”Selidikilah Aku, Ya Allah”
”Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, . . . Tuntunlah aku di jalan yang kekal!”—MAZMUR 139:23, 24.
1. Bagaimana Yehuwa berurusan dengan hamba-hamba-Nya?
KITA semua senang berurusan dengan seseorang yang penuh pengertian, seseorang yang mempertimbangkan keadaan-keadaan kita, seseorang yang memberi bantuan sewaktu kita gagal, seseorang yang tidak menuntut dari kita hal-hal di luar kesanggupan kita. Allah Yehuwa berurusan dengan hamba-hamba-Nya dengan cara demikian. Mazmur 103:14 berkata, ”Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” Dan Yesus Kristus, yang dengan sempurna mencerminkan Bapanya, menyampaikan undangan yang hangat ini, ”Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang [atau, ”Datanglah ke bawah kukku bersama aku”, catatan kaki NW] dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.”—Matius 11:28-30.
2. Pertentangkanlah pandangan Yehuwa dengan pandangan manusia berkenaan (a) Yesus Kristus, dan (b) para pengikut Kristus.
2 Pandangan Yehuwa tentang hamba-hamba-Nya sering sangat berbeda dengan pandangan manusia. Ia melihat segala perkara dari sudut pandangan yang berbeda dan mempertimbangkan aspek-aspek yang sama sekali tidak diketahui orang-orang lain. Sewaktu Yesus Kristus berada di bumi, ia ”dihina dan dihindari orang”. Orang-orang yang tidak menaruh iman kepadanya sebagai sang Mesias menganggap ”dia tidak masuk hitungan”. (Yesaya 53:3; Lukas 23:18-21) Namun, di mata Allah, ia adalah ”Anak yang [Allah] kasihi”, yang kepadanya sang Bapa berkata, ”KepadaMulah Aku berkenan.” (Lukas 3:22; 1 Petrus 2:4) Di antara para pengikut Yesus Kristus terdapat orang-orang yang dipandang rendah karena mereka miskin secara materi dan menanggung banyak kesengsaraan. Namun, di mata Yehuwa dan Putra-Nya, orang-orang demikian kemungkinan kaya. (Roma 8:35-39; Wahyu 2:9) Mengapa ada perbedaan dalam sudut pandangan?
3. (a) Mengapa pandangan Yehuwa berkenaan orang-orang sering sangat berbeda dengan pandangan manusia? (b) Mengapa sangat penting bagi kita untuk menyelidiki orang macam apa kita dalam batin?
3 Yeremia 11:20 menjawab, ”[Yehuwa] . . . menguji batin [”buah pinggang”, NW] dan hati.” Ia melihat apa yang ada dalam batin kita, bahkan aspek-aspek kepribadian kita yang tersembunyi di mata orang-orang lain. Dalam penyelidikan-Nya, Ia terutama menekankan kepada sifat-sifat dan keadaan-keadaan yang penting bagi hubungan yang baik dengan-Nya, sifat-sifat yang paling memberi manfaat kekal bagi kita. Pengetahuan kita akan hal itu sangat menghibur; hal itu juga sangat serius. Karena Yehuwa memperhatikan apa yang ada dalam batin kita, penting bagi kita untuk memeriksa apa yang ada dalam batin kita jika kita ingin membuktikan diri sebagai orang-orang yang Ia inginkan dalam dunia baru-Nya. Firman-Nya membantu kita membuat pemeriksaan demikian.—Ibrani 4:12, 13.
Betapa Berharganya Pikiran Allah!
4. (a) Apa yang memotivasi pemazmur untuk menyatakan bahwa pikiran Allah berharga baginya? (b) Mengapa hendaknya pikiran tersebut berharga bagi kita?
