dari bahaya, Setan mempersilakan Yesus untuk membuktikan bahwa ia adalah putra Allah dengan menjatuhkan diri dari bait. (Matius 4:5-7; Mazmur 91:11, 12) Untuk waktu yang lama Ayub menghadapi jalan pikiran serupa yang jahat.
15. Menurut pendapat Elifas apa sumber kesulitan Ayub?
15 Dalam khotbah pembukaannya, Elifas mengemukakan bahwa kesulitan yang dialami Ayub adalah pembalasan Allah atas dosa-dosanya. ”Siapa binasa dengan tidak bersalah?” ia bertanya. ”Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.” (Ayub 4:7, 8) Selanjutnya, Elifas menyatakan bahwa Allah tidak mempercayai hamba-hambaNya. ”Hamba-hambaNya tidak dipercayaiNya,” kata Elifas, ”malaikat-malaikatNyapun didapatiNya tersesat, lebih-lebih lagi mereka yang diam dalam pondok tanah liat.”—Ayub 4:18, 19.
16. Bagaimana Bildad meneruskan serangan Elifas, dan perumpamaan yang tidak benar apa yang ia gunakan?
16 Bildad melanjutkan serangan lisan itu. ”Kalau engkau bersih dan jujur,” katanya, ”maka tentu [Allah] akan bangkit demi engkau dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu.” Bildad menyatakan bahwa pandan dan mensiang (semacam rumput gelagah) akan menjadi kering dan mati tanpa air dan sebenarnya menyimpulkan bahwa ”semua orang yang melupakan Allah” juga demikian. Tetapi betapa kelirunya dia dalam menerapkan perumpamaan ini pada Ayub dan menambahkan, ”Lenyaplah harapan orang fasik”!—Ayub 8:6, 11-13.
17. Pernyataan-pernyataan yang tajam apa disampaikan oleh Zofar?
17 Pernyataan Zofar bahkan lebih keras. ’Mudah-mudahan Allah sendiri berfirman dan mengatakan kepadamu bagaimana pendapatNya!’ ia, sebenarnya mengatakan, ’Allah tahu apa yang telah kau lakukan. Ia memberikan hukuman yang jauh lebih ringan dari pada yang seharusnya kau terima. Singkirkan dosa-dosamu dan tinggalkan semua kejahatan, maka kau akan mendapat ketentraman dan banyak teman.’—Ayub 11:4-6, 14-20.
18. Dalam babak kedua dari perdebatan ini, bagaimana ketiga orang itu meneruskan serangan mereka terhadap Ayub?
18 Dalam babak kedua dari perdebatan itu, Elifas melanjutkan serangan terhadap integritas Ayub. ’Sesungguhnya, Allah bahkan tidak mempercayai malaikat-malaikat, lebih-lebih lagi seseorang seperti kau! Orang jahat selalu dalam kesulitan.’ (Ayub 15:14-16, 20) Bildad yang marah karena sanggahan Ayub yang keras melawan argumen mereka, sebenarnya mengatakan, ’Terangmu akan dipadamkan. Semua kenangan tentang kehidupanmu akan lenyap. Itulah yang terjadi atas mereka yang melupakan Allah.’ (Ayub 18:5, 12, 13, 17-21) Zofar menyinggung kemakmuran Ayub sebelum itu dengan bertanya, ’Tidak tahukah kau bahwa sorak-sorak orang fasik hanya sebentar saja, dan sukacita orang durhaka hanya sekejap mata? Langit akan menyingkapkan kesalahan orang jahat.’—Ayub 20:4, 5, 26-29.
19. (a) Menurut Elifas, bagaimana penilaian Allah atas integritas manusia? (b) Bagaimana Bildad mengakhiri serangan lisan terhadap Ayub?
19 Ketika membuka babak ketiga dari perdebatan, Elifas bertanya, ’Dapatkah manusia berguna bagi Allah? Meskipun engkau tidak bercela, apakah ada manfaatnya bagi Allah? Kembalilah kepada Allah,’ katanya, ’dan selesaikan urusanmu. Maka kau akan dipulihkan.’ (Ayub 22:2, 3, 21-23) Bildad mengakhiri serangan lisan itu. ’Siapa gerangan dapat membual, bahwa ia bersih?’ ia bertanya. ’Allah begitu mulia sehingga bahkan bulan dan bintang-bintang tidak ada artinya bagi Dia. Lebih-lebih lagi manusia, yang hanya seekor ulat dalam pandanganNya!’—Ayub 25:2-6.
