YUDAS
[dari Ibr., bentuk lain dari nama Yehuda].
1. Salah seorang nenek moyang Yesus dalam garis keturunan dari Natan sampai Maria. Sebagai putra Yusuf dan ayah Simeon, Yudas adalah keturunan ketujuh dari Natan, putra Daud, maka ia hidup sebelum pembuangan di Babilon.—Luk 3:30, 31.
2. Yudas, orang Galilea, yang dirujuk oleh Gamaliel sewaktu berbicara kepada Sanhedrin. (Kis 5:37) Pada waktu pendaftaran penduduk pada tahun 6 M, yang dikaitkan dengan Gubernur Kuirinius dari Siria, Yudas memimpin pemberontakan orang Yahudi. Yosefus menyebutkan Yudas beberapa kali dan menyatakan bahwa ia ”menghasut orang-orang senegerinya untuk memberontak, dengan mengecam mereka sebagai pengecut karena mau membayar upeti kepada orang-orang Romawi dan mentoleransi para majikan yang fana, padahal tuan mereka adalah Allah. Pria ini seorang filsuf yang mendirikan sektenya sendiri, yang berbeda sama sekali dengan sekte-sekte lain”. (The Jewish War, II, 118 [viii, 1]) Dalam salah satu bagian dari tulisannya, Yosefus menyebut Yudas sebagai orang Gaulanitis, yang oleh beberapa orang dihubungkan dengan suatu wilayah di sebelah timur L. Galilea. Namun, di bagian-bagian lain, sejarawan yang sama itu menyatakan bahwa Yudas adalah orang Galilea, seperti yang dinyatakan oleh Gamaliel. (Jewish Antiquities, XVIII, 4 [i, 1]; XVIII, 23 [i, 6]) Para pembangkang ini menandaskan kebebasan, tetapi mereka tidak berhasil mendapatkannya. Yudas ”binasa, dan semua yang menaati dia tercerai-berai”. (Kis 5:37) Beberapa keturunannya juga terlibat dalam berbagai pemberontakan.—The Jewish War, II, 433-440 (xvii, 8); VII, 253 (viii, 1).
3. Salah satu dari ke-12 rasul, yang juga disebut Tadeus dan ”Yudas putra Yakobus”. Dalam daftar nama para rasul di Matius 10:3 dan Markus 3:18, nama Yakobus, putra Alfeus, dan nama Tadeus disebutkan bersama-sama. Dalam daftar di Lukas 6:16 dan Kisah 1:13, nama Tadeus tidak disebutkan; sebaliknya kita mendapati nama ”Yudas putra Yakobus”, sehingga dapat disimpulkan bahwa Tadeus adalah nama lain rasul Yudas. Bisa jadi, ada kemungkinan pembaca akan bingung bagaimana membedakan kedua rasul yang bernama Yudas ini, maka nama Tadeus kadang-kadang digunakan. Dalam Lukas 6:16 dan Kisah 1:13, beberapa penerjemah menyebutkan ”Yudas, saudara Yakobus”, karena kata Yunaninya tidak secara khusus menyatakan hubungan mereka. Tetapi Pesyita Siria menambahkan kata ”putra”. Oleh karena itu, dalam banyak terjemahan modern tercantum ”Yudas, putra Yakobus” (RS, AT, NW, La), atau ”Yudas anak Yakobus” (TL, TB, BIS). Satu-satunya ayat dalam Alkitab yang menyebutkan nama Yudas saja adalah Yohanes 14:22. Ayat ini menyebutnya sebagai ”Yudas, bukan Iskariot”, dengan demikian dapat ditentukan Yudas mana yang dimaksud.
Di Matius 10:3 dalam King James Version, kata-kata ”Lebeus, yang nama panggilannya ialah” disisipkan sebelum nama ”Tadeus”. Ini didasarkan atas Teks yang Berterima, tetapi teks Westcott dan Hort tidak mencantumkan ini, karena sisipan tersebut tidak ada dalam manuskrip-manuskrip seperti Sinaitikus.
4. Yudas Iskariot, putra Simon dan rasul yang mempunyai nama buruk karena mengkhianati Yesus. Alkitab tidak memberikan banyak keterangan tentang keluarga dan latar belakang Yudas. Ia maupun ayahnya disebut ”Iskariot”. (Luk 6:16; Yoh 6:71) Sebutan ini umumnya dianggap menunjukkan bahwa mereka berasal dari kota Keriot-hezron di Yudea. Jika memang demikian, Yudas-lah satu-satunya orang Yudea di antara ke-12 rasul, karena yang lainnya adalah orang Galilea.
