Pasal Dua Puluh Sembilan
Seorang Raja Diberkati karena Imannya
1, 2. Bagaimana Raja Hizkia terbukti lebih baik daripada Ahaz?
HIZKIA berusia 25 tahun ketika ia menjadi raja Yehuda. Ia akan menjadi penguasa seperti apa? Apakah ia akan mengikuti jejak ayahnya, Raja Ahaz, dan mempengaruhi rakyatnya untuk mengikuti allah-allah palsu? Atau, apakah ia akan memimpin rakyat dalam ibadat kepada Yehuwa, sebagaimana Raja Daud, bapak leluhurnya?—2 Raja 16:2.
2 Segera setelah Hizkia naik takhta, jelaslah bahwa ia berniat untuk ”melakukan apa yang benar di mata Yehuwa”. (2 Raja 18:2, 3) Pada tahun pertama pemerintahannya, ia menitahkan agar bait Yehuwa diperbaiki dan agar dinas di bait dimulai kembali. (2 Tawarikh 29:3, 7, 11) Kemudian ia menyelenggarakan perayaan Paskah akbar, dan seluruh bangsa diundang untuk menghadirinya—termasuk kesepuluh suku di Israel. Benar-benar pesta yang tak terlupakan! Belum pernah ada hal seperti itu sejak zaman Raja Salomo.—2 Tawarikh 30:1, 25, 26.
3. (a) Tindakan apa yang dilakukan oleh penduduk Israel dan Yehuda yang menghadiri Paskah yang diselenggarakan oleh Hizkia? (b) Orang Kristen dewasa ini dapat menarik pelajaran apa dari tindakan tegas yang dilakukan orang-orang yang menghadiri Paskah itu?
3 Pada akhir perayaan Paskah itu, orang-orang yang hadir tergerak untuk menebang tonggak-tonggak suci, menghancurkan pilar-pilar suci, merobohkan tempat-tempat tinggi serta mezbah-mezbah allah-allah palsu mereka, dan setelah itu mereka pulang ke kota masing-masing, dengan tekad untuk melayani Allah yang benar. (2 Tawarikh 31:1) Ini sungguh berbeda dengan sikap keagamaan mereka sebelumnya! Hal itu mengajarkan kepada orang Kristen sejati dewasa ini pentingnya untuk ’tidak mengabaikan pertemuan mereka’. Pertemuan demikian, baik di sidang-sidang setempat ataupun dalam kebaktian-kebaktian yang lebih besar, sangat penting peranannya dalam membantu mereka menerima anjuran; mereka dapat digugah oleh persaudaraan dan juga oleh roh Allah untuk ”menggerakkan kepada kasih dan perbuatan yang baik”.—Ibrani 10:23-25.
Iman Diuji
4, 5. (a) Bagaimana Hizkia memperlihatkan bahwa ia tidak bergantung pada Asiria? (b) Sanherib mengambil tindakan militer apa terhadap Yehuda, dan langkah-langkah apa yang Hizkia ambil agar Yerusalem tidak langsung diserang? (c) Bagaimana Hizkia bersiap-siap untuk mempertahankan Yerusalem dari orang Asiria?
4 Cobaan-cobaan serius tengah menanti Yerusalem. Hizkia telah memutuskan aliansi yang dibentuk oleh ayahnya yang tidak beriman, Ahaz, dengan orang Asiria. Ia bahkan menaklukkan orang Filistin, yang merupakan sekutu Asiria. (2 Raja 18:7, 8) Hal itu membuat raja Asiria marah. Oleh karena itu, kita membaca, ”Pada tahun keempat belas pemerintahan Raja Hizkia, majulah Sanherib, raja Asiria, melawan semua kota berbenteng di Yehuda dan merebutnya.” (Yesaya 36:1) Mungkin agar Yerusalem tidak langsung diserang oleh bala tentara Asiria yang tidak kenal ampun, Hizkia setuju untuk membayar upeti yang sangat besar kepada Sanherib, yaitu 300 talenta perak dan 30 talenta emas.a—2 Raja 18:14.
