ARAB
[Pengadangan].
1. Sebuah kota di pegunungan di Yehuda, disebutkan bersama Hebron, Duma, dan kota-kota lainnya. (Yos 15:48, 52, 54) Kota tersebut dianggap sama dengan Khirbet er-Rabiyeh, letaknya di antara Duma dan Karmel, kira-kira 12 km di sebelah barat daya Hebron. Paarai, orang Arbi (2Sam 23:35), tampaknya berasal dari kota ini.
2. Semenanjung Arab di ujung barat daya benua Asia. Di timur berbatasan dengan Tel. Persia dan Tel. Oman, di selatan dengan L. Arab dan Tel. Aden, di barat dengan L. Merah, sedangkan daerah Bulan Sabit Subur di Mesopotamia, Siria, dan Israel membentuk garis lengkung di batas utaranya. Sebagian wilayah Arab mirip pulau yang sangat besar karena ketiga sisinya dikelilingi air, dan penduduknya biasa menyebut negeri itu ”Pulau orang Arab” (Jazirat al-arab).
Dengan luas wilayah sekitar 2.600.000 km2, atau sama dengan kira-kira sepertiga permukaan benua Amerika Serikat, Arab merupakan semenanjung terbesar di dunia. Garis pantai barat membentang kira-kira 2.900 km, dan lebar bagian terluas semenanjung itu sekitar 1.900 km.
Semenanjung itu terdiri dari dataran tinggi berbatu-batu yang melandai ke arah timur menuju Tel. Persia, mulai dari punggungnya yang terbentuk oleh barisan pegunungan yang sejajar dengan pesisir baratnya. Salah satu puncak di sudut barat daya mencapai ketinggian lebih dari 3.600 m. Di ujung selatan semenanjung itu di wilayah pedalamannya terdapat gurun yang luas yang disebut Rub al-Khali, yaitu lautan pasir terbesar di dunia, yang dikenal sebagai ”Empty Quarter” (Daerah Kosong). Di sebelah utara Nejd atau plato tengah terdapat wilayah Gurun An Nafud yang lebih kecil, yang mencapai bagian tertingginya di Gurun Siria.
Tidak banyak sungai kecil di sepanjang tepi bagian luar semenanjung tersebut dan di plato tengah yang tinggi (atau Nejd), dan sungai-sungai itu berisi air hanya pada musim-musim tertentu. Ayub, yang tampaknya hidup di tempat yang sekarang disebut wilayah Gurun Siria, menyebutkan mengeringnya ”wadi-wadi musim dingin” tersebut.—Ayb 6:15-20.
Meskipun sebagian besar dataran tinggi yang sangat luas ini kering, cukup banyak hujan turun di sepanjang barisan pegunungan sebelah barat, plato tengah, dan di sebelah selatannya untuk menunjang kehidupan penduduk yang cukup besar. Di sini dan sekitar oasis-oasis yang lebih besar, Felahin atau petani biasa dapat menghasilkan tanaman budi daya berupa sekoi, gandum, barli, dan jagung; di tempat ini juga tumbuh pohon kurma (Kel 15:27) dan pohon ara. Pohon-pohon akasia, yang menghasilkan gom resin yang dikenal sebagai getah arab, dan pohon serta tanaman yang harum lainnya merupakan komoditas utama perekonomian Arab pada zaman dahulu, sebagaimana pada zaman modern sekalipun dengan lingkup yang lebih kecil, sebab diungguli oleh emas hitam yakni minyak bumi.—Kej 2:12.
Karena air umumnya sangat langka, jumlah satwa dan burung dengan sendirinya berkurang, tetapi domba, kambing, unta, keledai liar, anjing hutan (jakal), burung falkon, dan burung elang masih hidup di sana, seperti halnya pada zaman Alkitab. (Yeh 27:21; 2Taw 17:11; Hak 6:5; Ayb 39:5-8, 26, 27; Yes 60:7; 34:13) Beberapa satwa liar, seperti singa, lembu jantan liar, dan burung unta, sekarang sudah punah di daerah ini. (Ayb 38:39, 40; 39:9-18) Kuda-kuda Arab terkenal karena keindahan dan kekuatannya hingga dewasa ini.—Bdk. Ayb 39:19-25.
