”Raja Bangsa-Bangsa”—Satu-satunya Pertolongan Kita
”Siapakah yang tidak takut kepadaMu, ya Raja bangsa-bangsa? Sungguh, kepadaMulah seharusnya sikap yang demikian; sebab di antara semua orang bijaksana dari bangsa-bangsa dan di antara raja-raja mereka tidak ada yang sama seperti Engkau!”—Yer. 10:7.
1. Siapa-siapakah yang berteriak meminta bantuan di segenap penjuru dunia, dan mengapa?
”TOLONG! TOLONG!” Dari segala penjuru dunia muncul teriakan ini. Datangnya dari orang-orang yang melihat ke mana dunia ini bergerak dan akibat-akibat mencelakakan yang segera akan mengakhirinya. Mereka merasa ngeri dan menjadi sangat sedih. Mereka cenderung berkata seperti nabi Yeremia tak lama sebelum kehancuran Yerusalem yang ia nubuatkan, ”Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air mata, maka siang malam aku akan menangisi orang-orang puteri bangsaku [Israel] yang terbunuh!”—Yer. 9:1.
2. Hal apa menyebabkan orang yang prihatin menangis dewasa ini?
2 Bagaimana orang yang berprihatin tidak akan menangis dewasa ini? Karena kini umat manusia menghadapi bencana yang lama berselang telah digambarkan oleh bencana nasional yang sebelum terjadi harus diceritakan Yeremia, ”Ajarkanlah ratapan kepada anak-anakmu perempuan, dan oleh setiap perempuan [ajarkanlah] nyanyian ratapan kepada temannya: ’Maut telah menyusup ke jendela-jendela kita [sampai ke dalam rumah kita sendiri], masuk ke dalam istana-istana kita; ia melenyapkan kanak-kanak dari jalan, pemuda-pemuda dari lapangan; mayat-mayat manusia berhantaran seperti pupuk di ladang, seperti berkas gandum di belakang orang-orang yang menuai tanpa ada yang mengumpulkan.’”—Yer. 9:20-22.
3. Mengingat bencana dunia yang dengan jelas telah dinubuatkan, kepada siapa atau kepada apa orang-orang meminta petunjuk?
3 Siapa yang tidak dapat melihat bencana seluas dunia yang mendatang, yang terburuk dalam sejarah umat manusia? Kita dapat melihatnya tanpa pandangan nubuat dari Yeremia di zaman dulu. Jika demikian, bagaimana kita semua dapat menyelamatkan diri dari apa yang bahkan cenderung diramalkan oleh para pengamat dunia yang tidak terilham dewasa ini? Melihat malapetaka yang akan terjadi, orang-orang yang tidak beragama sekalipun mau tidak mau terdorong untuk minta bantuan kepada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih berkuasa dari pada manusia untuk turun tangan dan menyelamatkan keluarga umat manusia. Para penguasa politik, bahkan tokoh-tokoh Susunan Kristen, dengan cemas bertanya kepada dukun dan peramal. Karena begitu ragu untuk mengambil suatu langkah yang penting, mereka pergi kepada para peramal untuk memeriksa ramalan bintang mereka dan menafsirkan tanda-tanda di langit. Yang lain-lain minta bantuan kepada ilah-ilah mereka, patung-patung kayu berlapis perak dan emas yang ditutupi pakaian bagus buatan tangan atau mesin. Kini, bijaksanakah minta bantuan kepada sumber-sumber yang digemari umum semacam itu mengingat dunia makin gawat, yang menandakan bencana dunia tidak lama lagi akan terjadi? Tidak!—Yer. 10:1-5.
4. Mengapa kini suatu ”tuhan yang baik hati” yang buta dan bodoh bukanlah satu-satunya pertolongan kita, dan di manakah kita dapat memperoleh bantuan yang sejati?
