Hidup Sesuai dengan Pilihan Kita
1. Apa yang dituntut dari kita masing-masing supaya teguh dalam pilihan kita, seperti yang ditunjukkan oleh Amsal 16:9 dan 1 Petrus 1:13?
DENGAN memilih kehidupan yang Allah tawarkan, kita juga memilih jalan hidup menurut kehendak Allah—cara hidup Kristen yang sungguh-sungguh dan jujur. Kita harus berpaut pada jalan itu. Ini menuntut iman akan janji-janji Allah serta usaha dan ketekunan. Namun dalam usaha itu, kita mengharapkan Allah untuk membimbing keputusan-keputusan kita seraya kita selalu berpegang pada pilihan kita semula yang telah dipertimbangkan masak-masak. Alkitab berkata, ”Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.” (Ams. 16:9) Petrus berkata mengenai hal ini, ”Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.”—1 Ptr. 1:13.
2, 3. Apa yang sangat membantu kita ’menyiapkan akal budi kita’ untuk bertindak positif?
2 Seberapa baik kita dapat ’menyiapkan akal budi’ kita? Bagaimana kita bisa merasa pasti bahwa kita selalu ’waspada’ dan perhatian kita tidak terganggu?
3 Pertama-tama, kita bisa merenungkan berkat-berkat tak ternilai yang telah kita miliki setelah menerima kebenaran Alkitab. Hidup kita sekarang lebih baik, lebih bebas dari kecemasan, kesedihan dan bencana yang melanda dunia ini. Bila kita menderita juga, kita tahu sebab-musababnya dan kita juga sadar bahwa bila kita bertahan dengan penuh iman dan keyakinan, akhirnya kita menjadi orang-orang Kristen yang lebih bermutu dan lebih berguna. Selain itu, harapan kita akan kebangkitan menyingkirkan rasa takut akan kematian, maupun rasa sedih atas kematian orang-orang yang dikasihi. Dibandingkan dengan hidup kekal di masa depan, maka segala perkara yang tidak menyenangkan yang kita alami, tidak ada artinya. Yesus berkata kepada murid-muridnya, ”Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”—Luk. 10:23, 24.
4, 5. (a) Apa yang menyebabkan para malaikat menyatakan minat mereka kepada hal-hal yang menyangkut keselamatan umat manusia, seperti ditunjukkan oleh 1 Petrus 1:12? (b) Dengan mengetahui pandangan mereka, bagaimana hendaknya perasaan kita?
4 Sungguh, keselamatan yang kita nikmati merupakan upah yang tak ternilai dan Allah mendatangkannya bagi manusia dengan cara yang menakjubkan. Petrus mengatakan bahwa para nabi ingin tahu bagaimana ini terlaksana dan bahwa ”hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat”. (1 Ptr. 1:10-12) Kita tahu bahwa para malaikat sudah ada ketika bumi dibentuk, dan bahkan ribuan tahun sebelumnya. (Ayb. 38:7) Mereka telah melihat kemuliaan, hikmat dan kuasa Allah serta segi-segi lain dari kepribadianNya dalam bermilyar-milyar hasil karya ciptaanNya. Tetapi di bumi ini ada sesuatu yang baru. Dengan cara bagaimanakah Allah bisa menyelamatkan manusia yang berdosa? Para malaikat sangat berminat akan hal ini. Mereka ingin mengetahui bagaimana dosa manusia bisa diampuni berdasarkan korban manusiawi, karena mereka belum pernah melihat peristiwa seperti itu. Sifat belas kasihan, yang menakjubkan, salah satu segi yang lebih halus dari kepribadian Allah, yang lebih menarik dan lebih hangat dari pada kuasa atau bahkan hikmat, telah dinyatakan sewaktu Ia mengirimkan Kristus untuk menebus umat manusia. Selain itu, kasih Allah kepada para pedosa ditunjukkan dengan membimbing mereka yang beriman kepada PutraNya.
5 Nah, jika para malaikat menganggap belas kasihan Allah sebagai salah satu hal yang terhebat di alam semesta, betapa seharusnya kita terlebih bersukacita dan menghargainya di atas segala sesuatu, kita yang menerima belas kasihanNya itu dan merasakannya setiap hari! Adakah dorongan yang lebih hebat agar kita berbahagia dan berpaut pada pilihan kita?
