-
”Mendekatlah kepada Allah”Menara Pengawal—2002 | 15 Desember
-
-
”Mendekatlah kepada Allah”
”Mendekatlah kepada Allah dan ia akan mendekat kepadamu.”—YAKOBUS 4:8.
1, 2. (a) Pengakuan apa yang sering dibuat manusia? (b) Desakan apa yang Yakobus berikan, dan mengapa itu dibutuhkan?
”ALLAH beserta kita.” Kata-kata tersebut telah menghiasi lambang-lambang nasional dan bahkan seragam-seragam prajurit. Frasa ”Kepada Allah kami percaya” telah terukir pada tak terhitung banyaknya uang logam dan uang kertas dari mata uang modern. Sudah lazim bagi manusia untuk mengaku bahwa mereka memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Namun, tidakkah Saudara setuju bahwa supaya benar-benar memiliki hubungan semacam itu dituntut jauh lebih banyak hal daripada sekadar membicarakannya atau memampangkan slogan-slogan?
2 Alkitab menunjukkan bahwa memiliki hubungan dengan Allah adalah hal yang mungkin. Meskipun demikian, hal ini menuntut upaya. Bahkan beberapa orang Kristen terurap pada abad pertama perlu memperkuat hubungan mereka dengan Allah Yehuwa. Pengawas Kristen, Yakobus, harus memperingatkan beberapa orang sehubungan dengan kecenderungan mereka yang bersifat daging dan hilangnya kebersihan rohani mereka. Di sela-sela nasihat tersebut, ia memberikan desakan yang kuat ini, ”Mendekatlah kepada Allah dan ia akan mendekat kepadamu.” (Yakobus 4:1-12) Apa yang Yakobus maksudkan dengan ’mendekat’?
3, 4. (a) Pernyataan ”mendekatlah kepada Allah” bisa jadi mengingatkan para pembaca Yakobus pada abad pertama akan hal apa? (b) Mengapa kita dapat yakin bahwa mendekat kepada Allah itu bukan hal yang mustahil?
3 Yakobus menggunakan ungkapan yang akrab di telinga kebanyakan pembacanya dahulu. Hukum Musa memberikan instruksi spesifik kepada para imam tentang caranya ”menghampiri”, atau mendekati, Yehuwa demi kepentingan umat-Nya. (Keluaran 19:22) Jadi, para pembaca Yakobus diingatkan bahwa mendekati Yehuwa bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Yehuwa adalah tokoh terhormat yang terbesar di alam semesta.
4 Di pihak lain, seperti yang dikomentari oleh seorang sarjana Alkitab, ”desakan ini [di Yakobus 4:8] mengungkapkan optimisme yang sangat kuat”. Yakobus tahu bahwa Yehuwa selalu dengan pengasih mengundang manusia-manusia yang tidak sempurna untuk mendekat kepada-Nya. (2 Tawarikh 15:2) Korban Yesus membuka jalan untuk mendekat kepada Yehuwa dalam arti yang lebih penuh. (Efesus 3:11, 12) Dewasa ini, jalan untuk mendekat kepada Allah telah terbuka bagi jutaan orang! Namun, bagaimana kita dapat memanfaatkan kesempatan yang menakjubkan ini? Kita akan membahas secara singkat tiga sarana yang melaluinya kita dapat mendekat kepada Allah Yehuwa.
’Teruslah Memperoleh Pengetahuan’ tentang Allah
5, 6. Bagaimana contoh Samuel muda mengilustrasikan apa yang dibutuhkan untuk ”terus memperoleh pengetahuan” tentang Allah?
5 Menurut Yohanes 17:3, Yesus berkata, ”Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai pribadi yang engkau utus, Yesus Kristus.” Banyak terjemahan atas ayat ini agak berbeda dengan Terjemahan Dunia Baru. Bukannya mengatakan ”terus memperoleh pengetahuan” tentang Allah, terjemahan-terjemahan tersebut hanya mengalihbahasakan kata kerjanya menjadi ”mengetahui” atau ”mengenal” Allah. Akan tetapi, sejumlah pakar mengatakan bahwa makna kata yang digunakan dalam bahasa Yunani aslinya mengandung sesuatu yang lebih dalam—suatu proses yang berkesinambungan, proses yang bahkan bisa mengarah kepada pengenalan yang akrab dengan pribadi lain.
6 Mengenal Allah secara akrab bukanlah gagasan baru pada zaman Yesus. Dalam Kitab-Kitab Ibrani, misalnya, kita membaca bahwa ketika Samuel masih kecil, ia ”belum mengenal Yehuwa”. (1 Samuel 3:7) Apakah hal ini berarti hanya sedikit sekali yang Samuel ketahui tentang Allahnya? Tidak. Orang tuanya dan para imam pasti telah mengajarkan banyak hal kepadanya. Akan tetapi, menurut seorang sarjana, kata Ibrani yang digunakan di ayat tersebut bisa ”dikenakan untuk kenalan yang paling akrab”. Pada waktu itu, Samuel belum mengenal Yehuwa secara akrab, seperti halnya belakangan ketika ia melayani sebagai juru bicara Yehuwa. Seraya Samuel bertambah besar, ia benar-benar mengenal Yehuwa, memperoleh hubungan pribadi yang dekat dengan-Nya.—1 Samuel 3:19, 20.
7, 8. (a) Mengapa kita hendaknya tidak merasa tertekan oleh ajaran-ajaran Alkitab yang lebih dalam? (b) Apa beberapa kebenaran yang dalam dari Firman Allah yang sebaiknya kita pelajari?