4 Di mana kita bisa mendapatkan bantuan yang sejati? Apa atau siapakah satu-satunya pertolongan kita? Bukan sekedar ”pelindung yang baik hati” yang buta dan bodoh. Tetapi, seharusnya seseorang yang mengerti gentingnya keadaan kita seperti halnya peramal-peramal politik yang paling bijaksana, ya, bahkan seharusnya lebih baik dari pada orang-orang yang sangat cerdas itu. Karena pastilah kebodohan tidak dapat dengan tepat membantu orang-orang yang cerdas seperti kita. Satu-satunya pertolongan kita adalah Dia yang begitu cerdas untuk menciptakan seluruh alam semesta, termasuk kita, makhluk-makhluk yang cerdas. Ia yang ”paling mengerti” keadaan ini. Dialah yang disebut oleh nabi tersebut sebagai ”Raja bangsa-bangsa”.
5. Dalam Yeremia 10:6-8, bagaimanakah nabi itu menggambarkan satu-satunya pertolongan kita?
5 Apakah kita bertanya siapa Dia itu? Ia adalah yang tiada bandingnya, karena Yeremia mengatakan, ”Tidak ada yang sama seperti Engkau, ya TUHAN [Yehuwa]! Engkau besar dan namaMu besar oleh keperkasaan. Siapakah yang tidak takut kepadaMu, ya Raja bangsa-bangsa? Sungguh, kepadaMulah seharusnya sikap [takut] yang demikian; sebab di antara semua orang bijaksana dari bangsa-bangsa dan di antara raja-raja mereka tidak ada yang sama seperti Engkau! Berhala itu [bangsa-bangsa dan raja-raja mereka] semuanya bodoh dan dungu; petunjuk dewa itu sia-sia, karena ia hanya kayu belaka [patung kayu yang dilapisi perak dan emas dan ditutup dengan pakaian seperti suatu dewa].”—Yer. 10:6-8.
6. Dua bangsa pertama manakah yang disebutkan setelah air bah pada zaman Nuh, dan apa yang dikatakan Alkitab tentang apakah Yehuwa adalah Raja mereka?
6 Dalam hal apa Allah Yehuwa ”Raja bangsa-bangsa” di zaman Yeremia? Apakah orang-orang bukan Yahudi atau bangsa-bangsa kafir mengakuiNya sebagai Raja mereka? Apakah Ia mendirikan kerajaan-kerajaan mereka atau mengangkat mereka menjadi raja beserta dinasti raja-raja mereka? Apakah Ia memberikan mereka bentuk pemerintahan dan hukum-hukum atau mengadakan perjanjian dengan mereka sehingga terdapat suatu hubungan yang mengikat dengan Dia? Bangsa-bangsa pertama yang Alkitab sebutkan setelah air bah pada zaman Nuh ialah Babel dan Asyur. Apakah kita dapat katakan bahwa Yehuwa adalah Raja mereka? Bagaimana bisa demikian? Karena Kejadian 10:8-12 menceritakan kepada kita,
”Kush [cucu Nuh] memperanakkan Nimrod; dialah yang mula-mula sekali orang yang berkuasa di bumi; ia seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN [menentang Yehuwa, NW], sebab itu dikatakan orang: ’Seperti Nimrod, seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN [menentang Yehuwa, NW].’ Mula-mula kerajaannya terdiri dari Babel [Babilon], Erekh, dan Akad [dan Kalne, NW], semuanya di tanah Sinear. Dari negeri itu ia pergi ke Asyur, lalu mendirikan Niniwe, Rehobot-Ir, Kalah dan Resen di antara Niniwe dan Kalah; itulah kota besar itu.”—Perhatikan Kejadian 2:14; 1 Tawarikh 1:10.
