Pasal Sembilan Belas
Kemunafikan Disingkapkan!
1. Bagaimana Yesus dan Yehuwa memandang kemunafikan, dan bentuk kemunafikan apa yang ada pada zaman Yesaya?
”DARI luar memang, [kamu] tampak adil-benar bagi manusia,” kata Yesus kepada para pemimpin agama pada zamannya, ”tetapi di dalamnya, kamu penuh kemunafikan dan pelanggaran hukum.” (Matius 23:28) Kutukan Yesus atas kemunafikan mencerminkan pandangan Bapak surgawinya. Pasal 58 dari nubuat Yesaya secara spesifik mengarahkan perhatian kepada kemunafikan yang merajalela di Yehuda. Pertikaian, penindasan, dan kekerasan sudah dianggap biasa, dan peringatan Sabat telah merosot mutunya menjadi suatu ritual yang tak bermakna. Bangsa itu memberikan pelayanan yang asal-asalan kepada Yehuwa dan memamerkan kesalehan dengan berpuasa. Tidak heran, Yehuwa menyingkapkan siapa mereka sebenarnya!
’Beri tahukanlah kepada Umat Itu Dosa-Dosa Mereka’
2. Semangat apa yang Yesaya perlihatkan seraya ia mengumumkan berita Yehuwa, dan siapa dewasa ini yang seperti dia?
2 Sekalipun Yehuwa merasa muak terhadap ulah Yehuda, kata-kata-Nya mencakup imbauan yang sepenuh hati agar bangsa itu bertobat. Namun, Yehuwa tidak ingin teguran-Nya kurang jelas. Oleh karena itu, Ia menyuruh Yesaya, ”Berserulah dengan sekuat-kuatnya; jangan menahan diri. Nyaringkan suaramu seperti suara tiupan tanduk, dan beri tahukanlah kepada umatku pemberontakan mereka, dan kepada keturunan Yakub, dosa-dosa mereka.” (Yesaya 58:1) Keberanian Yesaya mengumumkan kata-kata Yehuwa dapat membuat bangsa itu kesal terhadapnya, tetapi hatinya tidak menciut. Semangat pengabdiannya masih seperti yang ia perlihatkan ketika ia mengatakan, ”Ini aku! Utuslah aku.” (Yesaya 6:8) Alangkah bagus teladan ketekunan Yesaya bagi Saksi-Saksi Yehuwa pada zaman modern, yang juga menerima amanat untuk memberitakan Firman Allah dan menyingkapkan kemunafikan agama!—Mazmur 118:6; 2 Timotius 4:1-5.
3, 4. (a) Orang-orang pada zaman Yesaya menampilkan sikap pura-pura apa? (b) Bagaimana situasi Yehuda yang sebenarnya?
3 Orang-orang pada zaman Yesaya berpura-pura mencari Yehuwa dan menyatakan kesukaan akan keputusan hukum-Nya yang adil-benar. Kita membaca kata-kata Yehuwa, ”Hari demi hari, akulah yang terus mereka cari, dan atas pengetahuan tentang jalan-jalanku mereka menyatakan kesukaan, seperti suatu bangsa yang melakukan keadilbenaran dan tidak meninggalkan keadilan dari Allah mereka, dengan terus bertanya kepadaku mengenai keputusan hukum yang adil-benar, dan dengan mendekat kepada Allah yang mereka senangi.” (Yesaya 58:2) Apakah pengakuan bahwa mereka menyukai jalan-jalan Yehuwa itu tulus? Tidak. Mereka ”seperti suatu bangsa yang melakukan keadilbenaran”, tetapi kesamaannya itu hanya di permukaan saja. Kenyataannya, bangsa ini telah ”meninggalkan keadilan dari Allah mereka”.