7 Apakah Saudara terus memperoleh pengetahuan tentang Yehuwa agar dapat mengenal-Nya dengan akrab? Untuk melakukannya, Saudara perlu ’memperkembangkan keinginan yang besar’ akan makanan rohani yang Allah sediakan. (1 Petrus 2:2) Janganlah berpuas diri dengan ajaran-ajaran dasar. Berupayalah untuk mempelajari beberapa ajaran Alkitab yang lebih dalam. (Ibrani 5:12-14) Apakah Saudara merasa tertekan oleh ajaran-ajaran semacam itu, menganggapnya terlalu sulit? Jika demikian, ingatlah bahwa Yehuwa adalah sang ’Instruktur Agung’. (Yesaya 30:20) Ia mengetahui cara menyampaikan kebenaran-kebenaran yang dalam ke pikiran manusia yang tidak sempurna. Dan, Ia dapat memberkati upaya-upaya tulus Saudara untuk menyerap apa yang sedang Ia ajarkan kepada Saudara.—Mazmur 25:4.
8 Bagaimana jika Saudara menyelidiki sendiri beberapa ’perkara yang dalam dari Allah’? (1 Korintus 2:10) Ini bukanlah topik-topik yang membosankan seperti yang mungkin diperdebatkan oleh para teolog dan pemimpin agama. Ini adalah doktrin yang relevan dan bermanfaat, yang memberikan pemahaman yang sangat menarik tentang pikiran dan hati Bapak kita yang pengasih. Misalnya, tebusan, ”rahasia suci”, serta berbagai perjanjian yang telah Yehuwa gunakan untuk memberkati umat-Nya dan memenuhi maksud-tujuan-Nya—pokok-pokok ini dan banyak lagi yang serupa merupakan topik yang sangat menyenangkan dan memuaskan untuk riset dan pelajaran pribadi.—1 Korintus 2:7.
9, 10. (a) Mengapa kesombongan berbahaya, dan apa yang akan membantu kita menghindarinya? (b) Jika berbicara soal pengetahuan mengenai Yehuwa, mengapa kita hendaknya berupaya keras untuk rendah hati?
9 Seraya Saudara bertumbuh dalam pengetahuan kebenaran rohani yang lebih dalam, waspadailah bahaya yang bisa timbul karena pengetahuan—kesombongan. (1 Korintus 8:1) Kesombongan itu berbahaya, karena hal itu mengasingkan manusia dari Allah. (Amsal 16:5; Yakobus 4:6) Ingatlah, tidak satu manusia pun mempunyai alasan untuk bermegah karena pengetahuannya. Sebagai ilustrasi, perhatikan kutipan berikut ini dari kata pengantar sebuah buku yang menyurvei kemajuan ilmiah manusia yang terkini, ”Semakin banyak yang kita tahu, semakin kita sadar betapa sedikitnya yang kita tahu. . . . Segala sesuatu yang sudah kita pelajari tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang belum kita pelajari.” Kerendahan hati semacam itu sungguh menyegarkan. Sekarang, jika kita berbicara soal sekumpulan pengetahuan terbesar—pengetahuan tentang Allah Yehuwa—kita memiliki alasan yang bahkan lebih besar untuk senantiasa rendah hati. Mengapa?
10 Perhatikan beberapa pernyataan Alkitab mengenai Yehuwa. ”Sangat dalam pikiranmu.” (Mazmur 92:5) ”Pengertian [Yehuwa] tidak terhingga.” (Mazmur 147:5) ”Tidak terselidiki pengertian [Yehuwa].” (Yesaya 40:28) ”Oh, dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah!” (Roma 11:33) Jelaslah, kita tidak bakal pernah tahu segala hal yang dapat diketahui mengenai Yehuwa. (Pengkhotbah 3:11) Ia telah mengajar kita banyak hal yang menakjubkan, tetapi di hadapan kita akan selalu terbentang sekumpulan pengetahuan yang tiada habisnya untuk dipelajari. Tidakkah prospek tersebut membuat kita tergetar sekaligus rendah hati? Jadi, seraya belajar, marilah kita selalu gunakan pengetahuan kita sebagai dasar untuk mendekat kepada Yehuwa dan untuk membantu orang lain melakukan hal yang sama—tidak sekali-kali sebagai alat untuk meninggikan diri di atas orang lain.—Matius 23:12; Lukas 9:48.
Nyatakanlah Kasih Saudara kepada Yehuwa
11, 12. (a) Bagaimana pengetahuan yang kita peroleh tentang Yehuwa hendaknya mempengaruhi kita? (b) Apa yang menentukan bahwa kasih seseorang kepada Allah itu sejati atau tidak?
11 Dengan tepat, rasul Paulus menghubungkan pengetahuan dengan kasih. Ia menulis, ”Inilah yang terus aku doakan, agar kasihmu makin limpah disertai pengetahuan yang saksama dan daya pengamatan yang penuh.” (Filipi 1:9) Sebaliknya daripada menjadi besar kepala karena sombong, setiap kebenaran yang berharga yang kita pelajari mengenai Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya hendaknya meningkatkan kasih kita kepada Bapak surgawi kita.
12 Tentu saja, banyak orang yang mengaku mengasihi Allah sebenarnya tidak begitu. Semangat yang meluap-luap dalam hati mereka bisa jadi memang tulus. Perasaan demikian bagus, bahkan patut dipuji, apabila selaras dengan pengetahuan yang saksama. Namun, perasaan itu sendiri tidak sama dengan kasih yang sejati kepada Allah. Mengapa tidak? Perhatikan bagaimana Firman Allah mendefinisikan kasih semacam itu, ”Inilah arti kasih akan Allah, yaitu bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya.” (1 Yohanes 5:3) Jadi, kasih akan Yehuwa itu sejati hanya jika kasih itu dinyatakan dalam tindakan ketaatan.
