PASAL LIMA
Latihlah Anak Saudara sejak Bayi
1, 2. Kepada siapa hendaknya orang-tua mencari bantuan dalam membesarkan anak-anak mereka?
”ANAK-ANAK lelaki adalah milik pusaka dari pada [Yehuwa],” demikian seru orang-tua yang penuh penghargaan kira-kira 3.000 tahun yang lalu. (Mazmur 127:3) Memang, sukacita sebagai orang-tua adalah berkat yang berharga dari Allah, berkat yang tersedia bagi kebanyakan orang yang telah menikah. Akan tetapi, mereka yang mempunyai anak segera menyadari, bahwa selain sukacita, menjadi orang-tua juga mendatangkan tanggung jawab.
2 Khususnya dewasa ini, membesarkan anak merupakan suatu tugas berat. Meskipun demikian, banyak yang telah berhasil melaksanakannya, dan penulis mazmur yang terilham menunjukkan caranya, dengan mengatakan, ”Jikalau bukan [Yehuwa] yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.” (Mazmur 127:1) Semakin saksama saudara mengikuti petunjuk-petunjuk Yehuwa, semakin baik saudara sebagai orang-tua. Alkitab mengatakan, ”Percayalah kepada [Yehuwa] dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” (Amsal 3:5) Apakah saudara bersedia mendengarkan nasihat Yehuwa seraya saudara memasuki proyek 20 tahun untuk membesarkan anak?
MENERIMA PANDANGAN ALKITAB
3. Tanggung jawab apa yang dimiliki oleh para ayah dalam membesarkan anak-anak?
3 Di banyak rumah di seputar dunia, pria menganggap bahwa melatih anak terutama adalah tugas wanita. Memang, Firman dari Allah menunjuk peranan ayah sebagai pencari nafkah yang utama. Tetapi, Alkitab juga mengatakan bahwa ayah memiliki tanggung jawab di rumah. Alkitab mengatakan, ”Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah rumahmu [”rumah tanggamu”, NW].” (Amsal 24:27) Dalam pandangan Allah, ayah dan ibu adalah mitra dalam melatih anak.—Amsal 1:8, 9.
4. Mengapa hendaknya kita tidak menganggap anak lelaki lebih baik daripada anak perempuan?
4 Bagaimana saudara memandang anak-anak saudara? Laporan mengatakan bahwa di Asia ”bayi-bayi perempuan sering kali tidak disambut gembira”. Sikap berat sebelah terhadap anak-anak perempuan dilaporkan masih ada di Amerika Latin, bahkan di antara ”keluarga-keluarga yang lebih berpendidikan”. Namun, kebenarannya ialah, anak perempuan bukanlah anak kelas dua. Yakub, seorang ayah yang terkenal pada zaman purba, menggambarkan semua anaknya, termasuk anak-anak perempuan yang sudah lahir hingga saat itu, sebagai ”anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada[ku]”. (Kejadian 33:1-5; 37:35) Demikian pula, Yesus memberkati seluruh ”anak-anak kecil” (laki-laki dan perempuan) yang dibawa kepadanya. (Matius 19:13-15) Kita dapat merasa yakin bahwa Yesus mencerminkan pandangan Yehuwa.—Ulangan 16:14.
5. Pertimbangan apa yang hendaknya mendasari keputusan sepasang suami-istri sehubungan besarnya keluarga mereka?
5 Apakah masyarakat saudara mengharapkan seorang wanita untuk melahirkan anak sebanyak-banyaknya? Memang sudah sepantasnya, berapa jumlah anak yang akan dimiliki oleh sepasang suami-istri adalah keputusan pribadi mereka. Bagaimana jika orang-tua kekurangan sarana untuk memberikan makanan, pakaian, dan pendidikan kepada banyak anak? Pasti, pasangan tersebut hendaknya mempertimbangkan hal ini sewaktu memutuskan berapa besarnya keluarga mereka. Beberapa pasangan yang tidak sanggup membiayai semua anak mereka mempercayakan tanggung jawab untuk membesarkan beberapa anak kepada sanak saudara mereka. Apakah ini tindakan yang bijaksana? Sebenarnya tidak. Dan hal ini tidak membebaskan orang-tua dari kewajiban mereka terhadap anak-anak mereka. Alkitab mengatakan, ”Jika seseorang tidak menyediakan kebutuhan bagi mereka yang adalah miliknya, dan teristimewa bagi mereka yang adalah anggota rumah tangganya, ia telah menyangkal iman.” (1 Timotius 5:8) Pasangan yang bertanggung jawab akan mencoba merencanakan besarnya ”rumah tangga” mereka sehingga mereka dapat ’menyediakan kebutuhan bagi mereka yang adalah miliknya’. Apakah mereka boleh mengikuti keluarga berencana agar dapat melakukannya? Itu adalah keputusan pribadi juga, dan jika sepasang suami-istri memutuskan untuk mengikutinya, alat kontrasepsi mana yang dipilih juga adalah persoalan pribadi. ”Masing-masing orang akan memikul tanggungannya sendiri.” (Galatia 6:5) Akan tetapi, keluarga berencana yang melibatkan aborsi dalam bentuk apa pun bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab. Allah Yehuwa adalah ”sumber hayat”. (Mazmur 36:10) Oleh karena itu, menghancurkan kehidupan setelah itu dimulai berarti sama sekali tidak memperlihatkan respek kepada Yehuwa dan sama dengan membunuh.—Keluaran 21:22, 23; Mazmur 139:16; Yeremia 1:5.