Pembelaan Ayub dan Koreksi Atasnya
20. (a) Bagaimana Ayub menjawab pendapat bahwa penderitaan adalah hukuman dari Allah untuk dosa-dosa? (b) Apa tekad Ayub, dan bagaimana kita tahu bahwa integritasnya benar-benar penting bagi Allah?
20 Meskipun sangat menderita, Ayub tidak pernah sekalipun menyerah kepada argumen-argumen yang memperdayakan dari para penyiksanya. Jika penderitaan adalah hukuman dari Allah karena dosa, ia bertanya, ”mengapa orang fasik tetap hidup menjadi tua, bahkan menjadi bertambah-tambah kuat?” (Ayub 21:7-13) Dan bertentangan dengan apa yang dikatakan para penuduh Ayub, Yehuwa benar-benar menghargai pemelihara-pemelihara integritas yang dengan cara demikian memberikan jawaban kepada tantangan Setan bahwa ia dapat memalingkan semua orang sehingga tidak melayani Allah. (Amsal 27:11; Mazmur 41:13) Ayub yakin akan integritasnya sendiri, dengan menyatakan, ”Sampai mati aku tetap akan mempertahankan integritasku!” (Ayub 27:5, NW) Tidak, ia tidak berbuat sesuatu sehingga patut mengalami apa yang telah menimpanya.
21. Apa yang dikatakan Elihu kepada penghibur-penghibur palsu Ayub, dan koreksi apa yang memang perlu, diberikannya kepada Ayub?
21 Pria muda Elihu dengan penuh perhatian mendengarkan setiap kata dalam perdebatan yang panjang ini. Ia sekarang berbicara, mengatakan kepada penghibur-penghibur palsu Ayub bahwa semua yang mereka katakan sama sekali tidak membuktikan bahwa Ayub berdosa. (Ayub 32:11, 12) Kemudian, Elihu beralih kepada Ayub, dan mengatakan, ”Ucapan-ucapanmu telah kudengar: Aku bersih, aku tidak melakukan pelanggaran, aku suci, aku tidak ada kesalahan. Tetapi Ia mendapat alasan terhadap aku, Ia menganggap aku sebagai musuhNya . . . Dalam hal itu engkau tidak benar.” (Ayub 33:8-13; 6:29; 13:24, 27; 19:6-8) Ya, Ayub terlalu menguatirkan bagaimana ia dapat membenarkan diri. Namun, pada waktu yang sama, ia tidak pernah mengutuk Allah atau kehilangan keyakinan bahwa Allah akan melakukan apa yang benar.
22. (a) Setelah mendengarkan Yehuwa, apa jawaban Ayub? (b) Apa yang Allah tuntut dari penghibur-penghibur palsu Ayub, dan bagaimana kesudahannya atas Ayub?
22 Badai mulai turun seraya Elihu mengakhiri khotbahnya, dan Yehuwa sendiri berbicara dari dalam angin topan, ”Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan? Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.” Setelah mendengarkan Yehuwa, Ayub mengakui bahwa ia berbicara tanpa pikir panjang, tanpa pengetahuan yang lengkap, dan menyesal, ”dalam debu dan abu.” Lalu Yehuwa menghardik Elifas dan kedua rekannya, memerintahkan Ayub memohonkan pengampunan bagi mereka. Setelah itu Ayub dipulihkan, dan ia diberkati dengan tujuh putra dan tiga putri yang cantik serta, ternak sebanyak dua kali lipat dari yang dimilikinya sebelum itu. Setelah hidup 140 tahun lagi, Ayub meninggal, ”tua dan lanjut umur.”—Ayub 38:1-4; 42:1-17.
23. Bagaimana seharusnya pengaruh integritas Ayub atas kita?
23 Sesungguhnya, Ayub adalah seorang pria yang luar biasa integritasnya! Ia sama sekali tidak tahu bahwa ia dijadikan sasaran dari tantangan Setan yang jahat. Hal ini makin lebih menonjolkan integritasnya karena meskipun ia percaya bahwa semua penderitaannya dari Allah, ia tetap tidak mau menyangkal Allah atau mengutukNya. Benar-benar suatu pelajaran yang bagus bagi kita, karena kita justru mengetahui sumber ujian integritas kita! Tentu kita seharusnya tergerak untuk meniru teladan Ayub, dan maju terus dalam pekerjaan Yehuwa tidak soal apapun yang dilancarkan Musuh Allah atas kita.
