Pasal Delapan
Allah Yehuwa Ada dalam Bait-Nya yang Kudus
1, 2. (a) Kapan nabi Yesaya mendapat penglihatan tentang bait? (b) Mengapa Raja Uzzia kehilangan perkenan Yehuwa?
”PADA tahun Raja Uzzia mati, aku melihat Yehuwa, duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan punca bajunya memenuhi baitnya.” (Yesaya 6:1) Kata-kata sang nabi tersebut membuka pasal ke-6 buku Yesaya. Waktu itu tahun 778 SM.
2 Keberhasilan yang luar biasa menandai sebagian besar dari 52 tahun masa pemerintahan Uzzia sebagai raja Yehuda. Karena melakukan ”apa yang benar di mata Yehuwa”, ia menikmati dukungan Yehuwa dalam upaya-upayanya di bidang militer, pembangunan, dan pertanian. Tetapi, keberhasilannya ini juga yang menghancurkan dia. Belakangan, hatinya menjadi angkuh, ”sehingga ia bertindak tidak setia terhadap Yehuwa, Allahnya, dan masuk ke dalam bait Yehuwa untuk membakar dupa”. Karena tindakan yang lancang ini dan kemurkaannya terhadap para imam yang menegur dia, Uzzia menderita kusta sampai hari kematiannya. (2 Tawarikh 26:3-22) Kira-kira pada waktu inilah Yesaya memulai pelayanannya sebagai nabi.
3. (a) Apakah Yesaya benar-benar melihat Yehuwa? Jelaskan. (b) Pemandangan apa yang Yesaya lihat, dan untuk alasan apa?
3 Kita tidak diberi tahu di mana Yesaya berada pada waktu ia mendapat penglihatan. Tetapi, apa yang ia lihat dengan mata jasmaninya pastilah suatu penglihatan; ia tidak benar-benar melihat Pribadi Yang Mahakuasa, sebab ”tidak seorang pun pernah melihat Allah”. (Yohanes 1:18; Keluaran 33:20) Namun, melihat Yehuwa, sang Pencipta, sekalipun dalam penglihatan, merupakan pemandangan yang luar biasa. Penguasa Universal dan Sumber semua pemerintah yang sah tersebut duduk di atas takhta yang tinggi, yang melambangkan peranan-Nya sebagai Raja dan Hakim yang abadi! Punca jubah-Nya yang panjang dan terjurai memenuhi bait. Yesaya dipanggil untuk melayani sebagai nabi yang akan mengagungkan kuasa dan keadilan Yehuwa yang tak ada bandingnya. Sebagai persiapan, Yesaya akan diberi penglihatan tentang kekudusan Allah.
4. (a) Mengapa gambaran mengenai Yehuwa yang terdapat dalam penglihatan dan yang dicatat dalam Alkitab pasti bersifat simbolis? (b) Apa yang kita pelajari mengenai Yehuwa dari penglihatan Yesaya?
4 Yesaya tidak menggambarkan penampilan Yehuwa yang muncul dalam penglihatannya—tidak seperti penglihatan-penglihatan yang dilaporkan oleh Yehezkiel, Daniel, dan Yohanes. Semua catatan itu pun menceritakan hal yang berbeda-beda sehubungan dengan apa yang terlihat di surga. (Yehezkiel 1:26-28; Daniel 7:9, 10; Penyingkapan 4:2, 3) Akan tetapi, kita harus selalu mengingat sifat dan tujuan penglihatan-penglihatan tersebut, bahwa itu bukan gambaran harfiah tentang pribadi Yehuwa. Mata jasmani tidak dapat melihat makhluk roh; dan pikiran manusia yang terbatas pun tidak dapat memahami alam roh. Jadi, penglihatan-penglihatan itu menyajikan informasi dalam bentuk yang dapat dimengerti manusia. (Bandingkan Penyingkapan 1:1.) Dalam penglihatan Yesaya, gambaran tentang penampilan Allah tidak diperlukan. Penglihatan itu memberi tahu Yesaya bahwa Yehuwa ada dalam bait-Nya yang kudus dan bahwa Dia kudus dan penghakiman-Nya murni.