5 Karena tidak ada cukup emas dan perak dalam perbendaharaan kerajaan untuk membayar upeti itu, Hizkia mengambil logam berharga apa pun yang dapat ia peroleh dari bait. Ia juga mengerat lapisan emas dari pintu-pintu bait, dan mengirimkannya kepada Sanherib. Pemberian itu memuaskan orang Asiria, tetapi hanya untuk sementara. (2 Raja 18:15, 16) Hizkia tentu menyadari bahwa Asiria tidak akan berlama-lama membiarkan Yerusalem. Oleh karena itu, orang-orang harus bersiap-siap. Mereka menutup sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh para penyerbu dari Asiria. Hizkia juga memperkuat pertahanan di Yerusalem dan membuat banyak senjata, termasuk ”senjata lempar dan perisai”.—2 Tawarikh 32:4, 5.
6. Kepada siapa Hizkia menaruh kepercayaannya?
6 Akan tetapi, Hizkia menaruh kepercayaannya, bukan pada strategi perang yang brilian atau pada kubu-kubu pertahanan, melainkan pada Yehuwa yang berbala tentara. Ia mengingatkan para panglima militernya, ”Kamu harus berani dan kuat. Jangan takut ataupun gentar karena raja Asiria dan karena segenap kumpulan orang yang menyertai dia; sebab yang menyertai kita lebih banyak daripada yang menyertai dia. Yang menyertai dia adalah lengan daging, tetapi yang menyertai kita adalah Yehuwa, Allah kita, yang membantu dan bertempur dalam peperangan kita.” Sebagai tanggapannya, rakyat pun ”bersandar pada perkataan Hizkia, raja Yehuda”. (2 Tawarikh 32:7, 8) Bayangkan kejadian-kejadian mendebarkan yang terjadi kemudian seraya kita meninjau pasal 36 sampai 39 dari nubuat Yesaya.
Rabsyake Mengemukakan Argumennya
7. Siapakah Rabsyake, dan untuk apa ia diutus ke Yerusalem?
7 Sanherib mengutus Rabsyake (suatu gelar militer, bukan nama diri) bersama dua petinggi lainnya ke Yerusalem untuk mendesak agar kota itu menyerah. (2 Raja 18:17) Mereka ditemui di luar tembok kota oleh tiga orang wakil Hizkia: Eliakim, sang pengawas rumah tangga Hizkia, Syebna, sang sekretaris, dan Yoah putra Asaf, sang panitera.—Yesaya 36:2, 3.
8. Bagaimana Rabsyake mencoba mematahkan perlawanan Yerusalem?
8 Tujuan Rabsyake sederhana saja—meyakinkan Yerusalem untuk menyerah tanpa bertempur. Dengan bahasa Ibrani, pertama-tama ia berseru, ”Keyakinan apa yang kaupegang ini? . . . Kepada siapa engkau menaruh kepercayaanmu, sehingga engkau memberontak terhadap aku?” (Yesaya 36:4, 5) Lalu Rabsyake mencela orang-orang Yehuda yang ketakutan itu, mengingatkan mereka bahwa mereka sama sekali terisolasi. Kepada siapa mereka dapat berpaling untuk meminta bantuan? Kepada Mesir, ”buluh yang remuk” itu? (Yesaya 36:6) Pada waktu itu, Mesir memang sudah menyerupai buluh yang remuk; bahkan, bekas kuasa dunia tersebut untuk sementara telah ditaklukkan Etiopia, dan Firaun yang saat itu memerintah Mesir, Raja Tirhaka, adalah orang Etiopia, bukan orang Mesir. Dan, raja itu akan segera dikalahkan oleh Asiria. (2 Raja 19:8, 9) Karena Mesir tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, ia tidak akan dapat menolong Yehuda.
9. Apa yang membuat Rabsyake berkesimpulan bahwa Yehuwa akan meninggalkan umat-Nya, tetapi bagaimana kenyataannya?
9 Rabsyake sekarang berargumentasi bahwa Yehuwa tidak akan bertempur demi umat-Nya karena Ia tidak senang dengan mereka. Rabsyake berkata, ”Apabila kamu mengatakan kepadaku, ’Kami menaruh kepercayaan kepada Yehuwa, Allah kami,’ bukankah dia itu yang tempat-tempat tingginya dan yang mezbah-mezbahnya telah disingkirkan oleh Hizkia?” (Yesaya 36:7) Tentu saja orang Yehuda tidak menolak Yehuwa; dengan meruntuhkan tempat-tempat tinggi dan mezbah-mezbah di negeri itu, mereka sebenarnya kembali kepada Yehuwa.