4 Setelah merenungkan lebar dan dalamnya pengenalan Allah akan hamba-hamba-Nya, serta kesanggupan Allah yang tiada taranya untuk menyediakan bantuan apa pun yang mungkin mereka butuhkan, sang pemazmur Daud menulis, ”Dan bagiku, betapa sulitnya [”berharganya”, ”NW”] pikiranMu, ya Allah!” (Mazmur 139:17a) Pikiran tersebut, yang disingkapkan dalam Firman-Nya yang tertulis, jauh lebih tinggi daripada pikiran manusia mana pun, tidak soal betapa cerdas tampaknya gagasan mereka. (Yesaya 55:8, 9) Pikiran Allah membantu kita untuk tetap mengarahkan perhatian kepada perkara-perkara yang benar-benar penting dalam kehidupan dan untuk bergairah dalam dinas-Nya. (Filipi 1:9-11) Pikiran tersebut memperlihatkan kepada kita cara memandang perkara-perkara menurut cara Allah. Pikiran itu membantu kita tetap jujur terhadap diri kita sendiri, jujur mengakui kepada diri kita orang macam apa kita sebenarnya di dalam hati. Apakah saudara bersedia melakukan hal itu?
5. (a) Apa yang Firman Allah desak untuk kita pelihara ”terlebih daripada segala”? (b) Bagaimana catatan Alkitab berkenaan Kain dapat bermanfaat bagi kita? (c) Meskipun kita tidak berada di bawah Hukum Musa, bagaimana hal ini membantu kita untuk mengerti apa yang menyenangkan Yehuwa?
5 Manusia cenderung memberi terlalu banyak penekanan pada penampilan lahiriah, namun Firman Allah menasihati kita, ”Peliharakanlah hatimu terlebih daripada segala yang patut dipeliharakan.” (Amsal 4:23, Klinkert) Melalui berbagai petuah serta teladan, Alkitab membantu kita melakukan hal itu. Alkitab memberi tahu kita bahwa Kain kelihatannya membuat persembahan kepada Allah padahal di dalam hatinya ia meluap-luap dengan kekesalan, kemudian kebencian kepada saudaranya, Habel. Dan Alkitab mendesak kita untuk tidak menjadi seperti dia. (Kejadian 4:3-5; 1 Yohanes 3:11, 12) Alkitab mencatat tuntutan dalam Hukum Musa berkenaan ketaatan. Namun Alkitab juga menekankan bahwa tuntutan yang paling utama dari Hukum (Taurat) adalah bahwa orang-orang yang beribadat kepada Yehuwa harus mengasihi-Nya dengan sepenuh hati, pikiran, jiwa, dan kekuatan; dan dinyatakan bahwa hal penting berikutnya adalah perintah bahwa mereka mengasihi sesama mereka seperti diri mereka sendiri.—Ulangan 5:32, 33; Markus 12:28-31.
6. Dalam menerapkan Amsal 3:1, pertanyaan-pertanyaan apa hendaknya kita ajukan kepada diri sendiri?
6 Di Amsal 3:1, kita didesak untuk tidak sekadar memelihara perintah-perintah Allah, melainkan memastikan bahwa ketaatan merupakan pernyataan dari apa yang sesungguhnya ada dalam hati kita. Secara pribadi kita perlu menanyakan diri kita, ’Apakah demikian halnya dengan ketaatan saya kepada tuntutan-tuntutan Allah?’ Jika kita menyadari bahwa dalam beberapa hal motivasi atau cara berpikir kita kurang baik—dan tak seorang pun dari kita dapat mengatakan bahwa kita tidak bercela—maka kita perlu bertanya, ’Apa yang sedang saya lakukan untuk memperbaiki keadaan ini?’—Amsal 20:9; 1 Yohanes 1:8.
7. (a) Bagaimana celaan Yesus atas orang-orang Farisi di Matius 15:3-9 membantu kita dalam menjaga hati kita? (b) Keadaan-keadaan apa mungkin menuntut kita mengambil tindakan tegas untuk mendisiplin pikiran dan hati kita?
