Pasal 10
Lindungilah Harapan Kristen Saudara
1. Mengapa kita sangat menginginkan ”langit yang baru dan bumi yang baru”?
BETAPA menyenangkan harapan hidup tanpa kesakitan, kesedihan atau kematian! Namun, lebih menyenangkan lagi, sebab sebenarnya kita akan bebas dari semuanya ini justru setelah ketidaksempurnaan dan dosa disingkirkan. Alangkah bahagiannya bila kita tidak lagi perlu berjuang melawan kecenderungan-kecenderungan yang salah yang kita tahu hanya merugikan diri sendiri maupun orang-orang lain! Benar-benar suatu sukacita jika setiap perkataan yang kita ucapkan, setiap gagasan yang kita pikirkan, setiap tindakan kita mendatangkan kebaikan bagi semua orang. Ini akan benar-benar memantulkan sifat-sifat Bapa surgawi kita, dan tidak pernah timbul dari motif-motif yang mementingkan diri. Ya, tak ada keraguan bahwa kebenaran akan melimpah dalam ”langit yang baru dan bumi yang baru” ciptaan Allah. Harapan ini tentu patut kita lindungi.—2 Petrus 3:13.
2. (a) Untuk dapat menjangkau harapan Kristen kita, apa yang harus kita lakukan? (b) Mengapa kita tidak perlu heran bahwa orang-orang yang mementingkan diri dapat ditemukan di antara orang-orang yang mengaku Kristen?
2 Untuk dapat menjangkau harapan Kristen kita, perlu kita menaruhnya secara jelas di hadapan kita dan hidup selaras dengan harapan tersebut. Ini dapat kita lakukan hanya jika semua pengaruh yang dapat mengaburkan atau menghancurkan harapan kita selalu kita lawan. Kadang-kadang pengaruh yang merusak tersebut dapat datang dari orang-orang yang tidak bersifat rohani dan mementingkan diri yang bergabung dengan sidang umat Allah. Tapi kita tidak perlu heran, sebab rasul Petrus menulis: ”Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah [bangsa Israel], demikian pula di antara kamu [orang-orang Kristen] akan ada guru-guru palsu.” (2 Petrus 2:1a) Sama seperti bangsa Israel jasmani, orang-orang Kristen menjadi sasaran pengaruh-pengaruh yang merusak dari dalam sidang.
”PENGAJARAN-PENGAJARAN SESAT YANG MEMBINASAKAN DIMASUKKAN SECARA DIAM-DIAM”
3, 4. Bagaimana rasul Petrus menerangkan cara guru-guru palsu menyebabkan kesesatan?
3 Rasul Petrus memberi komentar tentang bagaimana para penganjur ajaran-ajaran yang sesat akan bekerja. Ia melanjutkan keterangannya: ”Dengan diam-diam akan membawa masuk sekte-sekte yang membinasakan.” (2 Petrus 2:1b, NW) Sang rasul tidak menulis tentang orang-orang yang hanya sulit mengerti beberapa soal tertentu, atau orang-orang yang, secara jujur, pandangannya mengenai beberapa hal mungkin tidak selaras dengan pandangan kebanyakan orang dalam sidang. (Bandingkan dengan Roma 14:1-6.) Sebaliknya ia memaksudkan orang-orang yang dengan sengaja berusaha memecah belah dan merusak.
4 Orang-orang semacam itu biasanya tidak bersikap terbuka, jujur, atau terus terang. Umumnya mereka ”memasukkan” pandangan yang tidak berdasarkan Alkitab dengan cara diam-diam dan terselubung. Dalam bahasa aslinya, yaitu Yunani yang digunakan oleh rasul Petrus, kata ’memasukkan dengan diam-diam’ secara aksara berarti ”memasukkan dari sebelah, atau bersamaan dengan”. Demikianlah cara mereka. Bersamaan dengan doktrin-doktrin Alkitab yang benar, setahap demi setahap dan dengan halus mereka memperkenalkan pandangan-pandangan mereka yang memecah belah dan merusak. Mula-mula mereka mempengaruhi pikiran para pendengar dengan beberapa kebenaran yang nyata, atau bahkan dengan pembahasan yang panjang dan berbelit, dan sering kali orang-orang lain dapat dipengaruhi untuk menerima suatu prinsip yang hanya akan menyesatkan. Mungkin Alkitab mereka pakai tetapi sebenarnya tidak mereka ajarkan. Apa yang mereka anggap cocok mereka gunakan, sehingga menyimpangkan ajaran-ajaran Alkitab agar sesuai dengan apa yang mereka mau perkembangkan demi keuntungan pribadi. Jadi, hal-hal yang sebenarnya tidak berdasarkan Alkitab dibuat supaya nampak seolah-olah benar.
5. Bagaimana cara Setan memperdayakan Hawa melukiskan cara kerja seorang guru kepalsuan?
5 Proses ini jelas-jelas dari cara Setan memperdayakan Hawa melalui ular. Mula-mula suatu pertanyaan yang kelihatannya tidak berarti diajukan: ”Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” (Kejadian 3:1) Kebenaran diputar balik oleh pertanyaan ini. Dicoba mengesankan bahwa Yang Mahatinggi terlalu mengekang, menahani sesuatu hak dari kedua manusia pertama itu. Mendengar kata-kata ular itu pastilah Hawa ingin tahu, apa salahnya kalau ia makan dari ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”. Begitulah Setan mempengaruhi pikiran Hawa agar menginginkan jawaban. Kemudian datanglah jawaban ular yang mengena pada sasarannya: ”Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”—Kejadian 3:4, 5.
6. (a) Faktor-faktor apa yang membuat Hawa mudah menerima apa yang salah? (b) Bagaimana suatu kelompok yang murtad telah terbentuk sebagai akibat dari dusta Setan?
6 Karena pikiran Hawa telah dipersiapkan dengan licik, jawaban dusta itu tidak mengejutkannya. Karena ”ular . . . yang paling cerdik” dari segala binatang, makhluk sedemikian kelihatannya tidak mungkin menjadi sumber keterangan yang salah. (Kejadian 3:1) Lagi pula, pohon itu menarik dan bila dipandang, buahnya seolah-olah baik untuk dimakan. Hawa diperdayakan sama sekali. Setelah buah terlarang dimakannya, dibujuknya Adam untuk ikut memberontak melawan Allah. (Kejadian 3:6) Maka dengan dusta ular itu kedua manusia pertama dapat dijauhkan dari Bapa surgawi mereka. Sebenarnya, pada waktu itu pun terbentuk suatu kelompok yang murtad yang terdiri dari dua orang.
7. (a) Mengapa orang-orang yang menyebabkan perpecahan dalam sidang menyangkal Kristus? (b) Mengapa dapat dikatakan bahwa mereka ”segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”?