Yudas pertama kali disebutkan dalam catatan Injil dalam daftar nama para rasul beberapa saat setelah Paskah tahun 31 M dan kira-kira satu setengah tahun setelah Yesus memulai pelayanannya. (Mrk 3:19; Luk 6:16) Oleh karena itu, secara masuk akal dapat disimpulkan bahwa Yudas sudah menjadi murid selama beberapa waktu sebelum Yesus mengangkatnya menjadi rasul. Banyak penulis memberikan gambaran yang sepenuhnya negatif tentang Yudas, tetapi kelihatannya untuk beberapa waktu ia adalah murid yang mendapat perkenan Allah dan Yesus; terpilihnya dia menjadi rasul menunjukkan hal itu. Lagi pula, ia diberi kepercayaan untuk mengurus uang milik bersama, yaitu kepunyaan Yesus dan ke-12 rasul. Hal itu secara positif memperlihatkan bahwa pada waktu itu ia dapat diandalkan dan bahwa ia cakap atau berpendidikan; khususnya demikian, mengingat bahwa Matius tidak mendapat tugas ini padahal dia sudah berpengalaman dalam hal keuangan dan angka. (Yoh 12:6; Mat 10:3) Meskipun demikian, Yudas memang menjadi rusak sama sekali dan tak dapat dimaafkan lagi. Tidak diragukan, karena alasan inilah ia dicantumkan terakhir dalam daftar nama para rasul, dan dilukiskan sebagai Yudas, ”yang belakangan mengkhianati dia” dan ”yang menjadi pengkhianat”.—Mat 10:4; Luk 6:16.
Menjadi Rusak. Menjelang Paskah tahun 32 M, Yudas, bersama rasul-rasul lain diutus untuk mengabar. (Mat 10:1, 4, 5) Tidak lama setelah Yudas kembali, dan kurang dari setahun setelah ia diangkat menjadi rasul, ia dicela di hadapan umum oleh Kristus, walaupun namanya tidak disebutkan. Beberapa murid meninggalkan Yesus karena terguncang oleh ajarannya, tetapi Petrus menyatakan bahwa ke-12 murid itu akan tetap berpaut pada Kristus. Sebagai tanggapan, Yesus mengakui bahwa ia telah memilih ke-12 murid itu tetapi menyatakan, ”Seorang dari antara kamu adalah pemfitnah [Yn., di·aʹbo·los, yang artinya ”iblis” atau ”pemfitnah”].” Catatan itu menjelaskan bahwa orang yang telah menjadi pemfitnah itu adalah Yudas, yang ”akan mengkhianatinya, meskipun dia salah seorang dari kedua belas murid itu”.—Yoh 6:66-71.
Sehubungan dengan insiden tersebut, Yohanes berkata, ”Sejak semula Yesus tahu . . . siapa yang akan mengkhianatinya.” (Yoh 6:64) Dari nubuat-nubuat dalam Kitab-Kitab Ibrani, Kristus tahu bahwa ia akan dikhianati oleh seorang rekan dekat. (Mz 41:9; 109:8; Yoh 13:18, 19) Allah juga, dengan kuasa-Nya untuk mengetahui sesuatu sebelum itu terjadi, telah melihat bahwa orang semacam itu akan menjadi pengkhianat, tetapi ini tidak berarti bahwa Yudas pasti gagal, seolah-olah ia sudah ditakdirkan demikian, karena ini bertentangan dengan sifat-sifat Allah dan cara Ia berurusan di masa lampau. (Lihat TAHU SEBELUMNYA; TETAPKAN SEBELUMNYA.) Sebaliknya, seperti sudah disebutkan, pada awal kerasulannya, Yudas setia kepada Allah dan Yesus. Jadi, pastilah yang Yohanes maksudkan dengan ”sejak semula” adalah saat ketika Yudas mulai menjadi jahat, mulai menyerah pada ketidaksempurnaan dan kecenderungan untuk berdosa; pada waktu itulah Yesus mengetahuinya. (Yoh 2:24, 25; Pny 1:1; 2:23) Yudas pasti mengetahui bahwa dialah ”pemfitnah” yang Yesus sebutkan, tetapi dia tetap bepergian bersama Yesus dan rasul-rasul yang setia dan kelihatannya ia tidak membuat perubahan.