10. Mengapa tidak menjadi soal apakah pembela Yehuda banyak atau sedikit?
10 Selanjutnya, Rabsyake mengingatkan orang Yehuda bahwa secara militer, mereka sama sekali bukan tandingan Asiria. Ia mengajukan tantangannya yang arogan, ”Aku akan memberikan dua ribu ekor kuda kepadamu untuk melihat apakah engkau, engkau dapat menyediakan penunggang-penunggangnya.” (Yesaya 36:8) Namun, apakah banyak atau sedikitnya pasukan kavaleri yang terlatih di Yehuda sesungguhnya menjadi soal? Tidak, karena keselamatan Yehuda tidak bergantung pada keunggulan kekuatan militer. Amsal 21:31 menjelaskan perkaranya demikian, ”Kuda dipersiapkan untuk hari pertempuran, tetapi keselamatan berasal dari Yehuwa.” Lalu, Rabsyake menyatakan bahwa Yehuwa memberkati orang Asiria, bukan orang Yehuda. Sebab katanya, tidak mungkin Asiria dapat menembus wilayah Yehuda sebegitu jauh jika Yehuwa tidak memberkatinya.—Yesaya 36:9, 10.
11, 12. (a) Mengapa Rabsyake berkeras untuk berbicara dalam ”bahasa Yahudi”, dan bagaimana ia mencoba membujuk orang-orang Yehuda yang sedang mendengarkan? (b) Kemungkinan, bagaimana pengaruh kata-kata Rabsyake terhadap orang-orang Yehuda?
11 Para wakil Hizkia khawatir akan dampak argumen-argumen Rabsyake terhadap orang-orang yang dapat mendengar suaranya dari atas tembok kota. Maka, para pejabat Yehuda itu memohon, ”Berbicaralah kiranya kepada hamba-hambamu dalam bahasa Siria, karena kami mengerti; dan jangan berbicara kepada kami dalam bahasa Yahudi sehingga terdengar di telinga orang-orang yang ada di atas tembok.” (Yesaya 36:11) Tetapi, Rabsyake sama sekali tidak berniat untuk berbicara dalam bahasa Siria. Ia ingin menaburkan benih-benih keraguan dan ketakutan dalam diri orang-orang Yehuda sehingga mereka akan menyerah dan Yerusalem dapat ditaklukkan tanpa pertempuran! (Yesaya 36:12) Maka, orang Asiria itu berbicara lagi dalam ”bahasa Yahudi”. Ia memperingatkan penduduk Yerusalem, ”Jangan biarkan Hizkia menipu kamu sekalian, sebab ia tidak sanggup melepaskan kamu.” Setelah itu, ia mencoba membujuk para pendengarnya dengan menggambarkan kehidupan yang dapat dimiliki orang Yehuda apabila mereka diperintah oleh Asiria, ”Menyerahlah kepadaku dan keluarlah kepadaku dan masing-masing makanlah dari tanaman anggurnya sendiri dan dari pohon aranya sendiri serta masing-masing minumlah air dari periginya sendiri, sampai aku datang dan membawa kamu ke suatu negeri yang seperti negerimu sendiri, suatu negeri dengan biji-bijian dan anggur baru, suatu negeri dengan roti dan kebun anggur.”—Yesaya 36:13-17.
12 Tidak akan ada panen bagi orang Yehuda pada tahun tersebut—serbuan orang Asiria telah membuat mereka tidak dapat menanami ladang mereka. Prospek untuk makan buah anggur yang ranum dan minum air yang sejuk pastilah sangat menarik bagi orang-orang yang mendengarkan di atas tembok. Tetapi, Rabsyake belum selesai dalam upayanya melemahkan semangat orang Yehuda.
13, 14. Tidak soal isi argumen Rabsyake, mengapa yang terjadi atas Samaria tidak relevan dengan keadaan Yehuda?
