Nyatakanlah secara Tertulis!
”KONDISI rumah ini tidak terlalu baik,” kata Budi.a ”Tetapi, dengan memasang pemanas, tegel untuk kamar mandi dan mungkin sedikit dekorasi di sana-sini, rumah ini akan enak untuk ditempati.” Jadi ketika teman Budi, Slamet, berkata bahwa ia bersedia memperbaiki rumah tersebut, Budi merasa senang dan mengizinkan Slamet beserta keluarga tinggal di rumahnya. Budi merasa yakin Slamet setuju untuk membayar sedikit uang sewa.
Slamet, sebaliknya, tidak ingat adanya perjanjian sedemikian. Menurut pandangannya, rumah tersebut ”bobrok dan tidak enak untuk ditempati.” Setelah mengeluarkan ratusan ribu rupiah untuk memperbaikinya, Slamet merasa kesal karena Budi memaksanya untuk membayar uang sewa. ”Dalam hati saya merasa sama sekali tidak berhutang apapun pada Budi,” Slamet mengaku.
Ketamakan mungkin menjadi dasar dari banyak pertengkaran, namun dalam kasus ini tidaklah demikian. Tidak ada kontrak maupun perjanjian tertulis—tidak ada apa-apa kecuali ingatan dari dari dua orang yang tidak sama. Budi mengeluh, ”sesuatu yang tertulis mungkin dapat mencegah timbulnya seluruh persoalan ini.”
Mengingat banyaknya jumlah penuntutan perkara hukum, meskipun ada dokumen-dokumen tertulis, seseorang mungkin bertanya apakah ada gunanya untuk menandatangani perjanjian. Di Amerika Serikat, misalnya, penuntutan perkara hukum telah menjadi cara hidup sedemikian rupa sehingga The Wall Street Journal baru-baru ini menyebutkan tentang suatu ”ledakan proses pengadilan.” Jadi, semua ini akan merupakan alasan yang lebih kuat bagi anda untuk melindungi kepentingan anda dengan menyatakan perjanjian hukum secara tertulis. ’Namun, apakah benar-benar perlu jika berurusan dengan teman?’ mungkin anda bertanya.
Kadang-kadang, orang-orang yang biasanya berpikiran praktis (businesslike) mengambil risiko jika berurusan dengan teman-teman. ’Saya malu untuk meminta seorang teman menandatangani sebuah kontrak,’ kata beberapa orang. Namun, apakah bijaksana mempunyai perasaan demikian? Andai kata anda mengupah seorang tetangga untuk mencat jalan masuk rumah anda. Ada kemungkinan ia salah paham dengan bagian-bagian tertentu. ”Jalan masuk” menurut anda mencakup tangga, serambi dan pintu-pintu, sedangkan menurut dia, itu hanya berarti ”pintu masuk” saja. Dan bagaimana jika ia menggunakan warna cat yang salah? Tentu, lebih baik kita dengan ramah dan tegas memintanya untuk menyatakan perjanjian tersebut secara tertulis! Tidak ada maksud-maksud tidak percaya—hanya kemungkinan lupa.
”Yang Bertandatangan Di Bawah Ini Setuju . . . ”
Jika kita mengatakan ”kontrak” anda mungkin membayangkan halaman-halaman yang berisi istilah-istilah hukum. Namun, buku-buku mengenai hukum menunjukkan bahwa sebuah kontrak hanya ”sebuah kewajiban bersama antara dua orang dengan hak yang sama dan masing-masing dituntut untuk melaksanakannya.” Suatu janji belaka tidak selalu berarti kontrak, karena kontrak adalah persetujuan yang mempunyai kekuatan hukum.
Jadi, apa yang membuat suatu perjanjian ”mempunyai kekuatan hukum”? Meskipun hukum berbeda-beda menurut daerah, tiga unsur biasanya harus ada agar suatu kontrak sah: (1) Sebuah tawaran yang memenuhi syarat. (2) Persetujuan. (3) Pertimbangan bersama.b (Kedua belah pihak harus memberikan sesuatu, misalnya uang, atau janji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.)
