PASAL TUJUH
Layanilah Yehuwa menurut Standar-Nya yang Tinggi
1. Bagaimana anggapan penduduk Yerusalem pada zaman Zefanya mengenai standar Yehuwa?
”YEHUWA tidak akan melakukan yang baik, dan ia tidak akan melakukan yang buruk.” Itulah anggapan penduduk Yerusalem pada zaman Zefanya. Menurut mereka, Yehuwa tidak mengharapkan mereka hidup selaras dengan standar tertentu. Zefanya mengatakan bahwa mereka ”mengental di atas endapan mereka”, yaitu ampas di dasar wadah penyimpanan anggur. Maksudnya, orang-orang itu sudah senang dengan gaya hidup yang nyaman, tidak mau diusik oleh berita apa pun mengenai campur tangan Allah dalam urusan mereka. Namun, Allah memberi tahu orang-orang Yahudi itu bahwa Ia akan ”menggeledah Yerusalem secara teliti dengan pelita” dan ”memperhatikan” orang-orang yang mengabaikan standar-Nya. Ya, Yehuwa memiliki standar, dan Ia peduli akan pandangan umat-Nya terhadap standar itu.—Zefanya 1:12.
2. Di tempat Saudara tinggal, apa pandangan umum tentang standar?
2 Dewasa ini pun banyak orang sangat tidak suka diatur oleh standar. Saudara bisa jadi mendengar mereka mengatakan, ”Lakukan sesukamu!” Ada yang bernalar, ’Kalau saya tidak punya uang dan tidak bisa mendapatkan apa yang saya inginkan, saya boleh menghalalkan segala cara.’ Mereka tidak memedulikan perasaan Allah atau apa yang Ia kehendaki dari mereka. Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara suka dengan gagasan bahwa sang Pencipta menetapkan standar bagi Saudara?
3, 4. Mengapa Saudara menghargai adanya standar?
3 Banyak orang yang tidak mau diatur oleh standar Allah ternyata tanpa ragu mau mengikuti standar manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Contohnya adalah standar mutu air minum. Kebanyakan pemerintah menetapkan standar baku mutu air bagi masyarakat. Tetapi, bagaimana jika standarnya terlalu rendah? Hal itu bisa mengakibatkan diare dan penyakit lain, dan anak-anaklah yang khususnya menjadi korban. Namun, dengan standar air minum yang tinggi, Saudara jugalah yang mendapat faedahnya. ”Jika tidak ada standar, dampaknya akan cepat terasa,” kata Organisasi Standarisasi Internasional. ”Kita biasanya tidak menyadari peranan standar dalam meningkatkan kualitas, keamanan, keterandalan, efisiensi, dan kompatibilitas—maupun peranannya dalam menyediakan manfaat-manfaat tersebut dengan biaya yang ekonomis.”
4 Jika Saudara setuju bahwa standar dalam berbagai aspek kehidupan itu berguna, tidakkah masuk akal bahwa Allah memiliki standar yang tinggi bagi umat yang menyandang nama-Nya?—Kisah 15:14.
APAKAH STANDAR ALLAH MASUK AKAL?
5. Bagaimana Yehuwa melalui Amos mempertunjukkan pentingnya memenuhi standar-standar-Nya?
5 Standar penting dalam membangun rumah. Jika ada dinding yang tidak tegak, seluruh bangunan pun akan doyong atau miring. Atau, rumah bisa-bisa tidak layak huni jika ada celah di antara dinding-dindingnya. Itulah inti penglihatan Amos, yang bernubuat pada abad kesembilan SM, tentang kondisi kerajaan Israel sepuluh suku. Ia melihat Yehuwa berdiri pada tembok sambil memegang ”sebuah unting-unting di tangannya”. Allah berfirman, ”Lihat, aku menaruh unting-unting di tengah-tengah umatku, Israel. Aku tidak akan memaafkannya lagi.” (Amos 7:7, 8) Unting-unting adalah pemberat yang tergantung pada seutas tali, gunanya untuk menentukan apakah suatu bidang sudah benar-benar tegak lurus. Amos melihat Yehuwa berdiri pada tembok kiasan yang ”dibuat dengan unting-unting”. Tembok itu tegak lurus. Tetapi, pada zaman Amos, orang Israel sudah tidak lulus dalam uji kelurusan rohani—mereka bagaikan tembok doyong yang harus diruntuhkan agar tidak menimpa orang.