7. Latar belakang kuno manakah menunjukkan apakah Yehuwa adalah Raja dari Kerajaan neo-Babel dari zaman Yeremia?
7 Ketika orang-orang yang mendirikan Babel sedang membangun ’menara Babel’, atau ziggurat, untuk ibadat agama, apa yang terjadi untuk menghalangi mereka menyelesaikan tugas itu? Yehuwa mulai melakukan seperti yang Ia katakan, ”Baiklah Kita . . . mengacaubalaukan . . . bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.” Apa hasilnya? Bangsa-bangsa, dengan bahasa yang berbeda-beda; karena kita membaca, ”Demikianlah mereka diserakkan TUHAN [Yehuwa, NW] dari situ [Babel] ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel [Kekacauan], karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi.” (Kej. 11:7-9) Maka, jelaslah Yehuwa bukanlah Raja dari Kerajaan Babel yang pertama seperti halnya Ia juga bukan Raja dari Kerajaan neo-Babel dari zaman Yeremia. Ilah dari Kerajaan neo-Babel ialah Bel atau Merodakh (Marduk), yang disembah oleh Penguasa Nebukhadnezar. (Yer. 50:1, 2) Yehuwa bukanlah suatu ilah Babel.
8, 9. (a) Siapakah yang disembah bangsa-bangsa Kafir lainnya sebagai penguasa adi-manusiawi mereka? (b) Bagaimana Setan menunjukkan kepada Yesus bahwa dia adalah apa yang Yesus sebut sebagai ”penguasa dunia ini”?
8 Orang-orang Kafir yang lain masing-masing mempunyai ilah nasionalnya, yang mereka anggap sebagai penguasa dan sebagai lambangnya mereka membuat patung-patung berhala. Misalnya, bangsa Amon menyembah suatu ilah palsu yang mereka sebut Molokh, yang berarti ”Yang Memerintah”, atau ”Raja”. (Im. 15:21; 20:2-5; 1 Raj. 11:7; Kis. 7:43) Bangsa-bangsa semacam itu benar-benar menyembah roh setan-setan atau iblis-iblis. (1 Kor. 10:20) Penguasa hantu-hantu yang tidak kelihatan ini ialah Setan si Iblis. Di 2 Korintus 4:4 ia disebut ”allah sistem ini” (NW).
9 Setan si Iblis memang menyatakan dirinya sebagai raja atas semua bangsa di dunia. Maka ia berusaha menggoda Yesus Kristus, dengan mengatakan, ”Segala kuasa itu serta kemuliaannya [semua kerajaan dari dunia ini] akan kuberikan kepadaMu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milikMu.” (Luk. 4:5-7) Tetapi Yesus menolak untuk menjadi seorang raja manusia di bawah musuh besar Allah. Karena itu, tidak lama sebelum kematiannya, Yesus menyebut Setan si Iblis sebagai ”penguasa dunia ini”. (Yoh. 12:31; 14:30; 16:11) Buku yang terakhir dari Alkitab, yang ditulis tujuh abad setelah zaman Yeremia, mengatakan bahwa ”seluruh dunia” menyembah Setan si Iblis beserta organisasi politiknya yang kelihatan, yang digambarkan sebagai seekor binatang berkepala tujuh.—Why. 13:3, 4.
10. (a) Atas dasar apa Yehuwa sebagai Raja hanya atas bangsa Israel sampai mereka menolak Mesias? (b) Meskipun ”kerajaan dunia” menjadi milik Yehuwa dan KristusNya pada tahun 1914, bangsa-bangsa menolak melakukan apa?
10 Pada zaman dulu bangsa Israel mengakui Allah Yehuwa sebagai Tuhan dan Raja mereka. Selaras dengan itu penulis mazmur yang terilham selanjutnya berkata, ”Ia memberitakan firmanNya kepada Yakub, ketetapan-ketetapanNya dan hukum-hukumNya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukumNya tidak mereka kenal. Haleluya [atau, Pujilah Yah]!” (Mzm. 147:5, 19, 20; 145:1, 12, 13) Karena itu, bangsa-bangsa Kafir di dunia ini bukanlah kerajaan-kerajaan dari Allah Yehuwa. Pemerintahan teokratis yang Ia dirikan atas bangsa Israel purbakala pada zaman nabi Musa adalah satu-satunya kerajaan Allah di bumi, sampai bangsa Israel menolak Putera Allah, Yesus Kristus, sebagai Mesias utusan Allah. (Kel. 15:18-21; Ul. 33:2-5; 1 Taw. 29:11, 12, 23; Mat. 21:43) Pertama kalinya sejak akhir Zaman Bangsa-Bangsa pada tahun 1914 M. ”pemerintahan [kerajaan, NW] atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya”; namun demikian, bangsa-bangsa dunia tetap menolak Yehuwa sebagai Raja mereka.—Why. 11:15-18.
