Loyalitas kepada ”Kerajaan Tuhan Kita dan KristusNya”
”Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN [Yehuwa], kekuatanku! Terhadap orang yang setia [loyal, NW] Engkau berlaku setia [loyal, NW].”—Mazmur 18:2, 26.
1. (a) Bagaimana sambutan Daud terhadap sifat loyal dari Yehuwa? (b) Pengakuan apa yang dibuat Daud, terus sampai ia berusia lanjut?
KARENA Yehuwa loyal, Ia telah menobatkan Daud sebagai raja atas seluruh Israel. Ini terjadi pada tahun 1070 S.M. Untuk menghargai kasih kemurahan ilahi ini, Daud yang ditakhtakan selalu mengakui Allah sebagai Rajanya, yaitu Raja Tertinggi atas Israel. Khususnya berkenaan Mesias, keturunan jauh dari Daud, Allah mengatakan, ”Akulah yang telah melantik rajaKu di Sion, gunungKu yang kudus!” (Mazmur 2:6) Ketika mengakui Penguasa surgawi yang sejati, Daud mengatakan, ”Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepadaMulah aku berdoa. TUHAN [Yehuwa], pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku.” (Mazmur 5:2-4) Pada waktu usia Daud sudah lanjut, ia menyerahkan takhta kepada putranya Salomo. Ia berdoa kepada Allah di hadapan segenap kumpulan bangsa Israel dan mengatakan, ”Ya TUHAN [Yehuwa], punyaMulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya.”—1 Tawarikh 29:11, 12.
2. (a) Sengketa selama berabad-abad apa hendaknya kita akui dewasa ini? (b) Pertanyaan penting apa harus kita jawab secara pribadi sekarang?
2 Fakta terpenting yang diakui Raja Daud di depan umum begitu lama berselang harus juga kita akui tanpa malu, sebagai makhluk manusia yang bukan raja. Penguasaan atau kedaulatan universal oleh Allah Yehuwa adalah persoalan (sengketa) selama berabad-abad menurut apa yang diajarkan Alkitab. Ini adalah kasus hukum ilahi yang kini dihadapkan kepada semua orang dan bangsa dan harus diputuskan secara total. Pada hari-hari terakhir inilah penyelesaian terakhir atas sengketa ini harus dibuat di hadapan seluruh surga dan bumi. Kemenangan dan pembenaran ada pada Yehuwa, yang tanpa ragu-ragu membuktikan kedaulatan universalNya, hakNya sebagai raja. Pertanyaan yang penting bagi kita semua ialah, Siapa yang sekarang akan tetap loyal terhadap kerajaan Yehuwa? Bagaimana sikap kita sekarang terhadap soal itu menentukan apakah kita akan memperoleh hidup kekal atau mengalami kebinasaan kekal!
3. Bencana apa terjadi pada tahun 607 S.M., tetapi mengapa hal ini tidak memperlihatkan ketidakloyalan di pihak Yehuwa?
3 Tetapi, apakah Allah Yehuwa turun takhta pada tahun 607 S.M.? Mengapa bertanya demikian? Karena pada tahun itu Ia membiarkan Imperium Babel di bawah Nebukhadnezar membinasakan Yerusalem dan baitnya serta menggulingkan kerajaan orang-orang Yahudi terus sampai sekarang. Benar, namun dengan cara itu Allah tidak turun takhta, atau melepaskan kekuasaanNya. Sebenarnya, Dialah yang memerintahkan kebinasaan atas kota kerajaan, Yerusalem. Namun, hal ini bukan tindakan ketidakloyalan terhadap kerajaan bayangan dan wakil kerajaanNya atas umatNya yang terpilih. Ia hanya bertindak selaras dengan syarat-syarat dari perjanjian yang Ia buat dengan Israel dan yang telah ditambahkan kepada perjanjian Abraham purba. Pada tahun yang menentukan, 607 S.M. itu, Yehuda dan sisa bangsa Israel lainnya menjadi pelanggar hukum secara menyolok. Jadi Allah bertindak terhadap mereka selaras dengan syarat-syarat dari perjanjian hukum TauratNya dengan Musa sebagai perantara di Gunung Sinai.
