Hiduplah dalam Takut akan Yehuwa
”Jemaat itu . . . hidup dalam takut akan Tuhan [”Yehuwa”, NW]. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.”—KISAH 9:31.
1, 2. (a) Apa yang terjadi ketika sidang Kristen berada dalam keadaan damai? (b) Walaupun Yehuwa mengizinkan penganiayaan, apa lagi yang Ia lakukan?
SEORANG murid menghadapi ujian yang paling berat. Apakah ia akan memelihara integritas kepada Allah? Ya, pasti! Ia telah hidup dalam takut akan Allah, dengan respek yang dalam terhadap Penciptanya, dan akan mati sebagai saksi yang setia dari Yehuwa.
2 Pemelihara integritas yang takut akan Allah itu ialah Stefanus, ”seorang yang penuh iman dan Roh Kudus”. (Kisah 6:5) Pembunuhan atasnya mencetuskan gelombang penganiayaan, tetapi setelah itu sidang di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai dan dibina secara rohani. Tambahan pula, ”jemaat itu . . . hidup dalam takut akan Tuhan [”Yehuwa”, NW]. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus”. (Kisah 9:31) Sebagai Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini, kita dapat yakin bahwa Allah akan memberkati kita tidak soal apakah kita dalam masa damai atau mengalami penganiayaan, seperti diperlihatkan dalam Kisah pasal 6 sampai 12. Maka marilah kita hidup dalam takut dan hormat yang dalam akan Allah pada waktu penganiayaan atau menggunakan masa damai untuk pembinaan rohani dan dinas yang lebih aktif bagi Dia.—Ulangan 32:11, 12; 33:27.
Setia sampai Akhir
3. Problem apa yang diatasi di Yerusalem, dan bagaimana?
3 Bahkan bila problem-problem timbul pada masa damai, pengorganisasian yang baik dapat membantu memecahkannya. (6:1-7) Orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani di Yerusalem mengeluh bahwa janda-janda mereka dilalaikan dalam pembagian makanan sehari-hari karena perhatian lebih diberikan kepada orang-orang Yahudi berbahasa Ibrani yang beriman. Problem ini dipecahkan ketika rasul-rasul mengangkat tujuh pria untuk mengurus ”tugas yang penting ini”. (NW) Salah seorang dari mereka ialah Stefanus.
4. Bagaimana reaksi Stefanus terhadap tuduhan palsu atasnya?
4 Tetapi, Stefanus yang takut akan Allah tidak lama kemudian menghadapi ujian. (6:8-15) Orang-orang yang berdebat dengan Stefanus mulai bertindak. Beberapa adalah dari ”jemaat orang Libertini”, yaitu mungkin orang-orang Yahudi yang ditawan oleh Roma dan belakangan beremansipasi atau proselit Yahudi yang dulunya adalah budak-budak. Karena tidak dapat membela diri melawan hikmat dan roh yang mendorong Stefanus berbicara, musuh-musuhnya membawanya ke Sanhedrin. Di sana saksi-saksi palsu itu berkata, ’Kami mendengar pria ini mengatakan bahwa Yesus akan merubuhkan bait dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa.’ Namun bahkan para penentang dapat melihat bahwa Stefanus tidak melakukan perbuatan salah sebaliknya pembawaannya tenang bagaikan seorang malaikat, seorang utusan dari Allah yang yakin akan dukungan yang ia miliki. Betapa berbeda dari wajah-wajah mereka, yang memancarkan kejahatan karena mereka membiarkan diri digunakan oleh Setan!
