NUBUAT
Berita yang terilham; penyingkapan atau pemberitaan tentang kehendak serta maksud-tujuan ilahi. Nubuat bisa berbentuk ajaran moral yang terilham, pernyataan tentang perintah atau penghakiman ilahi, atau pemberitahuan tentang sesuatu yang akan datang. Sekalipun peramalan, atau pemberitahuan di muka, bukanlah gagasan utama yang terkandung dalam kata kerja dasar kata itu dalam bahasa-bahasa aslinya (Ibr., na·vaʼʹ; Yn., pro·fe·teuʹo), hal itu merupakan corak yang menonjol dari nubuat Alkitab.—Lihat NABI.
Contoh-contoh berikut ini menggambarkan makna kata-kata aslinya: Ketika dalam suatu penglihatan Yehezkiel diberi tahu untuk ’bernubuat kepada angin’, ia hanya menyatakan perintah Allah kepada angin. (Yeh 37:9, 10) Ketika Yesus diadili, orang-orang menyelubungi dia, menamparnya, lalu mengatakan, ”Bernubuatlah kepada kami, hai, Kristus. Siapa yang memukul engkau?” Mereka tidak meminta Yesus untuk meramal, tetapi agar ia mengidentifikasi para penamparnya melalui penyingkapan ilahi. (Mat 26:67, 68; Luk 22:63, 64) Wanita Samaria di tepi sumur mengakui bahwa Yesus adalah ”seorang nabi” karena Yesus menyingkapkan hal-hal tentang masa lalu wanita itu yang mustahil Yesus ketahui kecuali melalui kuasa ilahi. (Yoh 4:17-19; bdk. Luk 7:39.) Demikian pula, bagian-bagian dalam Alkitab seperti Khotbah Yesus di Gunung dan kecamannya terhadap para penulis dan orang Farisi (Mat 23:1-36) dengan tepat dapat disebut nubuat, karena merupakan ’pemberitaan’ terilham tentang pandangan Allah akan hal-hal tertentu, seperti pernyataan yang disampaikan oleh Yesaya, Yeremia, dan nabi-nabi lain sebelumnya.—Bdk. Yes 65:13-16 dan Luk 6:20-25.
Contoh-contoh tentang pemberitahuan di muka, atau peramalan, tentu sangat banyak dalam seluruh Alkitab, beberapa contoh dari masa-masa yang sangat awal dapat kita temukan di Kejadian 3:14-19; 9:24-27; 27:27-40; 49:1-28; Ulangan 18:15-19.
Sumber semua nubuat sejati adalah Allah Yehuwa. Ia menyampaikannya melalui roh kudus-Nya atau, kadang-kadang, melalui para malaikat utusan yang dibimbing oleh roh. (2Ptr 1:20, 21; Ibr 2:1, 2) Nubuat-nubuat dalam Kitab-Kitab Ibrani sering kali dimulai dengan kata-kata, ”Dengarlah firman Yehuwa” (Yes 1:10; Yer 2:4), dan ungkapan ”firman (ini)” sering kali berarti berita, atau nubuat, yang terilham.—Yes 44:26; Yer 21:1; Yeh 33:30-33; bdk. Yes 24:3.
Bagaimana ’kesaksian tentang Yesus mengilhami penubuatan’?