Raja dengan ’Hak yang Sah’
4. Bagaimana kata-kata terilham dari Yehezkiel 21:25-27 menyatakan keloyalan Yehuwa?
4 Berkenaan raja Yehuwa yang terakhir di Yerusalem, Allah mengilhami nabiNya Yehezkiel (yang telah diasingkan ke Babel) untuk mengatakan, ”Dan hai engkau, raja Israel, orang fasik yang durhaka, yang saatmu sudah tiba untuk penghakiman terakhir, beginilah firman Tuhan ALLAH [Yehuwa]: ’Jauhkanlah serbanmu dan buangkanlah mahkotamu! Tiada yang tetap seperti keadaannya sekarang. Yang rendah harus ditinggikan, yang tinggi harus direndahkan. Puing, puing, puing akan Kujadikan dia! Inipun tidak akan tetap. Sampai ia datang yang berhak atasnya, dan kepadanya akan Kuberikan itu.’”—Yehezkiel 21:25-27.
5. (a) Mengapa penghancuran kerajaan itu hanya sementara? (b) Bagaimana hal ini ditegaskan lebih dari 600 tahun kemudian?
5 Menurut kata-kata tersebut Tuhan Allah Yehuwa masih memegang kendali yang kuat atas hal ihwal Kerajaan itu. Penghancuran wakil kerajaanNya di bumi hanya sementara. Pada waktuNya yang tepat seseorang dengan hak yang sah atas kerajaan Mesianik akan datang. Kemudian Tuhan Allah Yehuwa akan memberikan kerajaan ini kepadanya. Sampai waktu itu ia harus menunggu dijalankannya hak yang sah atas kerajaan tersebut. Mengingat hak perjanjian tetap ada pada keluarga Raja Daud, pribadi yang akan datang dan yang diberi hak sebagai raja haruslah keturunan dari Raja Daud yang setia. Adalah loyalitas Daud kepada Hak Yehuwa sebagai Raja yang kekal maka perjanjian ini dibuat dengan dia untuk suatu kerajaan yang kekal dalam garis keturunannya. (2 Samuel 7:8-16) Lebih dari enam abad kemudian, atau pada tahun 2 S.M., malaikat Allah muncul kepada seorang wanita keturunan dari Raja Daud dan memberitahukan bahwa ia akan menjadi ibu dari ahli waris Daud yang dijanjikan. Malaikat itu mengatakan selanjutnya, ”Tuhan Allah [Yehuwa] akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.” Namanya akan disebut Yesus.—Lukas 1:32, 33; Matius 1:18-23.
6. (a) Bagaimana Yesus menjadi ahli waris yang sah dari kerajaan Daud? (b) Mengapa kerajaan ini menjadi lebih dari sekedar kerajaan di bumi?
6 Dengan lahir di kota kelahiran Daud, Betlehem, Yesus Putra Allah dari surga menjadi ahli waris jasmani dari janji yang Allah buat dengan nenek moyangnya Daud melalui perjanjian Kerajaan. Hak atas Kerajaan menjadi haknya secara hukum dan menurut keturunan. Tetapi ketika Yesus dibaptis dan diurapi dengan roh suci Allah, Bapa surgawinya, kerajaan itu menjadi lebih dari pada hanya suatu pemerintahan di bumi atas rumah Yakub, atau Israel. Pada waktu itu ia dilahirkan oleh roh Bapa surgawinya dan dengan demikian menjadi Putra rohani Allah dengan kehidupan surgawi yang tersedia baginya. Demikianlah ia diurapi dengan roh Allah dan menjadi Mesias, gelar yang berarti Yang Diurapi.—Kisah 4:27; 10:38; Yesaya 61:1-3.
7. (a) Mengapa Yesus tidak segera menerima kerajaan Mesianik? (b) Sementara itu, hak apa sebagai raja diakui para pengikutnya yang terurap?
7 Karena kerajaan tersebut bersifat surgawi, Allah tidak memberikannya kepada Yesus pada waktu ia berada di bumi, juga tidak langsung setelah ia kembali ke surga. Meskipun ia diakui sebagai Raja atas sidang rohaninya yang terdiri dari murid-muridnya yang terurap di bumi, penyerahan kerajaan Mesianik harus menunggu sampai akhir dari apa yang Yesus sendiri katakan sebagai ”zaman orang kafir”, atau ”genaplah zaman [waktu yang sudah ditentukan, BIS] bangsa-bangsa”.—Kolose 1:13; Lukas 21:24.