4 Situasi itu sangat mirip dengan situasi yang disingkapkan belakangan kepada nabi Yehezkiel. Yehuwa memberi tahu Yehezkiel bahwa orang-orang Yahudi berkata seorang kepada yang lain, ”Datanglah dan dengarlah firman yang keluar dari Yehuwa.” Akan tetapi, Allah memperingatkan Yehezkiel tentang ketidaktulusan mereka, ”Mereka akan datang kepadamu, . . . dan mereka pasti akan mendengar perkataanmu tetapi mereka tidak akan melakukannya, karena mulut mereka menyatakan keinginan yang penuh hawa nafsu dan hati mereka mengejar keuntungan yang tidak benar. Dan lihat! bagi mereka, engkau hanyalah seperti nyanyian cinta yang nikmat, seperti orang yang bersuara indah dan pandai memainkan alat musik bersenar. Mereka pasti akan mendengar perkataanmu, tetapi tidak seorang pun yang melakukannya.” (Yehezkiel 33:30-32) Orang-orang yang sezaman dengan Yesaya juga mengaku terus mencari Yehuwa, tetapi mereka tidak menaati kata-kata-Nya.
Puasa yang Munafik
5. Bagaimana orang Yahudi berupaya memperoleh perkenan ilahi, dan bagaimana reaksi Yehuwa?
5 Dalam upaya memperoleh perkenan ilahi, orang Yahudi secara formal menjalankan puasa, tetapi kesalehan pura-pura itu akhirnya mengasingkan mereka dari Yehuwa. Dalam kebingungan mereka bertanya, ”Apa sebabnya kami berpuasa dan engkau tidak melihat, dan kami membuat jiwa kami menderita dan engkau tidak memperhatikan?” Yehuwa menjawab dengan terus terang, ”Sesungguhnya pada waktu berpuasa kamu merasa senang, sementara semua pekerjamu yang berjerih lelah terus kamu pacu untuk bekerja. Sesungguhnya untuk perselisihan dan perkelahian kamu berpuasa, dan untuk memukul dengan tinju kefasikan. Tidakkah kamu seharusnya berpuasa seperti pada hari itu, agar suaramu terdengar di tempat yang tinggi? Haruskah puasa yang kupilih menjadi seperti ini, yaitu sebagai hari untuk manusia menyiksa jiwanya? Menundukkan kepalanya seperti tangkai kercut, dan bahwa ia harus menghamparkan kain goni dan abu sebagai pembaringannya? Inikah yang kamu sebut puasa dan hari yang diperkenan Yehuwa?”—Yesaya 58:3-5.
6. Perbuatan apa saja yang dilakukan orang Yahudi yang menyingkapkan kemunafikan mereka dalam hal berpuasa?
6 Sementara berpuasa, berpura-pura adil-benar, dan bahkan meminta penghakiman yang adil-benar dari Yehuwa, orang-orang itu sibuk dengan kesenangan dan urusan bisnis yang mementingkan diri. Mereka melakukan pertikaian, penindasan, dan kekerasan sesuka hati mereka. Untuk menyembunyikan kelakuan buruk mereka, secara mencolok mereka mempertunjukkan perkabungan—menundukkan kepala seperti tangkai kercut dan duduk beralaskan kain goni dan abu—seolah-olah bertobat dari dosa-dosa mereka. Apa gunanya semua ini jika mereka terus memberontak? Mereka tidak memperlihatkan kesedihan dan pertobatan yang saleh yang seharusnya menyertai puasa yang tulus. Ratapan mereka—sekalipun riuh rendah—tidak terdengar di surga.
7. Bagaimana orang-orang Yahudi pada zaman Yesus berlaku munafik, dan bagaimana banyak orang dewasa ini melakukan hal yang sama?
7 Orang Yahudi pada zaman Yesus memamerkan ritual puasa yang sama, bahkan ada yang melakukannya dua kali seminggu! (Matius 6:16-18; Lukas 18:11, 12) Banyak pemimpin agama juga meniru generasi Yesaya dengan berlaku bengis dan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Yesus dengan berani menyingkapkan kedok keagamaan orang-orang munafik itu, dan mengatakan kepada mereka bahwa bentuk ibadat mereka sia-sia. (Matius 15:7-9) Demikian juga dewasa ini, jutaan orang ’menyatakan di depan umum bahwa mereka mengenal Allah, tetapi mereka menyangkal dia dengan perbuatan mereka, karena mereka menjijikkan, tidak taat, tidak pantas melakukan pekerjaan baik apa pun’. (Titus 1:16) Orang-orang seperti itu mungkin mengharapkan belas kasihan Allah, tetapi tingkah laku mereka menyingkapkan ketidaktulusan mereka. Sebaliknya, Saksi-Saksi Yehuwa menunjukkan pengabdian saleh yang sejati dan kasih persaudaraan yang tulus.—Yohanes 13:35.