MEMENUHI KEBUTUHAN ANAK SAUDARA
6. Kapan hendaknya pelatihan seorang anak dimulai?
6 Amsal 22:6 mengatakan, ”Didiklah [”Latihlah”, NW] orang muda menurut jalan yang patut baginya.” Melatih anak-anak adalah tugas utama lainnya dari orang-tua. Namun, kapan hendaknya pelatihan itu dimulai? Sejak sangat dini. Rasul Paulus mencatat bahwa Timotius telah dilatih ”sejak masa bayi”. (2 Timotius 3:15) Kata Yunani yang digunakan di sini dapat menunjuk kepada bayi yang masih kecil atau bahkan anak yang belum lahir. (Lukas 1:41, 44; Kisah 7:18-20) Jadi, Timotius menerima pelatihan sejak ia masih sangat muda—dan seharusnya memang demikian. Masa bayi adalah waktu yang ideal untuk mulai melatih seorang anak. Bayi yang masih kecil sekalipun memiliki keinginan yang besar untuk mendapatkan pengetahuan.
7. (a) Mengapa penting agar kedua orang-tua memperkembangkan hubungan yang akrab dengan seorang bayi? (b) Hubungan apa yang ada antara Yehuwa dengan satu-satunya Putra yang diperanakkan?
7 ”Pertama kali saya melihat bayi saya,” kata seorang ibu, ”Saya jatuh cinta kepadanya.” Begitu pula perasaan kebanyakan ibu. Ikatan yang indah antara ibu dan bayinya bertumbuh seraya mereka menggunakan waktu bersama-sama setelah kelahiran. Dengan menyusui, keintiman tersebut bertambah. (Bandingkan 1 Tesalonika 2:7.) Belaian ibu kepada bayinya dan kata-kata yang diucapkan kepadanya penting sekali untuk memenuhi kebutuhan emosi si bayi. (Bandingkan Yesaya 66:12.) Tetapi bagaimana dengan ayah? Ia juga harus menjalin hubungan yang akrab dengan keturunannya yang baru. Yehuwa sendiri adalah teladan untuk hal ini. Dalam buku Amsal, kita belajar tentang hubungan Yehuwa dengan satu-satunya Putra yang diperanakkan, yang digambarkan mengatakan, ”[Yehuwa] telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya . . . Setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya.” (Amsal 8:22, 30; Yohanes 1:14) Dengan cara yang sama, ayah yang baik membina hubungan yang hangat dan pengasih dengan anaknya sejak awal kehidupan sang anak. ”Tunjukkan banyak kasih sayang,” kata seorang ayah. ”Tidak pernah ada seorang anak pun yang mati karena pelukan dan ciuman.”
8. Rangsangan mental apa yang hendaknya diberikan oleh orang-tua kepada bayinya sesegera mungkin?
8 Tetapi bayi membutuhkan lebih banyak lagi. Sejak saat kelahiran, otak mereka siap untuk menerima dan menyimpan informasi, dan orang-tua adalah sumber utama dari hal ini. Ambillah bahasa sebagai contoh. Para peneliti mengatakan bahwa baik tidaknya seorang anak belajar berbicara dan membaca ”diduga erat kaitannya dengan sifat interaksi awal sang anak dengan orang-tuanya”. Berbicaralah dan membacalah untuk anak saudara sejak masa bayi dan seterusnya. Segera ia ingin meniru saudara, dan tidak lama kemudian saudara sudah akan mengajarnya membaca. Kemungkinan besar, ia sudah akan dapat membaca sebelum masuk sekolah. Itu khususnya akan berguna apabila saudara tinggal di suatu negeri yang kekurangan guru dan ruang kelas penuh.
