Pasal 2
Bantuan Agar Dapat Berpaut pada Keputusan Kita
1, 2. (a) Bagaimana Yesus Kristus melukiskan pentingnya berpaut pada keputusan kita untuk melayani Allah? (b) Mengapa tidak bijaksana untuk mengabaikan nasehat Yesus?
”SETIAP orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Lukas 9:62) Bila seseorang ingin berhasil membajak sawah, agar alur-alur yang terbentuk pada tanah tetap lurus, maka ia harus menatap terus suatu titik tertentu di ujung sawah. Betapa jauh lebih penting untuk terus menatap tujuan hidup kita! Dengan demikian hari-hari dan tahun-tahun yang berharga sepanjang hidup kita akan memperlihatkan pola yang selaras dengan tujuan yang hendak kita capai.
2 Kata-kata dari Putra Allah tersebut di atas menunjukkan bahwa, bila kita pernah berjanji untuk melayani Pencipta kita, sepatutnya kita bertekad untuk berpaut ada keputusan itu, apapun yang terjadi. Dunia ini mungkin menawarkan suatu haluan yang nampaknya lebih menarik—mengejar kesenangan, popularitas atau harta benda. Tetapi jika kita kembali merindukan salah satu dari hal-hal ini—atau lebih buruk lagi, jika kita membiarkannya menjadi pusat kehidupan kita—kita bisa kehilangan upah yang kita cari. Akibatnya kita menyia-nyiakan kehidupan.
3. Apakah salah satu tujuan utama dari iman kita?
3 ”Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya,” kata Pengkhotbah 7:8. Jadi, meskipun memulai haluan yang telah kita pilih itu penting, akhirnyalah yang menentukan. Itulah sebabnya, Firman Allah selalu menekankan agar kita setia sampai akhir. (Matius 24:13) Salah satu tujuan atau maksud utama dari iman kita adalah untuk memperoleh keselamatan atau kehidupan yang kekal.—1 Petrus 1:9.
4. (a) Agar tetap setia, pandangan apa mengenai keselamatan penting dipelihara? (b) Apakah yang dikatakan 1 Petrus 1:10-12 mengenai minat para nabi akan penyelenggaraan ilahi untuk keselamatan?
4 Apa yang dapat membantu kita untuk bertekun sebagai murid-murid yang loyal dari Putra Allah? Salah satunya, kita perlu mengerti dengan jelas, merasakan secara mendalam, bahwa keselamatan yang kita cari sangat berharga. Kata-kata terilham dari rasul Petrus, seorang rekan yang akrab dari Yesus Kristus, sangat membantu kita dalam hal ini. Berkat nasehatnya kita mengerti bahwa keselamatan akhir kita harus menjadi alasan yang menyebabkan kita dengan sukacita menahan semua tekanan akibat tentangan, bagaimanapun hebatnya. Hal ini harus menjadi alasan yang membantu kita rela berusaha, berkorban, ya, mati jika perlu. (Lukas 14:26-33) Di 1 Petrus 1:10-12, rasul itu menulis:
”Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu.”
YANG MEMBUAT PARA NABI SANGAT BERMINAT
5. Apa yang dinubuatkan oleh para nabi tentang penderitaan Mesias?
5 Berabad-abad sebelum masa hidup Yesus di bumi, nabi-nabi Ibrani diilhami untuk menubuatkan penderitaan yang akan menimpa Mesias atau Kristus yang dijanjikan. Nubuat Daniel menetapkan waktu kedatangan Kristus dan menunjukkan bahwa ia akan dibunuh setelah pelayanannya selama tiga setengah tahun. (Daniel 9:24-27) Dari nubuat Yesaya kita tahu bahwa Mesias akan ditolak dan menjadi batu sandungan. (Yesaya 8:14, 15; 28:16; 53:3) Nubuat itu juga menunjukkan bahwa ia akan menanggung penyakit orang banyak, diadili dan dihukum mati, tetapi akan tetap berdiam diri di hadapan para penuduhnya, akan diludahi, dianggap sebagai pedosa, ditikam, mati sebagai korban dan menghapuskan dosa-dosa guna membuka jalan bagi banyak orang untuk memperoleh kedudukan benar di hadapan Allah. (Yesaya 50:6; 53:4-12) Nubuat Zakharia menyatakan bahwa Mesias akan dikhianati untuk 30 keping perak. (Zakharia 11:12) Dan nabi Mikha menubuatkan bahwa Kristus, ”seorang yang akan memerintah Israel”, akan ditampar pada pipinya.—Mikha 5:1.