BAGAIMANA IA SEBAGAI ”RAJA BANGSA-BANGSA”
11. Dari segi manakah Yeremia menyebut Yehuwa sebagai ”Raja bangsa-bangsa”?
11 Maka, dari segi mana Yeremia dapat menyebut Yehuwa sebagai ”Raja bangsa-bangsa”? Yaitu bahwa di antara semua raja atas bangsa-bangsa yang memiliki kerajaan, Ia adalah Raja yang terkemuka. Ia memerintah sebagai Raja segala raja, Raja yang Paling Unggul, Yang berkuasa atas semua raja-raja lainnya. ”Sebab,” kata Musa kepada bangsa Israel pada tahun 1473 S.M., ”TUHAN [Yehuwa, NW], Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat.” (Ul. 10:17) Belakangan, penulis mazmur yang terilham berkata kepada umat Yehuwa, ”Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! . . . Kepada Dia yang memukul kalah raja-raja yang besar; . . . Dan membunuh raja-raja yang mulia; . . . Sihon, raja orang Amori; . . . Dan Og, raja negeri Basyan; . . . Dan memberikan tanah mereka menjadi milik pusaka; . . . Milik pusaka kepada Israel, hamba-Nya!” (Mzm. 136:2, 3, 17-22) Dengan cara demikian Ia berkuasa atas ”segala bangsa-bangsa”, meskipun mereka masing-masing mempunyai raja-raja hantu dan manusia.—Yer. 9:25, 26.
12. Bagaimana Yehuwa melukiskan dan menjelaskan kepada Yeremia bahwa Ia adalah ”Raja bangsa-bangsa”?
12 Maka, Yehuwa dapat mengatakan kepada Yeremia, ”Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan.” (Yer. 1:10) Yeremia dengan tepat menyebut Dia sebagai ”Raja bangsa-bangsa”, dan ini dilukiskan Yehuwa kepadanya. Yehuwa menyuruh Yeremia pergi ke rumah seorang tukang periuk. Setelah tukang periuk itu membuat suatu bejana yang ternyata tidak baik dan kemudian melebur kembali tanah liat itu menjadi suatu bejana sesuai dengan keinginannya, Yehuwa mengatakan,
”Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel! . . . Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tanganKu, hai kaum Israel! Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mataKu dan tidak mendengarkan suaraKu, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.”—Yer. 18:1-10; perhatikan juga Yeremia 1:10.
13. Bagaimana Yehuwa, Tukang Periuk Agung itu, bertindak seperti caraNya yang dahulu terhadap Mesir kuno dan terhadap Israel?
13 Berabad-abad sebelum pernyataan ini, Yehuwa senang terhadap negeri Mesir tatkala Yusuf putera Yakub menjadi pengurus makanan. Namun, beberapa waktu setelah kematian Yusuf, para Firaun dari Mesir mulai menindas orang-orang sebangsa Yusuf, keturunan Yakub (atau Israel), dan bahkan berusaha melenyapkan mereka. Maka Yehuwa campur tangan. Ia mendatangkan bencana-bencana atas negeri Mesir dan membinasakan Firaun serta balatentaranya, dan membebaskan umatNya yang terpilih, bangsa Israel. (Mzm. 136:10-16; Rm. 9:17, 18, 21-24) Demikian juga, ketika kerajaan Yehuda memberontak melawan Allah yang mengadakan perjanjian dengannya dan terus melakukan hal-hal yang jahat, Tukang Periuk yang Agung, Yehuwa, berniat untuk menggulingkan kerajaan bangsa Israel tersebut. (Yer. 18:11-17) Tetapi, para pemberontak itu justru membalas kebaikan Yeremia, nabi Yehuwa itu, dengan kejahatan. Ya, mereka bahkan berkomplot untuk membunuh Yeremia. (Yer. 18:18-20, 23) Maka akhirnya, Yeremia menganggap layak kalau Yehuwa menjatuhkan hukuman yang berat atas pemberontak-pemberontak itu.—Yer. 18:21, 22.