6. (a) Apa salah satu pokok kunci dalam tulisan ke-12 nabi? (b) Apa yang menunjukkan bahwa standar Allah masuk akal?
6 Seraya mempelajari buku-buku dari ke-12 nabi, Saudara akan menemukan pokok yang terus berulang ini: Menyelaraskan diri dengan standar Allah sangat penting. Berita dalam buku-buku itu tidak semuanya berupa kecaman terhadap suatu umat yang tidak mengikuti standar Allah yang tinggi. Kadang-kadang, sewaktu memeriksa umat-Nya, Yehuwa menyatakan bahwa mereka telah memenuhi standar-Nya. Fakta ini menunjukkan bahwa standar Allah masuk akal; manusia yang tidak sempurna seperti kita sanggup memenuhinya. Pertimbangkan sebuah contoh.
7. Bagaimana Zakharia membantu kita mengerti bahwa manusia yang tidak sempurna sanggup memenuhi standar Yehuwa?
7 Setelah orang-orang Yahudi yang pulang dari Babilon membangun fondasi bait, proyek pembangunan kembali bait terhenti. Maka, Allah mengutus para nabi-Nya, Hagai dan Zakharia, untuk menganjurkan orang-orang melanjutkan proyek itu. Dalam sebuah penglihatan melalui Zakharia, Yehuwa menggambarkan bahwa Zerubabel, gubernur Yehuda, memegang ”unting-unting di tangan[nya]” ketika ia memasang batu utama sebagai tanda rampungnya bait. Bait itu dibangun sesuai dengan standar ilahi. (Zakharia 4:10) Tetapi, perhatikanlah perincian menarik ini tentang bait yang telah rampung itu, ”Yang tujuh ini adalah mata Yehuwa. Semuanya menjelajahi seluruh bumi.” Allah melihat Zerubabel memasang batu utama itu pada tempatnya, dan dengan mata-Nya yang jeli, Ia melihat bahwa bait itu lulus uji, memenuhi standar-Nya! Jadi, sekalipun Yehuwa memiliki standar yang tinggi, manusia dapat memenuhinya. Berkat anjuran Hagai serta Zakharia, Zerubabel dan anak buahnya dapat melakukannya. Seperti Zerubabel, Saudara pun dapat memenuhi harapan Allah. Hal itu sungguh membesarkan hati!
MENGAPA KITA MAU MENGIKUTI STANDAR YEHUWA?
8, 9. (a) Mengapa Yehuwa pantas menetapkan standar bagi manusia? (b) Mengapa Allah layak meminta bangsa Israel mematuhi perintah-Nya?
8 Sebagai Pencipta, Allah berhak menetapkan standar bagi manusia dan meminta kita mematuhinya. (Penyingkapan 4:11) Yehuwa tidak perlu menjabarkan segala sesuatunya secara terperinci, karena Ia telah memberi manusia hati nurani sebagai pembimbing yang berharga. (Roma 2:14, 15) Allah memang melarang pasangan manusia pertama makan dari ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”, yang melambangkan hak Allah untuk menetapkan standar tentang apa yang baik dan yang jahat. Dan, Saudara pasti tahu apa yang terjadi selanjutnya. (Kejadian 2:17; 3:1-19) Ketika menyinggung pilihan yang salah yang diambil oleh Adam, Hosea menulis, ”[Orang-orang Israel] sendiri, seperti manusia (”Adam”, Rbi8-E, catatan kaki), telah melangkahi perjanjian.” (Hosea 6:7) Melalui ayat ini Hosea memperlihatkan bahwa dosa orang Israel adalah dosa yang disengaja.
9 Apa dosa mereka? ”Mereka telah melanggar perjanjian [Hukum].” (New International Version) Dengan membebaskan umat-Nya dari Mesir, Allah menjadi pemilik mereka dan jelas berhak menetapkan standar bagi mereka. Orang Israel menerima perjanjian dengan Yehuwa, artinya mereka setuju untuk hidup sesuai dengan standar-standar itu. (Keluaran 24:3; Yesaya 54:5) Sekalipun demikian, banyak dari mereka lalai menjalankan Hukum. Mereka bersalah karena menumpahkan darah, membunuh, dan melakukan percabulan.—Hosea 6:8-10.