5. Pokok-pokok apa yang Stefanus kemukakan ketika memberi kesaksian?
5 Ketika ditanyai oleh Imam Besar Kayafas, Stefanus memberikan kesaksian yang berani. (7:1-53) Tinjauannya atas sejarah Israel memperlihatkan bahwa Allah bermaksud menghapus Taurat dan dinas bait pada waktu Mesias datang. Stefanus mengatakan bahwa Musa, sang pembebas yang menurut pengakuan setiap orang Yahudi mereka hormati, telah ditolak oleh orang Israel, sama seperti mereka sekarang tidak mau menerima Pribadi yang mendatangkan pembebasan lebih besar. Dengan mengatakan bahwa Allah tidak diam dalam rumah bikinan manusia, Stefanus menunjukkan bahwa bait dan sistem ibadatnya akan berakhir. Tetapi karena hakim-hakim tersebut tidak takut akan Allah atau tidak ingin mengetahui kehendak Dia, Stefanus berkata, ’Hai orang-orang yang keras kepala, kamu selalu menentang Roh Kudus. Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Mereka membunuh orang-orang yang menubuatkan kedatangan Orang Benar, dan kamu telah menjadi pengkhianat dan pembunuhnya.’
6. (a) Sebelum kematiannya, hal apa yang menguatkan iman dialami oleh Stefanus? (b) Mengapa Stefanus dapat mengatakan dengan tepat, ”Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku”?
6 Pernyataan Stefanus yang berani itu mengakibatkan ia dibunuh. (7:54-60) Hakim-hakim marah sekali mendengar penyingkapan atas kesalahan mereka dalam hal kematian Yesus. Tetapi iman Stefanus benar-benar dikuatkan ketika ia ”menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah”! Stefanus sekarang dapat menghadapi musuh-musuhnya dengan keyakinan bahwa ia telah melakukan kehendak Allah. Walaupun Saksi-Saksi Yehuwa tidak mendapat penglihatan, kita dapat memiliki ketenangan yang sama yang diberikan oleh Allah pada waktu kita dianiaya. Setelah menyeret Stefanus ke luar kota Yerusalem, musuh-musuhnya mulai melemparinya dengan batu, dan ia mengucapkan permohonan, ”Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Hal ini patut karena Allah telah memberi Yesus wewenang untuk menghidupkan orang lain. (Yohanes 5:26; 6:40; 11:25, 26) Sambil berlutut, Stefanus berseru, ”Tuhan [”Yehuwa”, NW], janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Kemudian ia tidur dalam kematian sebagai martir, seperti halnya begitu banyak pengikut Yesus sejak itu, bahkan pada zaman modern.
Penganiayaan Menyebarkan Kabar Baik
7. Apa pengaruh dari penganiayaan?
7 Kematian Stefanus menyebabkan kabar baik tersiar ke mana-mana. (8:1-4) Penganiayaan membuat semua murid tersebar ke seluruh Yudea dan Samaria, kecuali para rasul. Saulus, yang menyetujui pembunuhan atas Stefanus, mengobrak-abrik sidang bagaikan seekor binatang buas, memasuki rumah demi rumah untuk menyeret para pengikut Yesus ke dalam penjara. Seraya murid-murid yang tersebar itu terus memberitakan, rencana Setan untuk menghentikan para pemberita Kerajaan yang takut akan Allah melalui penganiayaan, digagalkan. Dewasa ini juga, penganiayaan sering telah menyebarkan kabar baik atau menarik perhatian kepada pekerjaan pengabaran Kerajaan.
8. (a) Apa yang terjadi sebagai hasil pengabaran di Samaria? (b) Bagaimana Petrus menggunakan kunci kedua yang Yesus percayakan kepadanya?
8 Sang penginjil, Filipus, pergi ke Samaria untuk ”memberitakan Mesias”. (8:5-25) Sukacita yang besar memenuhi kota itu pada waktu kabar baik diberitakan, roh-roh yang najis diusir, dan orang-orang disembuhkan. Rasul-rasul di Yerusalem mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria, dan ketika mereka berdoa serta menumpangkan tangan ke atas mereka yang sudah dibaptis, murid-murid baru itu menerima roh kudus. Bekas tukang sihir yang baru dibaptis, Simon, mencoba membeli kuasa tersebut, tetapi Petrus berkata, ’Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau. Hatimu tidak lurus di hadapan Allah.’ Ketika diberi tahu agar bertobat dan memohonkan pengampunan dari Yehuwa, ia memohon agar rasul-rasul berdoa demi kepentingannya. Hal ini seharusnya menggerakkan semua orang yang takut kepada Yehuwa dewasa ini untuk berdoa memohonkan bantuan ilahi dalam menjaga ketulusan hati. (Amsal 4:23) (Dari peristiwa ini muncul kata bahasa Inggris ”simony”, yaitu ’membeli atau menjual jabatan atau kedudukan terkemuka di gereja’.) Petrus dan Yohanes memberitakan Injil di banyak kampung di Samaria. Demikianlah, Petrus menggunakan kunci kedua yang Yesus berikan kepadanya untuk membuka pintu pengetahuan dan kesempatan memasuki Kerajaan surgawi.—Matius 16:19.
