Jika Salah Seorang dari Sanak Keluarga Dipecat . . .
1, 2. (a) Apa maksud tujuan Allah terhadap agama keluarga? (b) Keputusan apa yang dihadapi oleh beberapa keluarga di jaman Korah?
SETELAH beberapa waktu Adam sendirian, Allah berkata, ”Tidak baik apabila manusia terus seorang diri.” Ia kemudian menciptakan Hawa dan memulai perkawinan manusia. (Kej. 2:18, 21, 22) Sejak itu, penduduk bumi dimaksudkan untuk bertambah. Jadi setiap orang akan memiliki banyak sanak keluarga. Sekalipun ada anggota-anggota keluarga, misalnya anak-anak, tinggal berjauhan, mereka dapat dikunjungi dan kesempatan yang menyenangkan dinikmati bersama.—Kej. 1:28; Ayb. 1:1-5.
2 Allah mempunyai maksud tujuan agar keluarga-keluarga dipersatukan dalam ibadat yang sejati, sehingga agama tidak akan menimbulkan perpecahan. Namun pernah ada kejadian-kejadian yang menyebabkan agama menjadi sengketa keluarga. Antara lain, ketika Korah, Datan dan Abiram memberontak. Yehuwa menegaskan bahwa Ia berurusan melalui Musa dan Harun, bukannya melalui pemberontak-pemberontak agama ini. Kemudian Musa menyuruh umat itu untuk menyingkir dari kemah para pemberontak. Apa yang akan dilakukan oleh anak-anak dan sanak keluarga Korah, Datan dan Abiram? Apakah keloyalan mereka kepada keluarga lebih diutamakan dari pada keloyalan kepada Yehuwa dan sidangNya? Kebanyakan dari sanak keluarga pemberontak-pemberontak itu mengutamakan keluarga dari pada Allah. Yehuwa menghukum mati sanak keluarga ini bersama para pemberontak tersebut.—Bil. 16:16-33.
3. Pilihan bijaksana apa yang dibuat oleh beberapa orang dari keluarga Korah?
3 Tetapi beberapa putra Korah tetap loyal kepada Allah dan umatNya. Mereka tidak dihukum mati bersama yang lain-lain dari rumah tangga Korah serta keluarga Datan dan Abiram. (Bil. 26:9-11) Malah, keturunan Korah yang selamat ini belakangan disebut-sebut dengan cara yang terhormat dalam Alkitab.—2 Taw. 20:14-19; Mzm. 42, 44-49, 84, 85, 87.
4. Dengan cara lain apakah loyalitas keluarga dapat menimbulkan suatu ujian di kalangan orang Israel?
4 Keputusan serupa antara keloyalan kepada keluarga dan keloyalan kepada Allah dihadapkan apabila seorang Israel menjadi murtad. Apakah keluarganya, digerakkan oleh emosi atau hubungan darah, berusaha melindunginya agar tidak disingkirkan? Atau apakah bahkan saudaranya, anak lelaki atau anak perempuannya akan menyadari bahwa keloyalan kepada Allah dan sidang adalah haluan yang benar dan bijaksana? (Lihat Ulangan 13:6-11.) Dewasa ini penyelenggaraan Kristen seorang pedosa tidak disingkirkan dengan menjatuhinya hukuman mati, namun orang-orang Kristen bisa menghadapi ujian karena salah seorang dari sanak keluarga dikenakan disiplin.
SANAK KELUARGA BISA MENIMBULKAN PROBLEM-PROBLEM
5, 6. (a) Bagaimanakah perpecahan keluarga bisa timbul karena agama? (b) Mengapa orang Kristen tidak boleh berkompromi dalam keadaan seperti ini? (Mzm. 109:2-5)
5 Hubungan dan kasih sayang keluarga bisa jadi sangat kuat. Hal ini wajar dan sesuai dengan penyelenggaraan Allah. (Yoh. 16:21) Namun hubungan yang kuat ini dapat juga menimbulkan cobaan yang sulit atas orang-orang Kristen. Yesus menjelaskan salah satu akibat karena seorang menjadi Kristen adalah kemungkinan mendapat tantangan dari sanak keluarga. Yesus berkata, ”Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu.”—Mat. 10:34-38.