Apa yang Tercakup dalam Pertobatan yang Benar
8, 9. Perbuatan-perbuatan positif apa yang harus menyertai pertobatan yang tulus?
8 Yehuwa ingin agar umat-Nya berbuat lebih dari sekadar berpuasa karena dosa mereka; Ia ingin agar mereka bertobat. Dengan demikian, mereka akan memperoleh perkenan-Nya. (Yehezkiel 18:23, 32) Ia menjelaskan bahwa agar tidak sia-sia, puasa harus disertai buah-buah pertobatan dari dosa-dosa masa lampau. Perhatikan pertanyaan-pertanyaan yang Yehuwa ajukan untuk menyelidik hati, ”Bukankah ini puasa yang aku pilih? Yaitu melepaskan belenggu kefasikan, melepaskan pengikat kayu kuk, dan membebaskan orang yang remuk, dan bahwa kamu harus mematahkan semua kayu kuk menjadi dua?”—Yesaya 58:6.
9 Belenggu dan kayu kuk sangat cocok untuk melambangkan perbudakan yang bengis. Jadi, sebaliknya dari berpuasa dan pada waktu yang sama menindas rekan-rekan seiman mereka, orang-orang itu harus menaati perintah, ”Engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.” (Imamat 19:18) Mereka harus membebaskan semua orang yang mereka tindas dan perbudak secara tidak adil.a Perbuatan keagamaan yang mencolok, seperti berpuasa, tidak dapat menggantikan pengabdian saleh yang sejati dan perbuatan-perbuatan yang merupakan bukti kasih persaudaraan. Nabi Mikha, yang sezaman dengan Yesaya, menulis, ”Apa yang Yehuwa minta sebagai balasan darimu selain menjalankan keadilan dan mengasihi kebaikan hati dan bersahaja dalam berjalan dengan Allahmu?”—Mikha 6:8.
10, 11. (a) Bagi orang Yahudi, apa yang lebih baik daripada berpuasa? (b) Bagaimana orang Kristen dewasa ini dapat menerapkan nasihat Yehuwa untuk orang Yahudi?
10 Keadilan, kebaikan hati, dan kesahajaan menuntut adanya perbuatan baik kepada orang lain; hal ini merupakan inti sari Hukum Yehuwa. (Matius 7:12) Berbagi kekayaan dengan orang miskin jauh lebih baik daripada berpuasa. Yehuwa bertanya, ”Bukankah [puasa yang aku pilih adalah] saat bagimu untuk membagi-bagikan rotimu kepada orang yang lapar, dan bahwa kamu harus membawa ke rumahmu orang-orang yang menderita dan tidak mempunyai tempat tinggal? Yaitu, apabila engkau melihat seseorang telanjang, engkau harus menutupi dia, dan kamu tidak boleh menyembunyikan diri dari orang yang sedarah daging denganmu?” (Yesaya 58:7) Ya, sebaliknya dari memamerkan puasa mereka, orang-orang yang mampu harus memberikan makanan, pakaian, atau tempat tinggal kepada sesama penduduk Yehuda yang miskin—darah daging mereka sendiri.
11 Prinsip-prinsip yang indah dari kasih persaudaraan dan keibaan hati yang dinyatakan oleh Yehuwa ini tidak hanya berlaku bagi orang Yahudi pada zaman Yesaya. Semua prinsip itu juga membimbing orang Kristen. Oleh sebab itu, rasul Paulus menulis, ”Maka, sebenarnya, selama kita mempunyai waktu yang baik untuk itu, biarlah kita melakukan apa yang baik untuk semua orang, tetapi teristimewa untuk mereka yang adalah saudara kita dalam iman.” (Galatia 6:10) Sidang Kristen harus menjadi tempat berlabuh yang penuh dengan kasih sayang persaudaraan, terutama mengingat bahwa kita hidup pada masa kritis yang semakin sulit dihadapi.—2 Timotius 3:1; Yakobus 1:27.