Suatu kisah dalam Alkitab di Kejadian pasal 23 dengan jelas menuliskan prinsip-prinsip hukum ini. Dalam pasal ini kita membaca bagaimana Abraham membeli sebidang tanah kuburan untuk istrinya yang dikasihi, Sarah. Peristiwa tersebut berawal di pintu gerbang kota tempat transaksi dagang biasa diadakan. Mula-mula Abraham sujud dengan penuh hormat kepada putra-putra Het. Ia dengan terus terang meminta ”gua Makhpela” milik Efron dan menawarkan untuk membayar ”harga penuh.” Sebaliknya, Efron menawarkan untuk ’memberikan’ bukan hanya gua itu, tetapi juga ladang di sekitarnya. Namun Abraham bersikeras ingin membayar. Ada kemungkinan janji Efron untuk ’memberikan’ tanah itu diperdebatkan kelak di kemudian hari. Maka harga ”empat ratus syikal perak” disetujui dan dibayar.—Kejadian 23:1-20.
Dalam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi ini, kedua belah pihak patut dihargai. Penjualan tersebut diadakan di hadapan saksi-saksi dan menurut prosedur hukum yang berlaku. Dan walaupun tidak dinyatakan secara khusus bahwa suatu pernyataan tertulis ditandatangani, diperlihatkan bahwa batas-batas tanah yang dibeli ”diteguhkan” secara jelas.—Kejadian 23:17, NW.
Abraham mengetahui bahwa mengandalkan janji-janji yang samar-samar, bukan cara yang baik untuk mengadakan bisnis. Ikutilah teladannya. Misalnya, jika anda ingin tetangga dekat mencat jalan masuk rumah anda, usahakan agar dicapai kata sepakat serta susunlah rencana yang terperinci. Khususnya, apa saja yang tercakup dalam ”jalan masuk”? Apa warna catnya? Cat macam apa? Kapan pekerjaan tersebut harus selesai? Berapa ongkosnya?
Nyatakanlah Secara Tertulis
Sebuah kontrak tidak perlu ditulis dalam bahasa yang sukar supaya mengikat atau berlaku secara sah. Kata-kata yang jelas dan sederhana dapat digunakan. Sayangnya, kontrak sering kali ditulis sedemikian rupa sehingga hanya para ahli yang dapat menjelaskan. Ada seorang pemimpin perusahaan asuransi yang tidak dapat memahami beberapa bagian dari surat perjanjian hak milik rumahnya sendiri! Jadi kata-kata yang muluk dapat membingungkan.
Mungkin anda dapat menyusun kontrak anda yang sederhana dengan menulis pokok-pokok yang telah anda setujui, membubuhi tanggal pada dokumen serta menandatanganinya dalam rangkap dua. Namun, harus diingat, bahwa kontrak yang rumit. seperti penjualan tanah-tanah real-estate, sebaiknya diserahkan kepada orang yang ahli.
Sebelum Anda Membubuh Tanda Tangan
Anda mungkin dipojokkan pada suatu keadaan tertentu serta merasa dipaksa untuk menandatangani sesuatu. Rumah sakit, misalnya, sering meminta pasien-pasien menandatangani banyak formulir. Atau seorang agen asuransi yang bersifat mendesak, meminta anda menandatangani surat perjanjian yang panjang dan terperinci. Namun, penting bahwa anda mengerti apa yang anda tandatangani, sebab ketidaktahuan tidak akan membebaskan anda secara hukum.
Maka ajukan pertanyaan-pertanyaan. Apakah formulir ini memberikan rumah sakit tersebut izin untuk melakukan operasi yang tidak anda inginkan atau memberikan anda pengobatan dengan suatu cara lain yang mungkin tidak anda setujui? Apakah surat perjanjian asuransi benar-benar sesuai dengan kebutuhan anda? Berhati-hatilah dengan kata-kata seperti ”tidak bertanggung jawab.” Kemungkinan itulah maksudnya! Pastikan bahwa anda mengerti pokok-pokok penting dari dokumen yang anda tandatangani.