6 Orang-orang Kristen tidak ingin permusuhan demikian terjadi. Dan tak ada alasan mengapa sanak keluarga harus menentang atau membenci mereka karena menjadi hamba-hamba Allah yang bersih, bermoral dan jujur. Namun orang-orang Kristen yang sejati menyadari bahwa mereka tidak dapat lebih mengutamakan kepentingan keluarga dari pada Allah. Dalam jangka panjang, yang paling bermanfaat bagi setiap orang adalah agar orang-orang Kristen tetap setia kepada Allah. Pada waktunya mereka mungkin dapat mempengaruhi sanak keluarga untuk menempuh jalan yang membawa kepada keselamatan.—Rm. 9:1-3; 1 Kor. 7:12-16.
7, 8. Siapakah yang bersalah atas problem-problem keluarga yang mungkin timbul setelah adanya pemecatan? (Ul. 32:4)
7 Sanak keluarga juga mungkin menimbulkan problem bagi orang-orang Kristen yang sejati dengan cara lain. Hal ini berkembang sewaktu seorang sanak keluarga dipecat. Sebagaimana dibahas dalam artikel-artikel sebelumnya, jika seorang dalam sidang melakukan dosa yang serius dan tidak bertobat, Allah menuntut agar ia dipecat. (1 Kor. 5:11-13) Tingkah laku orang yang bersalah itu telah merubah hubungannya dengan Yehuwa dan karena itu hubungan dengan Saksi-Saksi Yehuwa yang menjadi sesama anggota keluarga dengan dia juga berubah. Allah tak dapat disalahkan atas akibat ini, karena patokan-patokanNya adil dan benar. (Ayb. 34:10, 12) Kesalahan tidak juga dapat ditimpakan ke atas sanak keluarga lainnya yang taat. Orang yang dipecat itulah yang membuat problem-problem bagi dirinya serta sanak keluarganya, seperti Korah, Datan dan Abiram.
8 Kita perlu memeriksa dua keadaan yang berbeda. Keadaan pertama, bila seorang Kristen tinggal dalam rumah tangga yang sama dengan seorang yang dipecat atau anggota keluarga yang mengucilkan diri. Keadaan kedua, bila sanak keluarga yang dipecat tinggal bukan dalam lingkungan keluarga dekat.
DALAM LINGKUNGAN KELUARGA DEKAT
9. Bagaimanakah kewajiban-kewajiban keluarga jika seorang teman hidup bukan Kristen atau jika ia dipecat?
9 Seseorang mungkin sekali menjadi Kristen sedangkan anggota-anggota keluarga lainnya tidak menerima iman. Misalnya, seorang istri mungkin melayani Yehuwa, tetapi suaminya tidak. Walaupun begitu, ia masih ”satu daging” dengan suaminya dan wajib mengasihi dan menghormatinya. (Kej. 2:24; 1 Ptr. 3:1-6) Atau mungkin ia kawin dengan seorang pria Kristen yang berbakti namun belakangan dikeluarkan dari sidang. Tetapi ini tidak akan mengakhiri hubungan suami-istri; hanya maut atau perceraian yang dibenarkan oleh Alkitab yang dapat memisahkan mereka.—1 Kor. 7:39; Mat. 19:9.
10, 11. Bagaimanakah pemecatan mempengaruhi ikatan-ikatan rohani di dalam rumah?
10 Demikian pula, jika seorang sanak keluarga, seperti misalnya orangtua, anak lelaki atau anak perempuan, dipecat atau mengucilkan diri, hubungan darah dan keluarga tetap ada. Maka, apakah berarti bahwa segala sesuatu dalam lingkungan keluarga tetap sama sekalipun salah seorang anggota dipecat? Tentu tidak.
11 Seseorang yang dipecat telah dikerat secara rohani dari sidang; jadi hubungan-hubungan rohani sebelumnya putus sama sekali. Demikian juga halnya dengan sanak keluarganya, termasuk keluarga dekatnya. Jadi, anggota-anggota keluarga—walaupun tetap mengakui hubungan keluarga—tidak mengadakan lagi pergaulan rohani apapun dengan orang yang dipecat.—1 Sam. 28:6; Ams. 15:8, 9.
12. Mengingat persekutuan rohani, perubahan-perubahan apa yang mungkin terjadi jika salah seorang anggota keluarga dipecat?
