-
Kesusahan Yakub dan Perjanjian Baru AllahMenara Pengawal—1981 (No. 33) | Menara Pengawal—1981 (No. 33)
-
-
16 ”’Sesungguhnya, akan datang waktunya,’ demikianlah firman TUHAN [Yehuwa, NW], ’Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; ”perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa [pemilik dan suami, NW] atas mereka,”’ demikianlah firman TUHAN. ’Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,’ demikianlah firman TUHAN: ’Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: ”Kenallah TUHAN!” Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku,’ demikianlah firman TUHAN, ’sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.’”—Yer. 31:31-34.
-
-
Kesusahan Yakub dan Perjanjian Baru AllahMenara Pengawal—1981 (No. 33) | Menara Pengawal—1981 (No. 33)
-
-
20, 21. (a) Sewaktu menubuatkan perjanjian baru, bagaimana Allah menunjukkan keunggulannya atas perjanjian sebelumnya? (b) Apa yang akan dibuat Allah dengan umat perjanjian Israel jika mereka dengan setia memelihara perjanjian itu?
20 Karena perjanjian baru itu lebih unggul, selayaknya ada perantara yang lebih tinggi dari Musa. Marilah kita sekarang memperhatikan bagaimana Penyedia surgawi dari perjanjian itu memperlihatkan keunggulannya dari pada perjanjian sebelumnya. Mengenai hal itu Ia berkata, ”bukan seperti perjanjian yang kuadakan dengan bapak-bapak leluhur mereka pada waktu aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir, ’yaitu perjanjianku yang mereka langgar, meskipun akulah pemilik dan suami mereka.’” (Yer. 31:32, NW) Ia bermaksud untuk membuat umat itu besar melalui perjanjian yang Ia adakan dengan bangsa Israel setelah Ia membawa mereka keluar dari Mesir. Karena itu, Ia berkata kepada mereka,
21 ”Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, [apa akibatnya?] maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus.”—Kel. 19:5, 6.
22. (a) Pemerintahan macam apakah ”kerajaan imam” itu, dan cocok bagi siapa? (b) Bagi siapakah ”bangsa yang kudus” itu merupakan suatu ”harta kesayangan”, dan dalam hubungan macam apa kepadaNya?
22 Pastilah kata-kata ”kerajaan imam” memaksudkan suatu pemerintahan yang cocok sekali untuk kebutuhan seluruh umat manusia. Imam-imamnya mewakili dan melayani Allah, Juruselamat manusia. ”Kerajaan imam” itu sendiri adalah suatu ”bangsa”, suatu kelompok nasional yang cukup bersih untuk disebut ”kudus”, yang cocok untuk digunakan oleh Allah. Allah telah memilihnya dari antara semua bangsa-bangsa lain di bumi. Maksudnya untuk dijadikan ’harta kesayangan’ Allah, sebagaimana seorang istri menjadi harta kesayangan dari suaminya. Sebenarnya, Allah menyamakan bangsa Israel kuno yang telah ditebus itu seperti seorang istri nasional dengan mengatakan bahwa Ia adalah ”pemilik dan suami” mereka. Tetapi, sebaliknya dari pada memperlihatkan ketundukan seorang istri kepadaNya, dengan berpegang pada perjanjianNya yang suci, ia mengabaikan kewajiban-kewajiban istimewa dari hubungan yang diperkenan ini. (Yer. 3:1-3, 20) Selayaknya ia diceraikan!
23. Apakah perjanjian Taurat Musa itu berhasil, dan apa yang dilakukan Allah berkenaan pemerintahan yang ideal yang direncanakanNya bagi umat manusia?
23 Dengan meninjau sejarah selanjutnya dari umat yang dulu mengadakan perjanjian dengan Allah Yehuwa, kita mengetahui bahwa banyak hal tidak membawa perbaikan kekal bagi mereka. Jadi fakta bahwa perjanjian Taurat yang diperantarai oleh Musa tidak berhasil, tidak dapat disangkal. Karena itu, alangkah senangnya kita bahwa Allah tidak berhenti membuat penyelenggaraan demi kepentingan ”kerajaan imam” yang diinginkan itu! Mengingat pemerintahan yang ideal itu, Ia mengganti perjanjian lama dengan yang lebih baik.
-