9. Siapakah orang Etiopia kepada siapa Filipus memberi kesaksian, dan mengapa orang itu dapat dibaptis?
9 Kemudian malaikat Allah memberi Filipus penugasan baru. (8:26-40) Dalam sebuah kereta di jalan raya dari Yerusalem menuju Gaza ada seorang ”sida-sida”, yaitu seorang pembesar, kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia. Ia bukan seorang sida-sida secara fisik, yang dilarang memasuki sidang jemaat Yahudi, tetapi ia baru kembali dari Yerusalem untuk beribadat sebagai seorang proselit yang bersunat. (Ulangan 23:1) Filipus mendapati sida-sida itu sedang membaca buku Yesaya. Setelah diundang untuk naik ke dalam kereta, Filipus membahas nubuat Yesaya dan ”memberitakan Injil Yesus kepadanya”. (Yesaya 53:7, 8) Tidak lama kemudian orang Etiopia itu berseru, ”Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?” Tidak ada penghalang, karena ia tahu tentang Allah dan sekarang telah beriman dalam Kristus. Maka Filipus membaptis orang Etiopia itu, yang kemudian meneruskan perjalanannya dengan sukacita. Apakah ada sesuatu yang menghalangi saudara untuk dibaptis?
Seorang Penganiaya Ditobatkan
10, 11. Apa yang terjadi atas Saulus dari Tarsus di jalan menuju Damsyik dan tidak lama setelah itu?
10 Sementara itu, Saulus berupaya membuat para pengikut Yesus menyangkal iman mereka di bawah ancaman pemenjaraan atau kematian. (9:1-18a) Imam besar (kemungkinan Kayafas) memberinya surat-surat untuk dibawa kepada sinagoga-sinagoga di Damsyik, memberinya wewenang untuk menangkap dan membawa ke Yerusalem, pria dan wanita yang mengikuti ”Jalan Tuhan”, atau cara hidup berdasarkan teladan Kristus. Kira-kira tengah hari dekat Damsyik, suatu sinar memancar dari langit dan ada suara bertanya, ”Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Mereka yang bersama dengan Saulus mendengar ”suara itu” tetapi tidak mengerti apa yang dikatakan. (Bandingkan Kisah 22:6, 9.) Penyingkapan sebagian dari Yesus yang telah dimuliakan itu sudah cukup untuk membuat Saulus menjadi buta. Allah menggunakan Ananias, seorang murid, untuk memulihkan penglihatannya.
11 Setelah dibaptis, bekas penganiaya ini menjadi sasaran penganiayaan. (9:18b-25) Orang Yahudi di Damsyik ingin membunuh Saulus. Tetapi, pada malam hari, murid-murid menurunkan dia melalui sebuah lubang di tembok, kemungkinan dalam sebuah keranjang anyaman yang besar terbuat dari tali atau ranting-ranting yang dijalin. (2 Korintus 11:32, 33) Lubang itu mungkin sebuah jendela dari rumah salah seorang murid yang dibangun pada tembok kota. Ini bukan tindakan pengecut untuk menghindari musuh dan terus mengabar.
12. (a) Apa yang terjadi atas Saulus di Yerusalem? (b) Bagaimana keadaan sidang jemaat?