7 Sewaktu orang-orang Farisi Yahudi berpura-pura menghormati Allah sementara dengan licik memajukan praktek yang dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri, Yesus mengutuk mereka sebagai orang-orang munafik dan memperlihatkan bahwa ibadat mereka sia-sia. (Matius 15:3-9) Yesus juga memperingatkan bahwa untuk menyenangkan Allah, yang melihat hati, tidaklah cukup menempuh kehidupan moral yang tampak dari luar saja dan pada waktu yang sama, dengan tujuan memuaskan hawa nafsu, kita juga terus-menerus memuaskan diri dalam gagasan-gagasan yang amoral. Kita mungkin perlu mengambil tindakan yang drastis untuk mendisiplin pikiran dan hati kita. (Amsal 23:12; Matius 5:27-29) Disiplin semacam itu juga dibutuhkan jika sebagai hasil pekerjaan duniawi kita, tujuan kita dalam pendidikan, atau pilihan kita akan hiburan, kita menjadi peniru dunia ini, dengan membiarkan dunia ini membentuk kita sesuai standar-standarnya. Semoga kita tidak pernah lupa bahwa murid Yakobus menyebut orang-orang yang mengaku milik Allah namun yang ingin bersahabat dengan dunia ini sebagai ”orang-orang yang tidak setia”. Mengapa? Karena ”seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”.—Yakobus 4:4; 1 Yohanes 2:15-17; 5:19.
8. Untuk mendapatkan manfaat sepenuhnya dari pikiran Allah yang berharga, apa yang perlu kita lakukan?
8 Agar memperoleh manfaat sepenuhnya dari pikiran Allah berkenaan bidang ini dan bidang-bidang lainnya, kita perlu menyisihkan waktu untuk membacanya atau mendengarkannya. Lebih daripada itu, kita perlu mempelajarinya, berbicara tentangnya, dan merenungkannya. Banyak pembaca dari Menara Pengawal dengan tetap tentu menghadiri perhimpunan sidang Saksi-Saksi Yehuwa, tempat Alkitab dibahas. Mereka membeli waktu dari kesibukan-kesibukan lain agar dapat melakukan hal tersebut. (Efesus 5:15-17) Dan apa yang mereka terima sebagai imbalan bernilai jauh lebih tinggi daripada kekayaan materi. Bukankah demikian yang saudara rasakan?
9. Mengapa beberapa orang yang menghadiri perhimpunan Kristen maju lebih pesat daripada orang-orang lain?
9 Namun, beberapa orang yang menghadiri perhimpunan ini membuat kemajuan rohani yang lebih pesat daripada orang-orang lain. Mereka menerapkan kebenaran lebih sepenuhnya dalam kehidupan mereka. Apa yang menyebabkannya? Sering kali, faktor utamanya adalah kerajinan mereka dalam pelajaran pribadi. Mereka menghargai bahwa kita tidak hidup hanya dari roti saja; makanan rohani setiap hari juga sama pentingnya seperti menyantap makanan jasmani dengan tetap tentu. (Matius 4:4; Ibrani 5:14) Maka mereka berupaya keras menggunakan setidak-tidaknya beberapa waktu setiap hari untuk membaca Alkitab atau publikasi-publikasi yang menjelaskan Alkitab. Mereka mempersiapkan untuk perhimpunan sidang, mempelajari pelajaran-pelajaran sebelumnya dan memeriksa ayat-ayatnya. Mereka melakukan lebih daripada sekadar membaca bahan; mereka merenungkannya. Pola belajar mereka termasuk memikirkan dengan serius bagaimana bahan pelajaran tersebut seharusnya mempengaruhi kehidupan mereka sendiri. Seraya mereka bertumbuh secara rohani, mereka merasa seperti sang pemazmur yang menulis, ”Betapa kucintai TauratMu! . . . Peringatan-peringatanMu ajaib.”—Mazmur 1:1-3; 119:97, 129.
10. (a) Untuk berapa lamakah sebaiknya kita terus mempelajari Firman Allah? (b) Bagaimana Alkitab memperlihatkan hal ini?