Pelajaran Alkitab Sangat Penting
6. Selaras dengan 1 Petrus 2:2, 3, pembacaan dan pelajaran Alkitab hendaknya memainkan peranan apa dalam kehidupan kita?
6 Apakah yang dewasa ini dapat kita lakukan agar haluan kita menjadi pasti? Petrus menjawab, ”Jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.” (1 Ptr. 2:2, 3) Hanya melalui pembacaan dan pelajaran Alkitab yang sungguh-sungguh dan saksama kita bisa memperoleh kekuatan rohani yang harus kita miliki. Tidak ada jalan lain. Kita sendiri harus membaca Alkitab, sambil memikirkan apa yang dikatakannya, membacanya bersama keluarga dan membahas kebenaran-kebenarannya. Dengan cara itu, kita mengembangkan kasih dan keinginan yang lebih besar akan firman itu. Bila raja-raja di Israel diharuskan oleh hukum Allah untuk menulis sendiri satu salinan dari Hukum yang ada pada mereka pada waktu itu, dan membacanya setiap hari, bagaimana mungkin kita yang memiliki Alkitab yang lengkap, yang bisa membuat diri kita berhikmat demi keselamatan, akan berbuat kurang dari pada itu?—Ul. 17:19, 20; 2 Tim. 3:15.
7, 8. (a) Apa yang dilakukan oleh orang-orang di sinagoga Berea sehingga mereka mendapat pujian ilahi? (b) Mengapa membaca kebenaran secara langsung di dalam Alkitab itu sendiri begitu penting?
7 Ketika para rasul mengumumkan ’kabar kesukaan’, siapakah yang Allah puji di dalam FirmanNya? Orang-orang yang di dalam sinagoga di Berea, karena Alkitab berkata, ”mereka menerima firman itu [mengenai kabar kesukaan yang disampaikan oleh Paulus dan Barnabas] dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu [yang bahkan diucapkan oleh rasul Paulus] benar demikian.” (Kis. 17:10, 11) Mereka jadikan firman itu milik mereka sendiri, bukan saja dengan mendengar dan mengiakannya, tapi juga dengan memeriksa dasar yang kokoh dari Alkitab yang mendukung hal-hal yang penuh minat mereka terima dalam pikiran dan hati mereka.
8 Sepatutnya kita begitu juga. Mengapa? Karena mungkin kita mendengarkan kebenaran diberitakan atau diajarkan oleh guru-guru manusia, tetapi bila kita membaca sendiri dari Alkitab, maka barulah ia menjadi suatu tenaga pendorong yang tak tergoyahkan dengan landasan yang kuat di dalam hati kita. ”Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr. 4:12) Bila kita tidak henti-hentinya mempelajari Alkitab, kita tidak akan tetap sebagai bayi rohani. Firman Allah menyalurkan rohNya ke dalam hati kita, sehingga kita menjadi kuat dan matang. Prinsip yang sama berlaku bila kita menyampaikan ’kabar kesukaan’ kepada orang-orang lain. Dihasilkan tenaga pendorong yang lebih besar bila kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk membacanya dari Alkitab dari pada kita menggunakan kata-kata sendiri.
9. Pengaruh yang merugikan apakah bisa datang kepada kita oleh karena pencobaan dan kesukaran, dan apa yang membantu kita menghindari pengaruh buruk seperti itu?
9 Ketika menyebut garis besar dari hal-hal yang harus kita lakukan sebagai orang Kristen untuk memastikan keselamatan kita, dan agar dapat menerima upah dari Allah, rasul Petrus dalam suratnya yang pertama menasihatkan kita agar jangan tawar hati menghadapi kesukaran, pencobaan dan pengejaran. Janganlah hal-hal ini membuat kita menjadi sakit hati dan memberontak tanpa pengendalian diri. Karena kita telah dibeli dengan hal yang paling berharga, yaitu darah Yesus Kristus, yang menanggung dosa-dosa kita dan mati untuk kita, seharusnya kita sudah ”mati” terhadap dosa. Kita sadar bahwa dengan menerima korban Kristus yang menghapus dosa-dosa kita, telah kita nyatakan bahwa kita tidak mau berbuat dosa lagi. Jadi sejenakpun tidak patut memberi angin atau dibukakan pintu bagi segala bentuk keburukan, tipu daya, kemunafikan, iri hati dan fitnah.—1 Ptr. 2:1.