Para Serafim
5. (a) Siapakah para serafim, dan apa artinya kata itu? (b) Mengapa para serafim menyembunyikan muka dan kaki mereka?
5 Dengar! Yesaya melanjutkan, ”Para serafim berdiri di sebelah atas dia. Masing-masing mempunyai enam sayap. Dengan dua sayap ia menutupi mukanya, dan dengan dua sayap ia menutupi kakinya, dan dengan dua sayap ia terbang ke sana kemari.” (Yesaya 6:2) Yesaya pasal 6 adalah satu-satunya pasal dalam Alkitab yang menyebutkan para serafim. Yang jelas, mereka adalah malaikat-malaikat yang melayani Yehuwa dan mempunyai hak istimewa serta kehormatan yang sangat tinggi tingkatannya, karena mereka berada di sekeliling takhta surgawi Yehuwa. Tidak seperti Raja Uzzia yang sombong, para serafim memegang jabatan mereka dengan sangat rendah hati dan bersahaja. Karena berada di dekat Penguasa surgawi, mereka menutupi muka mereka dengan sepasang sayap; dan untuk menghormati tempat kudus itu, mereka menutupi kaki mereka dengan sepasang sayap lainnya. Mengingat posisi mereka yang dekat dengan Penguasa Universal, para serafim itu semakin merendah, agar perhatian kepada kemuliaan pribadi Allah tidak teralih. Kata ”serafim” berarti ”yang bernyala-nyala” atau ”yang berkobar-kobar” dan hal ini menunjukkan bahwa mereka memancarkan terang; namun mereka menyembunyikan muka mereka dari kecemerlangan dan kemuliaan Yehuwa yang lebih besar.
6. Di manakah posisi para serafim dalam kaitannya dengan Yehuwa?
6 Para serafim menggunakan sepasang sayap lain, yang ketiga, untuk terbang ke sana kemari dan tentunya untuk terbang di tempat, atau ”tetap berada” pada posisi mereka. (Bandingkan Ulangan 31:15.) Mengenai posisi mereka, Profesor Franz Delitzsch berkomentar, ”Para serafim tidak akan terbang melebihi kepala Dia yang duduk di atas takhta, tetapi mereka menempatkan diri di atas jubah kepunyaan-Nya yang memenuhi tempat itu.” (Commentary on the Old Testament) Hal ini tampak masuk akal. Mereka ”berdiri di sebelah atas”, bukan pada kedudukan yang lebih unggul daripada Yehuwa, melainkan dalam posisi menunggu perintah dari-Nya, taat dan siap melayani.
7. (a) Apa tugas yang dilaksanakan oleh para serafim? (b) Mengapa para serafim mengumumkan kekudusan Allah sebanyak tiga kali?
7 Sekarang, dengarkan perkataan para serafim yang mempunyai hak istimewa besar itu! ”Yang satu berseru kepada yang lain dan mengatakan, ’Kudus, kudus, kuduslah Yehuwa yang berbala tentara. Seluruh bumi penuh dengan kemuliaannya.’” (Yesaya 6:3) Tugas mereka adalah memastikan agar kekudusan Yehuwa diumumkan dan agar kemuliaan-Nya diakui di seluruh alam semesta, termasuk bumi. Kemuliaan-Nya terlihat dalam semua karya ciptaan-Nya dan akan segera dipahami oleh semua penduduk bumi. (Bilangan 14:21; Mazmur 19:1-3; Habakuk 2:14) Pernyataan rangkap tiga ”kudus, kudus, kudus” bukanlah bukti adanya Tritunggal. Sebaliknya, itu adalah penandasan rangkap tiga berkenaan dengan kekudusan Allah. (Bandingkan Penyingkapan 4:8.) Yehuwa kudus pada tingkat yang tertinggi.
8. Apa hasil pengumuman para serafim itu?
8 Walaupun jumlah serafim tidak disebutkan, bisa jadi ada beberapa kelompok serafim di dekat takhta. Dengan nyanyian yang merdu, mereka silih berganti mengulangi pengumuman tentang kekudusan dan kemuliaan Allah. Apa hasilnya? Dengarkan lagi apa yang selanjutnya Yesaya katakan, ”Poros ambang pintu itu pun mulai bergerak-gerak disebabkan oleh suara pribadi yang berseru itu, dan rumah itu pun akhirnya penuh dengan asap.” (Yesaya 6:4) Dalam Alkitab, asap atau suatu awan sering menjadi bukti yang kelihatan dari kehadiran Allah. (Keluaran 19:18; 40:34, 35; 1 Raja 8:10, 11; Penyingkapan 15:5-8) Asap itu menunjukkan kemuliaan yang tidak dapat dihampiri oleh manusia.