13 Dari gudang argumennya, Rabsyake mengambil sebuah senjata lisan lainnya. Ia memperingatkan orang Yehuda agar tidak mempercayai Hizkia jika dia mengatakan, ”Yehuwa akan melepaskan kita.” Rabsyake mengingatkan orang Yehuda bahwa allah-allah Samaria tidak sanggup mencegah orang Asiria menaklukkan kesepuluh suku itu. Dan, bagaimana dengan allah-allah bangsa-bangsa lain yang telah ditaklukkan Asiria? ”Di manakah allah-allah Hamat dan Arpad?” tanyanya. ”Di manakah allah-allah Sefarwaim? Apakah mereka telah melepaskan Samaria dari tanganku?”—Yesaya 36:18-20.
14 Rabsyake, yang adalah penyembah allah-allah palsu, tentu saja tidak memahami adanya perbedaan besar antara Samaria yang murtad dan Yerusalem di bawah pemerintahan Hizkia. Allah-allah palsu Samaria tidak berdaya untuk menyelamatkan kerajaan sepuluh suku itu. (2 Raja 17:7, 17, 18) Sebaliknya, Yerusalem di bawah pemerintahan Hizkia telah menolak allah-allah palsu dan telah kembali melayani Yehuwa. Akan tetapi, ketiga wakil Yehuda itu tidak mencoba menjelaskan hal tersebut kepada Rabsyake. ”Mereka tetap diam dan tidak menjawab dia dengan sepatah kata pun, sebab beginilah perintah raja, ’Jangan jawab dia.’” (Yesaya 36:21) Eliakim, Syebna, dan Yoah kembali kepada Hizkia dan menyampaikan laporan resmi tentang kata-kata Rabsyake.—Yesaya 36:22.
Hizkia Mengambil Keputusan
15. (a) Keputusan apa yang sekarang harus diambil Hizkia? (b) Bagaimana Yehuwa meyakinkan umat-Nya?
15 Sekarang, Raja Hizkia harus mengambil keputusan. Apakah Yerusalem akan menyerah kepada orang Asiria? menggabungkan kekuatan dengan Mesir? atau bertahan dan bertempur? Hizkia benar-benar tertekan. Ia pergi ke bait Yehuwa; sementara itu, ia mengutus Eliakim dan Syebna, beserta para tua-tua dari kalangan imam, untuk meminta petunjuk Yehuwa melalui nabi Yesaya. (Yesaya 37:1, 2) Dengan mengenakan kain goni, para utusan raja itu menghampiri Yesaya dan berkata, ”Hari ini adalah hari kesesakan dan hardikan dan penghinaan yang nista . . . Mungkin Yehuwa, Allahmu, mau mendengar perkataan Rabsyake, yang diutus oleh raja Asiria, tuannya, untuk mencela Allah yang hidup, dan ia akan meminta pertanggungjawaban darinya atas perkataan yang telah didengar oleh Yehuwa, Allahmu.” (Yesaya 37:3-5) Ya, orang Asiria menantang Allah yang hidup! Apakah Yehuwa akan memperhatikan celaan-celaan mereka? Melalui Yesaya, Yehuwa meyakinkan orang Yehuda, ”Jangan takut karena perkataan yang telah engkau dengar, yang diucapkan para pelayan raja Asiria untuk mencaci aku. Lihat, aku menaruh suatu roh dalam dirinya, dan ia akan mendengar suatu laporan dan pulang ke negerinya; dan aku pasti akan membuatnya tewas oleh pedang di negerinya sendiri.”—Yesaya 37:6, 7.
16. Surat-surat apa dikirimkan oleh Sanherib?
16 Sementara itu, Rabsyake dipanggil untuk mendampingi Raja Sanherib yang sedang berperang di Libna. Sanherib akan berurusan dengan Yerusalem nanti. (Yesaya 37:8) Namun, kepergian Rabsyake tidak membuat Hizkia bebas dari tekanan. Sanherib mengirimkan surat-surat ancaman yang menggambarkan apa yang dapat diantisipasi penduduk Yerusalem jika mereka tidak mau menyerah, ”Engkau telah mendengar apa yang dilakukan raja-raja Asiria terhadap semua negeri, bahwa ia telah membinasakan semuanya, maka apakah engkau akan dilepaskan? Apakah allah-allah berbagai bangsa yang telah dibinasakan oleh bapak-bapak leluhurku melepaskan mereka? . . . Di manakah raja Hamat, raja Arpad, dan raja kota Sefarwaim—dari Hena dan dari Iwa?” (Yesaya 37:9-13) Pada dasarnya, orang Asiria itu ingin mengatakan bahwa percuma saja mereka melawan—perlawanan hanya akan mendatangkan lebih banyak kesusahan!