10 Tidak soal apakah kita telah mempelajari Firman Allah selama setahun, 5 tahun, atau 50 tahun, hal itu tidak pernah menjadi sekadar pengulangan—tidak jika pikiran Allah sangat berharga bagi kita. Tidak soal seberapa banyak yang telah dipelajari oleh siapa pun tentang Firman Allah, ada lebih banyak yang tidak kita ketahui. ”Betapa besar jumlahnya!” kata Daud. ”Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir.” Adalah di luar kesanggupan kita untuk menghitung pikiran Allah. Jika kita ingin menghitung pikiran Allah sepanjang hari dan jatuh tertidur ketika melakukan hal itu, sewaktu kita bangun di pagi hari, masih ada banyak yang perlu dipikirkan. Dengan demikian, Daud menulis, ”Apabila aku berhenti [”bangun”, ”BIS”], masih saja aku bersama-sama Engkau.” (Mazmur 139:17, 18) Untuk selama-lamanya akan ada lebih banyak yang dapat kita pelajari tentang Yehuwa serta jalan-jalan-Nya. Kita tidak akan pernah sampai pada taraf telah mengetahui semuanya.—Roma 11:33.
Membenci Apa yang Yehuwa Benci
11. Mengapa penting bukan saja untuk mengetahui pikiran Allah tetapi untuk memiliki perasaan yang sama dengan-Nya?
11 Pelajaran kita akan Firman Allah bukan sekadar dengan tujuan mengisi kepala kita dengan fakta-fakta. Seraya kita membiarkan pikiran Allah menembus hati kita, kita juga mulai memiliki perasaan yang sama dengan perasaan Allah. Betapa pentingnya hal tersebut! Jika kita tidak memperkembangkan perasaan demikian, apa akibatnya? Meski kita mungkin dapat mengulangi kembali apa yang Alkitab katakan, namun, kita mungkin akan memandang apa yang dilarang sebagai hal yang menyenangkan, atau kita mungkin merasa bahwa apa yang dituntut merupakan beban. Halnya benar bahwa bahkan jika kita membenci apa yang salah, kita mungkin perlu berjuang karena ketidaksempurnaan manusia. (Roma 7:15) Namun jika kita tidak mengerahkan upaya yang sungguh-sungguh untuk menyelaraskan apa yang ada dalam batin kita dengan apa yang benar, dapatkah kita berharap untuk menyenangkan Yehuwa ”yang menguji hati”?—Amsal 17:3.
12. Seberapa pentingkah kasih ilahi dan kebencian ilahi?
12 Kebencian ilahi adalah perlindungan ampuh melawan perbuatan salah, sama seperti kasih ilahi membuat melakukan apa yang benar menjadi suatu kesenangan. (1 Yohanes 5:3) Berulang kali Alkitab mendesak kita untuk memupuk kasih maupun kebencian. ”Hai orang-orang yang mengasihi [Yehuwa], bencilah kejahatan!” (Mazmur 97:10) ”Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” (Roma 12:9) Apakah kita melakukan hal itu?
13. (a) Kita sepenuhnya setuju dengan doa Daud yang mana berkenaan pembinasaan orang-orang fasik? (b) Sebagaimana diperlihatkan dalam doa Daud, siapakah orang-orang fasik yang ia mohon agar dibinasakan oleh Allah?
13 Yehuwa dengan jelas telah menyatakan maksud-tujuan-Nya untuk membinasakan orang-orang jahat dari muka bumi dan mewujudkan bumi baru yang memiliki keadilbenaran. (Mazmur 37:10, 11; 2 Petrus 3:13) Para pecinta keadilbenaran mendambakan terwujudnya hal itu. Mereka sepenuhnya setuju dengan pemazmur Daud, yang berdoa, ”Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah, yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau [”membawa namamu”, ”NW”] dengan sia-sia.” (Mazmur 139:19, 20) Daud secara pribadi tidak ingin membinasakan orang-orang jahat demikian. Ia berdoa agar pembalasan datang dari tangan Yehuwa. (Ulangan 32:35; Ibrani 10:30) Mereka bukanlah orang-orang yang dengan cara-cara tertentu semata-mata telah menyinggung perasaan Daud secara pribadi. Mereka telah menyalahgambarkan Allah, membawa nama-Nya dengan sia-sia. (Keluaran 20:7) Dengan tidak jujur, mereka mengaku melayani Dia, padahal mereka menggunakan nama-Nya untuk mendukung rencana-rencana jahat mereka sendiri. Daud tidak memiliki kasih bagi orang-orang yang memilih menjadi musuh-musuh Allah.