8. (a) Masa apa yang dicakup dalam ”masa yang ditentukan bagi bangsa-bangsa”, dan kejadian-kejadian penting apa menandai akhirnya? (b) Bagaimana ”tanda” itu menjadi berkesan, dan apa yang telah menjadi segi yang menyolok?
8 ”Waktu yang sudah ditentukan” itu telah mulai pada tahun 607 S.M. ketika Yerusalem pertama kali dibinasakan oleh orang-orang Babel, dan negeri Yehuda menjadi sunyi-senyap secara total. Menurut buku nubuat Daniel pasal 4, ada tujuh ”masa”, yang berarti seluruhnya 2.520 tahun. Jadi, karena masa itu mulai dengan kebinasaan Yerusalem serta negeri dari suku Yehuda dan Benyamin pada awal musim gugur tahun 607 S.M., masa itu akan berakhir pada musim gugur tahun 1914 M. Dengan penuh arti, Perang Dunia I pecah pada pertengahan bagian terakhir dari tahun 1914. Dengan demikian nubuat yang Yesus berikan tentang ”tanda” yang menandai ”penutup sistem ini” (NW) mulai digenapi. (Matius pasal 24, 25; Markus pasal 13; Lukas pasal 21) Sejak itu ”tanda” yang dinubuatkan semakin jelas dan lebih mengesankan. Ketika menyatakan segi apa yang akan menonjol dari ”tanda” itu, Yesus mengatakan, ”Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”—Matius 24:14.
9, 10. (a) Berkenaan sengketa keloyalan, masa apa kini telah tiba? (b) Bagaimana pribadi-pribadi surgawi yang tidak loyal disingkirkan pada waktu itu, dan dengan akibat apa atas bumi kita?
9 Ya, tibalah saat yang sudah lama dinantikan untuk memberikan kerajaan Daud kepada Putra Allah yang dimuliakan di surga, karena dialah satu-satunya yang ”berhak” atasnya selaras dengan hukum Allah yang tertinggi. Hal ini menimbulkan peperangan di surga. Mengapa demikian?
10 Ya, karena kerajaan Mesianik itu mulai memerintah, waktunya tiba bagi dia untuk mengusir dari surga semua penentang dari pemerintahan baru tersebut, yakni Setan si Iblis dan pasukan hantu-hantunya. Mereka dilemparkan ke bumi, di tempat mana susunan perkara yang dikendalikan oleh para hantu masih tetap ada. Pasukan malaikat-malaikat jahat demikian untuk selama-lamanya dilarang masuk ke alam surgawi Allah, tempat tinggal malaikat-malaikatNya yang loyal. Malaikat-malaikat pemberontak yang diusir itu terus ditahan di daerah sekitar bumi sampai mereka dibelenggu di suatu jurang, dikendalikan sepenuhnya selama seribu tahun. ”Peperangan surga” dan hasilnya dilukiskan secara nubuat dalam pasal 12 dari Wahyu. Setelah mereka diusir dari surga, nyanyian kemenangan dari para malaikat bergema, ”Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya [Mesias], karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.” (Wahyu 12:10) Apa artinya ini bagi penduduk di bola bumi? Kesukaran yang semakin hebat bagi segenap umat manusia di bumi!
Masa Penghakiman bagi Orang-Orang yang Loyal
11, 12. (a) Sekarang berlangsung ujian apa atas loyalitas? (b) Bagaimana pengabaran Kerajaan tersangkut? (c) Bagaimana hal ini sekarang disebut masa penuaian, dan mungkin bagaimana para malaikat digunakan?