-
-
Integritas Ayub—Siapa Dapat Menirunya?Menara Pengawal—1986 (Seri 22) | Menara Pengawal—1986 (Seri 22)
-
-
Integritas Ayub—Siapa Dapat Menirunya?
”Biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui integritasku.”—Ayub 31:6, NW.
1. Mengapa ada baiknya kita merenungkan teladan Ayub, dan pertanyaan-pertanyaan apa yang diajukan?
AYUB yakin akan integritasnya, jadi ia senang diperiksa oleh Allah. Teladannya sangat menganjurkan kita dewasa ini, terutama karena Setan si Iblis berusaha mati-matian untuk mematahkan integritas semua orang yang melayani Allah. (1 Petrus 5:8) Menyadari hal ini, Yakobus, murid itu, mengatakan agar kita ’menuruti teladan penderitaan dan kesabaran para nabi,’ terutama Ayub. (Yakobus 5:10, 11) Tetapi siapa dapat meniru integritas Ayub? Apakah kita sanggup? Cara bagaimana Ayub memberikan teladan bagi kita dalam memelihara integritas?
2. (a) Apa artinya nama Ayub? (b) Apa yang tercapai dengan haluan Ayub untuk memelihara integritas?
2 Nama Ayub berarti ”Sasaran Kebencian” dan memang itulah yang terjadi atas dirinya. Tetapi ketika Yehuwa mengabulkan permintaan Setan dan menyingkirkan pagar perlindungan yang mengelilingi Ayub, apapun yang dapat dilakukan Setan tidak berhasil mematahkan integritas Ayub kepada Allah. (Ayub 1:1-2:10) Dengan demikian Ayub menyediakan jawaban atas tantangan Setan bahwa ia sanggup menjauhkan siapapun juga sehingga tidak melayani Allah. (Amsal 27:11) Dengan haluan memelihara integritas Ayub sebenarnya menyatakan kepada seluruh alam semesta, ’Setan, kau adalah pendusta yang keji, karena Yehuwa adalah Allahku, dan aku akan tetap memelihara integritas kepadaNya, tidak soal apa yang terjadi!’—Ayub 27:5.
Orang-Orang yang Seperti Ayub
3. Siapa dilindungi di surga, dan pertanyaan-pertanyaan apa diajukan mengenai dia?
3 Perlu sekali kita perhatikan, sengketa antara Yehuwa dan Setan bersifat universal, mencakup alam roh. Di surga, di bawah pemeliharaan dan perlindungan Yehuwa, ”benih” yang dijanjikan itu berada. Melalui dialah Allah ingin melaksanakan maksud-tujuanNya yang mulia. (Kejadian 3:15, Klinkert) Namun, bila ’pagar perlindungan’ itu disingkirkan, apakah pribadi ini benar-benar akan meniru integritas Ayub? Apakah ia akan memperlihatkan bahwa seorang pria yang sempurna, seperti Adam dulunya, dapat memelihara integritas sempurna kepada Allah? (1 Korintus 15:45) Setan membuat persiapan untuk melancarkan ujian yang hebat kepada ”benih” ini kapan saja Ia muncul di bumi.
4. (a) Siapa menjadi sasaran utama dari kebencian Setan, dan bagaimana kita tahu bahwa Allah menyingkirkan perlindunganNya dari padanya? (b) Apa yang Yesus berikan kepada Yehuwa?
4 Yesus Kristus ternyata adalah ”benih” yang diutus dari surga. Maka ia menjadi pusat perhatian Setan, ya, sasaran utama dari kebencian Setan. Sebagai bukti bahwa Yehuwa telah menyingkirkan pagar perlindunganNya, Kristus berteriak di tiang siksaan, ”AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46; Mazmur 22:2) Meskipun betul-betul menyadari bahwa Allah telah menyingkirkan perlindunganNya, Yesus, seperti Ayub, ”tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” (Ayub 1:22) Ia meniru Ayub, mempertahankan integritas sempurna kepada Allah, dan dengan demikian membuktikan bahwa ”tiada seorangpun di bumi seperti dia.” (Ayub 1:8) Maka, dalam diri Yesus, Allah Yehuwa mendapatkan jawaban yang lengkap dan tuntas untuk tuduhan palsu Setan bahwa Allah tidak mungkin mempunyai seseorang di bumi yang akan tetap setia kepadaNya bila mendapat ujian yang hebat.