14. Apakah ada orang-orang fasik yang dapat dibantu? Jika ada, bagaimana caranya?
14 Terdapat miliaran orang yang tidak mengenal Yehuwa. Banyak dari mereka tanpa sadar mempraktekkan perkara-perkara yang diperlihatkan Firman Allah sebagai kejahatan. Jika mereka terus berkeras dalam haluan ini, mereka akan berada di antara orang-orang yang binasa pada waktu sengsara besar. Namun, Yehuwa tidak senang dengan kematian orang-orang jahat, kita pun hendaknya demikian. (Yehezkiel 33:11) Selama waktu mengizinkan, kita berupaya keras membantu orang-orang demikian belajar dan menerapkan jalan-jalan Yehuwa. Namun bagaimana jika beberapa orang memperlihatkan kebencian yang sangat kepada Yehuwa?
15. (a) Siapakah orang-orang yang dipandang sang pemazmur sebagai ’musuh’? (b) Bagaimana kita dewasa ini dapat memperlihatkan bahwa kita ”membenci” orang-orang yang memberontak melawan Yehuwa?
15 Tentang mereka, sang pemazmur berkata, ”Masakan aku tidak membenci orang-orang yang [sangat, ”NW”] membenci Engkau, ya [Yehuwa], dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.” (Mazmur 139:21, 22) Karena mereka sangat membenci Yehuwa, maka Daud membenci mereka. Orang-orang murtad termasuk di antara orang-orang yang memperlihatkan kebencian mereka kepada Yehuwa dengan memberontak melawan Dia. Kemurtadan sebenarnya adalah suatu pemberontakan melawan Yehuwa. Beberapa orang murtad mengaku mengenal dan melayani Allah, namun mereka menolak ajaran-ajaran atau tuntutan-tuntutan yang dikemukakan dalam Firman-Nya. Orang-orang lain mengaku percaya Alkitab, namun mereka menolak organisasi Yehuwa dan dengan giat berupaya menghalangi pekerjaannya. Sewaktu mereka dengan sengaja memilih kejahatan demikian setelah mengenali apa yang benar, sewaktu hal yang jahat menjadi begitu berurat berakar sehingga ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari karakter mereka, maka seorang Kristen harus membenci (sesuai makna Alkitab untuk kata itu) orang-orang yang telah menjadikan diri mereka tidak terpisahkan dari kejahatan itu. Umat Kristen sejati memiliki perasaan yang sama dengan Yehuwa terhadap orang-orang murtad demikian; mereka tidak ingin mengetahui gagasan-gagasan yang murtad. Sebaliknya, mereka ”merasa jemu” terhadap orang-orang yang menjadikan diri mereka musuh-musuh Allah, namun mereka menyerahkannya kepada Yehuwa untuk melaksanakan pembalasan.—Ayub 13:16; Roma 12:19; 2 Yohanes 9, 10.
Sewaktu Allah Menyelidiki Kita
16. (a) Mengapa Daud ingin Yehuwa menyelidikinya? (b) Berkenaan hati kita sendiri apa yang hendaknya kita mohonkan kepada Allah agar membantu kita menyadarinya?
16 Daud tidak ingin menjadi seperti orang fasik dengan cara apa pun. Banyak orang berupaya menutupi apa yang ada dalam batin mereka, namun Daud dengan rendah hati berdoa, ”Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23, 24) Sewaktu mengacu kepada hatinya, Daud tidak memaksudkan organ tubuh. Selaras dengan makna kiasan dari pernyataan ini, ia menunjuk kepada apa yang ada dalam batinnya, manusia batiniah. Kita juga hendaknya ingin Allah menyelidiki hati kita dan melihat apakah kita memiliki keinginan, perasaan, emosi, tujuan, pikiran, atau motivasi yang tidak patut. (Mazmur 26:2) Yehuwa mengundang kita, ”Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku, biarlah matamu senang dengan jalan-jalanku.”—Amsal 23:26.
