Berkat Yehuwa Menjadikan Kaya
”Sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”—MATIUS 19:23.
1, 2. Pertentangan apa dapat ditarik antara jenis-jenis kekayaan?
BAGAIMANA jika seseorang mengatakan kepada saudara, ”Anda sudah kaya, ya”? Banyak orang akan merasa gembira sekali mendengar hal ini jika itu berarti bahwa mereka kaya dengan uang, tanah, atau barang-barang mewah. Namun pertimbangkan soal kekayaan dari sudut pandangan ini, ”Berkat [Yehuwa]lah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”—Amsal 10:22.
2 Ketika Allah berurusan dengan para datuk jaman purba dan bangsa Israel, Ia memberkati kesetiaan mereka dengan kemakmuran. (Kejadian 13:2; Ulangan 28:11, 12; Ayub 42:10-12) Raja Salomo adalah salah seorang yang mendapat berkat sedemikian. Ia menjadi sangat kaya. Namun ia belajar dari pengalaman bahwa kehidupan yang dipusatkan pada kekayaan materi ”adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” (Pengkhotbah 2:4-11; 1 Raja 3:11-13; 9:14, 28; 10:10) Jadi ketika Salomo menulis, ”Berkat [Yehuwa]lah yang menjadikan kaya,” ia tidak menandaskan kekayaan materi. Ia menyatakan kebenaran bahwa jika saudara mendapat berkat Allah, kehidupan saudara lebih kaya dan tidak dapat dibandingkan dengan kehidupan orang-orang yang tidak melayani Dia. Mengapa demikian?
3. Dengan cara bagaimana saja saudara benar-benar kaya jika saudara mendapat berkat Allah?
3 Jika saudara seorang Kristen, saudara dapat menikmati perkenan Yehuwa sekarang dan mendapat berkat-berkat dari padaNya seperti misalnya hikmat yang saleh. Saudara dapat diterima dalam sidang orang-orang Kristen yang bagaikan suatu keluarga yang pada dasarnya berbahagia, saling mempercayai, dan berminat kepada saudara. Hukum-hukum Allah melindungi saudara dari banyak penyakit dan bahaya. Saudara juga mempunyai alasan untuk mengharapkan perlindungan ilahi melalui ’sengsara besar’ yang akan datang atas sistem yang jahat ini—dan kemudian untuk hidup dalam Firdaus yang kekal di bumi ini segera setelahnya. Jadi, saudara lihat, dengan berkat-berkat dan harapan yang sedemikian menakjubkan saudara benar-benar dapat berkata, ”Saya memang kaya”.—Matius 24:21, 22.
4. Bagaimana saudara dapat membahayakan keadaan saudara yang kaya secara rohani? (Wahyu 3:17, 18)
4 Tetapi, ”kaya” dengan berkat-berkat Yehuwa dapat saja terancam oleh kekayaan lain—uang atau kekayaan materi. Sedikit saja dari antara kita (apakah secara keuangan berkecukupan atau terbatas) yang mau mengakui, ’Saya menghadapi bahaya yang nyata yaitu disesatkan oleh cinta akan uang.’ Namun, ingatlah nasihat, ”Akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6:10) Ayat itu ditulis pada suatu masa ketika semua orang Kristen yang diperkenan, diurapi dengan roh Allah sebagai tanda bahwa mereka dapat menjadi penguasa-penguasa surgawi bersama Kristus. Kemungkinan besar banyak yang secara pribadi telah bertemu dengan rasul-rasul dan orang-orang lain yang pernah bersama-sama dengan Yesus. Jika uang telah ’menyimpangkan’ beberapa dari mereka, betapa besar bahayanya bagi kita!—2 Korintus 5:5; Roma 8:17, 23.