Suku-Suku Arab. Negeri Arab akhirnya menjadi tempat asal banyak keluarga pasca-Air Bah yang disebutkan di Kejadian pasal 10. Dalam cabang Semitik, Yoktan menjadi bapak sekitar 13 kepala suku Arab; sedangkan tiga keturunan Aram yakni Uz, Geter, dan Mas, tampaknya menetap di daerah Arab Utara dan Gurun Siria. (Kej 10:23, 26-29) Orang-orang Ismael yang hidup di kemah-kemah berkelana di Sem. Sinai, terus ke Arab Utara dan sampai ke Asiria. (Kej 25:13-18) Orang-orang Midian sebagian besar menempati bagian barat laut Arab persis di sebelah timur Tel. Aqaba. (Kej 25:4) Keturunan Esau tinggal di wilayah pegunungan Edom di sebelah tenggara L. Mati. (Kej 36:8, 9, 40-43) Dalam cabang Hamitik beberapa keturunan Kus, termasuk Hawila, Sabta, Raama dan putra-putranya, Syeba serta Dedan, juga Sabteka, kelihatannya menempati sebagian besar Sem. Arab bagian selatan.—Kej 10:7.
Inskripsi-inskripsi Asiria dan Babilonia kuno menyebutkan berbagai suku di Arab. Syalmaneser III mencantumkan ”Gindibu, dari Arab”. Dalam inskripsi-inskripsi Tiglat-pileser III tercantum Zabibe dan Samsi sebagai ratu negeri Arab. Sargon II menyebutkan ”Samsi, ratu Arab (dan) Itamar, orang Syeba”. Inskripsi-inskripsi berhuruf paku lainnya menyebutkan tentang orang Sabai, orang Nabaiti, orang Qidri, dan orang Idibaili, orang Masai, serta orang Temai.—Bdk. Kej 25:3, 13-15.
Rujukan dalam Alkitab. Hadhramaut, salah satu dari empat kerajaan utama Arab Selatan kuno, biasanya dianggap sama dengan Hazarmawet yang disebutkan di Kejadian 10:26. Wadi Hadhramaut, sebuah lembah panjang yang sejajar dengan pesisir selatan Arab, adalah pusat kerajaan itu dengan ibu kotanya di Syabwa. Nama-nama lain yang disebutkan dalam Alkitab sebagai nama tempat di Arab ialah Dedan, Tema, Duma, dan Buz.—Yes 21:11-14; Yer 25:23, 24.
Abraham mengitari negeri Arab pada waktu pindah dari Ur di Khaldea ke tanah Kanaan. Ketika belakangan diharuskan pergi ke Mesir, dan juga pada perjalanan pulang, ia mungkin melintasi sebagian negeri Arab melalui bagian utara Sem. Sinai (sebaliknya dari mengikuti rute di sepanjang Pesisir L. Tengah). (Kej 12:10; 13:1) Drama dalam buku Ayub terjadi di tanah Uz di bagian utara Arab (Ayb 1:1), dan kawanan penyamun orang Syeba yang menyerang properti orang ”yang terbesar dari antara semua orang Timur” ini adalah suku Arab yang mungkin merupakan keturunan Yoktan. (Ayb 1:3, 15; Kej 10:26-28) Ketiga ”penghibur” Ayub, juga Elihu, tampaknya berasal dari beberapa bagian di Arab. (Ayb 2:11; 32:2) Musa melewatkan 40 tahun di Arab sewaktu ia tinggal untuk sementara bersama Yitro, orang Midian. (Kel 2:15–3:1; Kis 7:29, 30) Peristiwa penting berikutnya yang terjadi di negeri Arab ialah diberikannya perjanjian Hukum di G. Sinai di bagian selatan Sem. Sinai, tempat bangsa Israel yang telah dibebaskan berkumpul. (Kel 19:1, 2) Oleh karena itu, sekitar 15 abad kemudian rasul Paulus menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi di ”Sinai, sebuah gunung di negeri Arab”.—Gal 4:25.
Mengingat keadaan umum negeri Arab sekarang, gambaran dari mungkin sekitar tiga juta orang Israel yang tinggal selama 40 tahun di padang belantara kelihatan hampir mustahil. (Kel 12:37, 38) Tentu, faktor utamanya ialah persediaan makanan dan air yang secara mukjizat dijamin oleh Yehuwa. (Ul 8:2-4; Bil 20:7, 8) Walaupun kondisinya jelas sulit dan air sangat langka sebagaimana nyata dari catatan Alkitab (Bil 20:4, 5), ada alasan untuk percaya bahwa pada waktu itu, kira-kira 3.500 tahun yang lalu, persediaan air di negeri Arab hingga taraf tertentu lebih banyak daripada yang ada dewasa ini. Adanya begitu banyak wadi atau lembah kering yang dalam, yang dahulunya adalah sungai, membuktikan bahwa pada masa lampau terdapat cukup banyak hujan di daerah itu. Punahnya beberapa jenis satwa mungkin sebagian disebabkan oleh berkurangnya persediaan air. Namun, pada dasarnya, keadaan Arab pada waktu itu persis seperti sekarang: tanah yang kering, atau stepa.