Tidak Layak, namun Dibuat Tahir
9. (a) Apa pengaruh penglihatan itu pada diri Yesaya? (b) Apa perbedaan yang nyata antara Yesaya dan Raja Uzzia?
9 Penglihatan tentang takhta Yehuwa ini memberikan pengaruh yang luar biasa atas diri Yesaya. Ia mencatat, ”Lalu aku mengatakan, ’Celaka bagiku! Sebab aku sama saja seperti telah dibungkam, karena aku seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di antara suatu bangsa yang najis bibir; karena mataku telah melihat sang Raja, Yehuwa yang berbala tentara!’” (Yesaya 6:5) Betapa berbedanya Yesaya dan Raja Uzzia! Uzzia merebut kedudukan imam yang terlantik dan dengan tidak sopan memasuki ruang Kudus di bait. Walaupun Uzzia melihat kaki-kaki pelita dari emas, mezbah dupa dari emas, dan meja untuk ”roti Kehadiran”, ia tidak melihat muka perkenan Yehuwa ataupun menerima tugas khusus dari Dia. (1 Raja 7:48-50; catatan kaki NW Ref.) Sebaliknya, nabi Yesaya tidak mengesampingkan keimaman atau masuk ke dalam bait tanpa izin. Namun, ia mendapat penglihatan tentang Yehuwa yang ada dalam bait-Nya yang kudus dan mendapat kehormatan dengan diberi tugas langsung dari Allah. Para serafim tidak berani memandang Tuan yang bertakhta di bait itu, tetapi Yesaya diperbolehkan, dalam penglihatan, untuk memandang ”sang Raja, Yehuwa yang berbala tentara!”
10. Mengapa Yesaya merasa takut sewaktu ia mendapat penglihatan itu?
10 Perbedaan yang Yesaya lihat antara kekudusan Allah dan keadaan dirinya yang berdosa membuat dia merasa sangat najis. Seraya diliputi ketakutan, ia mengira bahwa ia akan mati. (Keluaran 33:20) Ia mendengar para serafim memuji Allah dengan bibir yang tahir, tetapi bibirnya sendiri najis, dan diperburuk lagi oleh najisnya bibir orang-orang yang ada di sekitarnya dan yang perkataannya ia dengar. Yehuwa itu kudus, dan para hamba-Nya harus mencerminkan sifat yang sama. (1 Petrus 1:15, 16) Meskipun Yesaya telah dipilih sebagai juru bicara Allah, ia merasa terpukul karena menyadari keadaannya yang berdosa dan karena tidak mempunyai bibir yang tahir sebagaimana layaknya seorang juru bicara dari Raja yang mulia dan kudus. Apa tanggapan dari surga?
11. (a) Apa yang dilakukan oleh salah satu serafim, dan apa yang dilambangkan oleh tindakan ini? (b) Dengan merenungkan apa yang dikatakan serafim itu kepada Yesaya, bagaimana kita dapat dibantu jika kita merasa tidak layak menjadi hamba Allah?
11 Yesaya, orang yang statusnya rendah itu, tidak disingkirkan dari hadirat Yehuwa, sebaliknya para serafim bertindak untuk membantu dia. Catatan itu menyatakan, ”Maka salah satu dari antara para serafim itu terbang kepadaku, dan di tangannya ada bara menyala yang diambilnya dengan jepitan dari mezbah. Lalu ia menyentuh mulutku dan mengatakan, ’Lihat! Ini telah menyentuh bibirmu, dan kesalahanmu telah lenyap dan dosamu telah ditutup dengan pendamaian.’” (Yesaya 6:6, 7) Secara simbolis, api mempunyai daya untuk memurnikan. Pada saat bibir Yesaya dikenai bara yang menyala dengan api kudus dari mezbah, para serafim meyakinkan Yesaya bahwa dosa-dosanya telah diampuni sejauh yang diperlukan untuk dapat menerima perkenan Allah dan suatu tugas. Hal ini sungguh menenteramkan hati kita! Kita juga berdosa dan tidak layak menghampiri Allah. Tetapi, kita telah ditebus dengan korban tebusan Yesus dan dapat menerima perkenan Allah dan menghampiri Dia dalam doa.—2 Korintus 5:18, 21; 1 Yohanes 4:10.