13. Bagaimana rasa takut yang saleh akan membantu kita mempertunjukkan kasih kita kepada Yehuwa?
13 Rasa takut yang saleh akan membantu kita menaati Yehuwa. Rasa hormat dan respek yang dalam kepada Yehuwa ini timbul karena terus memperoleh pengetahuan mengenai Dia, mempelajari tentang kekudusan, kemuliaan, kekuasaan, keadilan, hikmat, dan kasih-Nya yang tak terhingga. Rasa takut demikian sangat penting untuk mendekat kepada-Nya. Sebenarnya, perhatikan apa yang Mazmur 25:14 katakan, ”Keakraban dengan Yehuwa adalah milik mereka yang takut akan dia.” Jadi, jika kita memiliki rasa takut yang sehat untuk tidak menyenangkan Bapak surgawi kita yang pengasih, kita dapat mendekat kepada-Nya. Rasa takut yang saleh akan membantu kita mengindahkan nasihat bijaksana yang dicatat di Amsal 3:6, ”Dalam segala jalanmu, berikanlah perhatian kepadanya, dan ia akan meluruskan jalan-jalanmu.” Apa artinya itu?
14, 15. (a) Apa beberapa keputusan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari? (b) Bagaimana kita dapat membuat keputusan sedemikian rupa sehingga mencerminkan rasa takut yang saleh dalam diri kita?
14 Saudara harus membuat berbagai keputusan setiap hari, baik yang besar maupun yang kecil. Misalnya, percakapan macam apa yang akan Saudara adakan bersama rekan sekerja, teman sekolah, tetangga? (Lukas 6:45) Apakah Saudara akan bekerja keras melakukan tugas-tugas yang diberikan kepada Saudara, atau apakah Saudara akan mencari cara untuk menyelesaikannya dengan upaya yang sekecil-kecilnya? (Kolose 3:23) Apakah Saudara akan mendekat kepada orang-orang yang menunjukkan sedikit atau sama sekali tidak mempunyai kasih untuk Yehuwa, atau apakah Saudara akan berupaya memperkuat hubungan Saudara dengan orang-orang yang berpikiran rohani? (Amsal 13:20) Apa yang akan Saudara lakukan, bahkan dengan cara-cara yang sederhana, untuk memajukan kepentingan Kerajaan Allah? (Matius 6:33) Jika prinsip-prinsip Alkitab seperti yang dikutip di sini membimbing Saudara dalam membuat keputusan setiap hari, itu berarti Saudara memang memberikan perhatian kepada Yehuwa ’dalam segala jalan Saudara’.
15 Pada intinya, dalam setiap keputusan yang kita buat, kita hendaknya dituntun oleh pemikiran ini: ’Apa yang Yehuwa ingin saya lakukan? Haluan apa yang paling menyenangkan Dia?’ (Amsal 27:11) Memperlihatkan rasa takut yang saleh dengan cara ini adalah cara yang sangat bagus untuk menyatakan kasih kepada Yehuwa. Rasa takut yang saleh juga akan memotivasi kita untuk tetap bersih—secara rohani, moral, dan jasmani. Ingatlah, sewaktu Yakobus mendesak orang Kristen agar ’mendekat kepada Allah’, ia juga memperingatkan di ayat yang sama, ”Tahirkanlah tanganmu, hai, orang-orang berdosa, dan murnikan hatimu, hai, kamu yang bimbang.”—Yakobus 4:8.
16. Dengan memberi kepada Yehuwa, apa yang tidak akan pernah bisa kita capai, tetapi apa yang bisa jadi selalu berhasil kita lakukan?
16 Tentu saja, menyatakan kasih kita kepada Yehuwa mencakup lebih dari sekadar menahan diri dari apa yang buruk. Kasih juga memotivasi kita untuk melakukan apa yang benar. Misalnya, bagaimana kita menanggapi kemurahan hati Yehuwa yang luar biasa? Yakobus menulis, ”Setiap pemberian yang baik dan setiap hadiah yang sempurna berasal dari atas, karena itu turun dari Bapak terang surgawi.” (Yakobus 1:17) Memang, sewaktu kita memberikan apa yang kita miliki kepada Yehuwa, kita tidak memperkaya Dia. Ia sudah memiliki semua barang dan sumber daya yang ada. (Mazmur 50:12) Dan, sewaktu kita memberikan waktu dan energi kita kepada Yehuwa, kita tidak sedang memenuhi kebutuhan Yehuwa yang tidak dapat Ia penuhi jika tidak kita berikan. Bahkan jika kita menolak memberitakan kabar baik Kerajaan Allah, Ia bisa membuat batu-batu berteriak! Kalau begitu, untuk apa kita memberikan sumber daya, waktu, dan energi kita kepada Yehuwa? Yang terutama adalah karena dengan melakukannya kita menyatakan kasih kita kepada-Nya dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan kita.—Markus 12:29, 30.
17. Apa yang dapat memotivasi kita untuk memberi dengan sukacita kepada Yehuwa?
17 Sewaktu kita memberi kepada Yehuwa, kita hendaknya melakukannya dengan senang, ”karena Allah mengasihi pemberi yang bersukacita”. (2 Korintus 9:7) Prinsip yang dicatat di Ulangan 16:17 dapat membantu kita untuk memberi dengan sukacita, ”Pemberian dari tangan masing-masing harus sesuai dengan berkat yang diberikan Yehuwa, Allahmu, kepadamu.” Apabila kita merenungkan betapa murah hatinya Yehuwa kepada kita selama ini, kita merasakan suatu hasrat untuk memberi kepada-Nya tanpa menahan-nahan diri. Pemberian demikian membuat hati-Nya bersukacita, sebagaimana sebuah hadiah kecil dari seorang anak yang dikasihi membuat seorang ayah atau ibu senang. Menyatakan kasih kita dengan cara ini akan membantu kita mendekat kepada Yehuwa.