14. Mengapa kita masing-masing dewasa ini harus memperhatikan contoh-contoh sejarah tentang tindakan dari Tukang Periuk yang Agung itu?
14 Contoh-contoh sejarah ini patut dicamkan oleh bangsa-bangsa, terutama bangsa-bangsa Susunan Kristen. Setidak-tidaknya, kita sebagai orang kebanyakan, patut memperhatikannya. Yehuwa, Tukang Periuk yang Agung masih tetap yang Tertinggi, dan tak lama lagi Ia akan menunjukkan kepada seluruh umat manusia bahwa Ia masih tetap ”Raja bangsa-bangsa”. Dewasa ini, lebih dari pada sebelumnya, kata-kata Yeremia berikut ini tetap berlaku,
”Tetapi [bila dibandingkan dengan ilah-ilah palsu yang dilukiskan sebelumnya] TUHAN adalah Allah yang benar, Dialah Allah yang hidup dan Raja yang kekal. Bumi goncang karena murkaNya, dan bangsa-bangsa tidak tahan akan geramNya. Beginilah harus kamu katakan kepada mereka [kepada bangsa-bangsa]: ’Para allah yang tidak menjadikan langit dan bumi akan lenyap dari bumi dan dari kolong langit ini.’a TUHANlah yang menjadikan bumi dengan kekuatanNya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaanNya, dan yang membentangkan langit dengan akal budiNya.”—Yer. 10:10-12.
15. Mengapa Yehuwa sepatutnya murka kepada bangsa-bangsa, dan bagaimana Ia akan menyatakannya?
15 Apakah memang Allah Yehuwa, sang Pencipta patut murka dewasa ini? Coba kita renungkan saja bagaimana hukum-hukumNya tidak dipedulikan di mana-mana, namaNya dibenci, kejahatan, orang lebih mengasihi kesenangan, dari pada mengasihi Allah, imoralitas, kemunafikan agama, penindasan atas mereka yang merupakan anggota golongan Yeremia zaman modern, penolakan bangsa-bangsa untuk tunduk kepada kerajaan Yehuwa di bawah Kristus. Mengingat semua hal ini, sepatutnyalah Allah Yehuwa, Tukang Periuk yang Agung itu murka. Tak lama lagi, kemurkaanNya akan dinyatakan seperti yang telah Ia lakukan di zaman Yeremia dengan membinasakan Yerusalem dan kerajaan Yehuda.
16. Mengapa bangsa-bangsa yang jahat ”tidak tahan” menghadapi kutukan yang telah dinyatakan oleh Yehuwa?
16 Dalam FirmanNya yang tertulis, Alkitab, Yehuwa telah mengutuk semua kejahatan. Ia akan segera menghancurkan hal-hal yang telah dikutukNya. ”Bangsa-bangsa tidak tahan” menghadapi kutukan yang telah Ia nyatakan. ”Ilah-ilah” mereka, apa saja yang telah mereka sembah dan puja, akan ternyata tidak berdaya dan akan lenyap beserta para penyembahnya.
17. Siapakah yang berseru minta tolong kepada satu-satunya pertolongan kita, da mengapa?
17 Maka, tidaklah mengherankan bahwa satu-satunya penolong kita tak lain dari Allah yang hidup dan benar, ”Raja bangsa-bangsa”. Teriakan-teriakan minta tolong naik ke hadiratNya dari mana-mana, baik dari orang-orang yang seperti Yeremia merasa sedih karena keadaan yang jahat, maupun dari orang-orang lain yang ”berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan”, terutama dalam Susunan Kristen yang munafik. (Yeh. 9:4) Hati mereka remuk membayangkan suatu ”kehancuran [NW]” seperti yang digambarkan oleh Yeremia akan segera menimpa semua bangsa, karena para penguasa mereka tidak mencari Yehuwa sebagai pertolongan kita satu-satunya. (Yer. 10:19-22) Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mereka miliki akan gagal sebagai alat demi perdamaian dan keamanan dunia. Sia-sialah semua rancangan manusia untuk mengatur jalannya sejarah dan untuk menolak kehancuran yang akan dilaksanakan oleh Tukang Periuk yang Agung.