12. Mezbah apa yang Yesaya lihat, dan apa fungsi api?
12 Ada lagi yang mengingatkan kita bahwa ini adalah suatu penglihatan, yaitu disebutkannya ”mezbah”. (Bandingkan Penyingkapan 8:3; 9:13.) Terdapat dua mezbah dalam bait di Yerusalem. Tepat di depan tirai ruang Mahakudus, ada mezbah kecil untuk dupa, dan di depan pintu masuk tempat suci terdapat mezbah besar untuk korban persembahan, yang apinya dijaga tetap menyala. (Imamat 6:12, 13; 16:12, 13) Tetapi, mezbah-mezbah yang ada di bumi ini merupakan bayangan, atau gambaran dari sesuatu yang lebih besar. (Ibrani 8:5; 9:23; 10:5-10) Api dari langit melalap korban bakaran di atas mezbah pada waktu bait diresmikan oleh Raja Salomo. (2 Tawarikh 7:1-3) Dan sekarang, api yang berasal dari mezbah yang sejati di surga menyingkirkan kenajisan di bibir Yesaya.
13. Apa pertanyaan yang Yehuwa ajukan, dan siapa yang Dia ikut sertakan sewaktu Dia mengatakan ”kami”?
13 Mari kita ikut mendengarkan bersama Yesaya. ”Aku mendengar suara Yehuwa yang mengatakan, ’Siapakah yang akan kuutus, dan siapakah yang akan pergi untuk kami?’ Lalu aku mengatakan, ’Ini aku! Utuslah aku.’” (Yesaya 6:8) Pertanyaan yang diajukan oleh Yehuwa ini jelas dirancang untuk memancing jawaban dari Yesaya, sebab tidak ada nabi manusia lain yang muncul dalam penglihatan itu. Tidak salah lagi, itu adalah undangan bagi Yesaya untuk menjadi utusan Yehuwa. Tetapi, mengapa Yehuwa bertanya, ”Siapakah yang akan pergi untuk kami?” Dengan mengubah kata ganti orang bentuk tunggal ’aku’ menjadi bentuk jamak ”kami”, Yehuwa sekarang mengikutsertakan sedikitnya satu pribadi lain bersama-Nya. Siapakah dia? Bukankah itu satu-satunya Putra yang diperanakkan, yang di kemudian hari menjadi manusia Yesus Kristus? Benar, kepada Putra yang sama itulah Allah berfirman, ”Mari kita membuat manusia menurut gambar kita.” (Kejadian 1:26; Amsal 8:30, 31) Ya, satu-satunya Putra yang diperanakkan ada bersama Yehuwa di surga.—Yohanes 1:14.
14. Bagaimana Yesaya menanggapi undangan Yehuwa, dan teladan apa yang ia berikan bagi kita?
14 Yesaya tidak ragu-ragu untuk menjawab! Tanpa mempersoalkan isi beritanya, ia segera menjawab, ”Ini aku! Utuslah aku.” Ia juga tidak bertanya apa yang akan ia dapatkan jika ia menerima tugas itu. Semangat kerelaannya menjadi teladan bagi semua hamba Allah dewasa ini, yang mendapatkan tugas untuk memberitakan ’kabar baik kerajaan ini di seluruh bumi yang berpenduduk’. (Matius 24:14) Seperti Yesaya, mereka dengan setia berpaut pada tugas mereka dan memberikan ”kesaksian kepada semua bangsa”, sekalipun menjumpai sikap apatis di mana-mana. Dan, mereka maju dengan yakin, seperti Yesaya, karena mengetahui bahwa tugas mereka berasal dari kewenangan tertinggi.