12 Ini juga berarti adanya perubahan dalam pergaulan rohani yang pernah ada dalam rumah. Misalnya, jika suami dipecat, istri dan anak-anaknya tentu tidak akan merasa senang bila ia memimpin pelajaran Alkitab keluarga atau memimpin pembacaan Alkitab dan doa. Jika ia ingin mengucapkan doa, seperti sebelum makan, ia berhak melakukannya di rumah sendiri. Tetapi istri dan anak-anaknya dapat mempersembahkan doa mereka sendiri dalam hati kepada Allah. (Ams. 28:9; Mzm. 119:145, 146) Bagaimana seandainya orang serumah yang dipecat ingin hadir pada pembacaan Alkitab bersama atau pelajaran Alkitab keluarga? Anggota-anggota lain boleh membiarkannya hadir untuk mendengar jika ia tidak akan mencoba mengajar mereka atau memberikan gagasan-gagasan agamanya.
13. Di dalam rumah, bagaimanakah orangtua akan memperlakukan seorang anak yang dipecat?
13 Jika seorang anak di bawah umur dipecat, orangtua akan tetap memelihara kebutuhan-kebutuhan fisiknya serta menyediakan latihan dan disiplin moral. Mereka tidak akan memimpin pelajaran Alkitab secara langsung dengan anak itu, dengan membiarkannya ikut ambil bagian. Tetapi ini tidak berarti bahwa ia tidak perlu ikut ketika pelajaran keluarga berlangsung. Dan mereka dapat mengarahkan perhatiannya kepada bagian-bagian Alkitab atau publikasi-publikasi Kristen yang memuat nasihat-nasihat yang ia perlukan. (Ams. 1:8-19; 6:20-22; 29:17; Ef. 6:4) Mereka dapat memintanya ikut duduk bersama mereka di perhimpunan-perhimpunan Kristen, dengan harapan bahwa ia akan mencamkan nasihat Alkitab.
14, 15. Apakah yang hendaknya dilakukan terhadap orang-tua yang dipecat yang kembali ke rumah anaknya?
14 Namun bagaimana jika seorang dari keluarga dekat, seperti misalnya seorang anak lelaki atau orangtua yang tidak tinggal serumah telah dipecat, tetapi belakangan ingin pulang untuk tinggal serumah? Keluarga itu dapat memutuskan apa yang harus dilakukan tergantung pada keadaan.a
15 Misalnya, orangtua yang dipecat sakit atau secara keuangan maupun jasmani tidak sanggup lagi mengurus dirinya. Anak-anak Kristen mempunyai kewajiban Alkitab dan moral untuk membantunya. (1 Tim. 5:8) Barangkali perlu untuk membawa orangtua itu ke rumah, untuk sementara atau seterusnya. Atau mungkin ternyata sudah seharusnya mengatur perawatannya di tempat yang ada petugas medis, tetapi orangtua tersebut harus dikunjungi di sana. Apa yang dilakukan mungkin bergantung atas beberapa faktor seperti misalnya kebutuhan-kebutuhan pokok orangtua tersebut, sikapnya dan pertimbangan dari kepala keluarga atas kesejahteraan rohani segenap anggota rumah tangga.
16, 17. (a) Reaksi yang bagaimana dapat diperlihatkan oleh orangtua terhadap seorang anak yang dipecat yang mungkin kembali ke rumah? (b) Apa yang dapat kita pelajari tentang hal ini dari perumpamaan anak yang hilang itu?
16 Demikian pula halnya dengan seorang anak yang telah meninggalkan rumah tetapi sekarang dipecat atau mengucilkan diri. Kadang-kadang orang tua Kristen untuk sementara menerima kembali ke rumah anak yang dipecat, karena ia menjadi sakit fisik atau emosi. Tetapi untuk masing-masing kasus orangtua dapat menimbang keadaan orang itu. Apakah anak yang dipecat itu hidup dengan penghasilan sendiri atau apakah ia sekarang tidak sanggup berbuat demikian? Atau apakah ia ingin kembali semata-mata supaya hidupnya lebih mudah? Bagaimana mengenai moralnya dan sikapnya? Apakah ia tidak akan membawa ”ragi” ke dalam rumah?—Gal. 5:9.