10. Bagaimana Allah berupaya membantu orang-orang yang lalai memenuhi standar-Nya?
10 Yehuwa mengutus para nabi, seperti Hosea, untuk membantu umat-Nya yang berbakti. Di akhir buku nubuatnya, Hosea berseru, ”Siapa yang berhikmat, agar dia mengerti hal-hal ini? Bijaksana, agar dia mengetahui semuanya itu? Karena jalan-jalan Yehuwa lurus, dan orang-orang yang adil-benarlah yang akan berjalan di situ; tetapi para pelanggar akan tersandung di situ.” (Hosea 14:9) Di ayat-ayat awal Hosea pasal 14, kita melihat bahwa sang nabi menandaskan perlunya kembali kepada Yehuwa. Orang yang berhikmat akan mengerti bahwa Yehuwa menunjukkan jalan yang lurus bagi umat-Nya. Sebagai hamba Allah yang berbakti, Saudara tentu memiliki hasrat yang tulus untuk tetap lurus hati, berjalan di jalan-jalan Yehuwa.
11. Mengapa Saudara tergerak untuk mematuhi perintah-perintah Allah?
11 Hosea 14:9 juga mengarahkan perhatian kita pada manfaat mengikuti haluan yang benar. Kita akan memperoleh berkat dan manfaat jika menyelaraskan diri dengan perintah Allah. Sebagai Pencipta, Ia tahu bagaimana kita dibuat. Semua yang Ia minta dari kita adalah demi kebaikan kita. Mengenai hubungan kita dengan Allah, kita bisa mengumpamakannya seperti mobil dan pabriknya. Sang pembuat tahu bagaimana mobil itu dirancang dan dirakit. Ia tahu bahwa oli mobil harus diganti secara berkala. Apa yang terjadi jika Saudara mengabaikan standar itu, karena mungkin berpikir bahwa mobilnya masih bisa jalan? Mesinnya akan rusak dan berhenti berfungsi jauh lebih cepat daripada jika mobil itu dirawat. Demikian pula halnya manusia. Sang Pencipta telah memberi kita perintah-perintah, dan dengan mematuhinya, kita sendiri yang merasakan manfaatnya. (Yesaya 48:17, 18) Dengan memahami bahwa kita akan mendapat manfaat, kita semakin termotivasi untuk hidup sesuai dengan standar Allah, untuk mematuhi perintah-Nya.—Mazmur 112:1.
12. Bagaimana hubungan kita dengan Allah bisa semakin akrab jika kita berjalan dengan nama-Nya?
12 Manfaat terbesar dari menjalankan perintah Allah adalah hubungan yang semakin akrab dengan Allah. Apabila kita hidup sesuai dengan standar-Nya dan melihat bahwa standar Allah itu masuk akal serta bermanfaat, kita akan semakin menyayangi Pembuat standar itu. Nabi Mikha dengan indah menggambarkan hubungan yang akrab itu, ”Semua suku bangsa, masing-masing akan berjalan dengan nama allahnya; tetapi kami, kami akan berjalan dengan nama Yehuwa, Allah kami, sampai waktu yang tidak tertentu, ya, selama-lamanya.” (Mikha 4:5) Sungguh besar hak istimewa kita untuk berjalan dengan nama Yehuwa, menjunjung reputasi-Nya dan mengakui wewenang-Nya dalam kehidupan kita! Dan, sudah sewajarnya kita ingin mencerminkan sifat-sifat-Nya. Marilah kita masing-masing berupaya mempererat hubungan kita dengan Allah.—Mazmur 9:10.
13. Mengapa takut akan nama Allah bukan hal yang negatif atau buruk?
13 Orang yang hidup sesuai dengan standar Allah dan berjalan dengan nama ilahi disebut sebagai orang yang takut akan nama Allah. Itu bukan hal yang negatif atau buruk. Yehuwa meyakinkan orang-orang seperti itu, ”Ke atas kamu yang takut akan namaku matahari keadilbenaran pasti akan bersinar, dengan kesembuhan pada sayap-sayapnya; dan kamu akan keluar dan mengentak-entakkan kaki di tanah seperti anak lembu yang gemuk.” (Maleakhi 4:2) Dalam penggenapan nubuat itu, ”matahari keadilbenaran” adalah Yesus Kristus. (Penyingkapan 1:16) Kini, ia memancarkan sinar kesembuhan rohani, dan di masa depan, ia akan memancarkan sinar kesembuhan jasmani bagi umat manusia. Sukacita orang-orang yang disembuhkan diumpamakan seperti sukacita anak lembu gemuk yang ”keluar dan mengentak-entakkan kaki di tanah”, senang dan gembira bisa hidup bebas. Bukankah Saudara telah menikmati kebebasan besar seperti itu?—Yohanes 8:32.