6. Perincian apakah tentang penderitaan Mesias dinyatakan dalam Mazmur?
6 Pernyataan-pernyataan dalam kitab Mazmur yang dikenakan kepada Yesus Kristus antara lain ialah: Ia akan dikhianati oleh seorang sahabat karib. (Mazmur 41:9) Para penguasa, yang didukung oleh rakyatnya, akan bersatu melawan dia. (Mazmur 2:1, 2) Para pendiri agama Yahudi akan menolak dia. (Mazmur 118:22) Saksi-saksi palsu akan bersaksi melawan Mesias. (Mazmur 27:12) Sesampainya di tempat hukuman, ia akan ditawari minuman yang membius. (Mazmur 69:22a) Orang-orang yang mengikat dia pada tiang ’akan menyerang tangan dan kakinya’ seperti binatang buas. (Mazmur 22:17) Undian akan dibuang untuk pakaiannya. (Mazmur 22:19) Musuh-musuhnya akan mengejek dia dengan kata-kata: ”Ia menyerah kepada TUHAN [Yehuwa, NW]; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?” (Mazmur 22:9) Karena sanga haus, dia minta minum dan akan diberi anggur asam. (Mazmur 22:16; 69:21b) Tepat sebelum kematiannya, dia akan berteriak: ”Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”—Mazmur 22:2.
7. Apa yang disingkapkan oleh nubuat-nubuat tentang ”kemuliaan yang menyusul sesudah” penderitaan Kristus?
7 Seperti dinyatakan oleh Petrus, para nabi juga diilhami untuk berbicara tentang ”segala kemuliaan yang menyusul sesudah” penderitaan Mesias. Dengan kuasa Allah yang besar, Putra yang setia ini akan dibangkitkan dari kematian. (Mazmur 16:8-10) Setelah naik ke surga, ia akan duduk di sebelah kanan Allah, dan menunggu sampai musuh-musuhnya dibuat menjadi alas kakinya. (Mazmur 110:1) Ia akan memegang jabatan sebagai imam kekal menurut Melkisedek. (Mazmur 110:4) Bapanya, ”Yang Lanjut Usianya”, akan mengaruniakan kepada wewenang sebagai raja. (Daniel 7:13, 14) Akhirnya akan tiba saatnya bagi pribadi yang diurapi oleh Allah untuk menghancurkan segala bangsa yang menentang pemerintahannya. (Mazmur 2:9) Kemudian ia akan berkuasa atas seluruh bumi.—Mazmur 72:7, 8; Zakharia 9:9, 10.
8. Bagaimanakah para nabi memperlihatkan minat besar akan apa yang mereka tulis, dan mengapa mereka berbuat demikian?
8 Ya, dengan bagus nubuat-nubuat ini telah lebih dahulu menyoroti peranan Mesias dalam penyelenggaraan ilahi untuk keselamatan atau pembebasan dari dosa dan kematian. Kesetiaannya menanggung penderitaan, kematiannya, kebangkitan dan kenaikannya ke surga sebagai makhluk rohani yang mulia—semua ini perlu agar orang-orang memperoleh ”kasih karunia” yang dinubuatkan, termasuk pengampunan atas dosa-dosa dan perdamaian total dengan Allah Yehuwa sebagai putra-putraNya. Para nabi itu sendiri tidak dapat mengerti sepenuhnya bagaimana keselamatan akan datang melalui Mesias. Meskipun demikian, seperti yang ditunjukkan oleh rasul Petrus, mereka sangat berminat akan hal-hal yang telah mereka tulis. Dengan rajin mereka menyelidiki firman nubuat, berulangkali mempelajari nubuat-nubuat mereka sendiri untuk mengetahui arit dari apa yang telah mereka tulis di bawah ilham. Karena menyadari bahwa ada kebenaran-kebenaran yang bagus sekali dalam wahyu yang telah mereka terima, para nabi itu menggunakan daya pikir mereka sepenuhnya untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari nubuat yang Allah berikan. Padahal, sebenarnya sebelum kedatangan Mesias, orang-orang ini tidak dapat menerima kasih karunia yang dinubuatkan itu. Namun, apa yang dimengerti oleh para nabi itu cukup menguatkan serta mendorong mereka untuk ingin mengetahui lebih banyak lagi. Mereka sangat ingin mengetahui keadaan pada saat munculnya Mesias, ya, pada ”saat yang bagaimana” ia akan mengalami penderitaan yang dinubuatkan, sebelum ia dimuliakan.