17 Dalam perumpamaan Yesus mengenai anak yang hilang, sang bapa berlari menyongsong dan kemudian menerima putranya yang kembali. Bapa tersebut, melihat keadaan anaknya yang sangat menyedihkan, secara wajar tergerak dengan rasa prihatin sebagai orangtua. Kendati demikian, dapat kita perhatikan bahwa si anak tidak membawa pulang wanita-wanita sundal atau pulang dengan sikap yang berdosa. Tidak, ia menyatakan pertobatan yang sungguh dan hal ini terbukti dengan keputusannya untuk kembali ke jalan hidup yang bersih.—Luk. 15:11-32.
SANAK KELUARGA YANG DIPECAT YANG TIDAK TINGGAL SERUMAH
18, 19. (a) Bagaimana hendaknya orang-orang Kristen memandang pergaulan dengan sanak keluarga yang dipecat yang tidak tinggal serumah? (b) Mengapa sikap ini patut? (2 Tim. 2:19)
18 Keadaan kedua yang perlu kita pertimbangkan adalah yang menyangkut sanak keluarga yang dipecat atau mengucilkan diri yang bukan dari keluarga yang dekat atau tidak tinggal di rumah seseorang. Dengan orang tersebut masih ada hubungan darah atau hubungan melalui perkawinan, jadi mungkin ada beberapa kebutuhan yang terbatas untuk diurus sebagai kepentingan keluarga. Tetapi tidak seperti jika ia tinggal dalam rumah yang sama sehingga hubungan dan percakapan tak dapat dihindari. Hendaknya kita betul-betul mencamkan perintah terilham dari Alkitab, ”Jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir . . . , janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”—1 Kor. 5:11.
19 Karena itu, orang-orang Kristen yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang yang dipecat demikian yang tinggal di rumah lain harus berusaha menghindari pergaulan yang tidak perlu, bahkan mengurangi urusan-urusan yang menyangkut bisnis sebanyak mungkin. Betapa patut haluan seperti ini, menjadi jelas dari adanya laporan tentang beberapa kejadian. Ini menyangkut sanak keluarga yang menerima pandangan keliru, ’Walaupun ia dipecat, kami ‘kan masih sekeluarga, jadi dapat saja memperlakukannya sama seperti sebelum dipecat.’ Dari sebuah daerah datang laporan ini,
”Seorang yang dipecat memiliki hubungan keluarga dengan sepertiga dari anggota-anggota sidang. Semua sanak keluarganya terus saja bergaul dengan dia.”
Dan seorang penatua Kristen yang pandangannya sangat dihargai menulis,
”Di daerah kami ada beberapa orang yang dipecat mempunyai keluarga besar. Mereka disambut terang-terangan sambil pundak mereka ditepuk-tepuk dan mereka diberikan jabatan tangan, begitu mereka memasuki ruang depan Balai Kerajaan (walaupun orang yang dipecat itu mereka ketahui masih hidup imoral). Saya sangat merasa prihatin karena orang-orang yang dipecat perlu mengerti bahwa haluan mereka itu dibenci oleh Yehuwa dan oleh umatNya dan bahwa mereka harus merasa betapa perlunya untuk sungguh-sungguh bertobat. Apa yang akan membantu orang-orang yang dipecat ini untuk berubah jika mereka tetap disambut oleh semua orang dalam keluarga besar mereka yang tahu perbuatan-perbuatan mereka?”
20, 21. Sehubungan dengan sanak keluarga yang dipecat, mengapa kita perlu berhati-hati? (2 Tim. 2:22)
20 Pasti ada sidang-sidang di abad pertama yang anggota-anggotanya kebanyakan berada dalam hubungan keluarga satu sama lain. Tetapi jika seseorang dipecat, apakah semua sanak keluarga akan memperlakukan mereka seperti biasa asal saja mereka tidak membahas Alkitab dengan orang yang dipecat itu? Tidak. Sebab jika demikian, maka sidang tidak sungguh-sungguh menerapkan perintah, ”Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.”—1 Kor. 5:13.
21 Perlu sangat berhati-hati agar keadaan seorang pedosa yang dipecat tidak diremehkan. Seperti diperlihatkan dengan baik oleh putra-putra Korah, keloyalan kepada Yehuwa dan penyelenggaraan teokratisNya. Kita dapat yakin bahwa bila kita menjunjung patokan-patokanNya dan lebih suka bergaul dengan organisasi dan umatNya dari pada dengan orang-orang yang mempraktekkan perbuatan salah, kita akan memiliki perlindungan dan berkatNya.—Mzm. 84:10-12.