14, 15. Manfaat apa saja yang bisa Saudara peroleh dengan berpaut pada standar Yehuwa?
14 Manfaat lain dari berpaut pada standar Allah adalah hubungan yang lebih baik dengan sesama manusia. Habakuk menyerukan lima celaka—atas orang yang tamak akan milik orang lain, yang mengejar keuntungan yang tidak jujur, yang menumpahkan darah, yang bersiasat untuk melakukan pelanggaran seksual, dan yang menyembah berhala. (Habakuk 2:6-19) Fakta bahwa Yehuwa menyerukan celaka-celaka ini jelas memperlihatkan bahwa Ia telah menetapkan standar cara hidup yang hendaknya kita ikuti. Tetapi, perhatikan pokok ini: Empat dari semua kesalahan yang disebutkan berkaitan dengan cara kita memperlakukan sesama manusia. Jika kita memiliki cara pandang Allah, kita tidak akan mencelakai sesama kita. Maka, hubungan kita dengan kebanyakan orang pasti akan menjadi lebih baik.
15 Manfaat ketiga ada kaitannya dengan kebahagiaan keluarga. Dewasa ini, orang sering memandang perceraian sebagai jalan keluar terakhir bagi ketidakharmonisan rumah tangga. Tetapi, melalui nabi Maleakhi, Yehuwa menyatakan, ”Ia membenci perceraian.” (Maleakhi 2:16) Kita akan membahas Maleakhi 2:16 secara lebih terperinci nanti, tetapi sekarang perhatikan bahwa Allah telah dengan bijaksana menetapkan standar untuk diikuti oleh para anggota keluarga; semakin mereka menjalankan standar Allah, semakin damai keluarga mereka. (Efesus 5:28, 33; 6:1-4) Patut diakui, kita semua tidak sempurna, jadi pasti ada problem. Namun, dalam buku Hosea, Pribadi ”yang kepadanya setiap keluarga di surga dan di bumi berutang nama” memberikan contoh praktis yang menunjukkan caranya mengatasi beberapa problem perkawinan yang pelik sekali pun. Hal itu juga akan kita bahas dalam buku ini. (Efesus 3:15) Sekarang, mari kita lihat apa lagi yang tercakup dalam hal menjalankan standar Allah.
”BENCILAH APA YANG BURUK, DAN KASIHILAH APA YANG BAIK”
16. Apa hubungan Amos 5:15 dengan standar Allah?
16 Manusia pertama, Adam, membuat pilihan yang bodoh mengenai standar siapa yang paling baik untuk diikuti berkenaan dengan apa yang baik dan jahat. Apakah pilihan kita akan lebih bijaksana? Amos mengingatkan kita untuk memiliki perasaan yang kuat mengenai hal ini, dengan mendesak, ”Bencilah apa yang buruk, dan kasihilah apa yang baik.” (Amos 5:15) Almarhum William Rainey Harper, mantan dosen bahasa dan sastra Semitik di University of Chicago, mengomentari ayat itu, ”Standar tentang apa yang baik dan buruk, dalam pikiran [Amos], benar-benar sesuai dengan kehendak Yahweh.” Itulah konsep utama yang bisa kita pelajari dari ke-12 nabi. Apakah kita bersedia menerima standar Yehuwa tentang apa yang baik dan buruk? Standar-standar yang tinggi itu disingkapkan kepada kita dalam Alkitab dan dijelaskan oleh orang-orang Kristen yang matang dan berpengalaman yang membentuk golongan ”budak yang setia dan bijaksana”.—Matius 24:45-47.
17, 18. (a) Mengapa kita harus membenci apa yang buruk? (b) Berikan contoh bagaimana kita bisa mengembangkan kebencian yang hebat terhadap apa yang buruk.
17 Dengan membenci apa yang buruk, kita dibantu untuk menjauhi hal-hal yang tidak menyenangkan Allah. Sebagai contoh, seorang pria mungkin tahu tentang bahaya pornografi di Internet dan berupaya agar tidak melihatnya. Namun, bagaimana perasaan ’manusia batiniahnya’ tentang isi situs-situs Web porno? (Efesus 3:16) Dengan menerapkan desakan Allah di Amos 5:15, akan lebih mudah baginya untuk mengembangkan kebencian terhadap apa yang buruk. Dengan demikian, ia bisa menang dalam perjuangan rohaninya.