9. Siapakah yang terutama mendapat manfaat dari nubuat-nubuat tentang Mesias?
9 Seperti yang dijelaskan Petrus, nabi-nabi Ibrani kemudian mengerti bahwa nubuat-nubuat mengenai Mesias terutama ditulis bukan demi kepentingan mereka tetapi demi kefaedahan orang-orang yang hidup pada saat munculnya Mesias. (1 Petrus 1:12) Mengenai wahyu yang ia terima, nabi Daniel mengakui: ”Adapun aku, memang kudengar hal itu, tetapi tidak memahaminya.” (Daniel 12:8) Akan tetapi, orang-orang yang menerima ”berita Injil” yang dikabarkan di abad pertama M., merekalah yang mendapat manfaat sepenuhnya dari kata-kata terilham tentang kedatangan Mesias yang pertama kali. Bagi merekalah nabi-nabi itu sebenarnya melayani.—Matius 13:16, 17.
10. Bagaimana seharusnya kita dipengaruhi oleh minat yang ditunjukkan oleh nabi-nabi Ibrani berkenaan keselamatan, dan mengapa?
10 Maka, mengingat besarnya minat para nabi ini, bagaimana hal ini seharusnya mempengaruhi kita? Selayaknyalah kita tergerak untuk memeriksa diri apakah kita memiliki minat yang sama berkenaan keselamatan. Apakah keadaan tetap diperkenan sebagai hamba-hamba Allah Yehuwa dan Yesus Kristus menjadi tujuan utama dalam kehidupan kita? Apakah kita benar-benar bersemangat dalam soal ini? Tentu saja, ada alasan yang kuat untuk tidak setengah-setengah dalam membuktikan diri kita murid-murid yang loyal dari Putra Allah. Mesias telah datang berabad-abad yang lalu. Kematiannya sebagai korban justru menjadi dasar untuk keselamatan dan merupakan jaminan bahwa setiap janji Allah pasti akan digenapi. (2 Korintus 1:20) Berlalunya waktu sedikitpun tidak mengurangi kepastian bahwa janji ilahi akan tergenap. Malah ini semakin memperjelas bahwa Allah ingin agar sebanyak mungkin orang diselamatkan. (1 Timotius 2:3, 4; 2 Petrus 3:9) Maka, dengan yakin kita dapat berharap untuk mewarisi berkat dari Yang Mahatinggi yang disediakan bagi orang-orang yang setia.
MENGAPA PARA MALAIKAT BERMINAT
11. Menurut 1 Petrus 1:12, betapa besarkah minat para malaikat akan penyelenggaraan ilahi untuk keselamatan?
11 Contoh para malaikat juga patut menganjurkan kita untuk berusaha sekuat tenaga agar tetap diperkenan Allah. Meskipun secara pribadi tidak memerlukan penyelenggaraan ilahi untuk keselamatan, para malaikat yang setia benar-benar berminat akan pelaksanaan maksud-tujuan Allah yang agung untuk umat manusia. Rasul Petrus menulis: ”Yaitu hal-hal [yang menarik perhatian para nabi Ibrani] yang ingin diketahui [diteliti, NW] oleh malaikat-malaikat.” (1 Petrus 1:12) Ya, sebelum kedatangan Yesus Kristus ke bumi ini, para malaikat telah ingin mengetahui lebih banyak tentang penderitaan Kristus, ”tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu” dan pengaruh ”berita Injil” atas umat manusia. Rasul Petrus dapat berkata bahwa mereka ingin mengamat-amati hal-hal ini. Dalam bahasa Yunani asli, ungkapan ”mengamat-amati” juga berarti membungkuk untuk memeriksa suatu benda dengan lebih teliti. Tetapi mengapa para malaikat begitu berminat menyelidiki dengan saksama apa yang Allah Yehuwa singkapkan tentang keselamatan? Sebagai makhluk-makhluk rohani yang sempurna, mengapa mereka begitu berminat akan hal-hal yang disediakan bagi manusia yang berdosa di bumi?