Orang Kaya dan Unta
5. Bagaimana pandangan Yesus mengenai kekayaan?
5 Yesus sering mengemukakan bahaya dari kekayaan, karena bahaya ini dihadapi semua orang, baik yang kaya maupun yang tidak kaya. (Matius 6:24-32; Lukas 6:24; 12:15-21) Sebagai dasar untuk memeriksa diri sendiri, pertimbangkan apa yang Yesus katakan pada suatu kesempatan, seperti diceritakan di Matius 19:16-24; Markus 10:17-30; dan Lukas 18:18-30. Sebenarnya, ada baiknya saudara berhenti sebentar dan membaca salah satu kisah tersebut atau semuanya.
6, 7. (a) Percakapan apa yang terjadi antara Yesus dengan seorang pria muda? (b) Setelah itu, nasihat apa yang diberikan Yesus?
6 Seorang penguasa muda mendekati Yesus dan bertanya: ”Apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus menarik perhatiannya kepada Hukum Taurat, dengan demikian menunjukkan bahwa Yehuwa tidak lalai dalam memberitahu apa yang perlu. Pria itu menjawab bahwa ia telah melakukan perintah-perintah Allah ’sejak masa mudanya.’ Nampaknya seolah-olah ia sudah berada di ambang pintu menuju kehidupan, namun ia merasa masih ada yang kurang. Mungkin ia berpikir bahwa masih ada kebaikan tertentu, suatu perbuatan yang gagah berani sebagai langkah terakhir melalui pintu yang menuju hidup kekal. Jawaban Yesus menyangkut hal yang luas: ”Juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Apa yang terjadi? ”Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya [atau, mempunyai banyak harta benda].” Maka pria itu pergi.—Lukas 18:18, 21-23; Markus 10:22.
7 Setelah itu Yesus menyatakan, ”Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Lukas 18:24, 25) Apakah nasihat itu hanya bagi penguasa kaya tersebut? Atau apakah saudara terlibat, tidak soal saudara kaya atau miskin? Mari kita lihat.
8. (a) Seperti apakah penguasa muda Yahudi itu? (b) Kesalahan apa yang ia lakukan, dan mengapa hal itu seharusnya memprihatinkan kita?
8 Saudara akan dibantu untuk memahami keadaan penguasa muda itu jika saudara membayangkan seseorang yang serupa pada jaman modern—seorang muda Kristen yang bersih, mempunyai banyak pengetahuan Alkitab, moral yang baik, dan berasal dari keluarga kaya. Saudara mungkin saja iri dengan orang sedemikian pada jaman sekarang. Tetapi Yesus melihat suatu kekurangan yang besar pada pria muda Yahudi itu: Kekayaan atau harta bendanya terlalu penting dalam kehidupannya. Jadi Yesus memberi nasihat di atas. Saudara dapat melihat mengapa kisah Alkitab ini berlaku bagi kita semua, kaya atau miskin. Uang dan harta benda dapat menjadi sangat penting bagi semua orang di antara kita, tidak soal kita sudah memilikinya atau hanya ingin memilikinya.
9. Bagaimana kita tahu bahwa Yesus tidak mengutuk kekayaan itu sendiri?
9 Yesus tidak mengatakan bahwa seseorang yang kaya secara materi tidak dapat melayani Allah. Banyak orang telah berbuat demikian. Pria muda Yahudi itu telah melakukannya—dalam suatu taraf tertentu. Zakheus, pemungut cukai itu, adalah ”seorang yang kaya”. (Lukas 19:2-10) Ada orang-orang Kristen terurap pada abad pertama yang kaya dan karena itu mendapat tantangan istimewa agar ”suka memberi dan membagi.” (1 Timotius 6:17, 18; Yakobus 1:9, 10) Dan ada juga orang-orang Kristen yang kaya dewasa ini. Mereka sering memberi dengan murah hati untuk mendukung pekerjaan Kerajaan, merelakan rumah mereka untuk perhimpunan, dan menggunakan mobil mereka dalam pelayanan. Maka, mengapa Yesus mengucapkan kata-kata di atas mengenai orang kaya dan unta? Apa yang dapat kita pelajari dari padanya?