18 Pertimbangkan contoh lain. Pernahkah terbayang oleh Saudara untuk membungkuk di hadapan berhala yang digunakan dalam penyembahan seks? Memikirkannya saja sudah membuat Saudara jijik, bukan? Namun, Hosea mengatakan bahwa para leluhur orang Israel melakukan perbuatan amoral di hadapan Baal Peor. (Bilangan 25:1-3; Hosea 9:10) Tampaknya, Hosea menyebutkan peristiwa itu karena penyembahan Baal adalah dosa utama kerajaan Israel sepuluh suku. (2 Raja 17:16-18; Hosea 2:8, 13) Bayangkan saja betapa memuakkannya adegan ini: Orang-orang Israel membungkuk kepada berhala-berhala selama pesta seks liar. Dengan mengetahui bahwa Allah benar-benar mengutuk hal itu, kita masing-masing bisa dibantu untuk melawan jerat yang Setan pasang melalui Internet. Dewasa ini, banyak orang mengidolakan wanita cantik dan pria tampan yang menjadi tokoh-tokoh hiburan populer. Tetapi, betapa berbedanya mereka dengan kita yang telah belajar dari peringatan para nabi tentang penyembahan berhala!
INGATLAH FIRMAN ALLAH SENANTIASA
19. Apa yang dapat Saudara pelajari dari tindakan Yunus di dalam perut seekor ikan besar?
19 Seraya Saudara berupaya menjunjung standar Allah yang tinggi di tengah-tengah berbagai godaan dan kesulitan, kadang-kadang Saudara mungkin merasa tidak sanggup atau tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Jika kekuatan mental atau emosi Saudara tampaknya menipis, bagaimana Saudara dapat berhasil mengatasi situasi yang kritis? (Amsal 24:10) Nah, ada yang dapat kita pelajari dari Yunus, yang kita tahu adalah manusia tidak sempurna dengan berbagai kelemahan. Ingat apa yang ia lakukan di dalam perut seekor ikan besar. Ia berdoa kepada Yehuwa. Perhatikanlah isi doanya.
20. Bagaimana Saudara dapat melengkapi diri untuk melakukan apa yang Yunus lakukan?
20 Sewaktu Yunus berdoa kepada Allah ”dari perut Syeol”, ia menggunakan kata-kata dan frasa yang ia kenal baik, yaitu dari Mazmur. (Yunus 2:2) Ia sedang amat bersusah hati dan memohon belas kasihan Yehuwa, namun kata-kata Daud-lah yang meluncur dari bibir Yunus. Sebagai contoh, bandingkan kata-kata Yunus 2:3, 5 dengan kata-kata Mazmur 69:1, 2.a Jelaslah, Yunus mengenal baik mazmur-mazmur Daud. Kata-kata dan ungkapan dalam mazmur yang terilham itu meluap dari hati Yunus. Firman Allah yang terilham ’ada di bagian dalam’ Yunus. (Mazmur 40:8) Jika Saudara tengah menghadapi situasi yang menguras emosi, bisakah Saudara mengingat ayat-ayat yang cocok? Jika sekarang Saudara mengenal baik Firman Allah, kelak hal itu akan sangat menolong sewaktu Saudara harus membuat keputusan dan mengatasi masalah selaras dengan standar Allah.
MILIKILAH TAKUT YANG SEHAT AKAN ALLAH
21. Apa yang Saudara butuhkan agar dapat berpaut pada standar Allah?
21 Tentu saja, sekadar memiliki perbendaharaan ayat Alkitab tidaklah cukup untuk membuat Saudara berpaut erat pada standar Yehuwa. Nabi Mikha memberikan keterangan tambahan tentang apa yang Saudara butuhkan untuk dapat menerapkan Firman Allah, ”Orang yang memiliki hikmat yang praktis akan takut kepada namamu.” (Mikha 6:9) Untuk memiliki hikmat praktis, yaitu bisa menerapkan apa yang kita ketahui, Saudara harus mengembangkan rasa takut kepada nama Allah.
22, 23. (a) Mengapa Yehuwa mengutus Hagai kepada orang Yahudi pascapembuangan? (b) Mengapa Saudara bisa yakin bahwa Saudara sanggup mengikuti standar Allah?