Alkitab tidak membahas secara terperinci motif di balik haluannya yang bejat, tetapi suatu insiden yang terjadi pada tanggal 9 Nisan tahun 33 M, lima hari sebelum kematian Yesus, membuat masalah tersebut jelas. Di Betani di rumah Simon si penderita kusta, Maria, saudara Lazarus, mengurapi Yesus dengan minyak wangi seharga 300 dinar, yaitu kira-kira upah pekerja selama satu tahun. (Mat 20:2) Yudas menentangnya dengan keras karena minyak itu seharusnya dapat dijual dan uangnya ”diberikan kepada orang miskin”. Kelihatannya, rasul-rasul lain sekadar menyetujui alasan yang tampaknya benar itu, tetapi Yesus menghardik mereka. Alasan sebenarnya mengapa Yudas menentang hal itu ialah karena dia yang mengurus kotak uang dan dia ”seorang pencuri . . . dan biasa mengambil uang” yang dimasukkan ke dalam kotak itu. Jadi, Yudas adalah orang yang tamak dan biasa mencuri.—Yoh 12:2-7; Mat 26:6-12; Mrk 14:3-8.
Upah Pengkhianatan. Yudas tentu tertusuk hatinya oleh hardikan Yesus tentang penggunaan uang. Pada saat itulah ”Setan memasuki Yudas”, mungkin dalam arti bahwa sang rasul yang berkhianat itu menyerah pada kehendak si Iblis, dengan membiarkan dirinya dijadikan alat guna mewujudkan rencana jahat Setan untuk membunuh Kristus. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 12 Nisan, Yudas menemui para imam kepala dan para kepala penjaga bait untuk memastikan berapa yang akan mereka berikan kepadanya jika ia mengkhianati Yesus, dan sekali lagi ini memperlihatkan keserakahannya. (Mat 26:14-16; Mrk 14:10, 11; Luk 22:3-6; Yoh 13:2) Pada hari itu, para imam kepala telah mengadakan pertemuan dengan ”para tua-tua bangsa itu”, orang-orang Sanhedrin yang sangat berpengaruh. (Mat 26:3) Para kepala penjaga bait mungkin diikutsertakan oleh karena pengaruh mereka dan untuk memberikan semacam pengesahan atas penangkapan yang direncanakan terhadap Yesus.
Mengapa para pemimpin agama Yahudi hanya menawarkan 30 keping perak sebagai upah pengkhianatan terhadap Yesus?
Tiga puluh keping perak ($66, jika itu dalam syekel) adalah harga yang ditawarkan. (Mat 26:14, 15) Jumlah yang sudah ditentukan oleh para pemimpin agama ini tampaknya dimaksudkan untuk memperlihatkan penghinaan mereka atas diri Yesus, dengan menganggapnya sebagai orang yang tidak berharga. Menurut Keluaran 21:32, harga seorang budak adalah 30 syekel. Selain itu, Zakharia hanya dibayar ”tiga puluh keping perak” untuk pekerjaannya sebagai gembala umat. Yehuwa mengecam hal itu sebagai jumlah yang amat rendah karena upah yang diberikan kepada Zakharia adalah ungkapan bagaimana bangsa yang tidak setia itu menilai Allah sendiri. (Za 11:12, 13) Oleh karenanya, dengan menawarkan hanya 30 keping perak untuk Yesus, para pemimpin agama itu menganggap dia tidak berharga. Tetapi pada waktu yang sama, mereka memperlakukan Yehuwa sebagai pribadi yang rendah nilainya dengan melakukan hal tersebut kepada wakil yang Ia utus untuk menggembalakan Israel, dan ini menggenapi Zakharia 11:12. Yudas yang sudah rusak itu ”setuju [dengan harga tersebut], dan ia mulai mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan [Yesus] kepada mereka tanpa setahu orang banyak”.—Luk 22:6.