5. (a) Apa yang terus dilakukan Setan? (b) Apa yang dilakukan Setan ketika diusir dari surga?
5 Namun Setan masih menginginkan lebih banyak jawaban, dengan terus menuduh saudara-saudara rohani Yesus, yang, bersama Yesus, membentuk ”benih” dari organisasi Allah yang digambarkan seperti perempuan itu. Ketika menggambarkan berdirinya Kerajaan itu di surga, Alkitab berkata tentang Setan, ”Telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.” Tetapi Setan berbuat lebih banyak dari sekedar mendakwa, ia melancarkan serangan kebencian! Alkitab menjelaskan bahwa setelah ia diusir dari surga, ”marahlah naga itu [Setan] kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.”—Wahyu 12:7-12, 17.
6. (a) Siapa dewasa ini memimpin pekerjaan pengabaran, dan siapa yang bergabung dengan mereka? (b) Apa yang diusahakan Setan terhadap mereka semua?
6 ”Keturunan perempuan itu yang lain” adalah saksi-saksi yang terurap dari Yehuwa yang masih ada di bumi dewasa ini. Mereka memelopori ’pekerjaan kesaksian tentang Yesus,’ dengan menyatakan kepada umum di seluruh dunia bahwa ia kini telah ditakhtakan sebagai Raja dan tidak lama lagi akan mengakhiri sistem yang tidak benar ini. (Matius 24:14; Daniel 2:44) Tetapi mereka sama sekali tidak sendirian! Kini suatu kumpulan yang besar sekali dari tiga juta orang lebih telah bergabung dengan mereka untuk membentuk organisasi pemelihara-pemelihara integritas yang bersatu-padu, seluas dunia. Semua pemelihara integritas ini, juga menjadi sasaran penganiayaan Setan yang kejam, dan bapa surgawi mereka Yehuwa merasa senang dengan integritas mereka.—2 Timotius 3:12; Amsal 27:11.
7. Mengapa kita tidak usah kuatir menghadapi serangan Setan?
7 Tentu adalah sesuai dengan akal sehat untuk menyadari bahwa, sama seperti Setan menjadikan Ayub bulan-bulanan kekejian, demikian pula hal-nya dengan kita yang berusaha memelihara integritas kepada Allah. Tetapi, kita tidak usah merasa putus asa. Mengapa? Karena ”Yehuwa maha penyayang dan penuh belas kasihan” dan ”tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (Yakobus 5:11; Ulangan 31:6) Ya, Yehuwa akan mendukung kita. ”Ia menjadi perisai bagi orang yang berjalan dalam integritas,” kata Alkitab. (Amsal 2:7, NW) Namun, ini tidak berarti bahwa Yehuwa tidak akan mengijinkan kita diuji. Ia mengijinkan hal itu, sama seperti halnya Ayub. ”Allah setia,” kata rasul Paulus, ”dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”—1 Korintus 10:13.
Bila Mendapat Ujian
8. Bagaimana teladan Ayub dapat berfaedah bagi kita dewasa ini?
8 Teladan integritas Ayub khususnya bermanfaat bagi kita pada waktu menghadapi ujian-ujian yang hebat. Penderitaan Ayub begitu besar sehingga ia ingin mati saja dan disembunyikan di Seol, kuburan umum umat manusia. (Ayub 14:13) Dewasa ini ada yang mempunyai perasaan yang sama, dengan mengatakan bahwa mereka dapat disamakan dengan Ayub pada waktu ia mengalami penderitaan besar. Mungkin kadang-kadang saudara merasa demikian pula. Memang, dengan membaca tentang penderitaannya kita seolah-olah mendapat anjuran, dari seorang teman yang telah mengalami ujian yang lebih hebat dari pada kita sendiri. Jika kita tahu bahwa orang lain telah bertekun, dan memahaminya, maka kita pasti dibantu untuk juga bertekun.