17, 18. (a) Apa motif Hizkia ketika meminta perlindungan Yehuwa? (b) Bagaimana Yehuwa, melalui Yesaya, menjawab orang Asiria itu?
17 Karena sangat khawatir akan konsekuensi dari keputusan yang harus diambilnya, Hizkia membentangkan surat-surat Sanherib itu di hadapan Yehuwa di bait. (Yesaya 37:14) Dengan doa yang sepenuh hati, ia memohon agar Yehuwa memberi telinga kepada ancaman-ancaman Asiria, dan ia menutup doanya dengan kata-kata, ”Maka sekarang, oh, Yehuwa, Allah kami, selamatkanlah kami dari tangannya, agar semua kerajaan di bumi mengetahui bahwa engkau, oh, Yehuwa, adalah satu-satunya Allah.” (Yesaya 37:15-20) Dari doanya ini, jelaslah bahwa yang terutama dikhawatirkan Hizkia bukanlah keselamatan dirinya, melainkan celaan yang akan ditimpakan ke atas nama Yehuwa jika Asiria mengalahkan Yerusalem.
18 Yehuwa menjawab doa Hizkia melalui Yesaya. Yerusalem tidak boleh menyerah kepada Asiria tetapi harus bertahan. Seolah-olah sedang berbicara kepada Sanherib, Yesaya dengan berani menyatakan berita Yehuwa bagi orang Asiria, ”Anak dara Zion memandang rendah engkau, ia mengejek engkau. Di belakangmu putri Yerusalem menggeleng-gelengkan kepalanya [tanda mencemooh].” (Yesaya 37:21, 22) Yehuwa kemudian memberikan tambahan, yang intinya berbunyi, ’Siapakah engkau sehingga berani mencela Pribadi Kudus Israel? Aku tahu perbuatan-perbuatanmu. Engkau mempunyai ambisi besar; engkau membualkan hal-hal besar. Engkau mengandalkan kekuatan militermu dan telah menaklukkan banyak negeri. Tetapi, engkau bukannya tak terkalahkan. Aku akan menggagalkan rencana-rencanamu. Aku akan menaklukkan engkau. Kemudian aku akan memperlakukan engkau sebagaimana engkau telah memperlakukan yang lain-lain. Aku akan memasang kait pada hidungmu dan menggiringmu kembali ke Asiria!’—Yesaya 37:23-29.
”Inilah yang Akan Menjadi Tanda Bagimu”
19. Tanda apa yang Yehuwa berikan kepada Hizkia, dan apa artinya?
19 Jaminan apa yang Hizkia miliki bahwa nubuat Yesaya akan digenapi? Yehuwa menjawab, ”Inilah yang akan menjadi tanda bagimu: Pada tahun ini, orang akan makan apa yang tumbuh dari biji-biji yang terjatuh, dan pada tahun kedua, biji-bijian yang tumbuh sendiri; tetapi pada tahun ketiga taburlah benih, hai, kamu sekalian, tuailah, dan buatlah kebun anggur dan makanlah buahnya.” (Yesaya 37:30) Yehuwa akan menyediakan makanan bagi orang Yehuda yang terkepung itu. Walaupun tidak dapat menanam benih karena pendudukan orang Asiria, mereka dapat memakan apa yang tumbuh dari sisa panen tahun sebelumnya. Pada tahun berikutnya, tahun sabat, mereka tidak boleh menggarap ladang-ladang mereka, kendati keadaan mereka sulit. (Keluaran 23:11) Yehuwa berjanji bahwa jika rakyat menaati perkataan-Nya, akan ada cukup biji-bijian yang tumbuh di ladang untuk mereka. Selanjutnya, pada tahun berikutnya, orang-orang boleh menabur benih seperti biasa dan menikmati hasil kerja keras mereka.