17. (a) Sebaliknya daripada menutupi pikiran yang mencemaskan, apa yang hendaknya kita lakukan? (b) Perlukah kita merasa terkejut mendapatkan kecenderungan buruk dalam hati kita, dan apa yang hendaknya kita lakukan berkenaan hal ini?
17 Jika dalam diri kita tersembunyi pikiran-pikiran yang mencemaskan dan menyakitkan karena keinginan-keinginan yang buruk atau motivasi-motivasi yang salah atau karena suatu perbuatan salah di pihak kita, maka pasti kita ingin Yehuwa membantu kita membereskan masalahnya. Sebaliknya daripada kata-kata ”jalanku serong”, terjemahan Moffatt menggunakan pernyataan ”haluan yang salah”; The New English Bible berkata, ”Haluan apa pun yang mendukakan-Mu [yaitu, Allah].” Kita sendiri mungkin tidak memahami dengan jelas pikiran kita yang mencemaskan sehingga tidak tahu bagaimana menyatakan masalah kita kepada Allah, namun Ia memahami keadaan kita. (Roma 8:26, 27) Hendaknya tidak mengejutkan kita jika terdapat kecenderungan buruk dalam hati kita; namun, kita jangan memaafkannya. (Kejadian 8:21) Kita hendaknya mencari bantuan Allah untuk melenyapkannya sampai tuntas. Jika kita benar-benar mengasihi Yehuwa dan jalan-jalan-Nya, kita dapat mendekati Dia untuk bantuan demikian dengan keyakinan bahwa ”Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu”.—1 Yohanes 3:19-21.
18. (a) Bagaimana Yehuwa menuntun kita di jalan yang kekal? (b) Jika kita terus mengikuti bimbingan Yehuwa, pujian hangat apa dapat kita harapkan?
18 Selaras dengan doa sang pemazmur agar Yehuwa menuntunnya di jalan yang kekal, ya, Yehuwa memang menuntun hamba-hamba-Nya yang rendah hati dan taat. Ia menuntun mereka bukan saja pada jalan yang dapat berarti umur panjang karena mereka tidak dibinasakan sebelum waktunya akibat perbuatan jahat, melainkan juga dalam haluan yang menuntun kepada kehidupan kekal. Ia menanamkan dalam diri kita kebutuhan akan nilai korban tebusan Yesus. Melalui Firman-Nya dan organisasi-Nya, Ia menyediakan instruksi penting bagi kita agar kita dapat melakukan kehendak-Nya. Ia menekankan kepada kita pentingnya menyambut bantuan-Nya agar kita dalam batin menjadi macam orang yang kita akui di luar. (Mazmur 86:11) Dan Ia menganjurkan kita dengan prospek kesehatan yang sempurna dalam dunia baru yang adil-benar beserta suatu kehidupan yang abadi untuk digunakan dalam melayani-Nya, satu-satunya Allah yang benar. Jika kita terus dengan loyal menanggapi bimbingan-Nya, Ia sesungguhnya akan mengatakan kepada kita, sebagaimana kepada Putra-Nya, ”KepadaMulah Aku berkenan.”—Lukas 3:22; Yohanes 6:27; Yakobus 1:12.
Apa Komentar Saudara?
◻ Mengapa pandangan Yehuwa berkenaan hamba-hamba-Nya sering berbeda dari pandangan manusia?
◻ Apa yang dapat membantu kita mengetahui apa yang Allah lihat sewaktu Ia menyelidiki hati kita?
◻ Pelajaran macam apa membantu kita mempelajari fakta-fakta dan menjaga hati kita?
◻ Mengapa penting bukan saja untuk mengetahui apa yang Allah katakan tetapi memiliki perasaan-perasaan yang sama dengan-Nya?
◻ Mengapa hendaknya kita secara pribadi berdoa, ”Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku”?
[Gambar di hlm. 16]
Sewaktu belajar, upayakan untuk membuat pikiran dan perasaan Allah menjadi milik saudara
[Gambar di hlm. 18]
Pikiran Yehuwa ”lebih banyak dari pada pasir”
[Keterangan]
Pictorial Archive (Near Eastern History) Est.