9. Apa tujuan yang paling penting yang perlu diingat oleh orang-tua?
9 Keprihatinan yang paling utama dari orang-tua Kristen adalah memenuhi kebutuhan rohani anak mereka. (Lihat Ulangan 8:3.) Dengan tujuan apa? Untuk membantu anak mereka memperkembangkan kepribadian seperti Kristus, yang sebenarnya adalah mengenakan ”kepribadian baru”. (Efesus 4:24) Untuk hal ini mereka perlu memikirkan bahan bangunan yang tepat dan metode membangun yang tepat.
MENANAMKAN KEBENARAN KEPADA ANAK SAUDARA
10. Sifat-sifat apa yang perlu diperkembangkan oleh anak-anak?
10 Kualitas suatu bangunan banyak bergantung pada jenis bahan yang digunakan dalam bangunan tersebut. Rasul Paulus mengatakan bahwa bahan bangunan yang paling baik untuk kepribadian Kristen adalah ”emas, perak, batu-batu berharga”. (1 Korintus 3:10-12) Ini semua menggambarkan sifat-sifat seperti iman, hikmat, pemahaman, loyalitas, respek, dan penghargaan yang penuh kasih kepada Yehuwa dan hukum-hukum-Nya. (Mazmur 19:8-12; Amsal 2:1-6; 3:13, 14) Bagaimana orang-tua dapat membantu anak-anak mereka sejak usia yang sangat dini untuk memperkembangkan sifat-sifat ini? Dengan mengikuti suatu prosedur yang diuraikan dahulu kala.
11. Bagaimana orang-tua Israel membantu anak-anak mereka untuk memperkembangkan kepribadian yang saleh?
11 Tidak lama sebelum bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian, Yehuwa memberi tahu orang-tua Israel, ”Apa [”Kata-kata ini”, NW] yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan [”terbukti ada di hatimu”, NW], haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang [”menanamkannya”, NW] kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:6, 7) Ya, orang-tua perlu menjadi teladan, teman, komunikator, dan guru.
12. Mengapa penting agar orang-tua menjadi teladan yang baik?
12 Menjadi teladan. Pertama-tama, Yehuwa mengatakan, ”Kata-kata ini . . . haruslah terbukti ada di hatimu.” Kemudian, Ia menambahkan, ”Haruslah engkau menanamkannya kepada anak-anakmu.” Jadi sifat-sifat yang saleh harus pertama-tama ada di hati orang-tua. Orang-tua harus mengasihi kebenaran dan hidup selaras dengannya. Hanya dengan cara itu ia dapat mencapai hati si anak. (Amsal 20:7) Mengapa? Karena anak-anak lebih dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar.—Lukas 6:40; 1 Korintus 11:1.
13. Dalam memberikan perhatian kepada anak-anak mereka, bagaimana orang-tua Kristen dapat meniru teladan Yesus?
13 Menjadi teman. Yehuwa memberi tahu orang-tua di Israel, ’Berbicaralah dengan anak-anakmu apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan.’ Hal ini menuntut orang-tua untuk menggunakan waktu bersama anak-anak tidak soal seberapa sibuk orang-tua. Yesus jelas merasa bahwa anak-anak layak mendapat waktunya. Selama hari-hari terakhir dari pelayanannya, ”orang-orang mulai membawa anak-anak kecil kepadanya agar ia menyentuh anak-anak ini”. Apa reaksi Yesus? ”Ia merangkul anak-anak itu serta mulai memberkati mereka.” (Markus 10:13, 16) Bayangkan, jam-jam terakhir dari kehidupan Yesus mendekat dengan cepat. Namun, ia memberikan waktu dan perhatiannya kepada anak-anak ini. Sungguh suatu pelajaran yang bagus!
14. Mengapa bermanfaat jika orang-tua menggunakan waktu bersama anak-anak mereka?
14 Menjadi komunikator. Menggunakan waktu bersama anak saudara akan membantu saudara berkomunikasi dengan dia. Semakin sering saudara berkomunikasi, semakin baik saudara akan dapat memperhatikan perkembangan kepribadiannya. Namun ingat, berkomunikasi lebih daripada sekadar berbicara. ”Saya harus mengembangkan seni mendengarkan,” kata seorang ibu di Brasil, ”mendengarkan dengan hati saya.” Kesabarannya membuahkan hasil ketika putranya mulai mencurahkan perasaan dia kepadanya.