Ketaatan Mendatangkan Berkat yang Limpah
12. Apa yang akan Yehuwa lakukan jika umat-Nya menaati Dia?
12 Seandainya saja umat Yehuwa memahami pentingnya mengindahkan teguran-Nya yang pengasih! Yehuwa mengatakan, ”Jika demikian, terangmu akan memancar seperti fajar; dan kesembuhan akan segera datang bagimu. Keadilbenaran akan berjalan di depanmu; dan kemuliaan Yehuwa akan menjadi barisan pengawal belakangmu. Jika demikian, engkau akan memanggil, dan Yehuwa akan menjawab; engkau akan berseru meminta tolong, dan ia akan mengatakan, ’Inilah aku!’” (Yesaya 58:8, 9a) Kata-kata yang benar-benar hangat dan menggugah hati! Yehuwa memberkati dan melindungi orang-orang yang menyukai kebaikan hati yang penuh kasih dan keadilbenaran. Kalau umat Yehuwa bertobat dari kebengisan serta kemunafikan dan taat kepada-Nya, situasi mereka akan membaik. Yehuwa akan memberikan ”kesembuhan”, pemulihan secara rohani dan jasmani bagi bangsa itu. Ia juga akan menjaga mereka, sebagaimana yang Ia lakukan bagi bapak leluhur mereka sewaktu mereka meninggalkan Mesir. Dan, Ia akan segera menanggapi seruan mereka meminta tolong.—Keluaran 14:19, 20, 31.
13. Berkat apa saja yang menanti orang Yahudi jika mereka menyambut anjuran Yehuwa?
13 Kemudian, Yehuwa memberikan anjuran tambahan, ”Jika engkau menyingkirkan dari tengah-tengahmu kayu kuk [perbudakan yang bengis dan tidak adil], tidak lagi menunjuk-nunjuk dengan jari [mungkin sambil menista atau melontarkan tuduhan palsu] dan membicarakan hal yang membawa celaka; dan engkau memberikan kepada orang yang lapar apa yang menjadi hasrat jiwamu, dan memuaskan jiwa yang menderita, maka terangmu pasti akan memancar bahkan dalam kegelapan, dan kesuramanmu akan menjadi seperti tengah hari.” (Yesaya 58:9b, 10) Egoisme dan kebengisan merugikan diri sendiri dan mendatangkan murka Yehuwa; sedangkan kebaikan hati dan kemurahan hati, terutama terhadap orang-orang yang lapar dan menderita, mendatangkan berkat yang limpah dari Allah. Seandainya saja orang Yahudi mencamkan kebenaran-kebenaran ini! Maka, cahaya serta kemakmuran rohani mereka akan membuat mereka bersinar seperti surya pada tengah hari, menghilangkan segala kesuraman. Di atas segalanya, mereka akan membawa hormat dan pujian kepada Yehuwa, Sumber kemuliaan dan berkat mereka.—1 Raja 8:41-43.
Suatu Bangsa Dipulihkan
14. (a) Bagaimana reaksi orang-orang yang sezaman dengan Yesaya terhadap kata-katanya? (b) Apa yang terus Yehuwa tawarkan?
14 Sangat disesalkan, bangsa itu mengabaikan imbauan Yehuwa dan bahkan terjerumus lebih jauh lagi ke dalam kefasikan. Akhirnya, Yehuwa terpaksa mengirimkan mereka ke pembuangan, sebagaimana yang telah Ia peringatkan. (Ulangan 28:15, 36, 37, 64, 65) Sekalipun demikian, kata-kata Yehuwa yang berikutnya melalui Yesaya terus menawarkan pengharapan. Allah meramalkan bahwa suatu sisa yang telah menyambut disiplin dan bertobat akan kembali dengan sukacita ke tanah Yehuda, sekalipun negeri itu sudah telantar.
15. Apa pemulihan yang mendatangkan sukacita yang Yehuwa nubuatkan?
15 Seraya menunjuk kepada pemulihan umat-Nya pada tahun 537 SM, Yehuwa, melalui Yesaya, mengatakan, ”Yehuwa tentu akan menuntun engkau senantiasa dan memuaskan jiwamu bahkan di tanah yang kering, dan ia akan menguatkan tulang-tulangmu; dan engkau akan menjadi seperti kebun yang disirami dengan baik, dan seperti sumber air, mata air yang tidak berdusta [”mengecewakan”, Terjemahan Baru].” (Yesaya 58:11) Yehuwa akan memulihkan tanah asal Israel yang kering menjadi tanah subur yang produktif. Yang lebih menakjubkan lagi, Ia akan memberkati umat-Nya yang bertobat, menguatkan ’tulang-tulang’ mereka dari keadaan tak bernyawa secara rohani menjadi penuh vitalitas. (Yehezkiel 37:1-14) Bangsa itu sendiri akan menjadi seperti ”kebun yang disirami dengan baik” yang penuh dengan buah-buah rohani.