Malam Terakhir bersama Yesus. Meskipun telah berbalik melawan Kristus, Yudas tetap bergabung dengannya. Ia berkumpul bersama Yesus dan para rasul pada tanggal 14 Nisan tahun 33 M, untuk merayakan Paskah. Sementara perjamuan Paskah berlangsung, Yesus melayani para rasul, dengan rendah hati membasuh kaki mereka. Yudas yang munafik membiarkan Yesus melakukan itu kepadanya. Tetapi Yesus berkata, ”Tidak semua dari antara kamu bersih.” (Yoh 13:2-5, 11) Ia juga menyatakan bahwa salah seorang rasul yang berada di meja itu akan mengkhianatinya. Mungkin agar tidak kelihatan bersalah, Yudas bertanya apakah dia yang dimaksud. Untuk menunjukkan lebih jauh siapa yang dimaksud, Yesus memberi Yudas potongan roti dan menyuruh dia untuk segera melakukan apa yang ingin dia lakukan.—Mat 26:21-25; Mrk 14:18-21; Luk 22:21-23; Yoh 13:21-30.
Yudas segera meninggalkan kelompok itu. Dengan membandingkan Matius 26:20-29 dan Yohanes 13:21-30, dapat disimpulkan bahwa ia pergi sebelum Yesus menetapkan perayaan Perjamuan Malam Tuan. Catatan Lukas tentang insiden ini kelihatannya tidak persis menurut urutan kronologis, karena Yudas tentu sudah meninggalkan ruangan pada saat Kristus memuji kelompok itu sebab telah berpaut kepadanya; hal itu tidak berlaku bagi Yudas, dan dia juga tidak akan dibawa ke dalam ”perjanjian . . . untuk suatu kerajaan”.—Luk 22:19-30.
Kemudian, Yudas mendapati Yesus bersama para rasul yang setia di taman Getsemani, suatu tempat yang dikenal betul oleh si pengkhianat itu, karena mereka pernah berkumpul di sana sebelumnya. Ia memimpin sekumpulan besar orang, termasuk para prajurit Romawi dan seorang komandan militer. Gerombolan itu membawa gada dan pedang serta obor dan pelita, yang akan mereka butuhkan jika awan menutupi bulan purnama atau jika Yesus berada dalam bayang-bayang. Kemungkinan besar para prajurit Romawi itu tidak akan mengenali Yesus, maka sebagai tanda, sesuai dengan rencana yang sudah diatur, Yudas menyalami Kristus dan secara munafik ”menciumnya dengan sangat lembut”, dengan demikian mengidentifikasi Yesus. (Mat 26:47-49; Yoh 18:2-12) Belakangan, Yudas merasa sangat bersalah. Keesokan paginya, ia berupaya mengembalikan ke-30 keping perak itu, tetapi para imam kepala tidak mau menerimanya kembali. Akhirnya, Yudas melemparkan uang itu ke dalam bait.—Mat 27:1-5.
Kematiannya. Menurut Matius 27:5, Yudas menggantung dirinya. Tetapi Kisah 1:18 menyatakan bahwa ia ”jatuh dengan kepala lebih dahulu, dengan suara ribut ia pecah di tengah-tengah dan semua ususnya tercurah”. Matius tampaknya menyoroti cara Yudas berupaya bunuh diri, sedangkan buku Kisah melukiskan hasilnya. Berdasarkan kedua catatan itu, Yudas rupanya mencoba menggantung dirinya di tempat yang terjal, tetapi tali atau dahan pohon itu putus sehingga ia jatuh di atas batu-batu di bawahnya dan pecah perutnya. Topografi di sekitar Yerusalem membuat hal itu masuk akal.
Selain itu, berkaitan dengan kematiannya, timbul pertanyaan mengenai siapa yang membeli tanah pekuburan dengan 30 keping perak itu. Menurut Matius 27:6, 7, para imam kepala memutuskan bahwa mereka tidak dapat memasukkan uang itu ke dalam perbendaharaan suci, maka mereka menggunakan uang itu untuk membeli tanah tersebut. Catatan di Kisah 1:18, 19, yang membahas mengenai Yudas, menyatakan, ”Karena itu, pria ini membeli sebidang tanah dengan upah ketidakadilbenaran.” Kelihatannya, jawabannya adalah bahwa imam-imam itu membeli tanah tersebut, tetapi karena Yudas yang menyediakan uang itu, ia dapat dianggap sebagai pembelinya. Dr. A. Edersheim menunjukkan, ”Menurut hukum, uang yang diperoleh dengan cara yang tidak sah tidak boleh dimasukkan ke dalam perbendaharaan Bait, untuk membeli barang-barang suci. Dalam kasus-kasus seperti itu, Hukum Yahudi menetapkan bahwa uang tersebut harus dikembalikan kepada si penyumbang, dan jika ia tetap berkeras untuk memberikan uang itu, ia harus dibujuk agar menggunakan itu untuk sesuatu bagi kesejahteraan masyarakat. . . . Berdasarkan asumsi hukum, uang itu masih dianggap sebagai milik Yudas, dan seolah-olah digunakan olehnya untuk membeli ’tanah tukang tembikar’ yang terkenal itu.” (The Life and Times of Jesus the Messiah, 1906, Jil. II, hlm. 575) Pembelian ini menggenapi nubuat di Zakharia 11:13.