Binalah Keakraban melalui Doa
18. Mengapa bermanfaat untuk mempertimbangkan caranya meningkatkan mutu doa kita?
18 Saat-saat kita berdoa secara pribadi bisa memberi kita kesempatan yang sangat berharga—kesempatan untuk berbicara secara akrab dan konfidensial dengan Bapak surgawi kita. (Filipi 4:6) Karena doa merupakan sarana yang sangat penting untuk mendekat kepada Allah, sangatlah bermanfaat untuk berhenti sejenak dan mempertimbangkan mutu doa-doa kita. Ini tidak berarti doa kita harus sangat fasih dan terstruktur, tetapi doa tersebut hendaknya merupakan pernyataan tulus yang berasal dari hati. Bagaimana kita dapat meningkatkan mutu doa kita?
19, 20. Mengapa kita perlu merenung sebelum berdoa, dan apa beberapa pokok yang cocok untuk direnungkan?
19 Kita bisa mencoba merenung sebelum berdoa. Jika kita merenung terlebih dahulu, kita dapat membuat doa kita spesifik dan bermakna, sehingga menghindari kebiasaan mengulang-ulang ungkapan yang terasa akrab dan yang langsung terlintas dalam benak. (Amsal 15:28, 29) Kita bisa dibantu dengan memikirkan dalam-dalam beberapa tema yang Yesus sebutkan dalam contoh doanya dan kemudian mempertimbangkan bagaimana tema-tema tersebut berkaitan dengan keadaan kita sendiri. (Matius 6:9-13) Misalnya, kita bisa menanyai diri sendiri, peranan kecil apa yang kita harap dapat kita mainkan untuk melakukan kehendak Yehuwa di bumi ini. Bisakah kita menyatakan kepada Yehuwa hasrat kita untuk menjadi seberguna mungkin bagi-Nya dan memohon bantuan-Nya untuk menunaikan tugas apa pun yang telah Ia berikan kepada kita? Apakah kita dibebani oleh kekhawatiran akan kebutuhan materi kita? Untuk dosa-dosa apa kita membutuhkan pengampunan, dan terhadap siapa kita perlu menjadi lebih pemaaf? Godaan apa saja yang sangat menyusahkan kita, dan apakah kita menyadari betapa mendesaknya kebutuhan kita akan perlindungan Yehuwa dalam hal itu?
20 Selain itu, kita bisa memikirkan orang-orang yang kita tahu sedang membutuhkan bantuan Yehuwa dalam hal tertentu. (2 Korintus 1:11) Tentu saja, kita hendaknya tidak lupa mengucapkan syukur. Jika kita berhenti sejenak dan memikirkan hal itu, kita pasti dapat menemukan alasan-alasan untuk bersyukur kepada Yehuwa dan untuk memuji-Nya setiap hari atas kebaikan-Nya yang berlimpah. (Ulangan 8:10; Lukas 10:21) Ada manfaat tambahan jika kita melakukannya—hal itu dapat membantu kita memperoleh pandangan yang lebih positif dan penuh penghargaan terhadap kehidupan.
21. Mempelajari contoh-contoh apa dalam Alkitab dapat membantu kita ketika kita menghampiri Yehuwa dalam doa?
21 Belajar juga dapat meningkatkan kualitas doa-doa kita. Ada banyak doa yang menonjol dari pria dan wanita yang setia yang dicatat dalam Firman Allah. Misalnya, jika suatu problem yang sulit terlihat di hadapan kita, membuat kita khawatir dan bahkan cemas akan kesejahteraan diri kita maupun orang-orang yang kita kasihi, kita bisa membaca kembali doa Yakub sehubungan dengan pertemuannya nanti dengan saudaranya yang pendendam, Esau. (Kejadian 32:9-12) Atau, kita bisa mempelajari doa yang dipanjatkan Raja Asa ketika pasukan sebanyak kira-kira satu juta orang Etiopia mengancam umat Allah. (2 Tawarikh 14:11, 12) Jika kita diresahkan oleh problem yang bisa mendatangkan cela ke atas nama baik Yehuwa, doa Elia di hadapan para penyembah Baal di Gunung Karmel layak dipertimbangkan, demikian juga doa Nehemia sehubungan dengan keadaan Yerusalem yang memprihatinkan. (1 Raja 18:36, 37; Nehemia 1:4-11) Membaca dan merenungkan doa-doa demikian dapat memperkuat iman kita dan memberi kita ide tentang cara terbaik untuk menghampiri Yehuwa dengan kekhawatiran yang membebani kita.
22. Apa ayat tahunan untuk tahun 2003, dan apa yang bisa kita tanyakan kepada diri sendiri dari waktu ke waktu sepanjang tahun tersebut?
22 Jelaslah, tiada kehormatan yang lebih besar, tiada tujuan yang lebih luhur, selain mengindahkan nasihat Yakobus untuk ’mendekat kepada Allah’. (Yakobus 4:8) Semoga kita melakukannya dengan terus bertambah dalam pengetahuan kita tentang Allah, dengan terus berupaya menyatakan kasih kita kepada-Nya dalam semakin banyak cara, dan dengan terus mengembangkan keakraban dengan-Nya melalui doa-doa kita. Sepanjang tahun 2003, seraya kita mencamkan Yakobus 4:8 sebagai ayat tahunan, marilah kita terus memeriksa diri sehubungan dengan apakah kita benar-benar mendekat kepada Yehuwa. Namun, bagaimana dengan bagian selanjutnya dari pernyataan tersebut? Dalam arti apa Yehuwa akan ’mendekat kepada Saudara’, dan hal itu mendatangkan berkat-berkat apa? Artikel berikut akan membahas pokok ini.
-
-
”Ia Akan Mendekat kepadamu”Menara Pengawal—2002 | 15 Desember
-
-
”Ia Akan Mendekat kepadamu”
”[Allah] tidak jauh dari kita masing-masing.”—KISAH 17:27.