16. Bagaimana negeri itu akan dipulihkan?
16 Pemulihan akan mencakup pembangunan kembali kota-kota yang dihancurkan oleh para penyerbu dari Babilon pada tahun 607 SM. ”Atas keinginanmu orang akan membangun tempat-tempat yang telah lama hancur; engkau akan mendirikan bahkan fondasi yang ada dari generasi ke generasi. Engkau akan disebut orang yang memperbaiki celah, orang yang memperbaiki jalan raya di tempat yang akan didiami.” (Yesaya 58:12) Ungkapan ”tempat-tempat yang telah lama hancur” yang sejajar dengan ungkapan ”fondasi yang ada dari generasi ke generasi” (atau, fondasi yang berada dalam keadaan hancur selama beberapa generasi) memperlihatkan bahwa kaum sisa yang pulang akan membangun kembali kota-kota Yehuda yang telah hancur, terutama Yerusalem. (Nehemia 2:5; 12:27; Yesaya 44:28) Mereka akan memperbaiki ”celah”—istilah kolektif yang memaksudkan lubang-lubang pada tembok Yerusalem dan tentunya pada tembok kota-kota lain juga.—Yeremia 31:38-40; Amos 9:14.
Berkat sebagai Hasil Kesetiaan Menjalankan Sabat
17. Bagaimana Yehuwa mengimbau umat-Nya untuk menaati hukum Sabat?
17 Sabat adalah perwujudan minat Allah yang dalam terhadap kesejahteraan jasmani dan rohani umat-Nya. Yesus mengatakan, ”Hari sabat diadakan demi manusia.” (Markus 2:27) Hari yang dikhususkan Yehuwa ini memberikan kesempatan istimewa bagi orang Israel untuk memperlihatkan kasih mereka kepada Allah. Sayangnya, pada zaman Yesaya Sabat telah merosot menjadi suatu hari untuk menjalankan ritual yang tak berarti dan untuk memuaskan diri dengan hasrat-hasrat yang mementingkan diri. Jadi sekali lagi, Yehuwa menegur umat-Nya dengan keras. Dan, Ia kembali berupaya mencapai hati mereka. Ia mengatakan, ”Jika karena sabat kakimu berbalik dan tidak melakukan kesenanganmu sendiri pada hariku yang kudus, dan engkau menyebut hari sabat sebagai sesuatu yang sangat menyenangkan, hari kudus Yehuwa, hari yang dimuliakan, dan engkau benar-benar memuliakannya sebaliknya daripada melakukan jalan-jalanmu sendiri, sebaliknya daripada mencari apa yang menyenangkan dirimu dan berkata omong kosong; maka engkau akan mendapatkan kesenangan yang besar karena Yehuwa, dan aku akan membuat engkau berkendara di tempat-tempat yang tinggi di bumi; dan aku akan membuatmu makan dari milik pusaka Yakub, bapak leluhurmu, sebab mulut Yehuwa-lah yang telah mengatakannya.”—Yesaya 58:13, 14.
18. Apa akibat kegagalan Yehuda dalam menghormati Sabat?
18 Sabat adalah hari untuk renungan, doa, dan ibadat bersama keluarga. Sabat seharusnya membantu orang Yahudi mengingat kembali perbuatan-perbuatan Yehuwa yang menakjubkan yang dilakukan demi mereka dan merenungkan keadilan dan kasih yang tercermin dalam Hukum-Nya. Oleh sebab itu, kesetiaan memperingati hari yang kudus ini seharusnya membantu untuk mendekatkan bangsa itu kepada Allah mereka. Sebaliknya, mereka menyimpangkan arti Sabat dan, oleh karena itu, mereka terancam kehilangan berkat Yehuwa.—Imamat 26:34; 2 Tawarikh 36:21.