Tugas Yesaya
15, 16. (a) Apa yang harus Yesaya katakan kepada ”bangsa ini”, dan apa tanggapan mereka? (b) Apakah Yesaya dapat dipersalahkan atas reaksi bangsa itu? Jelaskan.
15 Yehuwa sekarang menguraikan apa yang harus Yesaya katakan dan tanggapan apa yang akan ia terima, ”Pergilah, dan engkau harus mengatakan kepada bangsa ini, ’Dengarlah berulang-kali, hai, kamu sekalian, tetapi jangan mengerti; dan lihatlah berulang-kali, tetapi jangan memperoleh pengetahuan.’ Buatlah hati bangsa ini tertutup, dan buatlah telinga mereka tidak tanggap, dan rekatkan mata mereka, agar mereka tidak melihat dengan mata mereka dan tidak mendengar dengan telinga mereka, dan agar hati mereka tidak mengerti dan agar mereka tidak berbalik dan memperoleh kesembuhan bagi diri mereka.” (Yesaya 6:9, 10) Apakah artinya Yesaya harus berbicara blak-blakan tanpa mempertimbangkan perasaan orang Yahudi, sehingga membuat mereka jengkel dan tetap bermusuhan dengan Yehuwa? Sama sekali tidak! Mereka adalah bangsa Yesaya sendiri dan ia peduli kepada mereka. Tetapi, firman Yehuwa menunjukkan bagaimana bangsa itu akan menanggapi beritanya, tidak soal seberapa setia Yesaya melaksanakan tugasnya.
16 Kesalahan ada pada bangsa itu. Yesaya akan berbicara kepada mereka ”berulang-kali”, tetapi mereka tidak akan menerima berita itu ataupun memperoleh pengertian. Kebanyakan akan berkeras kepala dan tidak tanggap, seolah-olah mereka buta dan tuli sama sekali. Dengan berulang-ulang mendatangi mereka, Yesaya akan membuat ”bangsa ini” memperlihatkan bahwa mereka tidak mau mendapatkan pengertian. Akan terbukti bahwa mereka menutup pikiran dan hati mereka terhadap berita Yesaya—berita Allah—untuk mereka. Demikian juga orang-orang dewasa ini! Ada banyak yang tidak mau mendengarkan Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu mereka memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah yang akan datang.
17. Apa yang Yesaya maksudkan pada waktu ia bertanya, ”Berapa lama?”
17 Yesaya prihatin, ”Mendengar itu aku mengatakan, ’Berapa lama, oh, Yehuwa?’ Kemudian ia mengatakan, ’Sampai kota-kota hancur menjadi puing, tanpa penduduk, dan rumah-rumah tanpa manusia, dan tanah pun rusak menjadi tempat yang tandus dan telantar; dan Yehuwa akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, dan sangat luaslah bagian di negeri itu yang ditinggalkan.’” (Yesaya 6:11, 12) Dengan bertanya, ”Berapa lama?” Yesaya tidak sedang menanyakan berapa lama ia harus terus mengabar kepada orang-orang yang tidak tanggap. Sebaliknya, ia prihatin terhadap orang-orang itu dan menanyakan berapa lama mereka akan berada dalam keadaan rohani yang buruk itu dan berapa lama nama Yehuwa akan dihina di atas bumi. (Lihat Mazmur 74:9-11.) Jadi, berapa lamakah keadaan yang buruk ini akan terus berlangsung?
18. Sampai kapan keadaan rohani yang buruk dari bangsa itu akan berlangsung, dan apakah Yesaya masih hidup pada waktu nubuat itu tergenap sepenuhnya?
18 Celaka, jawaban Yehuwa memperlihatkan bahwa keadaan rohani yang buruk dari bangsa itu akan berlangsung sampai mereka menerima semua akibat ketidaktaatan mereka kepada Allah, sebagaimana diuraikan dalam perjanjian-Nya. (Imamat 26:21-33; Ulangan 28:49-68) Bangsa itu akan binasa, rakyatnya akan dibuang, dan negeri itu akan dibiarkan telantar. Walaupun Yesaya akan bernubuat selama lebih dari 40 tahun, sampai pada masa pemerintahan Hizkia, cicit Raja Uzzia, Yesaya tidak akan melihat pembinasaan Yerusalem dan baitnya oleh pasukan Babilonia pada tahun 607 SM. Namun, Yesaya akan tetap setia menjalankan tugasnya sampai ia mati, lebih dari 100 tahun sebelum bencana nasional itu terjadi.