Pada zaman Hakim-Hakim, gerombolan orang Midian, orang Amalek, dan ”orang-orang dari Timur” datang mengendarai unta dari Arab untuk menghancurkan tanah Israel. (Hak 6:1-6) Serangan-serangan mendadak semacam itu selalu merupakan metode utama dalam peperangan di Arab. (2Taw 22:1) Unta, yang konon mulai dijadikan binatang peliharaan di Arab, sudah digunakan sebagai sarana transportasi setidaknya sejak zaman Abraham. (Kej 24:1-4, 10, 61, 64) Karena unta jauh lebih unggul daripada keledai untuk perjalanan gurun yang panjang, dijadikannya unta sebagai binatang peliharaan sedikit banyak dianggap telah menyebabkan suatu revolusi ekonomi untuk Arab, yang turut menyebabkan berkembangnya apa yang disebut ”Kerajaan Rempah-Rempah” Arab Selatan.
Para kafilah dari wilayah selatan yang lebih subur mengitari rute-rute gurun yang sejajar dengan L. Merah, dari oasis ke oasis dan dari sumur ke sumur hingga mencapai Sem. Sinai, dan dari sini mereka dapat pergi ke Mesir atau melanjutkan perjalanan ke Palestina atau ke Damaskus. Selain rempah-rempah dan getah harum yang sangat mahal, seperti kemenyan dan mur (Yes 60:6), mereka mungkin mengangkut emas dan kayu cendana dari Ofir (1Raj 9:28; 10:11) serta batu-batu permata yang berharga, seperti yang dilakukan oleh ratu dari Syeba sewaktu mengunjungi Raja Salomo. (1Raj 10:1-10, 15; 2Taw 9:1-9, 14) Di perairan Tel. Persia ada berlimpah kerang mutiara. Karena sudut barat daya Arab terpisah dari Afrika oleh selat sempit yang lebarnya hanya sekitar 32 km, hasil-hasil dari Etiopia (2Taw 21:16), seperti gading dan kayu hitam, mungkin juga termasuk barang dagangan para saudagar keliling ini.—Yeh 27:15.
Nabonidus, raja Babilonia yang putranya, Belsyazar, memerintah di Babilon pada waktu negeri itu jatuh (539 SM), menghabiskan sepuluh tahun di kota Oasis Taima (Tema) di bagian utara plato tengah di Arab.—Lihat TEMA No. 2.
Pada abad kelima SM, Palestina mendapat pengaruh Arab yang cukup besar, sebagaimana terlihat dari keterangan tentang ”Gesyem, orang Arab itu” di Nehemia 2:19 dan 6:1-7.
Kerajaan orang Himyar, yang menguasai Arab Selatan kira-kira pada tahun 115 SM, beribu kota Zafar (yang menurut perkiraan beberapa orang adalah Sefar di Kejadian 10:30). Di sebelah utaranya, orang Nabatea (yang mungkin adalah keturunan Nebayot yang disebutkan di Kejadian 25:13), dengan ibu kotanya, Petra, di ngarai Edom yang berbatu-batu, menjadi sangat kuat sejak abad keempat SM dan seterusnya. Pada akhirnya mereka memperluas daerah kekuasaan mereka ke seluruh bagian selatan Negeb dan terus sampai Moab serta wilayah sebelah timur Yordan. Selama beberapa tahun pada abad pertama SM dan sekali lagi pada abad pertama M, mereka berkuasa atas Damaskus. Raja mereka, Aretas IV (± 9 SM–40 M), disebutkan di 2 Korintus 11:32 sehubungan dengan upaya Paulus untuk melarikan diri dari Damaskus, sebagaimana diuraikan di Kisah 9:23-25. Herodes Antipas menikahi putri Aretas IV tetapi menceraikannya agar dapat menikah dengan Herodias.—Mrk 6:17; lihat ARETAS.
Paulus menyatakan bahwa setelah pertobatannya, ia ”pergi ke negeri Arab, dan kembali lagi ke Damaskus”. (Gal 1:17) Ia mungkin melakukan perjalanan ke daerah yang relatif dekat, yaitu Gurun Siria, meskipun istilah itu juga dapat berarti salah satu bagian di Sem. Arab.
Pada abad pertama SM, Palmira di sebelah timur laut Damaskus mulai berkembang sebagai salah satu kota penting di Arab dan pada waktunya mengungguli Petra sebagai salah satu kota perdagangan. Menjelang tahun 270 M, di bawah pimpinan Ratu Zenobia, pasukan Palmira menduduki Mesir dan menjadi saingan yang berbahaya bagi Roma sampai mereka dikalahkan pada tahun 272 M.
Bahasa. Bahasa bangsa Arab adalah bagian dari rumpun Semitik Selatan dan tetap lebih stabil dibandingkan dengan bahasa-bahasa Semitik lainnya. Oleh karena itu, bahasa ini terbukti sangat membantu dalam meningkatkan mutu pemahaman banyak ungkapan dan kata Ibrani kuno dalam Alkitab.