7 Dengan cara serupa, semangat perpecahan dalam suatu sidang, semangat persaingan yang membentuk ”pihak-pihak” bisa ditumbuhkan oleh orang-orang tertentu. Karena pihak-pihak semacam itu berasal dari kesesatan dan memang sengaja berusaha menciptakan perpecahan, sikap dan ajaran-ajarannya memberikan gambaran yang salah tentang Putra Allah, yang telah membeli sidang Kristen dengan darahnya. Karena itu, rasul Petrus menyebut bahwa guru-guru palsu seperti itu ’menyangkal Penguasa (Pemilik, NW) itu sendiri yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.’ Ya, jika kepala, berarti mereka menyangkal dia dan terjun ke dalam suatu haluan yang akan mendatangkan malapetaka secara moral dan rohani. Akhir dari padanya hanyalah kebinasaan. Tak akan ada penundaan bila saat pelaksanaan hukuman mati tiba. Keadilan akan segera dilaksanakan. Karena rela memeluk kesesatan, orang-orang yang terlibat di dalamnya akan ”segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.—2 Petrus 2:1.
8. ’Cara hidup yang dikuasai hawa nafsu’ dari orang-orang yang mengaku Kristen menimbulkan pengaruh apa atas orang-orang di luar sidang?
8 Sayang sekali, dengan mengaku diri Kristen tetapi bertindak tanpa pengendalian diri, orang-orang ini menodai nama baik dari hamba-hamba Allah yang setia. Karena mengamati tingkah laku yang rendah dari orang-orang tertentu yang mengaku diri Kristen, banyak orang mulai menghujat atau mencaci maki siapa saja yang dikenal sebagai orang Kristen. Inilah pokok yang Petrus nyatakan ketika ia menulis: ”Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat.”—2 Petrus 2:2.
WASPADALAH AGAR JANGAN SAMPAI ’DIPERALAT DENGAN TUTUR KATA MEREKA YANG PALSU’
9. (a) Apa yang menggerakkan orang-orang yang bobrok untuk mencoba menarik pengikut-pengikut? (b) Apa yang akan terjadi atas orang-orang seperti itu dan orang-orang yang mereka perdayakan?
9 Apa yang menggerakkan orang-orang yang sudah bobrok ini untuk menarik pengikut-pengikut? Rasul Petrus menjawab: ”Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka.” (2 Petrus 2:3a) Orang-orang ini berusaha mendapatkan keuntungan materi, atau menginginkan kuasa, wewenang dan hormat yang didapatkan dengan menjadi guru. Dengan ”cerita-cerita isapan jempol”, yaitu keterangan-keterangan yang bersifat menipu, termasuk penjelasan-penjelasan yang masuk akal, mereka berusaha memperdayakan orang-orang lain, memperalatnya. Karena baik motif maupun ajaran-ajarannya salah, maka akibatnya atas orang-orang yang terlibat adalah kehancuran. Rasul Petrus melanjutkan:
”Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda. Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka [Tartarus, NW] dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman; dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik; dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian, tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja,—sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa—maka nyata, bahwa Tuhan [Yehuwa, NW] tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah.”—2 Petrus 2:3-10.
10. (a) Bilamanakah penghukuman Allah atas ’benih ular’ itu pertama kali dinyatakan? (b) Mengapa pelaksanaannya ”tidak akan tertunda”?
10 Keputusan hukuman yang ”telah lama” Allah nyatakan terhadap semua orang yang termasuk ’benih ular’ pasti akan dilaksanakan. (Kejadian 3:15; Yohanes 8:44; Yudas 14, 15) Meskipun sudah kira-kira 6.000 tahun sejak mula-mula dinyatakan dan diulangi sejak itu, penghukuman ini ”tidak akan tertunda”, seolah-olah tidak akan pernah tiba. Karena kebinasaan itu tidak pernah tidur, kedatangannya sangat pasti. Penghukuman tersebut masih tetap hidup dalam maksud tujuan Allah.
11. (a) Apa yang terjadi atas para malaikat yang tidak taat, dan apa yang masih menantikan mereka? (b) Apa yang dibuktikan oleh penghukuman atas para malaikat, kebinasaan orang-orang jahat dalam Air Bah, dan kemusnahan penduduk Sodom dan Gomora?
11 Seperti yang disebutkan oleh Petrus, bahkan malaikat-malaikat yang pernah tinggal bersama Allah namun yang belakangan menjadi tidak setia, tidak dikecualikan tetapi juga ’dilemparkan ke dalam Tartarus’, diturunkan sampai ke tingkat yang paling rendah. Malaikat-malaikat yang tidak taat ini sama sekali tidak mendapat penerangan ilahi, disingkirkan dari kedudukan mereka semula di surga dan dibatasi dalam kegiatan. Maka, mereka seakan-akan seperti ”dalam gua-gua yang gelap”, menunggu pelaksanaan hukuman di tangan Yesus Kristus. (Bandingkan dengan Wahyu 20:1-3, 7-10.) Demikian pula, Allah Yehuwa tidak mengurungkan niatNya untuk membinasakan seluruh dunia orang jahat dalam air bah sedunia maupun tindakanNya terhadap penduduk Sodom dan Gomora yang melakukan penyelewengan-penyelewengan seks pada zaman Lot. Hanya orang-orang yang benar seperti Nuh sekeluarga, dan seperti Lot dapat mengharapkan keluputan dari penghukuman ilahi serta kelepasan dari ujian-ujian yang timbul karena hidup di tengah orang-orang jahat. Namun, sekedar pengakuan sebagai orang Kristen tidak akan menyelamatkan siapapun yang berusaha mencemarkan tubuh orang-orang lain dengan melakukan imoralitas.
WASPADALAH TERHADAP ORANG-ORANG YANG TIDAK MENGHORMATI WEWENANG
12, 13. Seperti ditunjukkan dalam 2 Petrus 2:10b, 11, bagaimanakah sikap orang-orang yang bobrok terhadap wewenang?
12 Sering kali motif buruk orang-orang yang bobrok dapat dikenali dari sikap mereka terhadap wewenang. Mereka ”menghina pemerintahan Allah”, membenci segala macam wewenang. Rasul Petrus melanjutkan keterangannya: ”Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah [karena respek kepada Yehuwa, NW].”—2 Petrus 2:10b, 11.
13 Karena itu, tentu kita perlu waspada terhadap orang-orang yang berani dan angkuh, yang tidak menghormati ”kemuliaan”. Dalam sidang Kristen, orang-orang yang setia dipercayakan tanggung jawab. Namun mereka tidak menganggap diri lebih unggul atau lebih tinggi dari pada rekan-rekan seiman, melainkan dengan rendah hati menganggap diri sebagai hamba-hamba. (Matius 23:8; 1 Tesalonika 2:5-12) Namun, tugas pelayanan mereka adalah sesuatu ’yang mulia’ sebab mereka dilantik oleh roh suci sebagai pengawas atau ”gembala” dari kawanan itu. (Kisah 20:28; bandingkan dengan Roma 11:13.) Mereka juga mewakili Yesus Kristus Pemimpin yang mulia dan Allah Yehuwa. (1 Petrus 2:25; 5:4) Itulah sebabnya mengapa Alkitab menganjurkan anggota-anggota sidang agar tunduk kepada orang-orang yang memimpin. (Ibrani 13:17) Meskipun orang-orang tersebut, seperti Petrus sendiri, mungkin membuat kesalahan, hal ini tidak membenarkan seseorang untuk mencela mereka. (Bandingkan dengan Galatia 2:11-14; 3 Yohanes 9, 10.) ”Gembala-gembala” yang bekerja keras layak mendapat hormat dari sidang. Tetapi orang-orang yang melancarkan pengaruh yang jahat tidak segan-segan mencela para penatua Kristen. Jika seorang memaki, mencela saudaranya, Allah Yehuwa dan PutraNya menganggap hal itu dilakukan terhadap Mereka sendiri.