Dalam penglihatan, rasul Yohanes diberi tahu oleh seorang malaikat bahwa ”memberikan kesaksian tentang Yesus, itulah yang mengilhami [harfiah, ”itulah roh”] penubuatan”. (Pny 19:10) Rasul Paulus menyebut Kristus ”rahasia suci Allah” dan mengatakan bahwa ”di dalam dia semua harta hikmat dan harta pengetahuan tersembunyi dengan cermat”. (Kol 2:2, 3) Alasannya adalah, Allah Yehuwa memberi Putra-Nya peranan kunci dalam perwujudan maksud-tujuan Allah yang mulia untuk menyucikan nama-Nya dan memulihkan bumi serta penduduknya ke tempatnya yang patut dalam penyelenggaraan-Nya, yang akan dilaksanakan melalui ”suatu administrasi pada kesudahan dari waktu yang ditetapkan, yakni untuk mengumpulkan kembali segala perkara dalam Kristus, perkara-perkara di surga dan perkara-perkara di bumi”. (Ef 1:9, 10; bdk. 1Kor 15:24, 25.) Karena penggenapan maksud-tujuan Allah yang agung semuanya berkaitan erat dengan Yesus (bdk. Kol 1:19, 20), semua nubuat, yaitu semua berita terilham dari Allah yang diumumkan oleh hamba-hamba-Nya, menunjuk ke Putra-Nya. Jadi, seperti dikatakan dalam Penyingkapan 19:10, seluruh ”roh” (segenap kecenderungan, niat, dan tujuan) nubuat adalah untuk memberikan kesaksian tentang Yesus, pribadi yang akan Yehuwa jadikan ”jalan dan kebenaran dan kehidupan”. (Yoh 14:6) Hal ini benar, bukan hanya berkenaan dengan nubuat yang diberikan sebelum pelayanan Yesus di bumi melainkan juga setelah itu.—Kis 2:16-36.
Pada waktu pemberontakan timbul di Eden, Allah Yehuwa memulai ”kesaksian tentang Yesus” ini melalui nubuat-Nya tentang ’benih’ yang akhirnya akan ’meremukkan kepala ular’, yaitu Musuh Allah. (Kej 3:15) Perjanjian Abraham mengandung nubuat tentang Benih itu, tentang berkat yang akan dicurahkan Benih itu ke atas semua keluarga di bumi serta kemenangannya atas Musuh itu beserta ”benihnya”. (Kej 22:16-18; bdk. Gal 3:16.) Telah diberitahukan di muka bahwa Benih yang dijanjikan itu, yang disebut ”Syilo” (artinya ”Dia yang Empunya; Dia yang Memiliki”), akan datang dari suku Yehuda. (Kej 49:10) Melalui bangsa Israel, Yehuwa menyingkapkan maksud-tujuan-Nya untuk memiliki ”suatu kerajaan imam dan suatu bangsa yang kudus”. (Kel 19:6; bdk. 1Ptr 2:9, 10.) Korban-korban yang dipersembahkan di bawah Hukum yang diberikan kepada Israel adalah gambaran di muka untuk korban Putra Allah, dan keimaman adalah gambaran untuk keimaman kerajaan surgawi Yesus (beserta rekan-rekan imam) selama Pemerintahan Seribu Tahunnya. (Ibr 9:23, 24; 10:1; Pny 5:9, 10; 20:6) Oleh karena itu, Hukum tersebut menjadi ’pembimbing yang menuntun kepada Kristus’.—Gal 3:23, 24.
Mengenai peristiwa-peristiwa yang menandai sejarah bangsa Israel, sang rasul mengatakan, ”Hal-hal ini menimpa mereka sebagai contoh [atau, ”untuk tujuan yang sifatnya simbolis”], dan ini ditulis untuk menjadi peringatan bagi kita [para pengikut Kristus Yesus] yang hidup pada waktu akhir sistem-sistem ini tiba.” (1Kor 10:11) Daud, raja bangsa Israel yang paling terkemuka, menjadi tokoh yang menggambarkan Putra Allah, dan perjanjian Allah dengan Daud untuk suatu kerajaan yang abadi diwarisi oleh Yesus Kristus. (Yes 9:6, 7; Yeh 34:23, 24; Luk 1:32; Kis 13:32-37; Pny 22:16) Berbagai pertempuran yang dilancarkan oleh raja-raja yang setia (yang biasanya dibimbing dan didukung oleh nabi-nabi Allah) menggambarkan peperangan yang akan dilancarkan Putra Allah melawan musuh-musuh Kerajaannya, dan kemenangan yang Allah berikan kepada mereka dengan demikian menggambarkan kemenangan Kristus atas segenap pasukan Setan, sehingga mendatangkan kebebasan bagi umat Allah.—Mz 110:1-5; Mi 5:2-6; Kis 4:24-28; Pny 16:14, 16; 19:11-21.