10. Apa yang dapat kita simpulkan dari nasihat Yesus pada peristiwa itu?
10 Seperti dapat saudara mengerti, seseorang bisa saja mulai beribadat kepada Allah; namun membuktikan diri setia sampai akhir adalah hal lain. (Matius 24:13; Filipi 3:12-14) Mungkin saja hal ini ada dalam pikiran Yesus ketika ia mengatakan, ”Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Markus 10:25) Seekor unta tidak mungkin dapat masuk melewati lubang yang kecil dari sebuah jarum jahit, jadi Yesus jelas menggunakan gaya bahasa hiperbola, suatu pernyataan yang dibesar-besarkan yang tidak dimaksudkan untuk dimengerti secara harfiah. Tetapi, ini menunjukkan betapa sulitnya bagi seorang kaya untuk melakukan sesuatu. Apa itu? Bukan hanya mulai melayani Allah, tidak, tetapi ”masuk ke dalam Kerajaan”, benar-benar mendapat hidup kekal. Tidak soal bagaimana keadaan saudara secara keuangan, nasihat Yesus dapat membantu jalan pikiran saudara, kemajuan rohani saudara, dan usaha saudara untuk mendapat hidup kekal.
Mengapa Begitu Sulit bagi Orang Kaya?
11. Bagaimana pengaruh pengabaran Yesus atas orang-orang yang miskin dan kaya?
11 Melalui pengabaran yang dilakukan oleh Yesus dan rasul-rasul, ”kepada orang miskin diberitakan kabar baik”, (Matius 11:5) Tidak ada perbedaan terhadap orang yang kaya. Namun nampaknya lebih banyak dari orang-orang miskin yang menyadari kebutuhan rohani mereka dan menyambut berita harapan itu. (Matius 5:3, 6; 9:35, 36) Orang-orang Yahudi yang kaya lebih puas dengan cara hidup mereka. (Bandingkan Lukas 6:20, 24, 25.) Meskipun demikian, ada perkecualian pada jaman itu, dan begitu juga pada jaman sekarang. Ada orang-orang kaya yang menerima berita Alkitab dan melayani Allah. Hasilnya bisa menakjubkan bagi mereka. Demikianlah halnya dengan Paulus, yang tidak membiarkan status hidupnya menghentikan dia. (Filipi 3:4-8) Meskipun begitu, Yesus mengatakan bahwa akan lebih sulit bagi orang kaya.
”Tipu Daya Kekayaan”
12, 13. (a) Dalam sebuah perumpamaan, apa yang Yesus tandaskan mengenai kekuatiran? (b) Mengapa orang-orang kaya menghadapi rintangan tambahan?
12 Dalam perumpamaannya mengenai benih yang jatuh di atas berbagai macam tanah, Yesus mengatakan bahwa ada yang ”jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati”. Ia menjelaskan, ”Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.” (Matius 13:7, 22) Hampir semua orang mengalami ”kekuatiran dunia ini”. Mudah untuk melihat mengapa hal itu demikian bagi seseorang yang miskin, tidak mempunyai pekerjaan, atau cacat. Orang yang keadaan keuangannya berkecukupan mungkin tidak mempunyai kekuatiran yang sama, tetapi bahkan ia pun bisa saja merasa kuatir sekali dengan akibat dari inflasi, perubahan dalam pajak, atau bahaya pencurian. Jadi orang kaya maupun miskin sama-sama mempunyai kekuatiran.—Matius 6:19-21.
13 Yesus menunjukkan bahwa ada yang akan dihalangi juga oleh ”tipu daya kekayaan”. Berhasil secara keuangan juga dapat sangat menuntut. Jutawan Aristotle Onassis pernah memberi komentar, ”Setelah anda mencapai suatu titik tertentu, uang akhirnya tidak penting lagi. Yang penting ialah sukses. Hal yang bijaksana bagi saya ialah berhenti sekarang. Tetapi saya tidak dapat. Saya harus terus mengarah kepada sasaran yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi—hanya untuk keasyikan.” Demikian pula, seorang Kristen dapat saja menjadi asyik dalam upaya meniti karir. Atau ia dapat dibujuk untuk memperbesar bisnisnya meskipun telah mencapai apa yang sebelumnya dalam kehidupan ini ia anggap sudah ”cukup”. Sebaliknya dari mengurangi pekerjaannya (atau mengundurkan diri) untuk menjadi rohaniwan sepenuh waktu, ia ’merombak lumbung-lumbungnya [atau rumah-rumahnya] dan mendirikan yang lebih besar’. (Lihat Lukas 12:15-21.) Apakah hal itu dapat terjadi dengan saudara? Apakah menurut saudara Allah akan menganggap orang sedemikian melayaniNya dengan sepenuh jiwa?—Matius 22:37.