14. Bagaimana para malaikat yang setia memperlihatkan sikap yang sama sekali berbeda dengan sikap guru-guru palsu itu?
14 Betapa berbeda guru-guru yang sesat dan mementingkan diri tersebut dengan para malaikat yang setia! Para malaikat ini mempunyai gairah untuk kebenaran. Tetapi mereka tidak memakai kata-kata yang kasar dan caci maki sekalipun mereka menghadapi para penentang. Misalnya, ”penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ’Kiranya Tuhan [Yehuwa, NW] menghardik engkau!’” (Yudas 9) Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa malaikat-malaikat yang setia lainnya tidak akan pernah menghujani seseorang dengan caci maki, melainkan akan mengemukakan fakta-faktanya dengan tenang, tetapi tegas. Mereka menaruh hormat yang patut terhadap Pencipta mereka, menyadari bahwa caci maki tidak selaras dengan kesucian atau kemurnianNya.
15. Selaras dengan nasehat Petrus, kita harus waspada terhadap orang-orang yang bagaimana?
15 Kita harus waspada terhadap orang-orang yang menghina orang lain habis-habisan dan kemudian mulai menonjolkan diri sendiri. Hendaknya kita jangan sekali-kali lupa, bahwa orang-orang seperti itu tidak akan luput dari penghukuman yang berat atas tindakan-tindakan mereka. Dengan demikian kita akan lebih berhati-hati bila mendengarkan orang-orang yang kelihatannya menaruh minat kepada orang lain tetapi yang sebenarnya hanya bermaksud mencari keuntungan pribadi. Rasul Petrus memberi komentar tentang akibat yang akan dialami oleh orang-orang yang mementingkan diri. Ia berkata:
”Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka.”—2 Petrus 2:12, 13a.
16. Bagaimana orang-orang yang bobrok sama seperti ”hewan yang tidak berakal”?
16 Orang-orang yang dikuasai oleh nafsu jahat bertindak seperti ”hewan yang tidak berakal”. Mengenai binatang-binatang, Yehuwa berkata: ”Segala [hewan, NW] yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu.” (Kejadian 9:3) Dengan menjadi seperti ”hewan yang tidak berakal”, orang-orang yang menghujat tidak dikendalikan oleh suara hati nurani yang baik dan dengan demikian tidak menghargai jalan, tindakan dan pekerjaan Allah. Karena tidak dapat membuat penilaian yang benar terhadap perkara-perkara rohani yang berharga, boleh jadi mereka menyebut bahwa hal-hal tersebut tidak berguna. Pendapat mereka yang salah akan membinasakan mereka. Sikap mereka yang berpegang pada pandangan-pandangan yang salah ini akan merugikan diri sendiri dan pasti mereka akan mengalami akibat buruk dari haluan yang jahat itu. Tentu kita ingin berpegang teguh pada harapan kita, dengan demikian terhindar dari kebinasaan yang akan menimpa mereka.
WASPADALAH TERHADAP ORANG-ORANG YANG MENCARI KESENANGAN YANG SERAKAH DAN KEUNTUNGAN PRIBADI
17. Menurut 2 Petrus 2:13b-15a, apakah beberapa tanda pengenal lain dari orang-orang yang bobrok?
17 Di antara sifat-sifat buruk lainnya, orang-orang yang tidak bersifat rohani mempunyai keinginan besar untuk bermalas-malasan dan bersenang-senang. Rasul Petrus menulis:
”Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka [dengan ajaran palsu mereka, NW] kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk! Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka.”—2 Petrus 2:13b-15a.
18. Bagaimana orang-orang yang tidak bersifat rohani sama seperti orang-orang Israel yang tidak setia yang dilukiskan dalam Yesaya 5:11, 12?
18 Pada siang hari, manakala mereka sebenarnya dapat melakukan banyak hal untuk membina orang-orang lain, orang-orang yang tidak bersifat rohani mungkin justru akan berpesta pora, makan minum dengan berlebihan. Mereka sangat serupa dengan beberapa orang Israel yang hidup hanya untuk bersenang-senang. Anggur mengalir tanpa batas di pesta-pesta mereka. Seraya hari makin malam, orang-orang yang berpesta pora itu menjadi makin gaduh dan ramai, ditambah dengan musik yang merangsang hawa nafsu. Nabi Yesaya menulis tentang orang-orang sedemikian:
”Celakalah mereka yang bangun pagi-pagi dan terus mencari minuman keras, dan duduk-duduk sampai malam hari, sedang badannya dihangatkan anggur! Kecapi dan gambus, rebana dan suling, serta anggur terdapat dalam perjamuan-perjamuan mereka, tetapi perbuatan TUHAN [Yehuwa, NW] tidak dipandangnya dan pekerjaan TUHAN tidak dilihatnya.” (Yesaya 5:11, 12)
Jadi para pencari kesenangan bertindak seolah-olah tidak ada kesaksian tentang pekerjaan mulia dari Pencipta. Mereka tidak mengendalikan diri, tidak mau memikul tanggung jawab mereka kepada Allah Yehuwa, dan karena itu tidak dapat mengharap untuk luput dari penghukumanNya.
19. Apa yang memperlihatkan bahwa beberapa orang yang bergabung dengan sidang adalah pencinta-pencinta kesenangan?
19 Kita tidak perlu heran jika hal-hal serupa terjadi di antara beberapa orang yang mengaku diri hamba Allah dewasa ini. Resepsi-resepsi perkawinan dan perayaan peringatan dapat berubah menjadi kesempatan untuk dansa-dansi liar dan merangsang dengan musik yang membangkitkan hawa nafsu. Para perayaan-perayaan semacam itu, minuman keras mengalir dengan bebasnya. Pesta yang ramai dan tidak terkendali seperti itu mungkin tidak akan berakhir sebelum lewat tengah malam atau sebelum dini hari. Di beberapa negeri, pada waktu bayi yang baru lahir diberi nama, rumah baru mulai dimasuki, pada waktu pemakaman serta pentahbisan rumah ibadat, acara mungkin berubah menjadi kesempatan untuk pertemuan tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya sama sekali. Karena bahkan tetangga-tetangga duniawi merasa terganggu, mereka pun meminta agar kegaduhan tersebut dihentikan. Di negeri-negeri tertentu orang-orang pada umumnya dikenal sebagai orang-orang yang mengendalikan diri. Tetapi di situ pun ada beberapa orang yang minum terlalu banyak di antara sesama teman karib sehingga kebenaran ”Injil” dicela. Tentu, orang-orang Kristen sejati harus waspada terhadap perbuatan-perbuatan ekstrim seperti itu.—1 Petrus 4:3.
20. (a) Orang-orang yang bertindak di luar batas menimbulkan pengaruh apa atas sidang? (b) Bagaimana kesempatan-kesempatan yang terhormat sekalipun diubah menjadi pesta mabuk-mabukan?