20. Bagaimana orang-orang yang terluput dari serangan Asiria akan ”berakar ke bawah dan menghasilkan buah ke atas”?
20 Sekarang Yehuwa mengumpamakan umat-Nya dengan tanaman yang tidak mudah dicabut, ”Orang-orang keturunan Yehuda yang terluput . . . pasti akan berakar ke bawah dan menghasilkan buah ke atas.” (Yesaya 37:31, 32) Ya, orang-orang yang percaya kepada Yehuwa tidak perlu takut. Mereka dan keturunan mereka akan tetap berdiri teguh di negeri itu.
21, 22. (a) Apa yang dinubuatkan tentang Sanherib? (b) Bagaimana dan kapan firman Yehuwa tentang Sanherib digenapi?
21 Bagaimana dengan ancaman Asiria terhadap Yerusalem? Yehuwa menjawab, ”Ia tidak akan masuk ke dalam kota ini, ataupun melepaskan anak panah ke sana, ataupun menghadapinya dengan perisai, ataupun mendirikan kubu untuk mengepungnya. Melalui jalan yang ia tempuh pada waktu datang, ia akan kembali, dan ke dalam kota ini ia tidak akan masuk.” (Yesaya 37:33, 34) Ya, sama sekali tidak akan ada pertempuran antara Asiria dan Yerusalem. Secara tidak terduga, orang Asiria-lah yang akan dikalahkan tanpa pertempuran, bukan orang Yehuda.
22 Sesuai dengan firman-Nya, Yehuwa mengutus seorang malaikat untuk membunuh prajurit-prajurit terbaik Sanherib—185.000 orang. Hal ini tampaknya terjadi di Libna; pada waktu terbangun, Sanherib mendapati bahwa para pemimpin, panglima, dan prajurit-prajurit perkasa dalam bala tentaranya, mati. Dengan malu, ia pulang ke Niniwe, tetapi meskipun sudah kalah telak, ia masih saja berbakti kepada Nisrokh, allah palsunya. Beberapa tahun kemudian, ketika sedang beribadat di kuil Nisrokh, Sanherib dibunuh oleh dua orang putranya. Sekali lagi, Nisrokh, benda mati itu, tidak berdaya memberikan keselamatan.—Yesaya 37:35-38.
Iman Hizkia Semakin Dikuatkan
23. Apa krisis yang dihadapi Hizkia sewaktu Sanherib pertama kali datang menyerang Yehuda, dan apa saja yang tersangkut dalam krisis ini?
23 Kira-kira pada waktu Sanherib pertama kali datang menyerang Yehuda, Hizkia sakit parah. Yesaya memberi tahu dia bahwa dia akan mati. (Yesaya 38:1) Hancurlah hati raja yang berusia 39 tahun itu. Yang ia risaukan bukan saja kesehatannya sendiri, melainkan juga masa depan rakyat. Yerusalem dan Yehuda berada dalam bahaya diserbu oleh Asiria. Jika Hizkia mati, siapa yang akan memimpin pertempuran? Pada saat itu, Hizkia belum mempunyai anak laki-laki yang dapat mengambil alih pemerintahan. Dalam doa yang khusyuk, Hizkia memohon kepada Yehuwa untuk memperlihatkan belas kasihan kepadanya.—Yesaya 38:2, 3.
24, 25. (a) Bagaimana Yehuwa dengan murah hati menjawab doa Hizkia? (b) Mukjizat apa yang Yehuwa adakan, sebagaimana digambarkan di Yesaya 38:7, 8?
24 Belum lagi Yesaya meninggalkan halaman istana, Yehuwa mengutus dia untuk kembali menemui raja yang terbaring di tempat tidur itu dengan berita lain, ”Aku telah mendengar doamu. Aku telah melihat air matamu. Lihat, aku akan menambahkan lima belas tahun kepada hari-hari kehidupanmu; dan aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari telapak tangan raja Asiria, dan aku akan membela kota ini.” (Yesaya 38:4-6; 2 Raja 20:4, 5) Yehuwa akan meneguhkan janji-Nya dengan sebuah tanda yang luar biasa, ”Lihat, aku akan membuat bayang-bayang anak tangga yang bergerak menuruni anak tangga Ahaz, oleh karena matahari, berbalik mundur sepuluh langkah.”—Yesaya 38:7, 8a.