14. Bahwa kekayaan dapat merintangi orang-orang Kristen, bagaimana hal itu dapat dilukiskan? (Amsal 28:20)
14 Masih ada cara-cara lain kekayaan (atau hawa nafsu untuk mendapatkannya) dapat merintangi seorang Kristen untuk ”memperoleh hidup yang kekal”. Salah satu ialah kasih akan kekayaan dapat menggerakkan dia untuk menerima taktik-taktik duniawi, seperti tidak melaporkan keuntungan atau menggunakan taktik lain yang tidak jujur tetapi umum. Atau jika ia mempunyai karyawan sesama Kristen yang jujur dan bekerja keras, ia mungkin mengutamakan keuntungan pribadinya di atas kerohanian mereka. Misalnya, untuk mengikat mereka kepada pekerjaan, ia mungkin menganjurkan mereka untuk memperkembangkan gaya hidup yang lebih mahal (atau bahkan untuk berhutang demi kemewahan). Dan karena ia majikan mereka, hubungan ini akan cenderung dibawa-bawa kepada urusan sidang.
15. Bagaimana beberapa orang Kristen yang mula-mula telah merasakan akibat yang merugikan dari kekayaan? (Mazmur 73:3-8, 12, 27, 28)
15 Beberapa orang Kristen yang kaya di abad pertama mungkin saja ada di antara orang-orang yang menjadi korban dari ”tipu daya kekayaan”. Yakobus menulis tentang ’sengsara yang menimpa kamu orang-orang kaya’. Mereka mempunyai pakaian yang mahal, menimbun emas dan perak dengan memberikan upah yang sedikit kepada karyawan mereka, dan telah menjadi gemuk dalam kemewahan. (Yakobus 5:1-5) Demikian pula dewasa ini. Kekayaan sering memungkinkan seseorang untuk mendapatkan makanan yang berlemak dan minuman yang dapat merusak tubuhnya. Hal itu juga mungkin membuat dia terus mengadakan perjalanan yang memisahkan dia dari sidang setempat. Ini tidak berarti bahwa pakaian yang bagus, perhiasan, makanan, dan melakukan perjalanan itu sendiri merugikan. Tetapi, ”orang-orang kaya” yang disebut oleh Yakobus tidak dibantu oleh hal-hal tersebut; karena kerohanian dan kedudukan mereka di hadapan Allah, lemah, ada alasan bagi mereka untuk ’menangis dan meratap atas sengsara yang akan menimpa mereka.’
16. Mengapa Yesus memberikan nasihat yang demikian jelas mengenai kekayaan, dan apa yang harus saudara tanyakan pada diri sendiri?
16 Yesus pasti mengetahui penderitaan dan rintangan atas kerohanian yang sering dialami oleh orang-orang kaya. Ia mengetahui juga bahwa harta benda akan benar-benar menjadi rusak atau akhirnya akan sia-sia, sesuatu yang tidak akan mungkin terjadi dengan kekayaan Kristen. (Amsal 11:28; Markus 10:29, 30) Jadi, Yesus memberikan kepada kita semua suatu bantuan yang tulus dengan memperingatkan, ”Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Lukas 18:24) Peringatannya dapat bermanfaat bagi kita meskipun kekayaan kita sangat terbatas. Bagaimana? Dengan mematikan ambisi apapun yang kita miliki untuk menjadi kaya sekarang. Orang-orang Kristen percaya bahwa Yesus mengatakan kebenaran. Kita percaya dan hidup sesuai dengan apa yang Yesus katakan tentang Bapanya, tentang akhir dari sistem ini, dan mengenai memupuk kasih. Pembicara-Kebenaran ini juga mengatakan, ”Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Matius 19:24) Apakah saudara benar-benar mempercayai hal itu? Apakah tindakan, gaya hidup, dan sikap saudara membuktikan hal itu?