20 Sebagaimana dikatakan oleh Petrus, orang-orang yang bertindak seperti ini menjadi bagaikan kotoran dan noda pada sidang Kristen. Mereka mencemarkan nama baik hamba-hamba Allah yang sejati. Mereka menjadi seperti noda di atas pakaian yang bersih atau seperti cacat yang buruk pada wajah yang sebenarnya menarik. Karena niat beberapa orang tak lain dari pada untuk ’habis-habisan’ memuaskan hasrat akan kesenangan, mereka merusak kesempatan-kesempatan yang biasanya menyenangkan menjadi liar. Mereka mencoba mempengaruhi atau mengajar orang lain untuk ikut dalam dansa-dansi liar serta berlebih-lebihan meneguk minuman keras dengan mengatakan bahwa hal itu adalah ’hiburan yang normal’. Mungkin ada juga orang-orang yang ’matanya penuh nafsu zinah’ sebagaimana Petrus sebutkan. Pada pesta ramah tamah, mata kaum laki-laki mungkin mulai melihat dengan niat imoral ke arah wanita-wanita yang menarik yang hadir di situ. Keinginan-keinginan yang kotor mungkin menjadi begitu kuat sehingga bahkan mata orang-orang yang telah menikah pun ikut berdosa. (Bandingkan dengan Matius 5:28; Markus 9:47.) Kaum wanita yang tidak berpegang teguh pada prinsip-prinsip Kristen, ”orang-orang yang lemah”, mudah menjadi korban orang-orang yang jahat.—Bandingkan dengan 2 Timotius 3:6, 7.
21. Mengapa orang-orang yang ingin melibatkan orang-orang lain dalam kehidupan tanpa batas merupakan bahaya besar bagi sidang Kristen?
21 Orang-orang ini sungguh berbahaya, sebab mereka pandai memikat yang lemah. Rasul Petrus berkata bahwa ”hati mereka telah terlatih dalam keserakahan”. Tujuan hidup mereka kelihatannya hanya untuk memuaskan berbagai keinginan yang tamak, dan mereka menjadi pintar dalam mencapai maksud-maksud tersebut. Yudas, sang murid, juga menyebut tentang orang-orang seperti itu yang ”masuk menyelusup” dan menyalahgunakan kasih karunia Allah ”untuk melampiaskan hawa nafsu mereka”. Maka nyatalah bahwa mereka tidak setia kepada Pemilik kita satu-satunya, Yesus Kristus. Ia menjelaskan bahwa mereka sering ”menjilat orang untuk mendapat keuntungan”, dan bahwa orang-orang yang menyebabkan perpecahan adalah orang-orang yang ’seperti binatang, tidak memiliki kerohanian [NW]’. (Yudas 4, 16, 19) Apabila seseorang berhasil mendapatkan pengaruh atau kedudukan terkemuka dalam sidang dengan cara menjilat atau pura-pura bergairah, maka ia menjadi bahaya yang serius. Sudah sepatutnya orang semacam itu dikutuk oleh Allah dan layak dibinasakan, seperti yang dinyatakan oleh Petrus. Apa yang berlaku atas kaum pria yang mengikuti haluan yang memecah belah dan rusak ini juga berlaku atas kaum wanita yang melakukan hal-hal seperti itu.—Bandingkan dengan Wahyu 2:20-23.
22, 23. Bagaimana orang-orang yang merusak orang lain disamakan dengan Bileam?
22 Rasul Petrus juga mempersamakan orang-orang yang jahat dengan Bileam. Ia berkata:
”Mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu.” (2 Petrus 2:15b, 16)
Nabi ini tahu betul bahwa mengutuk bangsa Israel bertentangan dengan kehendak Yang Maha Berdaulat. Meskipun dalam sikap lahiriah Bileam menjaga agar ia tidak mengatakan lebih dari pada apa yang akan Yehuwa ijinkan, dalam hati ia memupuk keinginan untuk mengutuk bangsa Israel. Ia menginginkan upah yang ditawarkan oleh Balak, Raja bangsa Moab. Tetapi Allah Yang Mahakuasa menegur Bileam melalui keledai betinanya sendiri. Melalui suatu mujizat Yang Mahatinggi menyebabkan seekor binatang pengangkut beban yang tidak berakal mengucapkan kata-kata yang sangat jelas. (Bilangan 22:1-35) Ini bukan hal yang sulit bagi Pribadi yang bahkan dapat membuat batu berteriak. (Lukas 19:40) Karena Bileam sangat tamak untuk mendapatkan upah, sudah sepatutnya Allah Yehuwa menggunakan cara yang sangat luar biasa ini untuk menegurnya. Pada waktu mencoba untuk melawan kehendak Allah berkenaan bangsa Israel, Bileam bertindak seperti orang yang kehilangan akal sehat. Untuk sementara waktu, hardikan binatang peliharaan Bileam berhasil mencegahnya supaya tidak mengikuti haluan itu, karena kelihatannya ia sama sekali tidak mungkin berhasil mengutuk bangsa Israel.—Bilangan 23:1–24:9.
23 Meskipun demikian Bileam masih sangat menginginkan upah tersebut. Akhirnya ia muncul membawa suatu rencana yang pasti akan membuat bangsa Israel dikutuk Allah. Ia memberi petunjuk kepada Balak bagaimana ia dapat memakai para wanita Moab dan Midian untuk memikat orang-orang pria Israel agar mereka melakukan penyembahan berhala dan perzinahan. (Bilangan 31:16; Wahyu 2:14) Rencana itu berhasil dan mengakibatkan kematian 24.000 orang Israel.—Bilangan 25:1-9.
24. Apakah yang diperlihatkan oleh contoh Bileam mengenai orang-orang yang mementingkan diri?
24 Kasus Bileam dengan sangat jelas melukiskan haluan dari orang-orang yang meninggalkan kebenaran demi memperoleh keuntungan pribadi! Bahkan mujizat sekalipun tidak akan menghentikan usaha mereka dalam memuaskan ketamakan mereka. Karena itu, hendaknya kita menghindari pergaulan yang erat dengan siapapun juga, yang sikap, kata-kata dan tingkah lakunya sangat mengganggu hati nurani kita. Orang-orang yang mementingkan diri sama sekali tidak ragu-ragu untuk merugikan orang lain demi mencapai tujuan.
25. Apa yang ditekankan oleh kata-kata dalam 2 Petrus 2:17?
25 Dalam penjelasan lebih lanjut tentang orang-orang jahat seperti itu, Petrus menyatakan: ”Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat.” (2 Petrus 2:17) Tidak ada manfaatnya untuk bergaul erat dengan orang-orang yang cemar. Mereka bagaikan sumur atau mata air yang dihampiri oleh seorang pelancong yang lelah dengan harapan mendapat air yang menyegarkan, tapi ternyata mengecewakan karena sumber airnya telah mengering. Mereka juga bagaikan awan yang tipis, bagaikan kabut. Seseorang mengharapkannya akan mendatangkan hujan yang perlu untuk menumbuhkan tanaman, ternyata cepat dihalau oleh angin kencang. Guru-guru ajaran palsu sama sekali bukan sumber penerangan. Mereka sendiri menuju ”kegelapan yang paling dahsyat”, suatu kegelapan total yang melambangkan penghukuman mati yang menanti.