12 Di Yerusalem, Barnabas membantu murid-murid menerima Saulus sebagai saudara seiman. (9:26-31) Di sana, Saulus dengan berani berdebat dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, yang juga berupaya membunuh dia. Mengetahui hal ini, saudara-saudara membawa dia ke Kaisarea dan mengutusnya ke Tarsus, kota kediamannya di Sisilia. Sidang di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria kemudian ’berada dalam keadaan damai, dibina’ secara rohani. Seraya jemaat itu ’hidup dalam takut akan Yehuwa, jumlahnya makin bertambah besar oleh penghiburan Roh Kudus’. Benar-benar suatu teladan bagi semua sidang dewasa ini jika mereka ingin menerima berkat Yehuwa!
Orang-Orang Non-Yahudi Menjadi Beriman!
13. Allah memberi kesanggupan kepada Petrus untuk melakukan mukjizat-mukjizat apa di Lida dan Yope?
13 Petrus juga terus sibuk. (9:32-43) Di Lida (sekarang Lod) di Dataran Saron, ia menyembuhkan Eneas yang lumpuh. Penyembuhan ini menyebabkan banyak orang berbalik kepada Tuhan. Di Yope, Tabita (Dorkas), seorang murid yang dikasihi, jatuh sakit dan meninggal. Ketika Petrus tiba, sambil menangis janda-janda menunjukkan kepadanya pakaian-pakaian yang telah dibuat oleh Dorkas dan yang mungkin sedang mereka pakai. Petrus menghidupkan kembali Dorkas, dan ketika berita tentang hal ini tersiar, banyak orang menjadi beriman. Petrus tetap tinggal di Yope bersama Simon, seorang penyamak kulit, yang rumahnya di tepi laut. Seorang penyamak kulit merendam kulit hewan dalam laut dan membubuhinya dengan kapur sebelum mengerik bulu-bulunya. Kulit mentah itu kemudian disamak dengan cairan dari tumbuhan tertentu sehingga siap digunakan untuk berbagai hal.
14. (a) Siapakah Kornelius itu? (b) Apa yang benar berkenaan doa-doa Kornelius?
14 Pada waktu itu (36 M.), suatu perkembangan yang penting terjadi di tempat lain. (10:1-8) Di Kaisarea tinggal Kornelius, seorang non-Yahudi yang saleh, perwira pasukan Roma yang mengepalai kira-kira seratus orang. Ia memimpin ”pasukan Italia”, yang rupanya diambil dari antara warga Roma dan budak-budak yang merdeka di Italia. Meskipun Kornelius takut kepada Allah, ia bukan seorang proselit Yahudi. Dalam suatu penglihatan, seorang malaikat memberi tahu dia bahwa doa-doanya ”telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat” dia. Meskipun Kornelius pada waktu itu belum berbakti kepada Yehuwa, ia menerima jawaban atas doanya. Tetapi sesuai dengan petunjuk malaikat, ia menyuruh memanggil Petrus.
15. Apa yang terjadi ketika Petrus sedang berdoa di atap rumah Simon?
15 Sementara itu, Petrus mendapat penglihatan ketika ia sedang berdoa di atap rumah Simon. (10:9-23) Ketika sedang diliputi kuasa ilahi ia melihat turun dari langit sebuah bejana berbentuk kain lebar penuh berisi berbagai binatang berkaki empat yang haram, binatang melata, dan burung. Ketika diperintahkan untuk menyembelih dan memakannya, Petrus berkata bahwa ia tidak pernah makan sesuatu yang haram. ”Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram,” ia diberi tahu. Penglihatan itu membingungkan Petrus, tetapi ia mengikuti petunjuk dari roh. Maka, ia bersama enam saudara Yahudi pergi bersama para utusan dari Kornelius.—Kisah 11:12.
16, 17. (a) Apa yang Petrus katakan kepada Kornelius beserta orang-orang yang berkumpul di rumahnya? (b) Apa yang terjadi ketika Petrus sedang berbicara?