1, 2. (a) Ketika menengadah ke langit berbintang, pertanyaan apa yang mungkin kita ajukan mengenai sang Pencipta? (b) Bagaimana Alkitab meyakinkan kita bahwa manusia sangat berarti di mata Yehuwa?
PERNAHKAH Saudara menengadah ke langit berbintang pada suatu malam yang cerah dan terkagum-kagum olehnya? Begitu banyaknya bintang dan begitu luasnya angkasa luar menggugah perasaan takjub. Di jagat raya yang mahaluas ini, bumi hanyalah sebuah titik. Apakah hal ini berarti bahwa sang Pencipta, ”Yang Mahatinggi atas seluruh bumi”, terlalu agung untuk menghiraukan manusia atau terlalu jauh dan misterius untuk dikenal oleh mereka?—Mazmur 83:18.
2 Alkitab meyakinkan kita bahwa manusia sangat berarti di mata Yehuwa. Malah, Firman Allah menganjurkan kita untuk mencari Dia, dengan berkata, ’Dia tidak jauh dari kita masing-masing.’ (Kisah 17:27; 1 Tawarikh 28:9) Sebenarnya, jika kita mengambil langkah-langkah untuk mendekat kepada Allah, Ia akan menanggapi upaya-upaya kita. Dengan cara apa? Kata-kata dalam ayat tahunan kita untuk tahun 2003 memberikan jawaban yang menghangatkan hati ini, ”Ia akan mendekat kepadamu.” (Yakobus 4:8) Marilah kita bahas beberapa berkat menakjubkan yang Yehuwa curahkan ke atas orang-orang yang dekat dengan-Nya.
Sebuah Karunia Pribadi dari Yehuwa
3. Karunia apa yang Yehuwa berikan kepada orang-orang yang mendekat kepada-Nya?
3 Pertama, hamba-hamba Yehuwa memiliki karunia berharga yang telah Ia khususkan bagi umat-Nya. Segala kuasa, kekayaan, dan pendidikan yang ditawarkan sistem ini tidak dapat menyediakan karunia ini. Ini adalah sebuah karunia pribadi, karunia yang Yehuwa berikan hanya kepada orang-orang yang dekat dengan-Nya. Apakah itu? Firman Allah menjawab, ”Jika engkau . . . mengeluarkan suaramu untuk mendapatkan daya pengamatan, jika engkau terus mencarinya seperti untuk perak, dan seperti untuk harta terpendam engkau terus berupaya mendapatkannya, maka engkau akan mengerti rasa takut akan Yehuwa, dan engkau akan mendapatkan pengetahuan tentang Allah. Karena Yehuwa sendiri memberikan hikmat.” (Amsal 2:3-6) Bayangkan, manusia tidak sempurna bisa mendapatkan ”pengetahuan tentang Allah”! Karunia itu—pengetahuan yang terdapat dalam Firman Allah—disamakan dengan ”harta terpendam”. Mengapa?
4, 5. Mengapa ”pengetahuan tentang Allah” dapat disamakan dengan ”harta terpendam”? Ilustrasikan.
4 Satu hal, pengetahuan tentang Allah itu sangat bernilai. Salah satu berkatnya yang paling berharga adalah prospek kehidupan abadi. (Yohanes 17:3) Namun, sekarang pun pengetahuan tersebut memperkaya kehidupan kita. Misalnya, karena mempelajari Firman Allah dengan saksama, kita mengetahui jawaban atas pertanyaan penting seperti: Siapa nama Allah? (Mazmur 83:18) Bagaimana sebenarnya keadaan orang mati? (Pengkhotbah 9:5, 10) Apa maksud-tujuan Allah bagi bumi dan umat manusia? (Yesaya 45:18) Kita juga menjadi tahu bahwa cara terbaik untuk hidup adalah dengan menerapkan nasihat Alkitab yang bijaksana. (Yesaya 30:20, 21; 48:17, 18) Dengan demikian, kita memiliki bimbingan yang tepat yang membantu kita mengatasi kekhawatiran hidup serta menempuh haluan yang mendatangkan kebahagiaan dan kepuasan sejati. Terutama sekali, pelajaran kita tentang Firman Allah memungkinkan kita mengetahui sifat-sifat Yehuwa yang menakjubkan dan mendekat kepada-Nya. Apa yang bisa lebih bernilai daripada hubungan yang akrab dengan Yehuwa yang didasarkan pada ”pengetahuan tentang Allah”?
5 Ada alasan lain lagi mengapa pengetahuan tentang Allah dapat disamakan dengan ”harta terpendam”. Seperti kebanyakan harta, pengetahuan ini relatif langka di dunia ini. Dari enam miliar penduduk bumi, sekitar enam juta penyembah Yehuwa, atau kira-kira 1 dari 1.000 orang, telah mendapatkan ”pengetahuan tentang Allah”. Untuk mengilustrasikan betapa langkanya hak istimewa mengetahui kebenaran Firman Allah, pertimbangkan satu saja pertanyaan Alkitab: Apa yang terjadi pada manusia sewaktu ia meninggal? Dari Tulisan-Tulisan Kudus, kita tahu bahwa jiwa itu mati dan bahwa orang mati tidak tahu apa-apa. (Yehezkiel 18:4) Namun, kepercayaan palsu bahwa sesuatu dalam diri seseorang terus hidup setelah kematian diterima oleh sebagian besar agama dunia. Kepercayaan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari agama-agama Susunan Kristen. Kepercayaan ini juga populer dalam Buddhisme, Hinduisme, Islam, Jainisme, Shinto, Sikhisme, Taoisme, dan Yudaisme. Coba pikirkan—miliaran orang dikelabui oleh satu doktrin palsu ini!