11 Selama masa ’celaka bagi bumi dan laut, karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat’, merupakan masa ujian keloyalan—loyal kepada susunan perkara Iblis yang akan binasa atau loyal kepada kerajaan Allah yang sekarang telah berdiri di surga di tangan Yesus Kristus. (Wahyu 12:12) Inilah masa manakala semua orang yang mengaku murid Kristus harus diadili untuk menentukan seberapa besar loyalitas mereka kepada kerajaan yang didirikan itu. Apakah mereka akan menjadi pengabar-pengabar yang rajin dari kabar baik tentang kerajaan itu ”di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa”? Masa peralihan ini juga disamakan dengan suatu masa penuaian untuk memisahkan orang-orang Kristen sejati dari yang palsu. Sama seperti Yesus nubuatkan dalam perumpamaannya tentang gandum dan lalang, ”Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.” (Matius 13:39) Malaikat-malaikat tersebut mungkin adalah para malaikat yang digunakan oleh Yehuwa Tuhan Yang Berdaulat untuk melaksanakan perintahNya yang dinyatakan di Mazmur 50:5, ”Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi [loyal, NW], yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan [bahasa Ibrani: mereka yang memotong (melaksanakan) perjanjianKu.”
12 Kepada orang-orang yang mengaku Kristen tetapi gagal melampaui ujian keloyalan terhadap Kerajaan itu, Allah mengatakan, ”Apakah urusanmu menyelidiki [menyebutkan satu per satu, NW] ketetapanKu, dan menyebut-nyebut perjanjianKu dengan mulutmu”?—Mazmur 50:16.
13, 14. (a) Bagaimana saudara menjelaskan ”perjanjian” dalam Mazmur 50:5, 16? (b) Kepada dua perjanjian apa orang-orang Kristen yang terurap harus ”loyal”?
13 ”Perjanjian” yang disebut dalam ayat-ayat di atas (5, 16) bukan perjanjian pribadi yang dibuat oleh orang-orang yang loyal berdasarkan korban pribadi dari seseorang. Sebaliknya, ini adalah suatu perjanjian nasional. Perjanjian Taurat Musa yang dibuat dengan bangsa Israel di Gunung Sinai di negeri Arab, secara nubuat digunakan untuk melambangkan perjanjian baru yang dibuat dengan ”bangsa yang kudus” yakni Israel rohani melalui Musa yang Lebih Besar, Yesus Kristus, sebagai perantara. (Yeremia 31:31-34) Pada malam Paskah tahun 33 M. Yesus mengadakan Perjamuan Malam Tuhan, dan mengatakan, ”Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu.” (Lukas 22:20) Jadi perjanjian baru itu disahkan oleh darah korban yang dicurahkan pada waktu Yesus Kristus mati. ’Orang-orang loyal’ yang Yesus masukkan ke dalam perjanjian baru ia masukkan ke dalam ”perjanjian . . . untuk suatu kerajaan” (NW). (Lukas 22:28-30; Matius 26:29; Markus 14:25; Mazmur 116:15, NW) Kemudian, bagaimana?
14 Orang-orang Kristen yang dibawa ke dalam perjanjian baru, yaitu suatu ”perjanjian . . . berdasarkan korban”, bukan hanya harus loyal kepadanya tetapi juga harus loyal kepada ”perjanjian . . . untuk suatu kerajaan”. Mereka adalah Israel rohani, ”Israel milik Allah”.—Galatia 6:16.
15. Dengan cara-cara bagaimana orang-orang Israel rohani harus membuktikan diri ’orang-orang loyal’?
15 Pada ”kesudahan susunan perkara” ini suatu sisa dari Israel rohani tersebut masih ada di bumi. Mereka khususnya berkewajiban untuk bertindak selaras dengan nubuat Yesus, ”Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa.” (Matius 24:14) Mereka tidak dapat mengelakkan kewajiban ini, jika mereka ingin loyal kepada ”kerajaan Tuan kita [Yehuwa] dan Kristusnya”. (Wahyu 11:15, NW) Mereka tidak dapat menjadi bagian dari susunan perkara yang akan binasa ini beserta politiknya, sistem perdagangannya yang mementingkan diri dan agama palsunya. Orang-orang Kristen yang terurap dengan sungguh-sungguh mengucapkan doa yang diajarkan Majikan mereka, ”Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga.” (Matius 6:9, 10) Dari pada terlibat dalam politik susunan perkara yang terpecah-belah ini, mereka harus dengan tulus melakukan apa yang dikatakan Majikan mereka, ”Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan”, ”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Wahyu 19:16; Matius 6:33) Hanya dengan cara demikian mereka dapat membuktikan diri sebagai ’orang-orang loyal’ yang termasuk dalam Israel rohani yang telah ’membuat perjanjian dengan Allah Yehuwa berdasarkan korban’, korban dari Yesus, yang menjadi perantara perjanjian baru.