HATI-HATILAH TERHADAP ”KATA-KATA YANG CONGKAK”
26. Bagaimana rasul Petrus melukiskan cara orang-orang jahat mencapai maksud mereka?
26 Karena penampilan mereka menyesatkan, kita harus waspada terhadap unsur-unsur yang berbahaya dalam sidang. Terutama orang-orang yang belum kuat dasarnya dalam kebenaran dan kehidupan Kristen harus berhati-hati. Cara-cara yang dipakai oleh orang-orang yang mementingkan diri mungkin sangat mengesankan. Tetapi celakalah orang-orang yang diperdayakan oleh bujukan mereka yang hebat! Rasul Petrus mengatakan:
”Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.”—2 Petrus 2:18, 19.
27. Apakah ciri khas dari percakapan dan sikap orang-orang yang menyebarkan pengaruh yang merusak?
27 Orang-orang yang membujuk orang lain untuk menerima hal-hal yang salah atau mengikuti haluan yang bertentangan dengan suara hati nurani yang bersih sering kali berbicara dengan sangat meyakinkan. Mereka menganggap diri dan kata-kata mereka sangat hebat, serta memberi bobot pada ucapan-ucapan mereka. (Bandingkan dengan 2 Korintus 10:10, 12; 11:3-6, 12, 13.) Sebaliknya dari pada memberikan alasan-alasan yang masuk akal dari Alkitab dengan semangat rendah hati, mereka mungkin mengejek dan berbicara dengan cara yang tegas dan angkuh, menyembunyikan kelemahan argumen-argumen mereka dengan gertakan. (Bandingkan dengan 2 Korintus 4:2.) Bila diuji dengan terang Alkitab, kata-kata yang mengesankan tersebut terbukti kosong atau tidak bermanfaat bagi siapapun.
28. Siapakah yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh unsur-unsur yang merusak dalam sidang?
28 Sayang sekali, orang-orang yang tidak mempunyai dasar yang kuat dalam Firman Allah mungkin tidak menyadari bahayanya. ’Pancaindera mereka tidak terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang salah.’ (Ibrani 5:14) Karena orang-orang yang lemah ini mungkin belum lama berhenti melakukan perbuatan-perbuatan yang menghujat Allah yang dilakukan di dunia, kebiasaan-kebiasaan semacam itu mungkin masih mempunyai daya tarik bagi mereka.
29. Bagaimanakah pandangan Alkitab mengenai hiburan atau rekreasi, dan bilamanakah kita perlu waspada?
29 Jelaslah, perlu keseimbangan dalam soal-soal hiburan dan rekreasi. Alkitab tidak menuntut hamba-hamba Allah untuk hidup bertapa. Juga Alkitab tidak mengatakan bahwa penyangkalan diri itu pasti mengandung kebajikan, tetapi hanya akan bermanfaat jika dilakukan dengan tujuan yang baik. (Bandingkan dengan Pengkhotbah 2:24; 3:1, 4, 13; 8:15; 1 Korintus 13:3; Kolose 2:20-23.) Namun hal ini bukan menjadi dalih bagi seseorang untuk melewati batas, sehingga membiarkan tubuh yang berdosa mengendalikan dirinya dan menggunakan kebebasan Kristen untuk melindungi kejahatan. (Galatia 5:13, 14; 1 Petrus 2:16) Haluan semacam itu tidak mungkin selaras dengan kasih akan Allah dan kasih akan sesama seperti terhadap diri sendiri, yaitu ”hukum kerajaan” yang harus kita taati. (Yakobus 2:8, 12, Bode) Mereka yang membantah dan mengejek orang-orang yang tidak menyetujui perbuatan-perbuatan yang melampaui batas, sebenarnya masih menjadi budak dari kecenderungan yang mementingkan diri.
30. Apa yang pada akhirnya dapat terjadi karena pengaruh yang merusak dalam sidang?
30 Jadi kita perlu tetap waspada dan menghindari dua hal yang ekstrim itu. Pasti berbahaya jika kita tertarik untuk mengejar kesenangan-kesenangan tanpa mempedulikan akibat-akibatnya. Sedikit demi sedikit seseorang dapat ditarik seperti oleh pusaran air untuk ikut dalam pesta-pesta yang, setelah beberapa waktu kemudian, merosot mutunya. Makin lama ia makin tenggelam dalam dansa-dansi atau penggunaan minuman keras yang berlebih-lebihan, atau menonton hiburan yang mendewa-dewakan imoralitas seksuil dan perbuatan sadis. Tidak sesuai dengan akal seat bila kita mengatakan bahwa pengaruh-pengaruh yang tidak sehat ini tidak berbahaya. Hal-hal itu tak dapat tidak, akan melemahkan hati nurani Kristen, merusak moral seseorang. Orang-orang yang tidak mau menyadari hal itu sering kali menjadi korban pemabukan dan perbuatan seks yang tidak senonoh.—Amsal 13:20.
31, 32. Apa yang akan terus dilakukan oleh beberapa anggota sidang sampai ”hari penghakiman” dan dengan akibat apa?
31 Sesungguhnya, rasul Petrus dengan saksama melukiskan apa yang akan terus terjadi di antara hamba-hamba Allah sampai ’pada hari penghakiman [manakala orang-orang jahat] akan dikerat’. (2 Petrus 2:9) Selalu akan ada orang-orang yang mencoba untuk memperluas batas-batas kebebasan Kristen jauh melampaui apa yang wajar supaya mereka dapat memuaskan hawa nafsu. Mereka tidak ingin mengikuti perintah Alkitab: ”Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan.” (Kolose 3:5) Sebaliknya mereka memilih hiburan-hiburan yang justru merangsang keinginan yang salah. Di hadapan orang-orang lain mereka mungkin menyatakan: ’Jika hati nurani kami mengijinkan, hal itu tidak salah.’ Namun mereka tidak sadar bahwa hati nurani yang tercemar bukanlah pembimbing yang aman. Orang-orang ini menyerah kepada keinginan yang salah dan karena itu, diperbudak olehnya. ”Kemerdekaan” yang mereka janjikan kepada orang-orang lain ternyata menyesatkan.
32 Orang-orang yang kembali lagi kepada kehidupan yang penuh dosa benar-benar akan mengalami malapetaka. Rasul Petrus menulis:
”Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ’Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”—2 Petrus 2:20-22.
33. (a) Perubahan-perubahan apa yang mungkin dibuat oleh seseorang pada waktu ia mendapat pengetahuan tentang kebenaran? (b) Mengapa suatu hal yang serius jika seseorang kembali ke jalan-jalan dunia?
33 Mengapa rasul Petrus dapat mengatakan hal ini? Pada waktu seseorang mendapat pengetahuan yang saksama tentang Tuhan Yesus Kristus, ia mulai menyadari perlunya membuat perubahan. Mungkin ia telah meninggalkan kebiasaan minum berlebihan, kehidupan yang imoral, perjudian dan kejahatan lainnya. Dengan membersihkan diri agar supaya selaras dengan apa yang diharapkan dari seorang murid Yesus Kristus, orang tersebut melarikan diri dari ”kecemaran-kecemaran dunia”, dari perbuatan-perbuatan yang ia ketahui tidak diperkenan ilahi. Namun, ia melibatkan diri lagi dalam kebiasaan-kebiasaan yang mencela Allah. Berarti dengan sengaja ia mengesampingkan kebenaran yang ia telah ketahui. Pengetahuan tentang Yesus Kristus dan hati nuraninya yang terlatih oleh Alkitab mula-mula mengekang dia untuk tidak berbuat salah. Setelah membebaskan diri dari ’kekang’ yang bermanfaat itu, kemungkinan besar ia menjadi lebih jahat dari pada sebelum ia menjadi murid Kristus. Perbuatannya mungkin lebih buruk dari pada perbuatan orang-orang yang tidak mengenal jalan kebenaran. Apa sebabnya? Karena hati nuraninya telah dicemarkan, atau bahkan hangus—seperti jaringan yang telah mati. (Bandingkan dengan 1 Timotius 4:2.) Andaikata ia belum pernah mengenal jalan kebenaran, tingkah lakunya yang buruk tidak akan begitu mencemarkan nama Kristus, dosanya tidak akan sedemikian serius, dan penghukuman ilahi terhadapnya tidak perlu sedemikian beratnya.—Bandingkan dengan Lukas 12:45-48; 1 Timotius 1:13, 15, 16.