19. Walaupun bangsa itu akan ditumbangkan seperti pohon, jaminan apa yang Allah berikan kepada Yesaya?
19 Pembinasaan yang akan membuat Yehuda ”rusak menjadi tempat yang tandus dan telantar” itu pasti akan terjadi, tetapi masih ada harapan. (2 Raja 25:1-26) Yehuwa meyakinkan Yesaya, ”Masih ada sepersepuluh lagi di dalamnya, dan itu akan dibakar habis, seperti pohon besar dan pohon raksasa yang apabila ditebang, masih ada tunggulnya; benih yang kudus akan menjadi tunggulnya.” (Yesaya 6:13) Ya, ”sepersepuluh . . . benih yang kudus”, akan tetap ada, sama seperti tunggul dari pohon raksasa yang ditebang. Tak diragukan, jaminan ini menghibur Yesaya—akan ada kaum sisa yang kudus di antara bangsanya. Walaupun bangsa itu akan dibakar sekali lagi, seperti sebatang pohon besar yang ditebang untuk kayu bakar, tunggul yang penting dari pohon simbolis Israel akan tetap ada. Itu akan menjadi benih, atau keturunan, yang kudus bagi Yehuwa. Pada waktunya, tunggul itu akan bertunas lagi, dan pohon itu akan tumbuh kembali.—Bandingkan Ayub 14:7-9; Daniel 4:26.
20. Bagaimana bagian akhir dari nubuat Yesaya digenapi untuk pertama kalinya?
20 Apakah kata-kata nubuat itu menjadi kenyataan? Ya. Tujuh puluh tahun setelah tanah Yehuda ditelantarkan, kaum sisa yang takut akan Allah pulang dari pembuangan di Babilon. Mereka membangun kembali bait dan kota itu, dan mereka memulihkan ibadat sejati di negeri itu. Kepulangan orang Yahudi ke tanah air yang merupakan pemberian Allah bagi mereka, memungkinkan terjadinya penggenapan kedua dari nubuat yang Yehuwa berikan kepada Yesaya. Apakah itu?—Ezra 1:1-4.
Penggenapan-Penggenapan Lain
21-23. (a) Atas siapa nubuat Yesaya digenapi pada abad pertama, dan bagaimana? (b) Siapakah ”benih yang kudus” pada abad pertama, dan bagaimana mereka terpelihara hidup?
21 Tugas Yesaya untuk bernubuat menggambarkan pekerjaan yang akan dilakukan oleh sang Mesias, Yesus Kristus, sekitar 800 tahun kemudian. (Yesaya 8:18; 61:1, 2; Lukas 4:16-21; Ibrani 2:13, 14) Walaupun lebih hebat daripada Yesaya, Yesus menunjukkan kerelaan yang sama untuk diutus oleh Bapak surgawinya; ia mengatakan, ”Lihat! Aku datang untuk melakukan kehendakmu.”—Ibrani 10:5-9; Mazmur 40:6-8.
22 Seperti Yesaya, Yesus dengan setia melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya dan mendapatkan reaksi yang sama. Sama seperti orang Yahudi yang mendapat pengabaran dari Yesaya, orang Yahudi pada zaman Yesus pun tidak bersedia menerima berita yang ia bawakan. (Yesaya 1:4) Selama pelayanannya, Yesus sering menggunakan perumpamaan. Hal ini mendorong murid-muridnya untuk bertanya, ”Mengapa engkau berbicara kepada mereka dengan menggunakan perumpamaan?” Yesus menjawab, ”Kepadamu diberikan karunia untuk mengerti rahasia-rahasia suci kerajaan surga, tetapi kepada orang-orang itu, tidak diberikan. Inilah sebabnya aku berbicara kepada mereka dengan menggunakan perumpamaan, karena, seraya memandang, mereka memandang dengan sia-sia, dan seraya mendengar, mereka mendengar dengan sia-sia, mereka juga tidak mengerti maknanya; dan atas mereka nubuat Yesaya tergenap, yang bunyinya, ’Dengan mendengar, kamu akan mendengar tetapi tidak akan mengerti maknanya; dan, seraya memandang, kamu akan memandang tetapi tidak melihat. Sebab hati bangsa ini telah tertutup, dan dengan telinga mereka, mereka telah mendengar tanpa tanggapan, dan mereka telah menutup mata mereka; agar mereka tidak sekali-kali melihat dengan mata mereka dan mendengar dengan telinga mereka dan mengerti maknanya dengan hati mereka dan berbalik, dan aku menyembuhkan mereka.’”—Matius 13:10, 11, 13-15; Markus 4:10-12; Lukas 8:9, 10.