”Domba-Domba Lain” yang Loyal
16. Bagaimana ayat-ayat Alkitab yang dikutip di sini menunjuk kepada golongan lain yang loyal yang banyak jumlahnya?
16 Tidaklah berkurang tingkat keloyalan yang harus dibuktikan dewasa ini oleh orang-orang yang berbakti dan dibaptis yang digambarkan sebelumnya oleh ”banyak orang dari berbagai-bagai bangsa” yang meninggalkan Mesir bersama orang-orang Israel dan yang hadir ketika perjanjian Taurat dibuat di Gunung Sinai. (Keluaran 12:38; Bilangan 11:4) Hal ini sesuai dengan ”kumpulan besar” yang dilukiskan rasul Yohanes dalam Wahyu 7:9-17. Dalam perumpamaan Yesus tentang domba dan kambing mereka juga dilukiskan sebagai ”domba-domba” yang berbuat baik kepada saudara-saudara rohani dari Raja Yesus Kristus, sejak ia mulai memerintah pada tahun 1914.—Matius 24:3; 25:31-46.
17. (a) ”Kumpulan besar” ini bagian dari apa, dan dengan siapa mereka menjadi ”satu kawanan”? (b) Bagaimana mereka ”akan mendapat berkat”? (Kejadian 22:15-18)
17 Orang-orang loyal demikian termasuk ”domba-domba lain” yang dikatakan Yesus bukan dari ”kandang ini” tempat ”kawanan kecil” dari 144.000 orang. Namun, ”kumpulan besar” orang-orang yang loyal ini menjadi ”satu kawanan” dengan orang-orang dari ”kandang” itu karena dikumpulkan dengan para ahli waris kerajaan Bapa surgawi mereka. (Yohanes 10:16; Lukas 12:32) Untuk tetap bergabung dalam ”satu kawanan” bersama ’orang-orang loyal’ yang berada dalam perjanjian baru dengan Allah Yehuwa atas korban Kristus, mereka juga harus memperlihatkan loyalitas kepada kerajaan Tuhan kita Allah Yehuwa dan KristusNya.
18. (a) Apa imbalan sekarang bagi orang-orang yang terbukti loyal? (b) Bagaimana kita dapat memperlihatkan penghargaan atas keloyalan Yehuwa terhadap kita?
18 Besarlah imbalan yang tersedia sekarang bagi semua orang yang terbukti loyal. Sebagai penghargaan kepada Allah Yehuwa Raja surgawi itu, Raja Daud mengatakan kepadaNya, ”Terhadap orang yang setia [loyal, NW] Engkau berlaku setia [loyal, NW]”. (Mazmur 18:26; 2 Samuel 22:26) Sekali lagi Daud mengatakan, ”TUHAN [Yehuwa] mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihiNya [yang loyal, NW].” (Mazmur 37:28) Amsal 2:8 meyakinkan kita, ”[Ia] memelihara jalan orang-orangNya yang setia [loyal, NW].” Ya, Yehuwa adalah tingkat tertinggi dari loyalitas, dan KristusNya meniru Dia dengan sempurna dalam sifat ini. Semoga kita, pada hari penghakiman ini, sebagai penghargaan terhadap loyalitas Allah kepada kita melalui Kristus, membuktikan loyalitas kita yang tidak goyah kepada Yehuwa dan kerajaanNya yang telah didirikan di bawah Yesus Kristus, PutraNya yang loyal!
SECARA SINGKAT, BAGAIMANA LOYALITAS DIPERLIHATKAN DALAM—
□ Pengakuan Daud terhadap Yehuwa sebagai Raja?
□ Yehuwa melaksanakan penghukuman atas Yerusalem yang tidak setia?
□ Allah memberikan kerajaan Daud kepada PutraNya pada tahun 1914?
□ Raja Mesianik berperang di surga?
□ Kegiatan kaum sisa terurap dewasa ini?
□ Dukungan yang diberikan oleh ”kumpulan besar” kepada kaum sisa?