9. Bagaimana kita mendapat manfaat jika orang-orang lain memelihara integritas?
9 Karena menyadari kebutuhan kita, Yehuwa memerintahkan agar buku Ayub dicatat guna membantu kita memelihara integritas seperti Ayub. (Roma 15:4; Yakobus 5:10, 11) Allah tahu bahwa hamba-hambaNya yang setia saling membutuhkan satu sama lain seperti anggota-anggota tubuh yang bergantung satu sama lain. (1 Korintus 12:20, 26) Ingatlah Pesta ”Pemelihara-Pemelihara Integritas” baru-baru ini yang dihadiri oleh jutaan pembaca brosur ini. Mereka yang hadir akan ingat betapa senangnya bergaul dengan begitu banyak orang yang tujuan utama dalam kehidupan ini ialah memelihara integritas kepada Allah. Mereka yang hadir benar-benar dianjurkan untuk memelihara integritas karena mengetahui bahwa ribuan orang di sekeliling mereka—di tempat kerja atau di sekolah dalam lingkungan masyarakat mereka sendiri juga memelihara integritas jika mendapat ujian yang berat—1 Petrus 5:9.
10. (a) Bagaimana seseorang dapat gagal untuk memelihara pandangan yang benar? (b) Ayub mulai meragukan apa?
10 Namun kita mungkin tidak selalu memelihara pandangan yang benar, sama seperti Ayub juga gagal berbuat demikian. Seseorang yang sangat menderita, dan yang pikirannya sangat tertekan, mungkin mengatakan, ’O, mengapa Allah berbuat demikian terhadapku? Mengapa Ia mengijinkan hal ini terjadi?’ Orang itu mungkin bahkan akan bertanya, ’Apa gunanya melayani Allah?’ Ayub tidak mengetahui sumber penderitaannya dan meragukan manfaat menjadi orang benar, karena orang yang baik kelihatannya juga banyak menderita, atau lebih menderita dari pada orang yang jahat. (Ayub 9:22) Menurut Elihu, Ayub mengatakan, ”Apa untungnya bagi-ku? Apakah aku lebih beruntung dari pada jika aku berbuat dosa?” (Ayub 35:3, An American Translation) Namun kita tidak dapat membiarkan diri terlalu dikuasai oleh kesulitan kita sendiri sehingga kehilangan pandangan yang benar dan meragukan nilai dari melayani Allah.
11. Koreksi yang baik apa diberikan Elihu kepada Ayub?
11 Elihu memberikan koreksi yang perlu bagi Ayub, menaruh persoalannya di tempat yang benar dengan menyatakan bahwa Yehuwa ditinggikan jauh di atas Ayub. (Ayub 35:4, 5) Elihu menunjukkan bahwa, tidak soal apa yang terjadi, kita tidak boleh sekali-kali menyimpulkan bahwa Allah tidak peduli dan berpikir bahwa kita dapat mendengki kepadaNya karena kita anggap Ia berlaku tidak adil. ”Jikalau engkau berbuat dosa,” Elihu bertanya kepada Ayub, ”apa yang akan kaulakukan terhadap Dia? Kalau pelanggaranmu banyak, apa yang kau buat terhadap Dia?” (Ayub 35:6) Ya, jika saudara mencoba menyakiti Allah dengan meninggalkan jalan-jalanNya atau dinasNya, saudara justru merugikan diri sendiri, bukan Allah.
12. Dengan memelihara integritas, bagaimana pengaruhnya atas Allah?
12 Sebaliknya, Elihu menunjukkan bahwa Yehuwa tidak mendapat manfaat secara pribadi jika kita melakukan apa yang benar. Memang, Allah senang jika kita memelihara integritas, namun pada waktu yang sama, Ia sama sekali tidak bergantung pada ibadat kita, seperti dinyatakan oleh apa yang ditanyakan Elihu kepada Ayub, ”Jikalau engkau benar, apakah yang kauberikan kepada Dia? Atau apakah yang diterimaNya dari tanganmu?” (Ayub 35:7) Allah memberi kita kehidupan, dan karena Dialah kita bernafas dan bergerak dan ada. Segala sesuatu adalah milikNya! (Kisah 17:25; 1 Tawarikh 29:14) Jadi kejahatan atau kebenaran kita tidak berpengaruh sama sekali atas Allah secara pribadi.—Ayub 35:8.