25 Menurut sejarawan Yahudi, Yosefus, terdapat tangga dalam istana raja, dan mungkin ada sebuah pilar di dekatnya. Jika sinar matahari menerpa pilar itu, ada bayang-bayang yang jatuh pada anak-anak tangga tersebut. Seseorang dapat mengetahui waktu dengan mengamati pergerakan bayang-bayang pada anak-anak tangga itu. Sekarang, Yehuwa akan mengadakan sebuah mukjizat. Setelah bergerak menuruni anak-anak tangga itu seperti biasanya, bayang-bayang itu akan berbalik mundur sepuluh langkah. Siapa yang pernah mendengar hal seperti itu? Alkitab menyatakan, ”Dan matahari sedikit demi sedikit mundur sepuluh langkah pada anak tangga yang dituruninya.” (Yesaya 38:8b) Tidak lama setelah itu, Hizkia sembuh dari penyakitnya. Berita tentang hal ini menyebar sampai ke Babilon. Sewaktu raja Babilon mendengarnya, ia mengirimkan utusan ke Yerusalem untuk memastikan hal ini.
26. Apa salah satu hasil diperpanjangnya masa hidup Hizkia?
26 Kira-kira tiga tahun setelah kesehatan Hizkia pulih secara mukjizat, lahirlah Manasye, putra sulungnya. Namun setelah dewasa, Manasye tidak menghargai keibaan hati Allah, yang tanpa itu ia mustahil akan terlahir! Selama sebagian besar masa hidupnya, Manasye malah melakukan apa yang buruk di mata Yehuwa dalam skala yang luar biasa.—2 Tawarikh 32:24; 33:1-6.
Kesalahan dalam Menilai Situasi
27. Dengan cara apa saja Hizkia memperlihatkan penghargaan kepada Yehuwa?
27 Seperti Daud, bapak leluhurnya, Hizkia adalah pria yang beriman. Ia sangat menghargai Firman Allah. Menurut Amsal 25:1, ia memerintahkan penyusunan bahan-bahan yang sekarang terdapat di Amsal pasal 25 sampai 29. Ada anggapan bahwa dia juga menggubah Mazmur 119. Dari nyanyian syukur yang menggugah hati, hasil gubahan Hizkia setelah sembuh dari penyakitnya, terlihat bahwa dia adalah orang yang penuh perasaan. Dalam kata-kata penutupnya dia menyatakan bahwa hal yang paling penting dalam kehidupan adalah dapat memuji Yehuwa di bait-Nya ”sepanjang hari-hari kehidupan kami”. (Yesaya 38:9-20) Semoga kita merasakan hal yang sama sehubungan dengan ibadat murni!
28. Beberapa waktu setelah Hizkia disembuhkan secara mukjizat, ia melakukan kesalahan apa dalam menilai situasi?
28 Sekalipun setia, Hizkia tidak sempurna. Beberapa waktu setelah disembuhkan oleh Yehuwa, Hizkia melakukan kesalahan serius dalam menilai situasi. Yesaya menjelaskan, ”Pada waktu itu Merodakh-baladan putra Baladan, raja Babilon, mengirimkan surat dan pemberian kepada Hizkia, setelah ia mendengar bahwa dia sakit namun sudah kuat lagi. Maka bersukacitalah Hizkia karena mereka, lalu memperlihatkan kepada mereka rumah perbendaharaannya, perak, emas, minyak balsam, minyak yang baik, dan seluruh persediaan persenjataannya serta segala yang ada dalam perbendaharaannya. Tidak ada yang tidak Hizkia perlihatkan kepada mereka di istananya dan di seluruh wilayah kekuasaannya.”—Yesaya 39:1, 2.b
29. (a) Kemungkinan, apa motif Hizkia sewaktu ia memperlihatkan kekayaannya kepada delegasi dari Babilon? (b) Apa saja akibat kesalahan Hizkia dalam menilai situasi?