19. Apa saja berkat limpah yang menanti umat Allah jika mereka kembali menjalankan Sabat?
19 Akan tetapi, jika orang Yahudi mengindahkan disiplin, lalu menghormati penyelenggaraan Sabat, berkat yang limpah menanti di hadapan mereka. Ibadat sejati dan respek terhadap Sabat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap segala aspek kehidupan mereka. (Ulangan 28:1-13; Mazmur 19:7-11) Misalnya, Yehuwa akan membuat umat-Nya ”berkendara di tempat-tempat yang tinggi di bumi”. Ungkapan ini memaksudkan keamanan dan kemenangan atas musuh-musuh. Siapa pun yang menguasai tempat-tempat tinggi—bukit-bukit dan gunung-gunung—menguasai negeri. (Ulangan 32:13; 33:29) Dahulu, Israel menaati Yehuwa, dan bangsa itu menikmati perlindungan-Nya dan direspek, bahkan ditakuti, bangsa-bangsa lain. (Yosua 2:9-11; 1 Raja 4:20, 21) Jika mereka memperlihatkan ketaatan dengan sekali lagi berpaling kepada Yehuwa, sebagian kemuliaan mereka yang dahulu akan diperoleh kembali. Yehuwa akan memberi umat-Nya bagian yang penuh dari ”milik pusaka Yakub”—berkat yang dijanjikan melalui perjanjian-Nya dengan bapak-bapak leluhur mereka, terutama berkat tentang kepemilikan yang pasti atas Tanah Perjanjian.—Mazmur 105:8-11.
20. ”Peristirahatan sabat” apa yang tersedia bagi orang Kristen?
20 Dalam hal ini, adakah pelajaran yang dapat diperoleh orang-orang Kristen? Setelah kematian Yesus Kristus, Hukum Musa tidak berlaku lagi, termasuk tuntutannya untuk menjalankan Sabat. (Kolose 2:16, 17) Akan tetapi, semangat peringatan Sabat yang seharusnya ada di Yehuda—mendahulukan kepentingan rohani dan mendekatkan diri kepada Yehuwa—masih penting bagi para penyembah Yehuwa. (Matius 6:33; Yakobus 4:8) Selain itu, Paulus, dalam suratnya kepada orang Ibrani, mengatakan, ”Masih ada peristirahatan sabat bagi umat Allah.” Orang Kristen memasuki ”peristirahatan sabat” ini dengan menaati Yehuwa dan mengejar keadilbenaran berdasarkan iman akan darah Yesus Kristus yang dicurahkan. (Ibrani 3:12, 18, 19; 4:6, 9-11, 14-16) Orang Kristen menjalankan Sabat dengan cara ini, bukan hanya satu hari seminggu, melainkan setiap hari.—Kolose 3:23, 24.
Israel Rohani ”Berkendara di Tempat-Tempat yang Tinggi di Bumi”
21, 22. Bagaimana Yehuwa membuat Israel milik Allah ”berkendara di tempat-tempat yang tinggi di bumi”?
21 Sejak pembebasan mereka dari penawanan yang bersifat Babilon pada tahun 1919, orang-orang Kristen terurap dengan setia telah menjalankan apa yang digambarkan oleh Sabat. Sebagai hasilnya, Yehuwa telah membuat mereka ”berkendara di tempat-tempat yang tinggi di bumi”. Dalam arti apa? Pada tahun 1513 SM, Yehuwa mengadakan perjanjian dengan keturunan Abraham bahwa jika mereka taat, mereka akan menjadi suatu kerajaan imam dan bangsa yang kudus. (Keluaran 19:5, 6) Selama 40 tahun di padang belantara, Yehuwa membawa mereka dengan selamat, seperti burung elang menggendong anak-anaknya, dan memberkati mereka dengan persediaan-persediaan yang limpah. (Ulangan 32:10-12) Namun, bangsa itu tidak beriman dan akhirnya kehilangan semua hak istimewa yang sebenarnya bisa mereka miliki. Sekalipun demikian, Yehuwa mempunyai suatu kerajaan imam dewasa ini, yaitu Israel milik Allah.—Galatia 6:16; 1 Petrus 2:9.