Haluan yang Yudas pilih itu dilakukan secara sadar, karena berkaitan dengan niat jahat, ketamakan, kesombongan, kemunafikan, dan tipu daya. Setelah itu, ia merasa sangat menyesal karena dibebani perasaan bersalah, sebagaimana orang yang membunuh dengan sengaja, menyesali akibat kejahatannya. Namun, atas kemauannya sendiri Yudas bersekongkol dengan orang-orang yang menurut Yesus membuat orang menjadi proselit tetapi menjadikan mereka orang-orang bagi Gehena, dua kali lipat lebih parah daripada mereka sendiri, yang juga patut mendapat ”penghakiman Gehena”. (Mat 23:15, 33) Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, Yesus sendiri menyatakan mengenai Yudas, ”Lebih baik bagi orang itu jika ia tidak dilahirkan.” Belakangan, Kristus menyebutnya ”putra kebinasaan”.—Mrk 14:21; Yoh 17:12; Ibr 10:26-29.
Pengganti. Selang antara kenaikan Yesus dan hari Pentakosta tahun 33 M, Petrus menjelaskan kepada sekelompok murid yang sedang berkumpul yang berjumlah kira-kira 120 orang, bahwa menurut nubuat di Mazmur 109:8, tampaknya adalah layak untuk memilih seseorang sebagai pengganti Yudas. Dua calon diusulkan dan undi pun dilempar; hasilnya, Matias terpilih ”untuk mengambil tempat pelayanan dan kerasulan ini, yang darinya Yudas telah menyimpang untuk pergi ke tempatnya sendiri”.—Kis 1:15, 16, 20-26.
5. Salah satu dari empat saudara tiri Yesus. (Mat 13:55; Mrk 6:3) Kita hampir tidak mengetahui apa-apa tentang kehidupan Yudas. Pada awal pelayanan Yesus, tampaknya ia ada bersama ketiga saudaranya dan ibunya, Maria, ketika Yesus melakukan mukjizat di Kana, dan belakangan ia ikut dalam perjalanan bersama Yesus dan murid-muridnya ke Kapernaum untuk tinggal beberapa hari di sana. (Yoh 2:1-12) Lebih dari setahun kemudian, ia kelihatannya menemani Maria dan saudara-saudaranya ketika mereka mencari Yesus. (Mat 12:46) Pada waktu itu, tahun 32 M, saudara-saudara Yesus, termasuk Yudas, ”tidak memperlihatkan iman akan dia”. (Yoh 7:5) Yudas mungkin termasuk di antara orang-orang yang mengatakan, ”Ia telah kehilangan akal sehat.” (Mrk 3:21) Pada akhir hayatnya, Yesus mempercayakan ibunya yang adalah orang percaya, kepada rasul Yohanes, yang dengan jelas menyiratkan bahwa baik Yudas maupun saudara-saudaranya belum menjadi murid-murid Yesus. (Yoh 19:26, 27) Akan tetapi, setelah kebangkitannya, Yesus menampakkan diri kepada saudara tirinya, Yakobus. (1Kor 15:7) Tidak diragukan, hal ini sangat membantu untuk meyakinkan baik Yakobus maupun Yudas dan saudara-saudaranya yang lain bahwa Yesus memang adalah sang Mesias. Karena itu, selang antara kenaikan Yesus dan hari Pentakosta tahun 33 M, mereka berkanjang dalam doa bersama ke-11 rasul yang setia serta orang-orang lain di sebuah ruang atas di Yerusalem. (Kisah 1:13-15) Tampaknya mereka juga termasuk di antara kira-kira 120 orang yang berkumpul pada waktu Matias terpilih melalui pengundian untuk menggantikan Yudas Iskariot yang tidak setia itu. (Kis 1:14-26) Jika demikian halnya, itu menunjukkan bahwa mereka termasuk di antara orang-orang percaya pertama yang menerima roh kudus pada hari Pentakosta.—Kis 2:1-4.