15. Apa yang perlu diingat sehubungan rekreasi?
15 Anak-anak membutuhkan ”waktu untuk tertawa . . . waktu untuk menari”, waktu untuk berekreasi. (Pengkhotbah 3:1, 4; Zakharia 8:5) Rekreasi akan sangat produktif apabila orang-tua dan anak-anak menikmatinya bersama-sama. Merupakan fakta yang menyedihkan bahwa di banyak rumah, rekreasi berarti menonton televisi. Walaupun beberapa acara televisi bisa jadi menghibur, namun ada banyak yang menghancurkan nilai-nilai yang luhur, dan menonton televisi cenderung membuat komunikasi terhenti dalam suatu keluarga. Karena itu, mengapa tidak melakukan sesuatu yang kreatif bersama anak-anak saudara? Bernyanyi, melakukan permainan, bergaul bersama teman-teman, mengunjungi tempat-tempat yang menyenangkan. Kegiatan demikian memajukan komunikasi.
16. Apa yang hendaknya diajarkan orang-tua kepada anak-anak mereka tentang Yehuwa, dan bagaimana hendaknya mereka melakukannya?
16 Menjadi guru. ”Haruslah engkau menanamkannya [kata-kata ini] kepada anak-anakmu,” kata Yehuwa. Ikatan kalimatnya memberi tahu saudara apa yang harus diajarkan dan bagaimana caranya. Pertama-tama, ”kasihilah [Yehuwa], Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. (Ulangan 6:5) Kemudian, ”kata-kata ini . . . haruslah engkau menanamkannya” (NW). Menyampaikan pengajaran dengan tujuan mengembangkan kasih yang sepenuh jiwa kepada Yehuwa dan hukum-hukum-Nya. (Bandingkan Ibrani 8:10.) Kata ’menanamkan’ berarti mengajar berulang-ulang. Jadi Yehuwa, sebenarnya, memberi tahu saudara bahwa cara utama untuk membantu anak-anak saudara memperkembangkan kepribadian yang saleh adalah dengan berbicara tentang Dia secara konsisten. Hal ini mencakup mengadakan pengajaran Alkitab secara tetap tentu bersama mereka.
17. Apa yang perlu orang-tua perkembangkan dalam diri anak mereka? Mengapa?
17 Kebanyakan orang-tua mengetahui bahwa memasukkan informasi ke dalam hati seorang anak tidaklah mudah. Rasul Petrus mendesak rekan-rekan Kristennya, ”Seperti bayi yang baru lahir, bentuklah keinginan yang besar akan susu yang tidak dicampur yang berasal dari firman.” (1 Petrus 2:2) Ungkapan ”bentuklah keinginan yang besar” menyiratkan bahwa banyak yang secara alami tidak lapar akan makanan rohani. Orang-tua mungkin perlu mencari cara untuk memperkembangkan keinginan yang besar tersebut dalam diri anak mereka.
18. Apa beberapa metode pengajaran Yesus yang sebaiknya ditiru oleh orang-tua?
18 Yesus mencapai hati dengan menggunakan perumpamaan. (Markus 13:34; Lukas 10:29-37) Metode mengajar ini khususnya efektif untuk anak-anak. Ajarkanlah prinsip-prinsip Alkitab dengan menggunakan beraneka ragam cerita yang menarik, barangkali seperti yang terdapat dalam publikasi Buku Cerita Alkitab.a Libatkanlah anak-anak. Biarkan mereka menggunakan kreatifitas mereka untuk menggambar atau melakonkan kisah-kisah Alkitab. Yesus juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan. (Matius 17:24-27) Tirulah metode Yesus ini selama pelajaran keluarga saudara. Sebaliknya daripada sekadar memberitahukan hukum Allah, ajukanlah pertanyaan-pertanyaan seperti, Mengapa Yehuwa memberikan hukum ini kepada kita? Apa yang akan terjadi jika kita menaatinya? Apa yang akan terjadi jika kita tidak menaatinya? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu membantu seorang anak untuk bernalar dan mengerti bahwa hukum-hukum Allah praktis dan bagus.—Ulangan 10:13.
19. Jika orang-tua mengikuti prinsip-prinsip Alkitab dalam berurusan dengan anak-anak mereka, manfaat-manfaat besar apa yang akan dinikmati anak-anak?