Banyak nubuat selama periode itu menggambarkan pemerintahan Pribadi yang Diurapi Allah (Mesias, atau Kristus) dan berkat-berkat yang didatangkan oleh pemerintahannya. Nubuat-nubuat Mesianik lain menunjuk ke penganiayaan atas Hamba Allah dan penderitaannya. (Bdk. Yes 11:1-10; 53:1-12; Kis 8:29-35.) Sebagaimana dinyatakan oleh rasul Petrus, nabi-nabi pada zaman dahulu terus ”menyelidiki masa apa atau masa yang bagaimanakah yang ditunjukkan oleh roh yang ada dalam diri mereka sehubungan dengan Kristus [Mesias], ketika roh itu sebelumnya memberikan kesaksian tentang penderitaan bagi Kristus dan tentang kemuliaan yang akan menyusul setelah itu”. Kepada mereka disingkapkan bahwa hal-hal tersebut akan digenapi di masa depan setelah zaman mereka.—1Ptr 1:10-12; bdk. Dan 9:24-27; 12:1-10.
Mengingat bahwa dalam diri Kristus Yesus-lah semua nubuat itu terwujud, sehingga menandai semua nubuat itu sebagai kebenaran, kita dapat melihat bagaimana ”kebenaran datang melalui Yesus Kristus”. ”Karena tidak soal seberapa banyak janji-janji Allah, itu telah menjadi Ya melalui dia.” (Yoh 1:17; 2Kor 1:20; bdk. Luk 18:31; 24:25, 26, 44-46.) Petrus dengan tepat dapat mengatakan tentang Yesus bahwa ’semua nabi memberikan kesaksian tentang dia’.—Kis 3:20-24; 10:43; bdk. 28:23.
Tujuan dan Waktu Penggenapan. Nubuat, entah itu ramalan, sekadar pengajaran, atau teguran, yang terilham, adalah demi manfaat orang-orang yang pertama-tama mendengarnya dan juga orang-orang pada masa-masa mendatang yang menaruh iman akan janji-janji Allah. Bagi orang-orang yang pertama-tama menerimanya, nubuat-nubuat meyakinkan mereka bahwa berlalunya tahun-tahun atau abad-abad tidak membuat Allah goyah dalam maksud-tujuan-Nya, bahwa Ia memegang teguh ketentuan dan janji dalam perjanjian-Nya. (Bdk. Mz 77:5-9; Yes 44:21; 49:14-16; Yer 50:5.) Nubuat Daniel, misalnya, memberikan informasi yang menjadi penghubung yang tak ternilai antara akhir penulisan Kitab-Kitab Ibrani atau pra-Kristen dan kedatangan Mesias. Prakiraannya tentang peristiwa-peristiwa dunia, termasuk bangkit dan jatuhnya kuasa-kuasa dunia secara silih berganti, memberikan keyakinan kepada orang-orang Yahudi yang hidup pada abad-abad yang didominasi Persia, Yunani, dan Romawi (maupun kepada orang Kristen setelah itu) bahwa Allah telah melihat segala sesuatu sebelumnya, tanpa ada yang terlewatkan, termasuk zaman mereka sendiri, dan bahwa maksud-tujuan Yehuwa yang unggul pasti akan digenapi. Hal itu melindungi mereka agar tidak menaruh iman serta harapan pada rezim-rezim dunia yang pendek umurnya, yang hanya singkat kekuasaannya dalam mengendalikan dunia, dan memungkinkan orang-orang yang setia itu untuk mengarahkan haluan mereka dengan hikmat.—Bdk. Dan 8:20-26; 11:1-20.