10. Bagaimana kita dapat mengikuti nasihat rasul agar praktek-praktek yang kotor dari dunia ”disebut”pun jangan di antara kita?
10 Rasul Paulus sangat tegas dalam hal ini. Ia menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan yang biasa bagi dunia dan yang mungkin pernah dilakukan oleh seorang Kristen sebelum mengenal kebenaran begitu buruk, sehingga tidak pantas bahkan untuk ”disebut” di antara orang-orang Kristen. (Ef. 5:3) Memang Paulus ’menyebut’ perkara-perkara yang bertentangan dengan Alkitab, tetapi hanya untuk menunjukkan bahwa hal-hal itu buruk. Ia menasihati orang-orang Kristen agar jangan merenungkannya, melukiskannya dengan cara yang terperinci dan mempengaruhi perasaan, mengungkapkan caranya hal-hal itu dilakukan atau menggunakannya sebagai bahan percakapan. Seorang yang pernah melakukannya di masa lampau, tidak patut mengingatnya sambil mengkhayalkan kesenangan dagingnya, tetapi sepatutnya ia merasa malu.—Rm. 6:21.
11. Di 1 Petrus 4:8, 9, pernyataan positif apa dari iman kita ditandaskan oleh Petrus sebagai perhatian kita yang utama, dan bagaimanakah hal-hal seperti itu dinyatakan?
11 Selain itu, masih banyak hal-hal lain lagi yang tersangkut dalam haluan hidup Kristen yang menuju harapan di masa depan, selain menghindari perkara-perkara buruk yang negatif. Rasul Petrus, di 1 Petrus 4:8, 9 menulis, ”Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. Berilah tumpangan [sambutlah] seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut.” Tak habis-habisnya kewajiban kita terhadap sesama kita, khususnya terhadap orang-orang yang seiman. Kasih kita akan menutupi banyak kesalahan dan dosa pada diri saudara-saudara kita. Orang Kristen yang sejati tidak akan berdaya-upaya untuk mencari-cari kelemahan pada diri orang-orang lain atau bersikap curiga atau mengutuk orang lain karena melihat kelemahan-kelemahan mereka. Apakah kita suka memberi tumpangan? Relakah kita mengalah agar dapat bersikap ramah dan membantu satu sama lain? Atau apakah kita menggerutu bila menghadapi keadaan seperti itu? Jika sikap kita demikian, kita melenyapkan segala keriangan yang sebenarnya dapat menjadi milik kita dan sekaligus kehilangan upah untuk perbuatan baik. Hal-hal yang tidak digerakkan oleh hati tidak menyenangkan Allah.
Gunakanlah Karuniamu Sebaik-baiknya
12. (a) Siapakah yang menerima ’karunia-karunia’ yang berguna di dalam sidang, dan apakah semua diharapkan mempunyai kesanggupan yang sama? (b) Dengan cara bagaimana orang-orang ini menjadi ”pengurus-pengurus” yang Allah tetapkan, dan apa tanggung jawab mereka?
12 Petrus juga berbicara mengenai penggunaan karunia-karunia kita. Setiap orang mempunyai satu atau beberapa kemampuan, namun tidak ada yang mempunyai segala macam kemampuan. Juga, ada yang mempunyai karunia-karunia tertentu yang lebih besar dari pada yang dimiliki oleh orang lain. Kita tidak bisa mengharapkan agar orang-orang lain berlaku seperti kita, atau persis sama seperti kita. Petrus berkata, ”Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” (1 Ptr. 4:10) Bila ada orang yang mempunyai kemampuan yang berguna bagi sidang, ia harus memandang dirinya sebagai pengurus yang ditetapkan oleh Allah dalam menggunakan karunia itu. Ia tahu bahwa karunia itu datang dari Allah, Pemberi segala yang baik dan sempurna. Pribadi yang mempunyai karunia itu menjadi pengurus yang bertanggung jawab terhadap Pemberi dan Majikannya dalam cara penggunaannya. (1 Kor. 4:2; Yak. 1:17) Ia menerimanya karena kemurahan Allah, dan adalah karena sifat Allah ini kebutuhan-kebutuhan sidang dipenuhi. Kemurahan Allah dinyatakan dalam banyak cara, melalui orang yang berbeda-beda di dalam sidang yang menyalurkan apa yang dibutuhkan. Bila seseorang di antara kita mempunyai suatu kemampuan dan tidak menggunakannya demi kefaedahan sidang, ia tidak melaksanakan peranannya sebagai pengurus.