34, 35. (a) Apa yang dapat kita pelajari dari peribahasa mengenai anjing dan babi yang kotor? (b) Peribahasa ini seharusnya mengingatkan kita akan hal apa?
34 Mengingat peribahasa yang dikutip oleh Petrus, orang-orang yang menempuh kehidupan yang penuh dosa jelas tidak memanfaatkan kesempatan untuk membuat kemajuan dalam kehidupan Kristen. (2 Petrus 1:2-11) Beberapa orang mungkin hanya secara lahiriah meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk, namun tidak pernah membenci hal-hal tersebut. Mungkin mereka tidak sungguh-sungguh meninggalkan ”muntahnya”, kotoran dunia ini. Bagi mereka, masih ada sesuatu yang menarik di dalamnya, dan karena itu mereka dapat dibujuk untuk kembali melakukannya. Mungkin mereka mempunyai keinginan dalam hati untuk berkubang dalam lumpur kemerosotan moral dunia. Yang lain-lain lagi mungkin tidak meningkatkan penghargaan akan nilai sebagai seorang murid Kristus, dan akhirnya apa yang ditawarkan oleh dunia lebih menarik bagi mereka. Betapa menyedihkan kejatuhan orang-orang yang terpancing untuk kembali ke suatu keadaan yang pernah menjijikkan bagi mereka!
35 Peribahasa yang terilham itu mungkin contoh yang memperingatkan bagi semua orang yang mengaku diri Kristen. Jika kita tidak memupuk kebersihan moral dan rohani dalam hati dan tidak benar-benar jijik akan kekotoran dunia ini, kita terancam bahaya besar yaitu kehancuran rohani. Orang-orang Kristen hendaknya jangan mengurangi sedikitpun kewaspadaan dalam menolak daya tarik dunia yang jahat ini. Kita harus mematikan keinginan-keinginan yang salah, jangan membiarkannya menguasai diri kita, atau membangkitkannya dengan mulai merindukan apa yang ditawarkan oleh dunia.—1 Korintus 10:12; Kolose 3:5.
TETAPLAH WASPADA!
36. Di samping tetap bersih secara moral dan rohani, apa yang perlu kita lakukan untuk menyenangkan Majikan kita?
36 Di samping tetap bersih secara moral dan rohani, kita juga perlu giat melayani Majikan kita. Ini kita lakukan dengan membantu orang-orang lain secara rohani maupun materi. Segenap haluan hidup kita harus mencerminkan kewaspadaan dan kegiatan rohani. Rasul Petrus menekankan pentingnya hal ini dengan menyatakan:
”Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: ’Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”—2 Petrus 3:1-4.
37. (a) Mengapa ’daya pengertian kita yang murni’ perlu ’dihidupkan’? (b) Kejadian penting manakah ditunjukkan oleh nabi-nabi itu?
37 Dewasa ini pasti kita mendapat faedah karena ’dihidupkannya daya pengertian kita yang murni’ sehingga kita dapat membuat penilaian yang benar tentang apa yang perlu untuk mendapat perkenan ilahi. (Bandingkan dengan 2 Petrus 1:12-15.) ”Nabi-nabi kudus” sejak jaman Henokh dahulu, memperingatkan tentang adanya hari pembalasan. Dalam Yudas 14, 15, kita membaca: ”Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: ’Sesungguhnya Tuhan [Yehuwa, NW] datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan.’” Berabad-abad kemudian, nabi-nabi Ibrani seperti Yesaya, Daniel, Yoel, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi digerakkan untuk mengucapkan nubuat yang serupa.—Yesaya 66:15, 16; Daniel 7:9-22; Yoel 3:9-17; Habakuk 3:16-18; Zefanya 1:14-18; Hagai 2:21, 22; Zakharia 14:6-9; Maleakhi 4:1-6.
38. Mengapa kita harus berusaha untuk selalu siap siaga?
38 Hukum ilahi yang dinubuatkan oleh semua nabi itu maupun oleh yang lain-lainnya pasti digenapi. Karena itu kita perlu terus berjuang agar siap siaga dan tidak membahayakan kedudukan kita yang bersih di hadapan Yang Mahatinggi.
39. Berita apa yang disampaikan melalui perintah Yesus Kristus?
39 Berita yang disampaikan oleh para nabi kepada kita tidak berbeda dengan perintah Pemimpin kita Yesus Kristus, yang diulangi oleh rasul-rasul, termasuk Paulus. Sebagai murid-murid dari Putra Allah kita harus giat dalam dinasnya, tetap bersih secara moral dan rohani, dan selalu siap menerima Majikan kita bila ia datang untuk melaksanakan penghukuman terhadap orang-orang jahat. Putra Allah menyatakan:
”Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”—Lukas 21:34-36.
40. Untuk mencegah agar kita tidak tertidur secara rohani, apa yang harus kita lakukan?
40 Ya, kita harus waspada agar tidak tertidur secara rohani. Untuk itu perlu dihindari keinginan yang tak terkendali akan makanan, minuman dan kesenangan-kesenangan. Hal yang berlebih-lebihan ini menumpulkan kesadaran mental dan rohani kita dan membebani hati dengan perasaan bersalah. Motif-motif hati yang baik didesaknya ke luar. Demikian pula, jika kita terlalu kuatir dalam mencair nafkah, dari hati kita bisa lenyap perasaan tenang dan yakin bahwa Allah Yehuwa akan memberikan segala sesuatu yang benar-benar kita butuhkan. (Matius 6:25-34) Bila motif-motif utama dari seseorang bukan lagi keinginan untuk diperkenan oleh Yesus Kristus pada saat ia menghakiminya, orang tersebut berada dalam bahaya rohani yang serius. Mungkin ia akan didapati dalam keadaan tidak diperkenan oleh Majikan itu, Yesus Kristus.
41. Jika seseorang beriman bahwa Kristus pasti datang dalam kemuliaan, mengapa orang tersebut akan selalu loyal kepadanya?