Fakta bahwa banyak nubuat digenapi pada zaman mereka sendiri meyakinkan orang-orang yang tulus akan kuasa Allah untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya meskipun menghadapi banyak tentangan. Hal itu merupakan bukti Keilahian-Nya yang unik bahwa Dia, dan Dia sajalah, yang dapat memberitahukan di muka peristiwa-peristiwa tersebut dan mewujudkannya. (Yes 41:21-26; 46:9-11) Nubuat-nubuat itu juga memungkinkan mereka untuk lebih mengenal Allah, lebih mengerti kehendak-Nya serta standar-standar moral yang menjadi dasar tindakan dan penghakiman-Nya, sehingga mereka dapat menyelaraskan kehidupan mereka dengan itu.—Yes 1:18-20; 55:8-11.
Sejumlah besar nubuat mempunyai penerapan atau penggenapan pertama atas bangsa yang hidup pada masa penyampaian nubuat itu, yaitu banyak nubuat yang menyatakan penghakiman dari Allah atas Israel jasmani dan bangsa-bangsa di sekelilingnya dan yang memberitahukan di muka kejatuhan Israel serta Yehuda dan pemulihan mereka setelah itu. Namun, nubuat-nubuat itu tidak kehilangan nilainya bagi generasi-generasi belakangan, seperti bagi sidang Kristen, pada abad pertama M ataupun pada zaman kita. Sang rasul mengatakan, ”Sebab segala perkara yang ditulis dahulu kala ditulis untuk mengajar kita, agar melalui ketekunan kita dan melalui penghiburan dari Tulisan-Tulisan Kudus, kita mempunyai harapan.” (Rm 15:4) Karena Allah tidak berubah dalam standar moral dan maksud-tujuan-Nya (Mal 3:6; Ibr 6:17, 18), cara-Nya berurusan dengan Israel menjelaskan bagaimana Ia akan menangani situasi yang serupa pada saat mana pun. Maka Yesus dan murid-muridnya juga dapat menggunakan pernyataan-pernyataan nubuat yang berlaku berabad-abad sebelumnya dan menerapkannya pada zaman mereka. (Mat 15:7, 8; Kis 28:25-27) Nubuat-nubuat lain jelas merupakan ramalan, ada yang secara spesifik serta unik berkaitan dengan pelayanan Yesus di bumi dan peristiwa-peristiwa setelah itu. (Yes 53; Dan 9:24-27) Bagi orang-orang yang hidup pada masa tampilnya Mesias, nubuat-nubuat itu merupakan sarana untuk mengidentifikasi dia dan meneguhkan tugas serta beritanya.—Lihat MESIAS.
Setelah kepergian Yesus dari bumi, Kitab-Kitab Ibrani dan nubuat-nubuat di dalamnya melengkapi ajaran Yesus dengan menambahkan latar belakang penting yang dapat digunakan oleh para pengikutnya, yaitu orang-orang Kristen, untuk meneliti peristiwa-peristiwa sesudahnya, mencocokkannya, dan mempelajari arti serta makna pentingnya. Hal itu memberikan keabsahan dan kekuatan kepada pengabaran serta pengajaran mereka, dan memberi mereka keyakinan serta keberanian sewaktu menghadapi tentangan. (Kis 2:14-36; 3:12-26; 4:7-12, 24-30; 7:48-50; 13:40, 41, 47) Dari penyingkapan terilham masa-masa awal, mereka menemukan sejumlah besar pengajaran moral yang dapat digunakan untuk ”mengajar, untuk menegur, untuk meluruskan perkara-perkara, untuk mendisiplin dalam keadilbenaran”. (2Tim 3:16, 17; Rm 9:6-33; 1Kor 9:8-10; 10:1-22) Setelah mendapat peneguhan nubuat-nubuat melalui penglihatan transfigurasi yang ia saksikan, Petrus mengatakan, ”Oleh karena itu, firman nubuat itu menjadi lebih pasti bagi kami; dan baik sekali bahwa kamu memperhatikan itu seperti memperhatikan pelita yang bersinar di tempat gelap.” (2Ptr 1:16-19; Mat 16:28–17:9) Jadi, nubuat pra-Kristen melengkapi pengajaran Yesus dan merupakan sarana Allah untuk membimbing sidang Kristen dalam mengambil keputusan-keputusan penting, seperti yang berkaitan dengan orang-orang non-Yahudi yang percaya.—Kis 15:12-21; Rm 15:7-12.