19 Dengan menjadi teladan, teman, komunikator, dan guru, saudara dapat membantu anak saudara sejak usianya yang sangat dini untuk menjalin hubungan pribadi yang akrab dengan Allah Yehuwa. Hubungan ini akan membantu anak saudara untuk berbahagia sebagai seorang Kristen. Ia akan berjuang untuk hidup sesuai dengan imannya bahkan ketika menghadapi tekanan dan godaan dari teman sebaya. Selalu bantu dia untuk menghargai hubungan yang sangat berharga ini.—Amsal 27:11.
KEBUTUHAN YANG SANGAT PENTING AKAN DISIPLIN
20. Apakah disiplin, dan bagaimana hendaknya itu dijalankan?
20 Disiplin adalah pelatihan yang memperbaiki pikiran dan hati. Anak-anak memerlukannya dari waktu ke waktu. Paulus menasihati para ayah untuk ’terus membesarkan [anak-anak mereka] dalam disiplin dan pengaturan-mental dari Yehuwa’. (Efesus 6:4) Orang-tua hendaknya mendisiplin dalam kasih, sebagaimana halnya Yehuwa. (Ibrani 12:4-11) Disiplin yang didasarkan atas kasih dapat disampaikan dengan bertukar pikiran. Karena itu, kita diberi tahu untuk ’mendengarkan disiplin’. (Amsal 8:33, NW) Bagaimana hendaknya disiplin diberikan?
21. Prinsip apa yang hendaknya diingat orang-tua pada waktu mendisiplin anak-anak mereka?
21 Ada orang-tua yang mengira bahwa mendisiplin anak berarti cukup berbicara kepada mereka dengan nada yang mengancam, membentak mereka, atau bahkan menghina mereka. Akan tetapi, mengenai pokok yang sama, Paulus memperingatkan, ”Kamu, bapak-bapak, janganlah membuat anak-anakmu kesal.” (Efesus 6:4) Semua orang Kristen didesak untuk ”lembut terhadap semua . . . mengajar dengan lemah lembut mereka yang cenderung tidak setuju”. (2 Timotius 2:24, 25) Orang-tua Kristen, meskipun mengakui perlunya ketegasan, berupaya mengingat kata-kata tersebut pada waktu mereka mendisiplin anak-anak mereka. Namun, kadang-kadang, bertukar pikiran tidak cukup, dan suatu bentuk hukuman mungkin diperlukan.—Amsal 22:15.
22. Apabila seorang anak perlu dihukum, ia harus dibantu untuk mengerti tentang apa?
22 Lain anak lain pula bentuk disiplin yang dibutuhkan. Ada yang ’tidak dapat diajari dengan kata-kata saja’. Bagi mereka, hukuman yang sekali-sekali diberikan untuk ketidakpatuhan dapat menyelamatkan kehidupan. (Amsal 17:10; 23:13, 14; 29:19) Tetapi, seorang anak harus mengerti mengapa ia dihukum. ”Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat.” (Amsal 29:15; Ayub 6:24) Lagi pula, hukuman ada batasnya. ”Aku akan menghajar engkau menurut hukum [”sampai kepada taraf yang patut”, ”NW”],” kata Yehuwa kepada umat-Nya. (Yeremia 46:28b) Merotan dengan luapan amarah atau memukul dengan kejam sehingga melukai dan bahkan mencelakai seorang anak sama sekali tidak disetujui Alkitab.—Amsal 16:32.
23. Apa yang hendaknya dapat dipahami seorang anak apabila ia dihukum oleh orang-tuanya?
23 Ketika Yehuwa memperingatkan umat-Nya bahwa Ia akan mendisiplin mereka, pertama-tama Ia mengatakan, ”Janganlah takut . . . sebab Aku menyertai engkau.” (Yeremia 46:28a) Demikian pula, disiplin orang-tua, dalam bentuk apa pun yang patut, hendaknya jangan pernah membuat sang anak merasa ditolak. (Kolose 3:21) Sebaliknya, sang anak hendaknya merasakan bahwa disiplin tersebut diberikan karena orang-tuanya ’menyertai dia’, berada di pihaknya.
LINDUNGI ANAK SAUDARA TERHADAP BAHAYA
24, 25. Terhadap ancaman yang mengerikan apa anak-anak memerlukan perlindungan pada masa sekarang ini?