12, 13. Bagaimana kita dapat menjelaskan minat yang besar dari para malaikat berkenaan keselamatan manusia?
12 Karena para malaikat bukan makhluk yang serba tahu, pasti pengetahuan mereka bertambah dengan memperhatikan sungguh-sungguh tindakan Allah dan apa yang Ia singkapkan. Contoh penebusan umat manusia merupakan contoh yang hebat tentang kasih, keadilan, belas kasihan dan hikmat Yehuwa. Jadi, dengan sibuk mengejar pengertian yang lebih dalam tentang penyelenggaraan Yehuwa untuk menyelamatkan manusia berdosa, para malaikat akan lebih menghargai corak tertentu mengenai kepribadian dan jalan-jalanNya yang tak dapat dipahami dengan mempelajari atau menyelidiki perkembangan lain di alam semesta ini.—Bandingkan dengan Efesus 3:8-10.
13 Selanjutnya, para malaikat memiliki perasaan ”sayang” terhadap umat manusia. (Bandingkan dengan Amsal 8:22-31.) Mereka ingin melihat manusia diperdamaikan dengan Bapa surgawi, Yehuwa. Itulah sebabnya Yesus Kristus dapat berkata: ”Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”—Lukas 15:10.
14. (a) Sikap para malaikat terhadap keselamatan kita seharusnya membantu kita melakukan apa? (b) Nasehat apa dari rasul Petrus harus kita ingat agar kita tetap menjadi hamba-hamba Allah yang setia?
14 Ya, berjuta-juta malaikat bersukacita pada waktu kita bertobat. Mereka sangat berminat melihat kita memelihara kesetiaan sampai akhir. Sebenarnya, mereka memberi ’semangat untuk kita’. Semoga pandangan kita tidak menjadi kabur terhadap kelompok besar di surga yang sangat memperhatikan dan mengasihi kita. Tentu kita ingin agar kita tetap menjadi sumber sukacita bagi mereka. Maka kita perlu memperhatikan nasehat Petrus: ”Sebab itu siapkanlah akal budimu [untuk kegiatan, NW], waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.”—1 Petrus 1:13.
MENYIAPKAN AKAL BUDI KITA UNTUK KEGIATAN
15. Bagaimana kita harus memahami nasehat Petrus untuk ’menyiapkan akal budi untuk kegiatan’?
15 Apa artinya ’menyiapkan akal budi untuk kegiatan’? Terjemahan aksara dari kata-kata Petrus itu ialah: ”Ikatlah pinggang dari pikiranmu.” Pada zaman para rasul, orang-orang pria mengenakan jubah yang panjang. Pada waktu bekerja atau melakukan kegiatan yang meminta usaha seperti berlari, seorang pria akan menaikkan jubah itu di antara kakinya dan mengikatnya erat-erat dengan ikat pinggang. ’Berikat pinggang’ berarti siap bekerja. Karena itu, ’mengikat pinggang dari pikiran’ kita berarti bahwa kemampuan mental kita siap untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban Kristen kita dan bertahan menghadapi cobaan apapun yang mungkin menimpa kita.
16. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita ’tetap waspada sepenuhnya’?
16 Jika daya pikir kita siap untuk terus melayani Allah dengan setia. pasti kita ’waspada sepenuhnya’. Cara berpikir kita akan seimbang, kita dapat menilai sesuatu hal dengan tepat. Kehidupan kita akan memperlihatkan bahwa kita mengendalikan kemampuan kita dan tidak menyerah kepada daya tarik dunia yang memisahkan diri dari Allah Yehuwa. (1 Yohanes 2:16) Yang utama dalam kehidupan kita adalah melakukan apa yang menyenangkan dalam pandangan Bapa surgawi kita dan PutraNya.