18, 19. Bagaimana penguasa-penguasa politik mencoba mengatur langkah mereka dan bagaimanakah akan dibuktikan bahwa mereka tidak berkuasa untuk berbuat demikian?
18 Setelah mempelajari contoh-contoh peringatan yang terdapat dalam sejarah, tak mungkin kita membantah Yeremia ketika ia berkata, ”Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.”—Yer. 10:23.
19 Karena manusia dapat berjalan, ia bisa jadi berpikir bahwa ia dapat berjalan sesuka hati dan tetap mencapai tujuannya. Mungkin ia merasa bahwa tidak ada urusan Allah Yehuwa dalam soal itu. Maka, penguasa-penguasa politik mencoba mengendalikan urusan-urusan bangsa mereka dan mengabaikan pelajaran dari sejarah Alkitab. Mereka mencemoohkan golongan Yeremia zaman modern yang menubuatkan bencana dunia dalam suatu ’sengsara besar’. (Mat. 24:3, 21, 22) Mereka tidak mengindahkan nubuat Alkitab dan berpikir bahwa mereka dapat menentukan akhir dari segala sesuatu, mereka mengarahkan langkah ke perdamaian dan kemakmuran kekal. Tetapi, meskipun dalam segi politik, ekonomi dan agama mereka berjalan menurut keinginan mereka, Yehuwa sebagai ”Raja bangsa-bangsa” akan membuat mereka tersandung ke dalam kebinasaan yang telah dinubuatkan, pada waktu ’sengsara besar’ itu yang tak dapat dielakkan.
20. Seperti Yeremia, kita berdoa agar Yehuwa mengoreksi kita sampai sejauh mana dan mengapa?
20 Koreksi dari Allah merupakan hal yang kita semua butuhkan. Jadi, kita perlu berdoa seperti Yeremia, agar terhindar dari kebinasaan bersama dengan umat manusia, ”Hajarlah [Koreksilah, NW] aku, ya TUHAN [Yehuwa, NW], tetapi dengan selayaknya [yaitu sesuai dengan kebutuhanku], jangan dengan murkaMu [pada waktu ’sengsara besar’], supaya aku jangan Kaubinasakan! Tumpahkanlah kepanasan amarahMu ke atas bangsa-bangsa yang tidak mengenal Engkau [atau, yang tidak mau mengenal Engkau], ke atas kaum-kaum keluarga yang tidak menyerukan namaMu; sebab mereka [orang-orang Babel dan sekutu-sekutunya] telah memakan Yakub dan menghabisinya, dan membuat tempat kediamannya menjadi puing.”—Yer. 10:24, 25, (catatan pinggir, NW]; Mzm. 79:6, 7.
21. Kepada siapa dapat kita serahkan pelaksanaan hukuman yang adil atas mereka yang mencoba melenyapkan kita karena sikap dan tindakan kita?
21 Doa itu ditujukan kepada ”Raja bangsa-bangsa”. KepadaNya dapat kita serahkan pelaksanaan hukuman yang akan Ia jatuhkan dengan adil atas mereka yang mengabaikan Dia dan yang dengan rasa dendam berusaha menumpas orang yang mengakui dan yang dengan loyal mendukung kedaulatan universalNya. Kita berseru minta tolong padaNya, Ia satu-satunya pertolongan kita.
”Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”—2 Ptr. 3:13.
[Catatan Kaki]
a Ayat ini, Yeremia 10:11, beserta kutipannya, terutama unik karena ditulis dalam bahasa Aramaik, sedangkan nubuat-nubuat Yeremia lainnya ditulis dalam bahasa Ibrani.