6, 7. (a) Hanya siapa yang bisa mendapatkan ”pengetahuan tentang Allah”? (b) Contoh apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa telah memberkati kita dengan pemahaman yang gagal dipahami oleh banyak ’orang yang berhikmat dan tinggi kecerdasannya’?
6 Mengapa tidak lebih banyak orang lagi yang mendapatkan ”pengetahuan tentang Allah”? Karena tidak seorang pun dapat sepenuhnya memahami makna Firman Allah tanpa bantuan-Nya. Ingatlah, pengetahuan ini adalah sebuah karunia. Yehuwa memberikannya hanya kepada mereka yang bersedia menyelidiki Firman-Nya dengan jujur dan rendah hati. Orang-orang tersebut mungkin tidak ”berhikmat menurut pandangan manusia”. (1 Korintus 1:26) Banyak di antara mereka mungkin bahkan dianggap sebagai ”orang biasa yang tidak terpelajar” oleh standar-standar dunia. (Kisah 4:13) Tetapi, itu bukan masalah. Yehuwa mengupahi kita dengan ”pengetahuan tentang Allah” karena sifat-sifat yang Ia temukan dalam hati kita.
7 Perhatikan sebuah contoh. Banyak sarjana Susunan Kristen telah menghasilkan ulasan yang ekstensif tentang Alkitab. Karya-karya referensi demikian boleh jadi menjelaskan latar belakang sejarah, makna kata Ibrani dan Yunani, dan sebagainya. Berdasarkan semua yang telah mereka pelajari, apakah para sarjana tersebut benar-benar telah menemukan ”pengetahuan tentang Allah”? Nah, apakah mereka memahami dengan jelas tema Alkitab—pembenaran kedaulatan Yehuwa melalui Kerajaan surgawi-Nya? Apakah mereka tahu bahwa Allah Yehuwa bukan bagian dari suatu Tritunggal? Kitalah yang memiliki pengertian yang saksama tentang hal-hal tersebut. Mengapa? Yehuwa telah memberkati kita dengan pemahaman akan kebenaran-kebenaran rohani yang gagal dipahami oleh banyak ’orang yang berhikmat dan tinggi kecerdasannya’. (Matius 11:25) Alangkah limpahnya berkat Yehuwa atas mereka yang dekat dengan-Nya!
”Yehuwa Menjaga Semua Orang yang Mengasihinya”
8, 9. (a) Bagaimana Daud menggambarkan berkat lain bagi mereka yang dekat dengan Yehuwa? (b) Mengapa orang Kristen sejati membutuhkan perlindungan ilahi?
8 Mereka yang dekat dengan Yehuwa menikmati berkat lain—perlindungan ilahi. Pemazmur Daud, yang tidak asing dengan kesengsaraan, menulis, ”Yehuwa dekat kepada semua orang yang berseru kepadanya, kepada semua orang yang berseru kepadanya dalam kebenaran. Keinginan orang-orang yang takut kepadanya akan ia laksanakan, dan seruan mereka minta tolong akan ia dengar, dan ia akan menyelamatkan mereka. Yehuwa menjaga semua orang yang mengasihinya.” (Mazmur 145:18-20) Ya, Yehuwa dekat dengan orang-orang yang mengasihi-Nya dan dengan demikian bisa segera menanggapi seruan minta tolong mereka.
9 Mengapa kita membutuhkan perlindungan ilahi? Selain merasakan dampak kehidupan pada ”masa kritis yang sulit dihadapi” ini, orang Kristen sejati merupakan incaran khusus Musuh utama Yehuwa, Setan si Iblis. (2 Timotius 3:1) Musuh yang licik itu bertekad untuk ”melahap” kita. (1 Petrus 5:8) Setan menindas, menekan, dan menggoda kita. Ia juga mencari-cari sikap pikiran dan hati yang dapat ia eksploitasi. Ia memiliki satu tujuan dalam benaknya: melemahkan iman kita dan melumatkan kita secara rohani. (Penyingkapan 12:12, 17) Karena setangguh itu seteru yang harus kita lawan, tidakkah menenteramkan untuk tahu bahwa ”Yehuwa menjaga semua orang yang mengasihinya”?
10. (a) Bagaimana Yehuwa menjaga umat-Nya? (b) Apa jenis perlindungan yang paling penting, dan mengapa?
10 Namun, bagaimana caranya Yehuwa menjaga umat-Nya? Janji-Nya akan perlindungan tidak menjamin bahwa kehidupan kita akan bebas problem dalam sistem ini; hal itu juga tidak berarti bahwa Ia wajib melakukan mukjizat demi kita. Meskipun demikian, Yehuwa menyediakan perlindungan jasmani bagi umat-Nya sebagai suatu kelompok. Bagaimanapun juga, Ia tidak akan pernah membiarkan si Iblis memunahkan para penyembah sejati dari bumi! (2 Petrus 2:9) Terutama sekali, Yehuwa melindungi kita secara rohani. Ia memperlengkapi kita dengan apa yang kita butuhkan untuk bertekun di bawah ujian dan untuk menjaga hubungan kita dengan-Nya. Dalam jangka panjang, perlindungan rohani merupakan jenis perlindungan yang paling penting. Mengapa? Selama kita memiliki hubungan dengan Yehuwa, tidak ada sesuatu pun—bahkan kematian—yang bisa mencelakakan kita secara permanen.—Matius 10:28.