17. (a) Apakah ”kasih karunia” yang akan diberikan kepada orang-orang yang percaya? (b) Bagaimana kita ’meletakkan pengharapan kita seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita pada waktu Yesus Kristus dinyatakan’?
17 Guna ’menyiapkan akal budi kita untuk kegiatan dan waspada sepenuhnya’, kita harus ’meletakkan pengharapan kita seluruhnya atas kasi karunia yang dianugerahkan kepada kita pada waktu pernyataan Yesus Kristus’. Pada waktu Tuhan Yesus Kristus tiba dalam kemuliaan, semua orang yang memiliki harapan surgawi yang tetap setia sebagai murid-muridnya yang berbakti akan ikut menikmati kasih karunia ilahi. (1 Korintus 1:4-9) Murid-murid yang diperanakkan oleh roh ini tidak hanya akan dibebaskan dari penderitaan yang didatangkan oleh orang-orang jahat atas mereka; tetapi orang-orang Kristen yang mengharapkan firdaus di bumi juga akan diselamatkan melalui ”kesusahan yang besar” yang menyusul kedatangan Kristus. Kemudian mereka akan dapat menikmati kehidupan yang tak habis-habisnya di bumi. Memang, ada alasan kuat untuk selalu menaruh penggenapan harapan Kristen ini di hadapan kita, sambil menantikan perkenan ilahi dengan penuh kerinduan. Keyakinan kita bahwa harapan ini pasti akan digenapi dapat mendorong kita untuk tetap loyal kepada Bapa surgawi kita dan PutraNya. Semoga kita tidak goyah menatap berkat-berkat yang akan diberikan Kristus kepada para pengikutnya yang setia pada waktu ia datang dalam kemuliaan.—Matius 25:31-46.
MEMBUKTIKAN DIRI KITA ANAK-ANAK ALLAH YANG TAAT
18. Bagaimana kita menunjukkan bahwa kita memang ”anak-anak yang taat”?
18 Selaras dengan harapan ini, hendaknya kita bersikap sebagai ”anak-anak yang taat”. Rasul Petrus melanjutkan: ”Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.” (1 Petrus 1:14) Sebagai anak-anak yang menghormati dan mengasihi Bapa surgawi, kita ingin dengan sukacita mentaati tuntutan-tuntutanNya karena kita sadar inilah yang patut dilakukan. Kita tidak ingin lagi hidup menurut kebiasaan-kebiasaan kita dulu sebelum menjadi murid-murid Yesus Kristus. Karena tidak mengetahui hukum-hukum Allah, mungkin kita telah menuruti hawa nafsu kita yang berdosa, dengan tamak mendahulukan kepentingan kita sendiri sehingga menyakiti hati orang lain, ata memusatkan kehidupan kita dalam usaha mendapatkan harta benda, popularitas atau kekuasaan. Pola hidup kita kebanyakan mengikuti sikap, kata-kata dan tindakan orang-orang di sekitar kita. Kita kini tahu bahwa jalan hidup tanpa mengindahkan Allah hampa belaka, tidak berarti.
19. Seperti dilukiskan oleh hukum Musa, apa yang termasuk dalam hal menjadi ”kudus”?
19 Untuk dapat menikmati kehidupan yang penuh arti, kita perlu meniru Allah Yehuwa, yang suci, bersih atau murni. Apakah kita meniru Bapa surgawi kita hanya dalam ibadat resmi? Perhatikan rasul Petrus mengatakan: ”Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu.” (1 Petrus 1:15) Kemudian ia mengutip dari Imamat 19:2, yang berbunyi: ”Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN [Yehuwa, NW], Allahmu, kudus.” (1 Petrus 1:16) Kata-kata dalam Imamat ini merupakan sebagian dari uraian tentang apa yang Allah Yehuwa tuntut dari bangsa Israel dalam melaksanakan ibadat resmi dan urusan rutin sehari-hari. Hal-hal yang dituntut sebagai tingkah laku yang kudus mencakup: Hormat yang patut kepada orang tua, kejujuran, timbang rasa terhadap orang yang tulis, buta dan cacat lainnya, tidak menaruh dendam tetapi mengasihi sesama manusia, tidak memfitnah dan tidak menjadi saksi palsu, serta berlaku adil. (Imamat 19:3, 9-18) Maka sebenarnya, tidak ada segi kehidupan yang dikecualikan dari tuntutan-tuntutan untuk menjadi kudus atau bersih dalam pandangan Yehuwa.