Tetap Kaya—Dengan Cara Allah
17. Bagaimana banyak orang Kristen mempersiapkan diri untuk diperkaya oleh Yehuwa?
17 Bukti-bukti berdatangan dari seluruh dunia bahwa mayoritas terbesar dari hamba-hamba Allah memperhatikan nasihat seperti yang terdapat dalam Matius 19:16-24. Banyak orang muda Kristen bertekad bahwa setelah mereka menyelesaikan sekolah yang pada umumnya harus mereka tempuh, mereka akan melaksanakan pelayanan sepenuh waktu. Para istri yang dapat bekerja duniawi untuk menambah penghasilan keluarga, sebaliknya membaktikan lebih banyak waktu untuk kegiatan Kristen, menjadikan diri mereka dan orang-orang lain lebih kaya secara rohani. Bahkan pria-pria yang mempunyai tanggung jawab Alkitab untuk memenuhi kebutuhan materi dari keluarga mereka menemukan jalan untuk mengambil bagian yang lebih besar dalam pelayanan.
18, 19. Langkah-langkah apa telah diambil beberapa orang yang mencari berkat Yehuwa?
18 Seorang penatua yang berusia kira-kira 35 tahun mengakui bahwa ”menjadi rohaniwan sepenuh waktu selalu hanya kata-kata belaka yang keluar dari bibirnya”. Penghasilannya lebih dari $25,000 (kira-kira Rp. 27.000.000) setahun, di samping itu biaya perjalanannya ditanggung oleh perusahaan dan ia boleh memakai mobil perusahaan. Kemudian ia diminta untuk menyampaikan khotbah pada kebaktian tahun 1983 ”Menetapkan dan Mencapai Tujuan yang Layak.” Ia mengakui, ”Ketika saya dengan bersemangat membaca seluruh bahan itu, saya merasa begitu malu sehingga hati nurani saya seolah-olah membunuh saya.” Sebelum kebaktian itu tiba, ia dan istrinya membicarakan keadaan mereka. Tidak lama kemudian ia mendapat pekerjaan separuh waktu dan bergabung dengan istrinya sebagai perintis. Mereka kini masih merintis, dengan bahagia menikmati banyak berkat rohani.
19 Orang-orang lain pindah dari daerah-daerah yang membuka banyak kesempatan untuk menjadi kaya secara keuangan, ke tempat di mana mereka dapat meluaskan kegiatan rohani mereka. Suatu pasangan Kanada menulis mengenai pekerjaan perintis mereka di Amerika Latin, ”Meskipun saudara-saudara di sini banyak yang miskin, mereka mempunyai gairah yang menakjubkan untuk kebenaran. Mereka mungkin saja miskin secara duniawi, tetapi secara rohani mereka jutawan. Ada 38 penyiar, 10 dari antaranya perintis biasa. Perhimpunan-perhimpunan perlu diadakan dua kali karena begitu banyak yang hadir—rata-rata dari 110 sampai 140. Dua orang penatua dan tiga orang pelayan sidang harus menangani semua perhimpunan ini. Kami belajar lagi dari saudara-saudara kami yang sederhana ini apa artinya benar-benar mendahulukan Yehuwa dalam kehidupan kami. Mereka menunjukkan kepada kami bahwa Yehuwa dapat dilayani sepenuh jiwa tidak soal bagaimana keadaan kita.”