16 Sekarang orang-orang non-Yahudi yang pertama akan mendengar kabar baik. (10:24-43) Ketika Petrus dan rekan-rekannya tiba di Kaisarea, Kornelius, sanak keluarganya, dan sahabat-sahabat karibnya sudah menunggu. Kornelius tersungkur di depan kaki Petrus, tetapi rasul itu dengan rendah hati menolak untuk disembah. Ia berbicara mengenai bagaimana Yehuwa mengurapi Yesus dengan roh kudus dan kuasa sebagai Mesias dan menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman kepada-Nya akan diampuni dosa-dosanya.
17 Yehuwa sekarang bertindak. (10:44-48) Sementara Petrus sedang berbicara, Allah mengaruniakan roh kudus ke atas orang-orang non-Yahudi yang beriman itu. Seketika itu juga, mereka diperanakkan oleh roh Allah dan diilhami untuk berbicara bahasa-bahasa asing dan mengagungkan Dia. Maka, mereka dengan sepatutnya dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Demikianlah Petrus menggunakan kunci ketiga untuk membuka bagi orang-orang non-Yahudi yang takut akan Allah, pintu pengetahuan dan kesempatan memasuki Kerajaan surgawi.—Matius 16:19.
18. Bagaimana reaksi saudara-saudara Yahudi ketika Petrus menjelaskan bahwa orang-orang non-Yahudi ”dibaptis dengan Roh Kudus”?
18 Kemudian, di Yerusalem, para pendukung sunat berselisih pendapat dengan Petrus. (11:1-18) Ketika ia menjelaskan bagaimana orang-orang non-Yahudi ”dibaptis dengan Roh Kudus”, saudara-saudaranya orang Yahudi menjadi tenang dan memuliakan Allah, mengatakan, ”Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.” Kita juga sepatutnya mau menerima dengan baik bila kehendak ilahi telah dinyatakan dengan jelas kepada kita.
Sidang Non-Yahudi Didirikan
19. Bagaimana murid-murid itu kemudian disebut orang Kristen?
19 Sidang non-Yahudi yang pertama sekarang dibentuk. (11:19-26) Ketika murid-murid dicerai-beraikan oleh kesulitan yang timbul karena Stefanus, ada yang pergi ke Antiokhia, Siria, yang terkenal dengan ibadat yang najis dan kebejatan moralnya. Ketika mereka memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang berbahasa Yunani di sana, ”tangan Tuhan [”Yehuwa”, NW] menyertai mereka”, dan banyak orang menjadi beriman. Barnabas dan Saulus mengajar di sana selama setahun, dan ”di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen [”melalui ketetapan ilahi”, NW]”. Yehuwa pasti membimbing agar mereka disebut demikian, karena kata Yunani khre·ma·tiʹzo berarti ”disebut melalui ketetapan ilahi” dan selalu digunakan dalam Alkitab berkaitan dengan apa yang berasal dari Allah.
20. Apa yang dinubuatkan oleh Agabus, dan bagaimana reaksi sidang Antiokhia?
20 Nabi-nabi yang takut akan Allah juga datang ke Antiokhia dari Yerusalem. (11:27-30) Salah seorang di antaranya ialah Agabus, yang ’oleh kuasa Roh mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar’. Nubuat itu digenapi selama pemerintahan kaisar Roma Klaudius (41-54 C.E.), dan sejarawan Yosefus menyebut ini ”bala kelaparan besar”. (Jewish Antiquities, XX, 51 [ii, 5]; XX, 101 [v, 2]) Digerakkan oleh kasih, sidang Antiokhia mengirimkan sumbangan kepada saudara-saudara yang membutuhkannya di Yudea.—Yohanes 13:35.
Penganiayaan Sia-Sia
21. Tindakan apa yang diambil oleh Herodes Agripa I terhadap Petrus, tetapi dengan hasil apa?
21 Masa damai berakhir ketika Herodes Agripa I mulai menganiaya orang-orang yang takut akan Yehuwa di Yerusalem. (12:1-11) Herodes membunuh Yakobus dengan pedang, mungkin memenggal kepalanya sebagai rasul pertama yang menjadi martir. Melihat bahwa hal ini menyenangkan hati orang Yahudi, Herodes memenjarakan Petrus. Rasul itu rupanya dirantai pada seorang prajurit masing-masing di kedua sisinya, sementara dua prajurit lain menjaga selnya. Herodes bermaksud mengeksekusi dia setelah Paskah dan hari raya roti tak beragi (14-21 Nisan), tetapi doa-doa sidang demi kepentingan Petrus dijawab tepat pada waktunya, yang juga sering kita alami dengan doa-doa kita. Ini terjadi ketika malaikat Allah secara mukjizat membebaskan rasul itu.