’HIDUPLAH DENGAN TAKUT’
20. Apa yang harus kita ingat tentang pengadilan, dan bagaimana hal ini seharusnya mempengaruhi tingkah laku kita?
20 Alasan kuat lainnya untuk hidup sesuai dengan pembaktian kita kepada Allah terdapat dalam kata-kata rasul Petrus selanjutnya: ”Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan [disertai perasaan takut, NW] selama kamu menumpang di dunia ini.” (1 Petrus 1:17) Jangan kita sekali-kali lupa bahwa Bapa surgawi kita, melalui PutraNya, akan mengadili kita. Hasil pengadilan itu tidak akan ditentukan oleh rupa lahiriah. Pengadilan ini tidak akan berat sebelah, tetapi melihat pribadi kita yang sebenarnya. (Yesaya 11:2-4) Jadi, jika kita mengakui Yang Mahatinggi sebagai Bapa kita, tingkah laku kita harus sedemikian rupa sehingga Ia memperkenan kita, dan pengadilanNya menguntungkan kita. Selayaknya kita tetap menempuh haluan hidup yang mencerminkan rasa takut yang sehat dan penuh hormat kepada Allah Yehuwa.
21. Bagaimana kita menunjukkan bahwa kita hanya ’menumpang di dunia ini’?
21 Kemudian, kita harus juga menyadari bahwa dunia dan apa yang ditawarkannya hanyalah sementara. Hendaknya kita ingat bahwa kita hanya ”menumpang di dunia ini”. Penting sekali berlaku waspada agar kita tidak sampai mengikat diri dengan sesuatu di dunia ini seakan-akan hal itu tetap untuk selama-lamanya. Bahkan istana-istana yang mewah dari raja-raja Asyur, Babilon dan Persia kuno, tidak lagi merupakan tempat tinggal yang menyenangkan bagi siapapun; tempat-tempat itu kini tinggal puing-puing belaka. Tak ada karya arsitektur, hasil teknologi modern, lukisan, pahatan atau barang apapun bikinan manusia, yang bisa bertahan untuk selama-lamanya. Memang, kita harus hidup di dunia ini, yang telah menjauhkan diri dari Allah, dan kita tidak dapat ”keluar” dari padanya. (1 Korintus 5:9, 10) Tetapi kita tidak ingin merasa benar-benar ’kerasan’ dalam dunia sekarang. Tidak, sebab kita menantikan sesuatu yang jauh lebih baik, yaitu kedatangan ”langit yang baru dan bumi yang baru” ciptaan Allah. (2 Petrus 3:13) Perjalanan hidup kita di dunia adalah ’masa sebagai penduduk asing’, dan sikap, kata-kata serta tindakan kita harus memperlihatkan bahwa memang demikian halnya.—Bandingkan dengan Ibrani 11:13-16.
DIBAYAR DENGAN HARGA YANG MAHAL
22, 23. Mengapa sepatutnya kita selalu merasa berhutang kepada Allah Yehuwa dan Yesus Kristus?
22 Selanjutnya, untuk menekankan pentingnya kita tetap suci, dan menjadi hamba-hamba yang berbakti dari Allah Yehuwa, rasul Petrus menulis: ”Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1 Petrus 1:18, 19) Karena telah ditebus dari hukuman dosa dan kematian, kita mempunyai kewajiban terhadap Allah Yehuwa, yang telah menyelenggarakan penebusan kita. Andai kata sejumlah besar perak atau emas telah dibayar untuk menebus kita dari kematian, tidakkah kita akan merasa sangat berhutang kepada orang yang telah membuat pengorbanan materi yang begitu besar demi kepentingan kita?