Nubuat juga digunakan untuk memberikan peringatan, memberi tahu kapan suatu tindakan harus segera diambil. Contoh yang ampuh tentang hal ini adalah peringatan Yesus tentang kehancuran Yerusalem yang sudah dekat dan situasi yang akan menandai saat para pengikutnya harus melarikan diri dari kota itu ke tempat yang aman. (Luk 19:41-44; 21:7-21) Peringatan serupa dalam bentuk nubuat ada kaitannya dengan kehadiran Kristus.—Bdk. Mat 24:36-42.
Melalui pencurahan roh kudus pada Pentakosta, orang Kristen dianugerahi karunia-karunia mukjizat seperti kesanggupan untuk bernubuat dan berbicara dengan bahasa-bahasa asing yang tidak pernah mereka pelajari. Dalam beberapa (tetapi tidak selalu semua) kasus, karunia penubuatan memungkinkan seseorang untuk meramal, seperti yang dilakukan Agabus (Kis 11:27, 28; 21:8-11), memungkinkan sidang atau pribadi-pribadi Kristen dalam sidang itu untuk mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat atau ujian tertentu. Surat-surat kanonis para rasul dan para murid juga berisi prakiraan terilham tentang masa depan, yang memperingatkan tentang kemurtadan yang akan datang serta memberitahukan bentuknya, memperingatkan tentang penghakiman dari Allah dan pelaksanaannya di masa depan, menyingkapkan kebenaran-kebenaran doktrinal yang sebelumnya tidak dimengerti atau mengembangkan serta memperjelas doktrin-doktrin yang sudah disampaikan. (Kis 20:29, 30; 1Kor 15:22-28, 51-57; 1Tes 4:15-18; 2Tes 2:3-12; 1Tim 4:1-3; 2Tim 3:1-13; 4:3, 4; bdk. Yud 17-21.) Buku Penyingkapan dipenuhi dengan informasi yang mengandung nubuat untuk memperingatkan orang-orang, sehingga mereka dapat memahami ”tanda-tanda zaman” (Mat 16:3) dan cepat bertindak.—Pny 1:1-3; 6:1-17; 12:7-17; 13:11-18; 17:1-12; 18:1-8.
Akan tetapi, dalam surat Paulus yang pertama kepada orang Korintus, ia menunjukkan bahwa karunia mukjizat, termasuk bernubuat di bawah ilham, akan segera disingkirkan. (1Kor 13:2, 8-10) Sebagai bukti, setelah kematian para rasul, karunia-karunia tersebut tidak lagi diberikan dan akhirnya lenyap dari lingkungan Kristen, sesudah tujuannya tercapai. Pada waktu itu, tentunya, kanon Alkitab sudah lengkap.
Bentuk ilustrasi atau perumpamaan Yesus mirip dengan beberapa pernyataan alegoris para nabi sebelum dia. (Bdk. Yeh 17:1-18; 19:1-14; Mat 7:24-27; 21:33-44.) Hampir semuanya digenapi pada waktu itu. Ada yang pada dasarnya mengemukakan prinsip-prinsip moral. (Mat 18:21-35; Luk 18:9-14) Yang lain-lain mengandung unsur waktu yang jangkauannya sampai ke kehadiran Yesus dan ”penutup sistem ini”.—Mat 13:24-30, 36-43; 25:1-46.