Misalnya, andai kata seorang majikan menawarkan untuk memberikan anda pendidikan tertentu. Karena pendidikan sedemikian dapat membuat anda calon saingan yang cukup kuat, ia mungkin meminta anda menandatangani sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa, jika berhenti bekerja, anda tidak akan melakukan pekerjaan tertentu di daerah yang ditetapkan untuk suatu jangka waktu tertentu. Apakah pengadilan menghargai hak majikan untuk menjaga kepentingan-kepentingan sendiri dengan cara demikian? Pengarang-pengarang buku Making the Law Work for You: A Guide for Small Businesses (Membuat Hukum Berlaku bagi Anda: Petunjuk bagi Usaha Dagang Kecil) mengatakan: ”Dalam hampir semua daerah hukum (Yuridiksi) di Amerika Serikat . . . perjanjian yang dibuat secara layak untuk meniadakan persaingan mempunyai kekuatan hukum.” Anda lebih baik berpikir masak-masak sebelum menandatangani perjanjian semacam itu.
”Berpegang pada Sumpah, Walaupun Rugi”
Kadang-kadang orang-orang yang paling bijaksana sekalipun, mendapati dirinya terikat pada suatu persetujuan yang tidak diinginkan. Ada yang tidak menepati janji mereka karena tidak ingin rugi. Namun, Alkitab memuji seorang yang telah ”berpegang pada sumpah, walaupun rugi.” (Mazmur 15:4) Ini berarti rela menerima akibat-akibat dari persetujuan yang tidak menguntungkan—menelannya sebagai suatu pengalaman.
Namun, ada beberapa jalan lain. Perhatikan prinsip yang terdapat dalam Amsal 6:1-3 menurut Alkitab Today’s English Version: ”Anakku, apakah engkau berjanji untuk menanggung hutang orang lain? Apakah engkau terjerat oleh janji-janjimu sendiri? Maka, anakku . . . beginilah caranya untuk melepaskan diri: segera pergilah kepadanya, dan mohonlah dia untuk membebaskan engkau. Usaha anda yang terus menerus akan menghasilkan anda dibebaskan dari persetujuan yang tidak bijaksana. Jika tidak, nasihat Yesus ”Ya, di atas yang ya,” mungkin akan membantu anda menerima akibat-akibatnya dengan tenang.—Matius 5:33-37, Bode.
Rencana yang Tersusun Baik . . .
Bahkan persetujuan yang paling cermat sekalipun, dapat menimbulkan persoalan-persoalan. ”Kejadian yang tak terduga” dapat membuyarkan perjanjian yang dibuat dengan maksud terbaik. (Pengkhotbah 9:11, NW) Kesalahpahaman dapat saja terjadi. Namun kasih Kristen, perasaan keadilan, kemurahan dan pengertian bersama dapat menahan api pertengkaran.—Filipi 2:3, 4.
Ada orang-orang Kristen pada abad pertama yang mengambil jalan proses pengadilan untuk menyelesaikan perselisihan mereka dengan saudara-saudara seiman. Namun Alkitab menentang tindakan tersebut dan bertanya: tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?” (1 Korintus 6:5) Kemungkinan besar anda mengenal seseorang yang berpengalaman dalam persoalan-persoalan sedemikian yang dapat membantu jika anda tidak dapat menyelesaikannya sendiri. Seorang yang netral, yang bersedia mempertimbangkan kedua belah pihak dengan tenang dan tidak berat sebelah, sering kali dapat memberikan pengertian yang baru. Mungkin jawaban dari persoalan tersebut terdapat dalam kontrak anda. Menarik untuk diketahui, pendekatan dasar ini, yang disebut perwasitan di dalam lingkungan hukum, telah menjadi populer, karena menghemat uang, waktu serta mencegah kegelisahan yang disebabkan kasus pengadilan yang berlarut-larut.
Kami harap keterangan ini akan membantu anda terhindar dari keterlibatan dalam perdebatan, kerugian materi atau kehilangan teman. Jangan terburu-buru supaya dapat menangani persoalan dengan baik—secara hukum. Bicarakanlah masalah tersebut masak-masak. Rencanakan segala sesuatu dengan hati-hati. Dan jangan lupa—NYATAKANLAH SECARA TERTULIS!
[Catatan kaki]
a Nama orang-orang dalam artikel ini sudah diubah.
b Sebuah buku mengenai hukum dagang menyatakan bahwa ”pertimbangan dalam arti kontrak yang lazim adalah suatu hal yang tidak umum bagi hukum Inggris-Amerika.” Di Amerika Serikat ada gejala bahwa pertimbangan makin kehilangan ”arti kepentingannya sebagai syarat dalam sebuah kontrak.”
[Gambar di halaman 24]
Jangan malu meminta seseorang untuk menandatangani sebuah kontrak