41 Seperti Petrus, rasul-rasul yang setia lainnya mengajar rekan-rekan seiman agar tetap mengingat bahwa kedatangan Kristus untuk melaksanakan penghukuman dan memberi upah kepada murid-muridnya yang loyal pasti akan terjadi. Tujuan utama dari ajaran ini adalah untuk membantu orang-orang Kristen agar diperkenan pada waktu kedatangan Putra ”dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”. (Matius 24:30) Seperti yang Yesus lakukan, rasul-rasul terus menekankan pentingnya untuk membuktikan diri setia sampai akhir. Akhir itu bisa tiba baik pada saat kematian mereka tau pada waktu ”kehadiran hari Yehuwa”. (2 Petrus 3:12, NW) Dalam Alkitab kebangkitan dari sesama waris Kristus dihubungkan dengan kembalinya dia. Karena itu harapan semua murid yang sejati berhubungan erat dengan kedatangan Putra Allah sebagai Raja surgawi yang mulia. (Matius 10:28; 24:13, 36-44; 1 Tesalonika 1:9, 10; 4:14-17) Jadi, sepanjang sejarah sidang Kristen, iman yang tak tergoyahkan akan kedatangan Majikan itu ”dengan segala kuasa dan kemuliaanNya” telah membantu dalam usaha untuk membuktikan diri loyal kepadanya.
JANGANLAH DIPERDAYAKAN OLEH PARA PENGEJEK
42. (a) Mengapa suara para pengejek dapat kita dengar dewasa ini? (b) Alasan apa yang mereka kemukakan?
42 Antara lain karena sangat ingin hidup dan melihat sendiri manakala Yesus Kristus menyatakan dirinya dalam kemuliaan, sepanjang abad orang-orang beriman yang mulai mengharapkan suatu masa atau tahun tertentu sebagai akhir sistem masyarakat yang jahat ini. Hal itu terjadi sampai ”hari-hari zaman akhir” ini. Karena beberapa hal yang mereka harapkan tidak menjadi kenyataan, banyak orang tersandung dan kembali kepada jalan-jalan dunia ini. Sebagai penggenapan dari kata-kata Petrus, dewasa ini pun kita mendengar suara para pengejek. (2 Petrus 3:3, 4) Seolah-olah mereka berkata: ’Apa alasannya bahwa Putra Allah akan menghukum orang-orang jahat dan memberi upah kepada murid-muridnya? Belum ada sama sekali yang berubah sejak masa penciptaan. Proses kehidupan masih terus berlangsung seperti semula dan tidak ada tanda-tandanya akan berakhir dalam suatu malapetaka di masa depan yang dekat. Orang pria kawin dan wanita dikawinkan, bayi lahir, dan manusia tetap menjadi tua dan mati.’ Jadi mereka secara tidak langsung menyatakan bahwa Yesus Kristus tidak akan pernah datang untuk melaksanakan penghukuman, atau bahwa peristiwa ini masih sangat jauh di masa depan sehingga tidak perlu dikuatirkan sekarang.
43. Apa yang menunjukkan bahwa murid-murid Kristus selalu harus rajin melaksanakan tanggung jawab?
43 Pengejek-pengejek itu telah lupa sama sekali bahwa baik kematian atau ”kedatangan hari Yehuwa” pasti akan menimpa mereka. Yang manapun mereka alami dari kedua hal tersebut, tidak akan ada lagi kesempatan bagi mereka untuk menyimpan harta di surga berupa pekerjaan baik. (Lukas 12:15-21, 31, 33-40) Jadi, bagi murid-murid Yesus Kristus tidak pernah ada suatu masa dalam sejarah manakala mereka dapat melalaikan kewajiban. Risiko kelalaian di jaman kita ini pasti lebih besar.
44. Tanggung jawab penting apakah yang harus kita laksanakan?
44 Maka, tanggung jawab apa yang harus kita laksanakan dewasa ini? Antara lain, kita harus mentaati perintah untuk ’menjadikan orang-orang dari segala bangsa muridKu serta membaptiskan mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan mengajar mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.’ (Matius 28:19, 20) Ya, pada bagian penutup dari sistem masyarakat ini, kita mendapat kehormatan untuk ikut mengabarkan ”Injil Kerajaan” seluas dunia. (Matius 24:14) Yang terutama sangat penting pada saat ini adalah kewajiban untuk memperlihatkan kasih kepada semua saudara kita, tidak menahani bantuan yang mereka butuhkan, memperlihatkan tenggang rasa dan menganjurkan mereka. (Bandingkan dengan Matius 25:35-40; Ibrani 13:1-3; 1 Yohanes 3:16-18.) Selanjutnya, kita perlu terus berusaha keras agar selalu bersih dari perbuatan-perbuatan daging yang akan merendahkan kita.—Matius 7:21-23; Galatia 5:19-21.
YEHUWA MEMBUKTIKAN KEKELIRUAN PARA PENGEJEK
45, 46. Bukti apakah yang Yehuwa sediakan untuk menunjukkan kekeliruan para pengejek?
45 Seraya terus menempuh kehidupan yang selaras dengan kedudukan kita sebagai murid-murid Yesus Kristus, kita perlu selalu mengingat bahwa lama berselang Allah Yehuwa memberikan bukti yang tak dapat disangkal mengenai kekeliruan para pengejek. Untuk menarik perhatian kepada fakta ini, rasul Petrus menulis:
”Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah.”—2 Petrus 3:5, 6.
46 Karena Allah Yehuwa pernah membinasakan dunia orang jahat, jelaslah bahwa para pengejek telah keliru. Mereka menarik kesimpulan bahwa tidak akan ada suatu perubahan drastis dalam hal ihwal hidup manusia dan bahwa segala sesuatu akan tetap ”seperti semula, pada waktu dunia diciptakan”. Kita memiliki janji yang Allah ucapkan sendiri bahwa, melalui PutraNya, Ia akan bertindak terhadap orang-orang jahat. Ucapan tersebut begitu berkuasa sehingga tidak mungkin tidak akan dipenuhi.
47. Bagaimana uraian tentang penciptaan menyingkapkan kuasa dari ”firman” Allah?
47 Uraian Alkitab mengenai pekerjaan penciptaan yang Yehuwa lakukan menyingkapkan kuasa dari ”firman”-Nya. Dari Kejadian pasal 1 kita tahu bahwa, pada saat Yang Mahatinggi mengucapkan firman atau memberi perintah, maksud tujuanNya dapat dikatakan sudah terlaksana. (Bandingkan dengan Mazmur 148:1-6.) Mengenai hair kedua, kita diberitahu: ”Berfirmanlah Allah: ’Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.’ Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.” (Kejadian 1:6, 7) Kemudian, pada hari ketiga, ”berfirmanlah Allah: ’Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.’ Dan jadilah demikian.”—Kejadian 1:9.
48. Bagaimana bumi ini ’berasal dari air’ dan ”di tengah-tengah air”?
48 Apa yang dikatakan dalam uraian tentang Kejadian selaras sepenuhnya dengan penjelasan yang diberikan oleh rasul Petrus. Karena tanah kering muncul di atas permukaan air yang menutupi bumi, ’bumi berasal dari air’. Namun dengan adanya air yang mengelilingi bumi di atas cakrawala (yang berisi gas-gas yang perlu untuk menunjang kehidupan), bumi juga ada ”di tengah-tengah air”. (Bandingkan dengan Amsal 8:24-29.) Hal ini terjadi dengan teratur karena kuasa ”firman Allah”.
49. (a) Bagaimanakah ”dengan jalan itu dunia, yang ada pada masa itu, sudah binasa”? (b) Kejadian manakah di masa depan yang dipastikan oleh ”firman” Allah yang berkuasa?