Penggenapan ganda. Cara Yesus dan murid-muridnya menerapkan nubuat menunjukkan bahwa nubuat yang bersifat meramalkan bisa memiliki lebih dari satu penggenapan, seperti ketika Paulus merujuk ke nubuat Habakuk, yang semula digenapi sewaktu Yehuda ditelantarkan oleh Babilon, dan menerapkannya untuk zamannya sendiri. (Hab 1:5, 6; Kis 13:40, 41) Yesus menunjukkan bahwa nubuat Daniel tentang ”perkara menjijikkan, yang menyebabkan kehancuran” segera akan digenapi dalam generasi yang hidup pada waktu itu; namun nubuat Daniel juga menghubungkan ”perkara menjijikkan” yang menyebabkan kehancuran itu dengan ”zaman akhir”. (Dan 9:27; 11:31-35; Mat 24:15, 16) Bukti berdasarkan Alkitab memperlihatkan bahwa saat Mikhael ”bangkit berdiri” berarti Yesus Kristus mengambil tindakan sebagai raja demi hamba-hamba Yehuwa. (Dan 12:1; lihat MIKHAEL No. 1.) Nubuat Yesus sendiri tentang penutup sistem juga menyebutkan kedatangannya dalam kuasa Kerajaan, yang tidak terjadi pada abad pertama M. (Mat 24:29, 30; Luk 21:25-32) Hal itu menunjukkan adanya penggenapan ganda. Jadi, ketika membahas penggenapan ganda suatu nubuat, Cyclopædia karya M’Clintock dan Strong (1894, Jil. VIII, hlm. 635) memberikan komentar, ”Pandangan tersebut sehubungan dengan penggenapan nubuat tampaknya diperlukan untuk menjelaskan ramalan Tuan di Gunung, yang berkaitan dengan kejatuhan Yerusalem dan juga dengan akhir penyelenggaraan Kristen.”
Bentuk-Bentuk Nubuat. Selain pernyataan langsung yang disampaikan melalui nabi-nabi-Nya (yang mungkin dibarengi tindakan-tindakan simbolis [1Raj 11:29-31] atau dalam bentuk alegori), Yehuwa menggunakan bentuk-bentuk lain. Tokoh-tokoh tertentu menjadi gambaran nubuat sang Mesias, Kristus Yesus. Selain Daud, yang sudah disebutkan, tokoh-tokoh lainnya adalah Imam-Raja Melkhizedek (Ibr 7:15-17), nabi Musa (Kis 3:20-22), dan lain-lain. Patut diperhatikan bahwa tokoh-tokoh demikian hendaknya tidak dipandang sebagai lambang atau gambaran nubuat dalam setiap aspek kehidupannya. Contohnya, tiga hari yang Yunus lewatkan dalam perut ikan besar menggambarkan lamanya Yesus berada dalam Syeol; tetapi keengganan Yunus untuk menerima tugas dan aspek-aspek lain tidak menggambarkan haluan Putra Allah. Yesus menyebut dirinya sebagai ”sesuatu yang lebih daripada Salomo”, sebab dalam hal hikmat dan perdamaian dalam pemerintahan Kerajaannya, Yesus sama seperti Salomo, bahkan lebih unggul. Tetapi Yesus tidak jatuh secara rohani seperti halnya Salomo.—Mat 12:39-42.
Drama nubuat juga Allah gunakan, perincian dalam kehidupan pribadi dan bangsa tertentu dicatat untuk dijadikan pola peristiwa-peristiwa di masa depan dalam pelaksanaan maksud-tujuan Yehuwa. Paulus berbicara tentang ”drama simbolis” semacam itu, yaitu tentang dua putra Abraham melalui Sara dan Hagar, budak perempuannya. Ia memperlihatkan bahwa kedua wanita itu ”mengartikan” dua hubungan perjanjian. Secara pribadi mereka tidak melambangkan, atau menggambarkan, perjanjian-perjanjian tersebut. Tetapi dalam drama nubuat itu mereka dapat disamakan dengan wanita-wanita simbolis yang melahirkan anak-anak di bawah perjanjian-perjanjian tersebut. Jadi, Hagar sepadan dengan Yerusalem di bumi, yang tidak menerima sang Pembebas yang ditunjuk oleh perjanjian Hukum dan berpaut kepada Hukum itu bahkan setelah Allah mengakhirinya; dengan demikian, Yerusalem di bumi serta anak-anaknya berada di bawah perbudakan Hukum itu. Sebaliknya, Sara, wanita merdeka itu, sepadan dengan ”Yerusalem yang di atas”, organisasi surgawi Allah yang bagaikan istri, yang melahirkan putra-putra sesuai dengan apa yang diberitahukan di muka dalam perjanjian Abraham. (Gal 4:21-31; bdk. Yoh 8:31-36.) Air Bah pada zaman Nuh dan keadaan sebelumnya menggambarkan keadaan pada masa kehadiran Kristus di masa depan dan akibatnya atas orang-orang yang menolak jalan Allah.—Mat 24:36-39; bdk. 1Kor 10:1-11.