23 Dengan mengutip kata-kata Yesaya, Yesus memperlihatkan bahwa nubuat itu digenapi pada zamannya. Bangsa itu secara keseluruhan memiliki sikap hati seperti yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi pada zaman Yesaya. Mereka membuat diri mereka buta dan tuli terhadap beritanya, karena itu mereka juga akan dibinasakan. (Matius 23:35-38; 24:1, 2) Hal ini terjadi sewaktu pasukan Romawi di bawah Jenderal Titus datang menyerang Yerusalem pada tahun 70 M dan menghancurleburkan kota itu beserta baitnya. Namun, ada orang-orang yang mendengarkan Yesus dan menjadi muridnya. Yesus menyatakan bahwa orang-orang tersebut ’berbahagia’. (Matius 13:16-23, 51) Ia telah memberi tahu mereka bahwa apabila mereka melihat ”Yerusalem dikepung oleh bala tentara yang berkemah”, mereka harus ”mulai melarikan diri ke pegunungan”. (Lukas 21:20-22) Dengan demikian, selamatlah ”benih yang kudus” yang telah memperlihatkan iman dan yang telah dibentuk menjadi bangsa rohani, ”Israel milik Allah”.a—Galatia 6:16.
24. Bagaimana Paulus menerapkan nubuat Yesaya, dan apa yang ditunjukkan oleh hal ini?
24 Sekitar tahun 60 M, rasul Paulus menjadi tahanan rumah di Roma. Di sana, ia mengadakan pertemuan dengan ”pria-pria terkemuka bangsa Yahudi” dan dengan orang-orang lain untuk memberikan ”kesaksian yang saksama tentang kerajaan Allah” kepada mereka. Sewaktu banyak di antara mereka tidak mau menerima beritanya, Paulus menjelaskan bahwa itu adalah penggenapan nubuat Yesaya. (Kisah 28:17-27; Yesaya 6:9, 10) Jadi, murid-murid Yesus melaksanakan tugas yang sama seperti tugas Yesaya.
25. Apa yang dipahami oleh Saksi-Saksi Allah pada zaman modern, dan bagaimana tanggapan mereka?
25 Demikian pula, Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini memahami bahwa Allah Yehuwa ada dalam bait-Nya yang kudus. (Maleakhi 3:1) Seperti Yesaya, mereka berkata, ”Ini aku! Utuslah aku.” Dengan penuh gairah, mereka mengumumkan peringatan tentang mendekatnya akhir sistem fasik ini. Akan tetapi, sebagaimana ditunjukkan oleh Yesus, hanya ada relatif sedikit orang yang membuka mata serta telinga mereka untuk melihat dan mendengar dan diselamatkan. (Matius 7:13, 14.) Ya, berbahagialah orang-orang yang mencondongkan hati mereka untuk mendengarkan dan ”memperoleh kesembuhan bagi diri mereka”!—Yesaya 6:8, 10.
[Catatan Kaki]
a Pada tahun 66 M, untuk memadamkan pemberontakan orang Yahudi, pasukan Romawi di bawah Cestius Gallus mengepung Yerusalem dan menerobos kota itu sampai di tembok bait. Kemudian mereka mundur, sehingga murid-murid Yesus dapat melarikan diri ke pegunungan di Perea sebelum orang Romawi kembali pada tahun 70 M.
[Gambar di hlm. 94]
”Ini aku! Utuslah aku.”
[Gambar di hlm. 97]
”Sampai kota-kota hancur menjadi puing, tanpa penduduk”