22 Selama ”zaman akhir”, bangsa rohani ini telah melakukan apa yang gagal dilakukan oleh Israel zaman dahulu. Mereka tetap beriman kepada Yehuwa. (Daniel 8:17) Karena para anggotanya dengan teguh menjalankan standar-standar Yehuwa yang tinggi dan mengikuti jalan-jalan-Nya yang luhur, secara rohani Yehuwa meninggikan mereka. (Amsal 4:4, 5, 8; Penyingkapan 11:12) Karena terlindung dari kenajisan di sekeliling mereka, mereka menikmati gaya hidup yang lebih luhur, dan sebaliknya dari mengikuti jalan-jalan mereka sendiri, mereka memperoleh ”kesenangan yang luar biasa akan Yehuwa” dan Firman-Nya. (Mazmur 37:4) Yehuwa telah melindungi mereka secara rohani dalam menghadapi tentangan keras seluas dunia. Sejak tahun 1919, tembok ”negeri” rohani mereka tidak pernah dibobol. (Yesaya 66:8) Mereka terus menjadi suatu umat bagi nama-Nya yang mulia, yang dengan sukacita mereka beritakan di seluas dunia. (Ulangan 32:3; Kisah 15:14) Selain itu, semakin banyak orang yang lembut hati dari segala bangsa kini turut bersama mereka menikmati hak istimewa yang besar untuk diajar tentang jalan-jalan Yehuwa dan dibantu untuk berjalan di jalan-jalan-Nya.
23. Bagaimana Yehuwa membuat hamba-hamba-Nya yang terurap ”makan dari milik pusaka Yakub”?
23 Yehuwa membuat hamba-hamba-Nya yang terurap ”makan dari milik pusaka Yakub”. Ketika Ishak memberkati Yakub, dan bukan Esau, kata-kata sang patriark menubuatkan berkat bagi semua orang yang memperlihatkan iman akan Benih Abraham yang dijanjikan. (Kejadian 27:27-29; Galatia 3:16, 17) Seperti Yakub—dan bukan seperti Esau—orang-orang Kristen terurap dan rekan-rekan mereka ”menghargai perkara-perkara suci”, terutama makanan rohani yang Allah berikan dengan limpah. (Ibrani 12:16, 17; Matius 4:4) Makanan rohani ini—yang mencakup pengetahuan tentang apa yang Yehuwa sedang laksanakan melalui Benih yang dijanjikan dan rekan-rekan Benih itu—menguatkan, menyegarkan, dan sangat penting bagi kehidupan rohani mereka. Oleh sebab itu, sangat penting bagi mereka untuk senantiasa menyantap makanan rohani dengan membaca dan merenungkan Firman Allah. (Mazmur 1:1-3) Mereka sangat perlu bergaul dengan rekan-rekan seiman dalam perhimpunan-perhimpunan Kristen. Dan, mereka harus menjunjung standar-standar ibadat murni yang luhur seraya mereka dengan sukacita membagikan makanan itu kepada orang lain.
24. Bagaimana perilaku orang-orang Kristen sejati dewasa ini?
24 Sambil menanti-nantikan penggenapan janji-janji Yehuwa, semoga orang-orang Kristen sejati terus membuang segala jenis kemunafikan. Seraya ditunjang oleh ”milik pusaka Yakub”, semoga mereka terus menikmati keamanan rohani di ”tempat-tempat yang tinggi di bumi”.
[Catatan Kaki]
a Yehuwa membuat pengaturan bagi orang-orang dari antara umat-Nya yang terlilit utang untuk menjual diri sebagai budak—pada dasarnya, menjadi buruh upahan—untuk melunasi utang mereka. (Imamat 25:39-43) Akan tetapi, Hukum menuntut agar budak diperlakukan dengan baik. Budak yang diperlakukan dengan kejam harus dibebaskan.—Keluaran 21:2, 3, 26, 27; Ulangan 15:12-15.
[Gambar di hlm. 278]
Orang Yahudi berpuasa dan menundukkan kepala mereka, pura-pura bertobat—tetapi tidak berubah haluan
[Gambar di hlm. 283]
Orang yang mampu memberikan tempat tinggal, pakaian, atau makanan kepada orang miskin
[Gambar di hlm. 286]
Jika Yehuda bertobat, ia akan membangun kembali kota-kotanya yang telah hancur