Bila Dikoreksi
13. (a) Bagaimana reaksi Ayub terhadap koreksi yang diberikan? (b) Problem apa yang kita semua hadapi?
13 Bagaimana reaksi Ayub terhadap koreksi yang diberikan, mula-mula oleh Elihu dan kemudian oleh Yehuwa sendiri? Ia menerimanya, menyesal ”dalam debu dan abu.” (Ayub 42:6) Ya, Ayub merendahkan diri, mengakui kesalahannya. Dan tidakkah kita merasa kagum akan kerendahan hati sedemikian? Namun bagaimana dengan kita? Meskipun kita mungkin adalah pemelihara-pemelihara integritas yang teguh sama seperti Ayub, kita semua cenderung berbuat salah dan dalam suatu hal menjadi tidak seimbang. (Yakobus 3:2; Galatia 2:11-14) Apa yang akan kita lakukan bila kesalahan atau ketidaksempurnaan kita diungkapkan kepada kita, bahkan oleh seseorang yang lebih muda seperti Elihu?—Ayub 32:4.
14. (a) Pada umumnya apa kecenderungan seseorang jika dikoreksi? (b) Apa yang dapat menambah kesalahan atau penilaian yang tidak benar, dan teladan apa diberikan Ayub pada waktu ia dikoreksi?
14 Menerima koreksi tidak selalu mudah. (Ibrani 12:11; Amsal 3:11, 12) Kita cenderung untuk berusaha membenarkan diri. Seperti Ayub, kita mungkin tidak sengaja mengatakan atau melakukan sesuatu yang salah. Motif kita mungkin baik. Tetapi kita mungkin berbicara tanpa pengetahuan yang lengkap, kurang pengertian, atau kepekaan. Mungkin komentar kita mencerminkan perasaan lebih unggul secara ras atau bangsa, atau sikap kaku yang tidak didukung oleh Alkitab, terhadap suatu masalah. Mungkin hal itu diungkapkan kepada kita, bahwa apa yang telah kita katakan lebih mencerminkan pandangan pribadi dan bahwa hal itu telah menyakiti hati orang lain sehingga membahayakan kerohanian mereka. Bila dikoreksi, Apakah kita, seperti Ayub, mau mengakui bahwa kita ’berbicara tanpa pengertian’ dan ”mencabut perkataan” kita?—Ayub 42:3, 6.
Percaya kepada Allah, Bukan Kekayaan
15. Bagaimana kita tahu bahwa kepercayaan Ayub bukanlah pada kekayaannya?
15 Bildad meragukan alasan dari kepercayaan Ayub, menyinggung bahwa ia telah melupakan Allah dan bahwa keyakinannya telah ditaruh di tempat lain. (Ayub 8:13, 14) Namun meskipun Ayub telah diberkati dengan banyak harta benda, kepercayaannya tidak ditaruh dalam hal-hal ini. Integritasnya tidak goyah sedikit pun ketika ia kehilangan semua hartanya. (Ayub 1:21) Dalam pembelaannya yang terakhir, Ayub mengatakan, ”Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas, dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku; jikalau aku bersukacita, karena kekayaanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah . . . maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.”—Ayub 31:24-28.
16. (a) Pemeriksaan apa hendaknya kita buat atas diri kita sendiri? (b) Janji apa diberikan Allah kepada mereka yang percaya kepadaNya?
16 Bagaimana dengan kita? Di mana kita menaruh kepercayaan kita—kepada Yehuwa atau harta benda? Jika kita ditimbang di atas neraca yang teliti, seperti yang diinginkan Ayub, apakah Allah akan mengetahui integritas kita dalam soal ini? Apakah perhatian utama kita dalam kehidupan adalah benar-benar ingin menempuh haluan memelihara integritas sehingga memberi Yehuwa dasar untuk menjawab tantangan Setan? Atau apakah kita terutama memikirkan kepuasan dari keinginan kita akan kesenangan dan harta benda? Betapa bagusnya jika kita dapat berlaku seperti Ayub dan menyenangkan hati Yehuwa dengan percaya kepadaNya, dan tidak menganggap diri kita atau perkara-perkara materi yang ada terlalu penting! Jika kita percaya kepada Yehuwa, mendahulukan kepentinganNya, Ia berjanji tidak pernah akan meninggalkan kita.—Matius 6:31-33; Ibrani 13:5, 6.