Tempat-tempat digunakan sebagai gambaran nubuat, kota Yerusalem di G. Zion kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan organisasi surgawi yang adalah ”ibu” orang-orang Kristen yang diurapi roh. (Gal 4:26) ”Yerusalem Baru” melambangkan ”pengantin perempuan” surgawi Kristus, yang terdiri dari para anggota sidang Kristen yang dimuliakan. (Pny 21:2, 9-14; bdk. Ef 5:23-27, 32, 33; Pny 14:1-4.) Tetapi, karena ketidaksetiaan penduduknya secara umum, Yerusalem dapat juga digunakan secara negatif. (Gal 4:25; bdk. Yeh 16:1-3, 8-15; lihat YERUSALEM [Makna Penting Kota Itu].) Tempat-tempat lain yang jelas digunakan sebagai gambaran nubuat adalah Sodom, Mesir, Megido, Babilon, dan Lembah Hinom, atau Gehena.—Pny 11:8; 16:16; 18:2; Mat 23:33.
Pola nubuat, yang menyangkut objek dan prosedur, terdapat dalam hal tabernakel. Sang rasul menunjukkan bahwa peralatan, fungsi, dan korban-korbannya merupakan pola dari kenyataan surgawi, ”gambaran simbolis dan bayangan dari perkara-perkara surgawi”.—Ibr 8:5; 9:23, 24.
Menguji Nubuat dan Penjelasannya. Mengingat kegiatan para nabi palsu, Yohanes memberikan peringatan untuk tidak percaya kepada setiap ”pernyataan terilham”, yang pada dasarnya adalah nubuat. Sebaliknya, ia menasihati orang-orang Kristen supaya ’menguji pernyataan-pernyataan terilham itu untuk melihat apakah itu berasal dari Allah’. (1Yoh 4:1) Sebagai contoh, Yohanes menyebutkan satu doktrin sebagai cara untuk menentukan apakah suatu pernyataan terilham berasal dari Allah, yaitu fakta bahwa Kristus telah datang dalam daging. Tetapi ia tentu tidak mengatakan bahwa hal itu adalah satu-satunya patokan, namun ia menyebutkan contoh tentang sesuatu yang pada waktu itu umum, atau mungkin paling sering, diperdebatkan. (1Yoh 4:2, 3) Faktor yang sangat penting agar nubuat atau penjelasan tentang nubuat itu tepat adalah bahwa nubuat itu harus selaras sepenuhnya, tidak hanya sebagian, dengan firman serta kehendak Allah yang telah disingkapkan. (Ul 13:1-5; 18:20-22) (Lihat NABI [Membedakan yang Sejati dengan yang Palsu].) Di sidang Kristen abad pertama, beberapa orang mendapat karunia untuk memiliki ”daya pengamatan akan ucapan-ucapan terilham” (1Kor 12:10), sehingga mereka dapat menentukan keautentikan suatu nubuat. Walaupun kemampuan yang bersifat mukjizat ini juga akan lenyap, masuk akal apabila Allah masih akan memberikan pengertian nubuat yang tepat melalui sidang, terutama pada ”zaman akhir” yang diberitahukan di muka, tidak secara mukjizat, tetapi sebagai hasil penelitian dan pemelajaran yang sungguh-sungguh serta pembandingan nubuat dengan keadaan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi.—Bdk. Dan 12:4, 9, 10; Mat 24:15, 16; 1Kor 2:12-14; 1Yoh 4:6; lihat PENERJEMAHAN; PENAFSIRAN.