23 Maka, betapa jauh lebih besar hutang kita kepada Allah Yehuwa dan Yesus Kristus! Harga tebusan yang dibayar jauh lebih mahal dari pada harta benda apapun yang dapat hilang, dicuri atau dihancurkan. Nilainya lebih besar dari pada semua perak dan emas yang terdapat di bumi dewasa ini. Darah yang mahal dari Putra Allah yang tak berdosa itulah harga tebusan yang telah dibayarkan. Ini adalah darah kehidupan dari seseorang yang berhak untuk hidup kekal. Karena itu, ia telah berbuat lebih dari pada sekedar kehilangan nyawa pada usia yang terlalu muda, seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang lain demi sesuatu yang mereka kira suatu maksud yang mulia. Pembayaran harga tebusan ini juga menyediakan dasar, seperti dikatakan Petrus, agar kita dapat ’ditebus dari cara hidup kita yang sia-sia yang kita warisi dari nenek moyang kita’. Bagaimana?
24. Sebelum kita menjadi murid-murid Yesus Kristus, bagaimana tingkah laku kita mungkin ”sia-sia”?
24 Pada waktu kita mengakui bahwa kita telah ditebus atau dibeli dengan darah yang mahal dari Yesus Kristus, kita meninggalkan haluan hidup kita yang dahulu. Tanpa pengetahuan tentang Allah Yehuwa atau maksud tujuanNya, kehidupan kita dahulu ”sia-sia”, hampa, karena hanya berkisar pada usaha mengejar hal-hal yang tidak tetap. Tingkah laku kita mungkin bahkan telah merugikan kita secara mental, fisik dan emosi. Lagi pula, orang tua serta kakek dan nenek kita mungkin tidak mengenal Alkitab Suci. Karena itu, patokan dan prinsip-prinsip yang mereka ikuti dalam kehidupan mereka mungkin tidak selaras dengan kehendak ilahi. Mungkin mereka malah menganut agama yang menghina Allah. Jadi, bahkan ’tradisi’ yang kita ”warisi” dari nenek moyang kita berkenaan tingkah laku tidak membuat kita menikmati kehidupan yang bertujuan.—Bandingkan dengan Matius 15:3-9.
25. Bagaimana kata-kata 1 Petrus 1:10-19 sangat menganjurkan kita untuk tetap setia kepada Allah Yehuwa dan Yesus Kristus Pemimpin kita?
25 Tentu, kata-kata rasul Petrus benar-benar menganjurkan kita untuk berpaut pada pembaktian kita demi melayani Allah Yehuwa sebagai murid-murid Yesus Kristus yang setia. Hendaknya kita jangan lupa betapa besar minat yang ditunjukkan oleh nabi-nabi Ibrani dan para malaikat terhadap wahyu ilahi berkenaan keselamatan. Semoga kita selalu ingat betapa pastinya pengadilan Allah, penggenapan harapan kita pada waktu Yesus Kristus dinyatakan, pentingnya bersih dalam segala tingkah laku kita karena kesucian Yehuwa menuntut hal ini, serta kenyataan bahwa kita hidup di dunia ini hanya sebagai penduduk sementara saja. Yang paling penting, semoga kita jangan sekali-kali lupa bahwa kita telah ditebus dengan darah yang mahal dari Yesus Kristus.
26. Bagaimana perkara-perkara yang dapat ditawarkan oleh dunia ini dibandingkan dengan apa yang kita peroleh karena melayani Yehuwa?
26 Jika dibandingkan dengan berkat-berkat yang datang karena melayani Yang Mahatinggi, hal-hal yang menarik dari dunia ini benar-benar hanya sampah belaka. (1 Korintus 7:29-31; Filipi 3:7, 8) Berapapun banyak uang tidak dapat membeli hati nurani yang bersih, kehidupan yang penuh arti sekarang dan kehidupan yang bahagia di masa depan yang kekal. Tetapi dinas yang setia kepada Allah memang mendatangkan berkat-berkat sedemikian. Alangkah besarnya alasan yang kita miliki untuk menjadikannya hal yang paling utama dalam kehidupan!