29 Bahkan setelah dikalahkan secara telak oleh malaikat Yehuwa, Asiria terus menjadi ancaman bagi banyak bangsa, termasuk Babilon. Hizkia bisa jadi ingin membuat terkesan raja Babilon, yang mungkin adalah calon sekutunya. Akan tetapi, Yehuwa tidak ingin penduduk Yehuda menjadi rekan musuh-musuh mereka; Ia ingin agar mereka percaya kepada-Nya! Melalui nabi Yesaya, Yehuwa menyingkapkan apa yang akan terjadi di masa depan kepada Hizkia, ”Masanya akan datang, dan semua yang ada di istanamu dan yang telah ditimbun bapak-bapak leluhurmu sampai hari ini, akan diangkut ke Babilon. Tidak ada yang akan ditinggalkan . . . Dan beberapa dari antara putra-putramu sendiri, yaitu keturunan yang kelak kauperoleh, akan dibawa dan menjadi pejabat di istana raja Babilon.” (Yesaya 39:3-7) Ya, bangsa yang dibuat terkesan oleh Hizkia akhirnya akan menjarah harta Yerusalem dan memperbudak penduduknya. Tindakan Hizkia memperlihatkan hartanya kepada orang Babilon hanyalah membangkitkan ketamakan mereka.
30. Bagaimana Hizkia memperlihatkan sikap yang baik?
30 Tampaknya, peristiwa Hizkia memperlihatkan hartanya kepada orang Babilon inilah yang sedang dirujuk oleh kata-kata di 2 Tawarikh 32:26, ”Hizkia merendahkan diri dari keangkuhan hatinya, ia dan penduduk Yerusalem, sehingga kemarahan Yehuwa tidak menimpa mereka pada masa hidup Hizkia.”
31. Bagaimana keadaan Hizkia selanjutnya, dan pelajaran apa yang kita peroleh?
31 Walaupun tidak sempurna, Hizkia adalah pria yang beriman. Ia mengetahui bahwa Yehuwa, Allahnya, adalah pribadi nyata yang mempunyai perasaan. Sewaktu berada di bawah tekanan, Hizkia berdoa dengan khusyuk kepada Yehuwa, dan Yehuwa menjawab dia. Allah Yehuwa mengaruniakan perdamaian selama sisa hidupnya, dan atas hal itu, Hizkia amat bersyukur. (Yesaya 39:8) Yehuwa seharusnya nyata juga bagi kita dewasa ini. Jika timbul problem, semoga kita, seperti Hizkia, berharap kepada Yehuwa untuk mendapatkan hikmat dan jalan keluar, ”karena dia memberi semua orang dengan murah hati dan tanpa mencela”. (Yakobus 1:5) Jika kita terus bertekun dan memperlihatkan iman kepada Yehuwa, kita dapat yakin bahwa Dia akan ”memberikan upah kepada orang yang dengan sungguh-sungguh mencari dia”, baik sekarang maupun di masa depan.—Ibrani 11:6.
[Catatan Kaki]
a Bernilai lebih dari 9,5 juta dolar AS dalam nilai uang sekarang.
b Setelah kekalahan Sanherib, bangsa-bangsa tetangga membawa hadiah berupa emas, perak, dan barang-barang berharga lainnya untuk Hizkia. Di 2 Tawarikh 32:22, 23, 27, kita membaca bahwa, ”Hizkia mendapat banyak sekali kekayaan dan kemuliaan” dan bahwa ”dia pun ditinggikan di mata semua bangsa”. Dengan hadiah-hadiah ini, bisa jadi ia dapat mengisi kembali rumah perbendaharaannya, yang telah ia kosongkan sewaktu membayar upeti kepada Asiria.
[Gambar di hlm. 383]
Raja Hizkia percaya kepada Yehuwa sewaktu menghadapi keperkasaan Asiria
[Gambar penuh di hlm. 384]
[Gambar di hlm. 389]
Raja mengirim utusan-utusan kepada Yesaya untuk mendapatkan nasihat Yehuwa
[Gambar di hlm. 390]
Hizkia berdoa agar nama Yehuwa diagungkan melalui kekalahan Asiria
[Gambar di hlm. 393]
Malaikat Yehuwa membunuh 185.000 orang Asiria