13. Dengan cara bagaimana mereka yang berbicara di sidang diharapkan untuk ”berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah”?
13 Rasul itu selanjutnya melukiskan aneka ragam karunia dan cara penggunaannya. Ia berkata, ”Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah.” (1 Ptr. 4:11a) Ini tidak berarti bahwa setiap kali ia berbicara ia merasa dirinya selalu benar dan bahwa orang-orang harus menuruti perkataannya. Tetapi maksudnya agar bila ia berbicara, hendaknya ia jangan mengutarakan pendapat pribadinya atau membuat pernyataan-pernyataan tanpa bukti. Ia harus memastikan bahwa apa yang ia katakan memang benar—artinya, didasarkan dengan kokoh pada ucapan Allah dan selaras dengan semangat Alkitab—bahwa ia dapat membuktikan dengan Alkitab apa yang ia katakan. Hanya dengan cara ini ia dapat membantu orang lain.
14. (a) Selaras dengan 1 Petrus 4:11, bagaimanakah seseorang dapat ”melayani” orang-orang lain dalam sidang? (b) Apakah yang hendaknya selalu diingat oleh orang tersebut ketika melayani, dan bagaimanakah ia akan diberi upah?
14 Dari soal tutur kata, Petrus beralih ke soal perbuatan dengan berkata, ”Jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah.” (1 Ptr. 4:11a) Anggota sidang yang sanggup membantu sesama saudara atau tetangganya yang berkekurangan secara materi atau mempunyai kesempatan untuk mengulurkan tangannya dalam bidang lain, bisa mempertinggi mutu kasih di antara saudara-saudaranya. Bila kesanggupan demikian ada padanya, ia harus membantu dengan kesadaran bahwa kesempatan dan alat bantuan itu sesungguhnya disediakan oleh Allah. Selain menyenangkan Allah, pelayanan Kristennya menjadi lebih berhasil, karena Allah memberkati orang yang melayani dengan rendah hati. Yang bersangkutan sendiri akan mendapat imbalan berupa iman yang lebih kuat dan perasaan puas, sebagaimana dikatakan di amsal, ”Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.”—Ams. 11:25.
15. Bagaimana Allah dapat dimuliakan melalui Yesus Kristus sebagai hasil dari pelayanan kita yang setia?
15 Bila kita menggunakan karunia atau kemampuan dengan cara demikian, apakah hasil utamanya? Apakah kita menjadi bertambah dekat dengan perwujudan harapan kita? Ya, memang, karena dengan demikian akan dicapai tujuan utama dari pilihan kita yang semula untuk melayani Allah. Tujuan itu adalah, ”Supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus.” (1 Ptr. 4:11b) Dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan baik sesuai dengan Alkitab, Kristus dimuliakan karena melalui dialah kita diakui oleh Allah, dengan harapan keselamatan. Dan Allah dimuliakan, karena Dialah Yang Memprakarsai tindakan pengutusan PutraNya; jadi dengan memuliakan Kristus, kita juga memuliakan Allah.
Bagaimana Penderitaan Menghasilkan Kebaikan bagi Kita
16. Mengapa orang Kristen dapat memiliki alasan untuk bersukacita meskipun menghadapi tekanan atau penindasan?
16 Cara hidup seperti ini memuliakan Allah Yehuwa dan PutraNya Yesus Kristus, dan memberikan sukacita bagi kita sekarang dalam melayani Mereka. Pengetahuan demikian membuat kita merasa puas dan gembira. Mungkin ada banyak tekanan, bahkan kesukaran dan penindasan. Namun kita dapat memelihara kebahagiaan dalam hidup kita. Dalam kedua suratnya rasul Petrus berbicara banyak perihal penderitaan—penyebabnya, tujuannya dan hasilnya, bila dihadapi dengan tekanan dan setia. Ia menulis kepada orang-orang Kristen sejamannya mengenai harapan dan perlindungan yang Allah berikan kepada mereka, sambil berkata, ”Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api—sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diriNya.”—1 Ptr. 1:6, 7.