Meskipun Kitab-Kitab Yunani Kristen berbicara tentang orang-orang lain yang bernama Yudas, Yudas inilah yang menulis surat terilham yang menyandang namanya kira-kira pada tahun 65 M. Buktinya, di dalam surat itu sang penulis memperkenalkan dirinya sebagai ”saudara Yakobus”. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa saudaranya, Yakobus, sangat terkenal di kalangan orang-orang Kristen. Hanya ada satu orang dengan nama itu yang kelihatannya sangat terkemuka. Rasul Paulus menyebut Yakobus ini sebagai salah satu ’pilar’ sidang Yerusalem dan ”saudara laki-laki Tuan”. (Gal 1:19; 2:9; lihat juga Kis 12:17; 15:13-21.) Namun, Yudas menyebut dirinya sebagai ”budak Yesus Kristus” dan bukan sebagai rasul Yesus; dengan demikian, ia tidak memanfaatkan hubungan jasmaninya dengan Putra Allah. Selain itu, ia menggunakan kata ganti orang ketiga ”mereka” sewaktu memaksudkan rasul-rasul. (Yud 1, 17, 18) Jadi, jelaslah bahwa ia tidak sama dengan ”Yudas putra Yakobus”, salah satu dari ke-11 rasul Yesus Kristus yang setia.—Luk 6:16.
6. Orang Damaskus yang rumahnya di Jalan Lurus. Saul (Paulus) tinggal di rumah Yudas selama ia buta segera setelah ia berubah haluan, dan ke sanalah Ananias diutus untuk meletakkan tangannya ke atas Saul. (Kis 9:11, 17) Catatan itu tidak menyatakan apakah Yudas seorang murid pada waktu itu, tetapi kemungkinan ini tampaknya kecil karena Ananias dan murid-murid lain ragu-ragu mendatangi Saul mengingat reputasinya sebagai seorang penganiaya, sedangkan Yudas menampung Saul di rumahnya.—Kis 9:13, 14, 26.
7. Yudas, yang juga disebut Barsabas, adalah salah satu di antara dua murid yang diutus oleh badan pimpinan di Yerusalem untuk menemani Paulus dan Barnabas ketika mereka menyampaikan surat tentang sunat (± 49 M). Baik Yudas maupun rekannya, Silas, dianggap ”pria-pria terkemuka di antara saudara-saudara”. (Kis 15:22) Surat itu ditujukan kepada ”saudara-saudara yang ada di Antiokhia, Siria, dan Kilikia”. Yudas dan Silas hanya disebutkan berada di Antiokhia, dan tidak ada keterangan bahwa mereka pergi lebih jauh. Mereka harus meneguhkan pesan dalam surat itu secara lisan. Yudas adalah seorang ”nabi”, dan sebagai pembicara tamu, ia memberikan banyak ceramah kepada saudara-saudara di Antiokhia, untuk menganjurkan dan menguatkan mereka.—Kis 15:22, 23, 27, 30-32.
Kisah 15:33 menunjukkan bahwa Yudas dan Silas kembali ke Yerusalem setelah mereka melewatkan ”beberapa waktu” dengan orang-orang Kristen di Antiokhia. Manuskrip-manuskrip tertentu (seperti Kodeks Efraem, Kodeks Beza) memuat ayat ke-34, yang dengan beberapa variasi, berbunyi, ”Tetapi Silas memutuskan untuk tetap tinggal di situ; sedangkan Yudas berangkat sendirian ke Yerusalem.” Namun, ayat ini tidak ada dalam manuskrip-manuskrip lebih tua yang dapat diandalkan (Sinaitikus, Aleksandrinus, Vatikanus MS. No. 1209). Kemungkinan besar ini adalah catatan pinggir yang dimaksudkan untuk menjelaskan ayat 40, dan pada akhirnya disisipkan ke dalam teks utama.
Beberapa komentator berpendapat bahwa Yudas yang disebut Barsabas adalah saudara ”Yusuf yang dipanggil Barsabas”, yaitu seorang murid yang diusulkan untuk menggantikan Yudas Iskariot. (Kis 1:23) Tetapi tidak ada bukti yang mendukung hal ini, selain kesamaan dalam hal nama saja. Yudas tidak disebut-sebut lagi dalam Alkitab setelah ia kembali ke Yerusalem.