PERTEMUAN RAMAH TAMAH DAN SANAK KELUARGA YANG DIPECAT
22. Mengapa pertemuan-pertemuan keluarga bisa menimbulkan problem istimewa sehubungan dengan sanak keluarga yang dipecat?
22 Biasanya, sanak keluarga sering berkumpul pada acara-acara makan, piknik, reuni keluarga atau pertemuan-pertemuan ramah tamah lainnya. Tetapi bila seseorang terus berbuat dosa tanpa bertobat dan telah dipecat, ia dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi sanak keluarga Kristennya dalam pertemuan-pertemuan seperti itu. Walaupun mereka menyadari bahwa masih ada hubungan keluarga, mereka tidak mau mengabaikan nasihat Paulus bahwa orang-orang Kristen yang setia hendaknya ”jangan bergaul” dengan seorang pedosa yang telah dikucilkan.
23. Keadaan apakah yang mungkin akan timbul dengan sanak keluarga yang dipecat dan perkawinan Kristen?
23 Tidak ada gunanya mencari peraturan mengenai pertemuan anggota-anggota keluarga yang dihadiri oleh salah seorang sanak keluarga yang dipecat. Orang-orang yang bersangkutan harus mengambil keputusan sendiri, sesuai dengan nasihat Paulus. (1 Kor. 5:11) Namun patut disadari bahwa jika seorang yang dipecat akan hadir pada suatu pertemuan, dan Saksi-Saksi yang bukan sanak keluarga juga diundang, hal itu dapat mempengaruhi apa yang orang-orang lain akan lakukan. Misalnya, suatu pasangan Kristen mungkin sedang melangsungkan pernikahan di Balai Kerajaan. Jika sanak keluarga yang dipecat datang ke Balai Kerajaan untuk menghadiri upacara pernikahan itu, jelas bahwa ia tidak mungkin berada dalam kelompok pengantin atau bertindak untuk ”menyerahkan” pengantin perempuan. Tetapi bagaimana jika ada pesta atau resepsi perkawinan? Ini dapat merupakan pertemuan ramah tamah yang menyenangkan, seperti ketika Yesus menghadiri pesta kawin di Kana dulu. (Yoh. 2:1, 2) Tetapi apakah sanak keluarga yang dipecat boleh datang atau bahkan diundang? Jika ia hadir, banyak orang Kristen, sanak keluarga atau tidak, mungkin memutuskan bahwa mereka tidak patut hadir, untuk makan dan bergaul dengan dia, mengingat petunjuk-petunjuk yang Paulus berikan di 1 Korintus 5:11.
24. Orang-orang Kristen yang loyal terutama sekali dapat menikmati pergaulan apa? (Ams. 18:24)
24 Jadi, kadang-kadang orang-orang Kristen mungkin merasa tidak dapat menerima kehadiran seorang sanak keluarga yang dipecat atau yang mengucilkan diri pada suatu pertemuan yang biasanya mengikutsertakan anggota-anggota keluarga. Namun, orang-orang Kristen dapat menikmati pergaulan dengan anggota-anggota sidang yang loyal dengan mengingat kata-kata Yesus, ”Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.”—Mrk. 3:35.
25, 26. Jika seorang dari sanak keluarga yang dipecat meninggal, bagaimanakah keadaannya sehubungan dengan upacara penguburan?
25 Adalah suatu kenyataan bahwa jika seorang Kristen menyerahkan dirinya kepada dosa sehingga harus dipecat, ia akan kehilangan banyak hal: kedudukannya yang diperkenan oleh Allah; keanggotaan dalam sidang yang terdiri dari orang-orang Kristen yang bahagia; persahabatan yang menyenangkan dengan saudara-saudara, termasuk banyak pergaulan yang ia telah nikmati dengan sanak keluarga yang juga orang-orang Kristen. (1 Ptr. 2:17) Kepedihan ini, yang ia buat sendiri, bahkan mungkin akan ia rasakan sampai akhir hayatnya.