Moralitas Seks
17. Tuduhan palsu apa dinyatakan oleh ’penghibur-penghibur’ Ayub, tetapi apa yang Ayub katakan mengenai tingkah laku moralnya?
17 Penghibur-penghibur palsu Ayub tidak secara langsung menuduh dia melakukan kesalahan dalam hal seks, tetapi berulang kali mereka menyatakan secara tidak langsung bahwa ia melakukan kesalahan yang tersembunyi sehingga Allah menghukumnya. Sebagai orang kaya, ya, ’orang besar di antara segala bani Masyrik,’ Ayub pasti mempunyai kesempatan untuk hubungan seks di luar perkawinan. (Ayub 1:3, Klinkert; 24:15) Hamba-hamba Allah yang lain, sebelum dan setelah jaman Ayub, jatuh ke dalam godaan seks. (Kejadian 38:15-23; 2 Samuel 11:1-5) Tetapi, Ayub membela diri terhadap tuduhan tak langsung akan perbuatan salah sedemikian, dengan menyatakan, ”Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara? Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku, . . . hal itu adalah perbuatan mesum, bahkan kejahatan, yang patut dihukum oleh hakim.”—Ayub 31:1, 9-11.
18. Mengapa moralitas seks begitu sulit untuk dipertahankan, namun mengapa kita akan berbahagia jika kita benar-benar mempertahankannya?
18 Mungkin cara Setan yang paling berhasil dalam merusak integritas hamba-hamba Allah ialah mendorong mereka untuk melakukan percabulan. (Bilangan 25) Dapatkah saudara meniru integritas Ayub dengan menolak semua godaan ke arah perbuatan seks yang tidak senonoh? Memang ini benar-benar suatu tantangan, apalagi dalam dunia yang gila seks ini di mana imoralitas begitu umum. Tetapi pikirkan betapa bagusnya, jika kita diminta pertanggungjawaban, untuk dapat mengatakan dengan yakin seperti Ayub, ”Allah akan mengetahui integritasku”!—Ayub 31:6, NW.
Apa yang Dapat Membantu Kita
19. Apa yang penting untuk membantu kita memelihara integritas?
19 Meniru integritas Ayub tidak mudah, karena Setan dewasa ini juga berusaha keras mematahkan integritas kita sama seperti usahanya terhadap Ayub. Maka, penting sekali agar kita mengenakan perlengkapan senjata Allah. (Efesus 6:10-18) Ini berarti kita harus selaras dengan Allah seperti Ayub, selalu waspada untuk menyenangkan Dia dalam apapun yang kita atau keluarga kita lakukan. (Ayub 1:5) Jadi, pelajaran Alkitab, pergaulan yang tetap tentu dengan saudara-saudara seiman dan menyatakan iman kita di hadapan umum, penting sekali.—2 Timotius 2:15; Ibrani 10:25; Roma 10:10.
20. (a) Harapan apa dapat menguatkan kita selama masa ujian? (b) Pahala apa karena telah memelihara integritas, menurut penulis mazmur, dapat kita nikmati?
20 Tetapi apa yang khususnya dapat menguatkan kita selama masa ujian ialah apa yang telah menguatkan Ayub—keyakinan bahwa kehidupan ini bukan begini saja. ”Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?” Ayub bertanya. Dan sebagai jawaban ia menjawab, ”Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut.” (Ayub 14:13-15) Dengan memiliki keyakinan mutlak yang sama bahwa Yehuwa akan membangkitkan hamba-hambaNya yang setia kita juga dapat dibantu untuk menghadapi ujian apapun yang mungkin dilancarkan Setan. (Ibrani 6:10) Lama berselang, penulis mazmur Alkitab menulis, ”Tetapi aku, Engkau menopang aku karena ketulusan [integritas, NW] ku, Engkau membuat aku tegak di hadapanMu untuk selama-lamanya.” (Mazmur 41:13) Semoga demikianlah masa depan yang bahagia yang akan kita masing-masing nikmati—yaitu Yehuwa mendukung dan memelihara kita untuk selama-lamanya karena kita adalah hamba-hambaNya yang memelihara integritas!
-