11. Persediaan apa saja yang telah Yehuwa buat untuk perlindungan rohani bagi umat-Nya?
11 Yehuwa telah membuat persediaan yang limpah untuk perlindungan rohani bagi mereka yang dekat dengan-Nya. Melalui Firman-Nya, Alkitab, Ia mengaruniai kita hikmat untuk menghadapi berbagai cobaan. (Yakobus 1:2-5) Menerapkan nasihat praktis yang terdapat dalam Tulisan-Tulisan Kudus sudah merupakan perlindungan. Selain itu, Yehuwa memberikan ”roh kudus kepada mereka yang meminta kepadanya”. (Lukas 11:13) Roh tersebut merupakan kuasa yang paling kuat di alam semesta, maka roh itu pasti bisa memperlengkapi kita untuk sukses menghadapi cobaan atau godaan apa pun yang mungkin mengadang kita. Melalui Kristus, Yehuwa menyediakan ”pemberian berupa manusia”. (Efesus 4:8) Pria-pria yang cakap secara rohani ini berupaya mencerminkan keibaan hati Yehuwa sendiri yang tulus sewaktu membantu rekan-rekan seiman.—Yakobus 5:14, 15.
12, 13. (a) Melalui sarana apa saja Yehuwa menyediakan bagi kita makanan rohani pada waktu yang tepat? (b) Bagaimana perasaan Saudara mengenai persediaan Yehuwa demi kesejahteraan rohani kita?
12 Ada hal lain lagi yang Yehuwa sediakan untuk menjaga kita: makanan rohani pada waktu yang tepat. (Matius 24:45) Melalui publikasi-publikasi tercetak, termasuk jurnal Menara Pengawal dan Sedarlah!, serta melalui perhimpunan dan kebaktian, Yehuwa menyediakan bagi kita apa yang kita butuhkan pada saat kita membutuhkannya. Dapatkah Saudara mengingat saat manakala Saudara mendengar sesuatu pada sebuah perhimpunan atau kebaktian yang menyentuh hati Saudara dan menguatkan atau menghibur Saudara? Pernahkah Saudara membaca sebuah artikel dalam salah satu jurnal yang disebutkan sebelumnya dan merasa bahwa itu ditulis untuk Saudara?
13 Salah satu senjata Setan yang paling efektif adalah perasaan kecil hati, dan kita tidak kebal terhadap akibat-akibatnya. Ia tahu betul bahwa perasaan kecil hati yang berkepanjangan dapat merampas kekuatan kita, bahkan membuat kita tak berdaya. (Amsal 24:10) Karena Setan sedang berupaya memanfaatkan perasaan-perasaan negatif, kita membutuhkan bantuan. Majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! telah secara berkala menyajikan artikel-artikel yang membantu kita memerangi perasaan kecil hati. Mengenai salah satu artikel seperti itu, seorang saudari Kristen menulis, ”Saya membaca artikel tersebut hampir setiap hari, dan saya masih menangis karena terharu. Saya menyimpannya di dekat tempat tidur saya agar saya dapat membacanya kapan pun saya merasa kecil hati. Melalui artikel-artikel seperti ini, saya benar-benar dapat merasakan tangan Yehuwa yang protektif merangkul saya.”a Tidakkah kita bersyukur kepada Yehuwa karena telah menyediakan bagi kita makanan rohani yang tepat waktu? Ingatlah, persediaan-Nya demi kesejahteraan rohani kita merupakan bukti bahwa Ia dekat dengan kita dan telah menaruh kita di bawah pemeliharaan-Nya yang bersifat melindungi.
Akses kepada sang ”Pendengar Doa”
14, 15. (a) Berkat pribadi apa yang Yehuwa karuniakan kepada mereka yang dekat dengan-Nya? (b) Mengapa dikaruniai kebebasan menghampiri Yehuwa dalam doa merupakan hak istimewa yang menakjubkan?
14 Pernahkah Saudara memperhatikan bahwa seraya manusia memperoleh kekuasaan dan wewenang, mereka sering kali menjadi lebih sulit didekati oleh orang-orang di bawah mereka? Namun, bagaimana dengan Allah Yehuwa? Apakah Ia terlalu jauh untuk berminat kepada kata-kata yang ditujukan kepada-Nya oleh manusia biasa? Sama sekali tidak! Karunia doa merupakan berkat lain lagi yang Yehuwa berikan kepada mereka yang dekat dengan-Nya. Dikaruniai kebebasan menghampiri sang ”Pendengar Doa” merupakan hak istimewa yang benar-benar menakjubkan. (Mazmur 65:2) Mengapa?
15 Sebagai ilustrasi: Direktur pelaksana sebuah perusahaan besar memiliki banyak tanggung jawab. Ia memutuskan urusan mana yang akan ia tangani sendiri dan mana yang akan ia delegasikan kepada orang lain. Demikian pula, Penguasa yang Berdaulat atas alam semesta mempunyai pilihan untuk menentukan dalam urusan mana Ia akan melibatkan diri-Nya dan urusan mana yang akan Ia delegasikan. Pertimbangkan semua hal yang telah Yehuwa delegasikan kepada Putra-Nya yang Ia kasihi, Yesus. Sang Putra telah diberikan ”wewenang untuk melakukan penghakiman”. (Yohanes 5:27) Para malaikat telah ”dibuat tunduk kepadanya”. (1 Petrus 3:22) Roh kudus Yehuwa yang penuh kuasa telah tersedia bagi Yesus guna membantu dia mengarahkan murid-muridnya di bumi. (Yohanes 15:26; 16:7) Oleh karena itu, Yesus dapat berkata, ”Semua wewenang di surga dan di bumi telah diberikan kepadaku.” (Matius 28:18) Namun, sehubungan dengan doa-doa kita, Yehuwa memilih untuk melibatkan diri-Nya secara pribadi. Itulah sebabnya Alkitab memerintahkan kita untuk menujukan doa-doa kita hanya kepada Yehuwa, melakukannya dalam nama Yesus.—Mazmur 69:13; Yohanes 14:6, 13.
16. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa sungguh-sungguh mendengarkan doa-doa kita?