24 Banyak orang dewasa mengenang masa kanak-kanak mereka sebagai masa yang bahagia. Mereka mengingat kembali perasaan hangat karena aman, kepastian bahwa orang-tua mereka akan merawat mereka tidak soal apa pun keadaannya. Orang-tua ingin anak-anak mereka merasakan hal yang sama, tetapi dalam dunia yang kian bobrok dewasa ini, menjaga keamanan anak-anak menjadi lebih sulit daripada sebelumnya.
25 Satu ancaman mengerikan yang telah meningkat pada tahun-tahun belakangan ini adalah penyerangan seksual terhadap anak-anak. Di Malaysia, laporan mengenai serangan seksual terhadap anak-anak telah meningkat empat kali lipat dalam waktu sepuluh tahun. Di Jerman, kira-kira 300.000 anak dianiaya secara seksual setiap tahun, sementara di sebuah negara di Amerika Selatan, menurut sebuah penelitian, jumlah yang diperkirakan adalah angka yang mencengangkan yaitu 9.000.000 setiap tahun! Yang sangat menyedihkan, mayoritas dari anak-anak ini diperkosa di rumah mereka sendiri oleh orang-orang yang mereka kenal dan percayai. Tetapi anak-anak harus memiliki pertahanan yang kuat dalam diri orang-tua mereka. Bagaimana orang-tua dapat melindungi?
26. Dengan beberapa cara apa anak-anak dapat tetap aman, dan bagaimana pengetahuan dapat melindungi seorang anak?
26 Karena pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak banyak tahu tentang seks khususnya menjadi mangsa empuk dari para pelaku penyerangan seksual, langkah pencegahan yang utama adalah mendidik sang anak, sekalipun ia masih kecil. Pengetahuan dapat memberikan perlindungan ”dari jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu muslihat”. (Amsal 2:10-12) Pengetahuan apa? Pengetahuan tentang prinsip-prinsip Alkitab, tentang apa yang benar dan yang salah secara moral. Juga pengetahuan bahwa ada orang-orang dewasa yang melakukan hal-hal jahat dan bahwa seorang muda tidak perlu patuh apabila orang-orang mengajak melakukan perbuatan yang tidak patut. (Bandingkan Daniel 1:4, 8; 3:16-18.) Jangan batasi pelatihan semacam itu dengan membicarakannya satu kali saja. Kebanyakan anak-anak yang masih kecil perlu diajar berulang-ulang sebelum mereka mengingatnya dengan baik. Seraya anak-anak sedikit bertambah besar, seorang ayah akan dengan pengasih merespek hak putrinya untuk mendapatkan keleluasaan pribadi, demikian pula seorang ibu terhadap putranya—dengan demikian memperkuat perasaan anak tentang apa yang patut. Dan tentu saja, salah satu perlindungan terbaik terhadap penganiayaan seksual adalah pengawasan yang ketat oleh saudara sebagai orang-tua.
CARILAH BIMBINGAN ILAHI
27, 28. Siapakah Sumber bantuan terbesar bagi orang-tua apabila mereka menghadapi tantangan dalam membesarkan anak?
27 Memang, melatih seorang anak sejak masa bayi merupakan tantangan, tetapi orang-tua yang beriman tidak perlu menghadapi tantangan itu sendirian. Pada zaman para Hakim dahulu, ketika seorang pria bernama Manoah mengetahui bahwa ia akan menjadi seorang ayah, ia meminta bimbingan Yehuwa untuk membesarkan anaknya. Yehuwa menjawab doanya.—Hakim 13:8, 12, 24.
28 Dengan cara yang serupa dewasa ini, seraya orang-tua yang beriman membesarkan anak-anak, mereka juga dapat berbicara kepada Yehuwa dalam doa. Menjadi orang-tua berarti kerja keras, tetapi upahnya besar. Sepasang orang-tua Kristen di Hawaii mengatakan, ”Saudara memiliki waktu 12 tahun untuk menyelesaikan tugas saudara menjelang tahun-tahun remaja yang kritis tersebut. Namun jika saudara sudah bekerja keras untuk menerapkan prinsip-prinsip Alkitab, tibalah saatnya untuk menuai sukacita dan kedamaian pada waktu mereka memutuskan dari hati mereka untuk melayani Yehuwa.” (Amsal 23:15, 16) Pada waktu anak saudara membuat keputusan itu, saudara juga akan tergugah untuk berseru, ”Anak-anak lelaki [dan perempuan] adalah milik pusaka dari pada [Yehuwa].”
a Diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.