20. Bagaimana seharusnya perasaan kita dalam hati berkenaan menjadi kaya secara materi?
20 Orang-orang Kristen sedemikian tidak mempunyai alasan yang kuat untuk iri kepada seorang yang kaya, di luar ataupun di dalam sidang, atau disita perhatiannya oleh ambisi yang materialistis. Mereka menyadari bahwa uang memang perlu untuk kehidupan yang wajar. (Pengkhotbah 5:3; 7:12) Tetapi mereka juga menyadari bahwa Yesus menyatakan kebenaran—orang kaya menghadapi banyak rintangan, tantangan, dan bahaya secara rohani. Satu tantangan yang sulit bagi ’orang-orang kaya di dunia ini [ialah untuk] tidak tinggi hati dan tidak berharap kepada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan kepada Allah’.—1 Timotius 6:17.
21. Bagaimana keadaan orang-orang yang mengejar kekayaan rohani?
21 Sayang sekali, penguasa muda yang berbicara dengan Yesus gagal menghadapi tantangan itu. Orang-orang lain seperti dia telah melayani Allah selama suatu waktu, tetapi belakangan mengalami penderitaan dan kegagalan rohani yang berhubungan dengan kekayaan mereka. Bertentangan dengan itu jutaan orang-orang Kristen yang loyal terus membuktikan bahwa ”berkat [Yehuwa]lah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya”. (Amsal 10:22) Kehidupan mereka mempunyai arti; mereka mempunyai tujuan yang berharga dan perasaan telah mencapai sesuatu. Pekerjaan baik mereka akan kekal, memberi mereka sukacita yang besar sekarang dan di masa depan. Marilah kita masing-masing berusaha menjadi kaya dalam hal itu.—Filipi 4:1; 1 Tesalonika 2:19, 20.
Buah-Buah Pikiran untuk Dipertimbangkan
◻ Kekayaan macam apakah dimaksudkan dalam Amsal 10:22?
◻ Apa makna dari komentar Yesus mengenai orang kaya dan unta?
◻ Mengapa kehidupan sering lebih sulit bagi orang-orang kaya?
◻ Bagaimana kita dapat berusaha menjadi kaya dengan cara Allah?
[Kotak di hlm. 23]
Kekayaan dan Keluarga
DALAM memikirkan tentang akibat-akibat yang kemungkinan besar ditimbulkan oleh kekayaan, jangan mengabaikan keluarga saudara. Pertimbangkan hal-hal berikut:
Kanada memberi laporan dari para psikiater yang telah meneliti anak-anak dari orang-orang yang super-kaya, ”Kehidupan membosankan mereka. Mereka tidak mempunyai tujuan selain menyenangkan diri sendiri dan tidak dapat mentolerir bahkan frustrasi yang paling kecil pun. Mereka hampir-hampir tidak mempunyai emosi apapun. Hal-hal utama yang mereka kejar ialah membeli barang-barang, pesiar, dan mencari sumber-sumber kesenangan yang baru.”
The New York Times mengulas tentang seorang bekas jutawan: ”Ketika ia menjadi lebih sukses dalam bisnis dan memperoleh kekayaan, ia mengatakan bahwa ia melihat keluarganya berubah. ’istri dan anak perempuan saya akan menilai orang-orang berdasarkan uang yang mereka miliki, dan jika saya memberi seorang anak perempuan sebuah rumah seharga $ 300.000 saya harus memberi anak perempuan yang lain $ 300.000 uang tunai.’” Setelah menderita serangan jantung, ”ditambah melihat apa akibat kekayaan atas istri dan anak-anaknya,” ia mengubah jalan hidupnya.
Mengenai suatu negeri yang kaya dengan minyak di Timur Tengah, Arnold Hottinger menyatakan: ’Kekayaan sebagai patologi (ilmu penyakit) adalah sesuatu yang juga dikenal baik oleh banyak dokter asing yang datang ke mari untuk mendapatkan gaji yang besar. Mereka melaporkan, tidak ada tempat lain yang penyakit psikomatik begitu umum seperti di sini—penyakit yang benar-benar menimbulkan penderitaan tetapi bukan disebabkan oleh kerusakan yang kelihatan dalam organisme tubuh. Kata mereka, ada orang-orang muda yang memperlihatkan tanda-tanda seperti orang yang sudah tua, dan orang-orang tua yang bertingkah laku seperti anak-anak nakal.’