22. Apa yang terjadi ketika Petrus pergi ke rumah Maria, ibu Markus?
22 Tak lama kemudian Petrus sudah berada di rumah Maria (ibu dari Yohanes Markus), yang rupanya adalah tempat perhimpunan Kristen. (12:12-19) Dalam gelap, Rode, seorang hamba perempuan, mengenali suara Petrus tetapi membiarkan dia di luar, di depan pintu gerbang yang terkunci. Mula-mula murid-murid berpikir Allah telah mengutus seorang malaikat dalam rupa Petrus dan yang berbicara dengan suara seperti suara Petrus. Tetapi, ketika mereka mengenali Petrus, ia memberi tahu mereka agar melaporkan pembebasannya kepada Yakobus dan saudara-saudara (mungkin para penatua). Kemudian ia pergi meninggalkan mereka tanpa memberitahukan tujuannya agar tidak membahayakan mereka atau dirinya sendiri andai kata ada interogasi. Herodes sia-sia mencari Petrus, dan para prajurit yang mengawalnya dihukum, mungkin bahkan dieksekusi.
23. Bagaimana pemerintahan Herodes Agripa I berakhir, dan apa yang dapat kita pelajari dari ini?
23 Pada tahun 44 M. pemerintahan Herodes Agripa I berakhir secara tiba-tiba di Kaisarea ketika ia berusia 54 tahun. (12:20-25) Ia sedang ingin memerangi orang Funisia dari Tirus dan Sidon, yang telah menyuap Blastus hambanya untuk mengatur pertemuan agar mereka dapat berdamai. Pada ”hari yang ditentukan” (juga hari raya untuk menghormati Kaisar Klaudius), Herodes mengenakan pakaian kerajaan, duduk di atas takhta, dan mulai berpidato. Sebagai sambutan, hadirin berseru, ”Ini suara allah dan bukan suara manusia!” Seketika itu juga malaikat Yehuwa menghukum dia ”karena ia tidak memberi hormat kepada Allah”. Herodes ”mati dimakan cacing-cacing”. Semoga contoh peringatan ini menggerakkan kita untuk terus hidup dalam takut akan Yehuwa, menjauhi kecongkakan dan memberi Dia pujian atas apa yang kita lakukan sebagai umat-Nya.
24. Apa yang akan diperlihatkan dalam artikel mendatang mengenai perluasan?
24 Meskipun ditindas oleh Herodes, ”firman Tuhan [”Yehuwa”, NW] makin tersebar dan makin banyak didengar orang”. Sebenarnya, seperti akan diperlihatkan dalam sebuah artikel mendatang, murid-murid dapat mengharapkan perluasan lebih lanjut. Mengapa? Karena mereka ”hidup dalam takut akan Tuhan [”Yehuwa”, NW]”.
Bagaimana Saudara Akan Menjawab?
◻ Bagaimana Stefanus menunjukkan bahwa ia takut akan Yehuwa, sebagaimana banyak dari hamba-hamba Allah sejak itu?
◻ Apa pengaruh dari kematian Stefanus atas kegiatan pengabaran Kerajaan, dan apakah ada persamaannya pada zaman modern?
◻ Bagaimana seorang penganiaya, Saulus dari Tarsus, menjadi orang yang takut akan Yehuwa?
◻ Siapakah orang-orang non-Yahudi pertama yang menjadi orang beriman?
◻ Bagaimana Kisah pasal 12 menunjukkan bahwa penganiayaan tidak menghentikan mereka yang takut akan Yehuwa?
[Gambar di hlm. 16, 17]
Suatu sinar memancar dari langit dan ada suara bertanya, ”Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”