16 Apakah Yehuwa sungguh-sungguh mendengarkan doa-doa kita? Jika Ia adalah Pribadi yang bersikap masa bodoh atau acuh tak acuh, Ia tidak akan pernah mendesak kita untuk ’bertekun dalam doa’ atau melemparkan beban dan kekhawatiran kita kepada-Nya. (Roma 12:12; Mazmur 55:22; 1 Petrus 5:7) Hamba-hamba yang setia pada zaman Alkitab percaya sepenuhnya bahwa Yehuwa mendengarkan doa. (1 Yohanes 5:14) Oleh karena itu, pemazmur Daud berkata, ”[Yehuwa] mendengar suaraku.” (Mazmur 55:17) Kita juga memiliki alasan yang kuat untuk yakin bahwa Yehuwa itu dekat, siap mendengarkan setiap pikiran dan kegundahan kita.
Yehuwa Mengupahi Hamba-hamba-Nya
17, 18. (a) Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap dinas setia makhluk ciptaan-Nya yang cerdas? (b) Jelaskan bagaimana Amsal 19:17 menunjukkan bahwa tindakan belas kasihan kita tidak luput begitu saja dari perhatian Yehuwa.
17 Kedudukan Yehuwa sebagai Penguasa Universal tidak dipengaruhi oleh apa yang mungkin dilakukan atau yang tidak mau dilakukan manusia biasa. Meskipun demikian, Yehuwa adalah Allah yang penuh penghargaan. Ia menghargai—malahan, sangat menyukai—dinas setia makhluk ciptaan-Nya yang cerdas. (Mazmur 147:11) Jadi, ini merupakan manfaat lain yang dinikmati oleh mereka yang dekat dengan Yehuwa: Ia mengupahi hamba-hamba-Nya.—Ibrani 11:6.
18 Alkitab dengan jelas memperlihatkan bahwa Yehuwa menghargai apa yang dilakukan para penyembah-Nya. Misalnya, kita membaca, ”Ia yang mengasihani orang kecil memberikan pinjaman kepada Yehuwa, dan perlakuannya akan dibalaskan kepadanya oleh Dia.” (Amsal 19:17) Timbang rasa Yehuwa yang penuh belas kasihan terhadap orang kecil tercermin dalam Hukum Musa. (Imamat 14:21; 19:15) Bagaimana perasaan Yehuwa ketika kita meniru belas kasihan-Nya dalam memperlakukan orang kecil? Ketika kita memberi kepada orang kecil, tanpa mengharapkan imbalan apa pun, Yehuwa memandang hal ini sebagai pinjaman yang ditanggungkan ke atas-Nya. Yehuwa berjanji akan membayar utang tersebut dengan perkenan dan berkat. (Amsal 10:22; Matius 6:3, 4; Lukas 14:12-14) Ya, ketika kita menunjukkan keibaan hati kepada seorang rekan seiman yang membutuhkan, hal itu menyentuh hati Yehuwa. Alangkah bersyukurnya kita karena tahu bahwa tindakan belas kasihan kita tidak luput begitu saja dari perhatian Bapak surgawi kita!—Matius 5:7.
19. (a) Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa menghargai apa yang kita lakukan dalam pekerjaan pengabaran dan menjadikan murid? (b) Bagaimana Yehuwa mengupahi kegiatan dinas yang dilakukan untuk mendukung Kerajaan-Nya?
19 Yehuwa khususnya menghargai apa yang kita lakukan demi kepentingan Kerajaan-Nya. Sewaktu kita mendekat kepada Yehuwa, sudah sewajarnyalah jika kita ingin menggunakan waktu, energi, dan sumber daya kita untuk ambil bagian sepenuh mungkin dalam pekerjaan pemberitaan Kerajaan dan menjadikan murid. (Matius 28:19, 20) Kadang kala, kita mungkin merasa bahwa hanya sedikit sekali yang kita capai. Hati kita yang tidak sempurna bisa jadi bahkan membuat kita bertanya-tanya apakah Yehuwa senang dengan upaya kita atau tidak. (1 Yohanes 3:19, 20) Tetapi, Yehuwa menghargai setiap pemberian—sekecil apa pun itu—yang keluar dari hati yang bermotifkan kasih. (Markus 12:41-44) Alkitab meyakinkan kita, ”Allah bukannya tidak adil-benar sehingga melupakan perbuatanmu dan kasih yang telah kamu perlihatkan untuk namanya.” (Ibrani 6:10) Ya, Yehuwa mengingat dan mengupahi bahkan kegiatan dinas yang paling kecil yang dilakukan untuk mendukung Kerajaan-Nya. Selain berkat-berkat rohani yang limpah sekarang, kita dapat menanti-nantikan sukacita kehidupan dalam dunia baru yang akan datang, tempat Yehuwa akan dengan murah hati membuka tangan-Nya dan memuaskan keinginan yang adil-benar dari semua orang yang dekat dengan-Nya!—Mazmur 145:16; 2 Petrus 3:13.
20. Sepanjang tahun 2003, bagaimana kita dapat mencamkan ayat tahunan kita, dan apa hasilnya?
20 Sepanjang tahun 2003, marilah kita tanyai diri sendiri apakah kita mengerahkan upaya yang berkesinambungan untuk mendekat kepada Bapak surgawi kita. Jika kita melakukannya, kita dapat yakin bahwa Ia akan menanggapi seperti yang telah Ia janjikan. Bagaimanapun juga, ”Allah . . . tidak dapat berdusta”. (Titus 1:2) Jika Saudara mendekat kepada-Nya, Ia akan mendekat kepada Saudara. (Yakobus 4:8) Dan, apa hasilnya? Berkat-berkat limpah sekarang dan prospek untuk semakin mendekat kepada Yehuwa selama-lamanya!
[Catatan Kaki]
a Tanggapan atas artikel ”Yehuwa Lebih Besar daripada Hati Kita”, dalam terbitan Menara Pengawal, 1 Mei 2000, halaman 28-31.
-