17, 18. (a) Ketika berbicara mengenai penderitaan, mengapa rasul Petrus berkata, ”jika hal itu dikehendaki Allah”? (b) Seperti rasul Paulus, bagaimana hendaknya orang Kristen dewasa ini memandang penderitaannya yang datang karena berpegang teguh kepada pilihan yang telah dibuat?
17 Dalam pasal ketiga dari suratnya yang pertama, Petrus menarik perhatian kepada penderitaan orang Kristen dan berkata, ”Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.” (Ay. 17) Mengapa ia berkata mengenai penderitaan demikian, ”jika hal itu dikehendaki Allah”? Ia menjelaskan, ”Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaanNya. Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.”—1 Ptr. 4:12-14; bandingkan dengan Kisah 5:41, 42.
18 Meskipun orang Kristen lebih suka tidak menderita, dan tidak berusaha menjadi orang syahid, ia akan bergembira bila perlu menderita karena dengan setia mengikuti Tuannya, Kristus. Bagi orang Kristen tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi dari pada mati karena imannya. Sebelum memilih jalan untuk mengikuti Kristus, yang mencakup banyak nista dan penderitaan, rasul Paulus mempunyai masa depan yang paling gemilang sebagai orang yang terkenal, terhormat dan berkedudukan tinggi. Perhatikanlah bagaimana ia melukiskan perasaannya dalam hal ini, ”Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, . . . mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya.” (Flp. 3:7-10) Paulus ingin menjadi seperti Kristus dalam setiap segi, dan bila dituntut untuk mati seperti Kristus, itu dianggapnya sebagai kemuliaan tertinggi.
19, 20. (a) Sejauh mana Allah membiarkan penderitaan sedemikian menimpa hamba-hambaNya? (b) Bagaimana kemarahan para penentang dan penindas justru menghasilkan kepujian bagi Allah? (c) Faktor lain apa dengan dibiarkannya penderitaan dapat menganjurkan kita untuk bertekun?
19 Kemudian, Petrus mengemukakan bahwa bukan saja ada suatu upah, tetapi juga bahwa Allah hanya mengijinkan penderitaan sejauh itu menjadi latihan dan disiplin sesuai dengan kebutuhan pribadi seseorang. Penulis mazmur berkata, ”Karena murka manusia akan menyanjungmu.” (Mzm. 76:11, NW) Jika Allah mengijinkan panas hati manusia berkecamuk terhadap kita, kita bisa merasa pasti bahwa penderitaan atau kematian kita akan menghasilkan kebaikan. Bukan saja kita mendapat latihan, tetapi Allah juga akan menggagalkan maksud orang-orang jahat, yakni dengan membuat orang-orang lain memuliakan Allah karena menyaksikan penderitaan kita demi namaNya. Lagipula, penderitaan itu hanya singkat dan akan berakhir.
20 Jadi Petrus menghibur orang-orang Kristen dan berkata, ”Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.”—1 Ptr. 5:10.
21. (a) Pertanyaan pribadi apa yang berguna, yang dapat kita tanya pada diri sendiri? (b) Hal-hal yang menguatkan apa yang ditandaskan oleh rasul Petrus pada penutup suratnya yang kedua?
21 Apakah anda merasa telah membuat pilihan yang tepat? Apakah anda merasa bisa berpegang teguh pada pilihan itu, bukan saja dalam menahan secara pasif penderitaan yang datang, tetapi juga dalam pelayanan yang aktif? Apakah anda bersedia untuk berusaha keras menggunakan kemampuan-kemampuan anda demi kefaedahan saudara-saudara lain? Apakah anda mempunyai keinginan, ya semangat untuk membantu orang-orang lain mengetahui ’kabar kesukaan’ sehingga membuat pilihan yang sama bagi diri mereka sendiri dan apakah anda rela membantu mereka berdiri teguh seraya mempertahankan pilihan mereka itu? Petrus menghibur dan menguatkan kita dengan kata-kata penutup dalam suratnya yang kedua, ”Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.”—2 Ptr. 3:17, 18.
[Gambar di hlm. 13]
Dengan membaca Alkitab secara pribadi, kebenaran dapat lebih dikesankan ke dalam hati kita