22 Bagaimana Saudara dapat belajar untuk takut kepada nama Allah? Nah, perhatikan nabi Hagai dari masa pascapembuangan. Dalam bukunya yang sangat pendek, hanya 38 ayat, ia menggunakan nama Yehuwa sebanyak 35 kali! Sewaktu Yehuwa menugasi Hagai untuk bernubuat, pada tahun 520 SM, 16 tahun telah berlalu dan pembangunan bait di Yerusalem masih jauh dari selesai. Umat Allah berkecil hati karena tentangan musuh. (Ezra 4:4, 5) Mereka bernalar bahwa waktu untuk membangun kembali bait belum tiba. Yehuwa mengingatkan mereka, ”Pertimbangkanlah jalan-jalanmu dengan hatimu. . . . Bangunlah rumah itu, agar aku senang dengannya dan aku dimuliakan.”—Hagai 1:2-8.
23 Gubernur Zerubabel, Imam Besar Yosua, dan ”semua orang yang tersisa dari umat itu mendengarkan perkataan Yehuwa, Allah mereka, . . . dan umat itu menjadi takut karena Yehuwa”. Sebagai tanggapan, Allah mengatakan, ”Aku menyertai kamu sekalian.” Alangkah leganya! Dengan bantuan roh Allah, umat itu ”mulai datang dan melakukan pekerjaan di rumah Yehuwa”. (Hagai 1:12-14) Rasa takut yang sehat, yaitu takut tidak menyenangkan Allah, menggerakkan umat yang berkecil hati itu untuk bertindak meski ada tentangan.
24, 25. Dengan contoh-contoh spesifik, gambarkan bagaimana Saudara bisa menerapkan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam pasal ini.
24 Bagaimana dengan Saudara? Jika Saudara tahu standar ilahi mana yang terkait dalam situasi yang Saudara hadapi, apakah Saudara akan mempunyai keberanian yang dibutuhkan untuk lebih takut kepada Yehuwa daripada kepada manusia? Barangkali Saudari masih muda, dan di tempat kerja ada seorang pria tidak seiman. Orangnya baik dan penuh perhatian. Apakah suatu ayat akan terlintas dalam pikiran Saudari, yang mengingatkan Saudari tentang standar Yehuwa dan bahayanya jika Saudari mengabaikannya? Bagaimana dengan Hosea 4:11? ”Percabulan dan anggur dan anggur manis itulah yang menyingkirkan motif baik.” Dengan ayat itu, tidakkah rasa takut Saudari kepada Allah akan menggerakkan Saudari untuk berpaut pada standar-Nya dan menolak jika pria itu mengundang Saudari ke suatu acara sosial? Jika ia mulai menggoda, rasa takut untuk tidak menyenangkan Allah dapat membantu Saudari untuk ”lari”.—Kejadian 39:12; Yeremia 17:9.
25 Kini, mari kita kembali ke contoh orang yang berupaya menolak daya tarik pornografi Internet. Apakah ia akan mengingat kata-kata di Mazmur 119:37, yang merupakan suatu bentuk doa? ”Palingkanlah mataku agar tidak melihat apa yang tidak berguna.” Dan, apakah ia akan mengingat kata-kata Yesus dalam Khotbah di Gunung? ”Setiap orang yang terus memandang seorang wanita sehingga mempunyai nafsu terhadap dia sudah berbuat zina dengan dia dalam hatinya.” (Matius 5:28) Jika seorang Kristen takut akan Yehuwa dan berhasrat untuk hidup sesuai dengan standar-Nya, ia tentunya tergerak untuk menjauhi apa saja yang bisa merusak. Kapan pun Saudara tergoda untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan standar Allah, cobalah memperkembangkan rasa takut yang saleh. Dan, ingatlah apa yang Yehuwa katakan melalui Hagai, ”Aku menyertai kamu.”
26. Apa yang akan kita bahas selanjutnya?
26 Ya, Saudara bisa melayani Yehuwa menurut standar-Nya yang tinggi dan memperoleh manfaat karena melakukannya. Seraya saudara terus memeriksa ke-12 buku nubuat ini, standar Allah—apa yang Ia kehendaki dari kita masing-masing—akan menjadi semakin jelas. Bagian berikut dalam buku ini akan membahas standar yang sangat bagus yang telah Allah tetapkan untuk tiga bidang utama: tingkah laku, cara memperlakukan orang lain, dan kehidupan keluarga.
a Bandingkan juga Yunus 2:2, 4-9 dengan Mazmur 18:6; 31:22; 30:3; 142:2, 3; 31:6; dan 3:8 dengan urutan yang Yunus gunakan.