26 Andaikan ia meninggal sementara ia menjalani pemecatan, penyelenggaraan-penyelenggaraan bagi penguburannya mungkin menjadi suatu problem. Sanak keluarga Kristennya mungkin menginginkan agar diadakan khotbah di Balai Kerajaan, jika hal itu merupakan kebiasaan setempat. Tetapi penyelenggaraan sedemikian tidak pantas bagi seorang yang dipecat dari sidang. Jika ia telah membuktikan adanya pertobatan dan menginginkan pengampunan Allah, seperti misalnya telah menghentikan perbuatan dosa serta hadir pada pertemuan-pertemuan Kristen, hati kecil seorang saudara mungkin sekali mengijinkannya untuk memberikan khotbah Alkitab di rumah jenazah atau di tempat penguburan. Komentar-komentar Alkitab demikian mengenai keadaan orang mati memberikan kesaksian bagi orang-orang yang tak beriman atau hiburan bagi sanak keluarga. Tetapi jika orang yang dipecat masih saja mempertahankan ajaran-ajaran yang salah atau tingkah laku yang tidak saleh, bahkan khotbah Alkitab sedemikian tidak patut baginya.—2 Yoh. 9-11.
PELAJARAN BAGI KITA SEMUA
27. Bagaimanakah kita harus memandang penghukuman yang Allah jatuhkan?
27 Kita semua perlu menyadari bahwa yang penting adalah penghukuman yang Yehuwa berikan. (Ams. 29:26) Demikian halnya mengenai perbuatan-perbuatan yang menjijikkan karena Alkitab menunjukkan bahwa hal-hal inilah yang Allah sangat benci. (Ams. 6:16-19) Tetapi demikian juga tentang penghukumanNya terhadap orang-orang yang melakukan. Firman Yehuwa dengan terus terang mengatakan bahwa ”orang-orang yang tidak adil”, yang terus melakukan ”perbuatan daging” tidak akan mewarisi kerajaanNya. (1 Kor. 6:9, 10; Gal. 5:19-21) Orang yang demikian tidak mendapat tempat di surga, juga mereka tidak akan cocok bagi lingkungan Kerajaan itu di bumi. Karena itu, siapa saja yang ingin tetap tinggal dalam sidang Allah yang bersih dewasa ini harus memenuhi patokan-patokanNya. Allah sama sekali tidak akan mengijinkan ”ragi” tetap tinggal sebagai suatu pengaruh yang merusak di kalangan umatNya yang suci.—1 Kor. 5:6-13.
28. Bagaimanakah masalah pemecatan dapat menguji keloyalan kita?
28 Memang wajar, jika salah seorang sanak keluarga yang dekat dipecat, rasa emosi manusiawi dapat menimbulkan cobaan besar bagi kita. Sikap yang dipengaruhi oleh perasaan serta hubungan keluarga khususnya antara orangtua dan anak-anak demikian kuatnya, demikian juga apabila seorang teman hidup dipecat. Namun, kita harus menyadari bahwa pada akhirnya kita akan memberikan manfaat kepada siapa pun atau menyenangkan Allah jika kita membiarkan emosi menuntun kita untuk melupakan nasihat dan petunjukNya yang bijaksana. Kita perlu memperlihatkan keyakinan sepenuhnya akan cara-cara Allah yang adil sempurna, termasuk penyelenggaraanNya untuk memecat para pelaku dosa yang tak mau bertobat. Jika kita tetap loyal kepada Allah dan kepada sidang, pada waktunya si pedosa mungkin akan mengambil pelajaran dari hal itu, bertobat dan diterima kembali dalam sidang. Tetapi apakah hal itu terjadi atau tidak, kita dapat menerima penghiburan dan kekuatan dari apa yang Daud katakan menjelang akhir hidupnya,
”Sebab segala hukumNya [Allah] kuperhatikan, . . . Karena itu TUHAN [Yehuwa, NW] membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucianku di depan mataNya. Terhadap orang yang setia [loyal] Engkau berlaku setia [loyal], . . . terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci . . . Bangsa yang tertindas [rendah hati] Engkau selamatkan.”—2 Sam. 22:23-28.
[Catatan Kaki]
a Komentar-komentar atas keadaan para penatua dan pelayan sidang diberikan dalam ”Pertanyaan Pembaca” di majalah The Watchtower, 1 Februari 1978.