49 Air yang terbentang jauh di atas permukaan bumi dan air dari bumi memungkinkan terjadinya banjir sedunia dan memang itulah yang digunakan oleh Yang Mahatinggi untuk membinasakan suatu dunia yang jahat. Jadi, Air Bah itu menjadi contoh peringatan untuk semua orang yang mengejek kepastian campur tangan ilahi dalam kehidupan manusia selama masa kedatangan Kristus. Firman yang berkuasa mendatangkan banjir sedunia dulu adalah firman yang sama sekarang. Rasul Petrus melanjutkan: ”Tetapi segala langit yang ada ini serta bumi ini ditaruhkan untuk api oleh firman itu juga, tersedia sehingga hari hukuman dan kebinasaan segala orang fasik.”—2 Petrus 3:7, Bode.
50. (a) Mengenai kebinasaan sistem masyarakat yang sudah tua sekarang ini, sudut pandangan apa yang dianut oleh beberapa orang yang bergabung dengan sidang Kristen? (b) Bagaimana sikap ini dinyatakan?
50 Terutama karena berabad-abad telah lewat sejak rasul Petrus menulis kata-kata tersebut dan karena hal-hal tertentu dinanti-nantikan belum digenapi, beberapa orang yang bergabung dengan sidang Kristen telah menjadi ragu-ragu apakah kebinasaan seperti itu akan betul-betul datang. Mungkin mereka tidak terang-terangan ikut dengan para pengejek. Namun mereka tidak lagi menganggap ”hari hukuman” sebagai suatu kejadian yang harus mereka perhatikan. Mereka mulai lalai untuk hidup sesuai dengan tanggung jawab Kristen dan menyerah kepada perasaan mengantuk secara rohani. Mereka berjuang untuk mendapatkan sebanyak mungkin kesenangan dan harta benda dari sistem masyarakat yang ada sekarang.
MENGHARGAI KESABARAN YEHUWA
51. Mengapa kita hendaknya jangan berpikir bahwa kedatangan Kristus sebagai pelaksana hukuman sudah terlalu lama ditunggu?
51 Dari sudut pandangan manusia, kedatangan Kristus sebagai pelaksana pembalasan ilahi mungkin kelihatannya sudah terlalu lama ditunggu. Namun tidak demikian halnya dalam pandangan Allah Yehuwa. Maka, agar kita tidak tertidur secara rohani, kita perlu memandang segala sesuatu dari sudut pandangan Yang Mahatinggi. Ucapan rasul Petrus dapat membantu kita untuk melakukan hal itu. Kita membaca:
”Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan [Yehuwa, NW] satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri.”—2 Petrus 3:8-10.
52, 53. Bagaimana seribu tahun seperti satu hari bagi Yehuwa, dan satu hari seperti seribu tahun?
52 Yehuwa pun seperti halnya dengan manusia, tidak bersikap acuh tak acuh terhadap waktu. (Kejadian 1:14, 15) Ia membuat manusia selalu waspada dengan waktu. Dalam Alkitab, Allah telah menandai jangka-jangka waktu tertentu, yang diukur dengan tahun-tahun menurut perhitungan waktu manusia. (Kejadian 15:13-16; Keluaran 12:40, 41; Galatia 3:17; Bilangan 14:33, 34; 32:13; Ulangan 2:7; Yosua 5:6; Kisah 13:20) Karena Ia adalah Allah tanpa awal maupun akhir, dari kekal sampai kekal, kehidupanNya sendiri tidak dapat diukur dengan waktu. (Mazmur 90:2, 4) Jadi, bila dibandingkan, seribu tahun bagi manusia atau suatu masa yang lebih dari 365.000 hari, adalah seperti satu hari 24 jam saja bagi Allah yang kekal.
53 Ketika Petrus yang terilham mengatakan juga bahwa ”di hadapan Tuhan [Yehuwa, NW] satu hari sama seperti seribu tahun”, ia tidak memaksudkan bahwa bagi Yehuwa rasanya waktu berjalan sangat lambat berkenaan hal ihwal kehidupan manusia dan bumi. Sebaliknya, dalam satu hari yang lamanya 24 jam Allah dapat menyelesaikan apa yang baru bisa dicapai oleh manusia dalma waktu seribu tahun. Tetapi meskipun Yang Mahatinggi dapat mempercepat segala sesuatunya, Ia tidak pernah terdesak oleh waktu. Namun, jika Ia ingin menunggu seribu tahun sebelum mengambil tindakan tertentu, secara relatif Ia menunggu hanya satu ”hari”.
54. (a) Mengapa hendaknya kita jangan berpikir bahwa Allah Yehuwa lambat? (b) Bagaimana kita mendapat manfaat dari kesabaran Yehuwa?
54 Memang berabad-abad telah berlalu sejak rasul Petrus menulis suratnya yang kedua. Tetapi, dari pada memandangnya sebagai kelambatan di pihak Allah, kita hendaknya memandang masa ini sebagai bukti yang hebat dari kesabaran ilahi. Tak disangkal lagi bahwa Bapa surgawi kita ingin agar di mana-mana orang-orang bertobat dan hidup. Seperti yang dikatakan oleh Petrus, kesabaran Allah menguntungkan orang-orang Kristen. Tadinya mereka juga pernah menjadi orang-orang yang tidak percaya dan perlu bertobat untuk mendapat kedudukan yang diperkenan oleh Yang Mahatinggi. Namun, andai kata penghukuman ilahi telah dilaksanakan atas dunia yang jahat, orang-orang yang belum bertobat sudah binasa. Jadi kesabaran Yehuwa telah memungkinkan keselamatan bagi orang-orang Kristen. Demikian pula sekarang masih dibuka kesempatan bagi orang-orang lain lagi untuk bertobat dan hidup. Meskipun demikian, kesabaran ilahi ada batasnya. Secara tidak terduga, seperti kedatangan pencuri, Tuhan Yesus Kristus akan dinyatakan ”di dalam api yang bernyala-nyala” pada waktu ia memulai pekerjaannya untuk menghukum orang-orang yang jahat.—2 Tesalonika 1:7-9.
55. Apa yang harus kita lakukan mengingat bahwa Kristus pasti datang untuk melaksanakan penghakiman, dan hal ini dapat berarti apa bagi kita?
55 Karena saat Yesus Kristus dinyatakan dapat terjadi setiap waktu, kita perlu memikirkan dengan serius kedudukan kita di hadapan Allah dan Kristus. Kita tidak mempunyai waktu yang tak kunjung berakhir untuk membuat catatan perbuatan baik yang akan menghasilkan perkenan Mereka. Alkitab dengan jelas memperlihatkan bahwa harinya bagi Majikan kita untuk menghukum akan menimpa orang-orang yang tidak berjaga-jaga. Jika kita melalaikan tanggung jawab sebagai orang Kristen, maka seperti pencuri, peristiwa itu dapat menjerat kita dalam keadaan tidak siap. Karena itu kita harus berusaha hidup setiap hari seolah-olah setiap hari itu yang terakhir bagi kita, dengan tidak membiarkan keinginan atau kesenangan pribadi menghalangi kita untuk melayani Allah Yehuwa dan Pemimpin kita Yesus Kristus dengan setia. Dengan demikian kita tidak akan pernah menyesali cara kita menggunakan waktu, tenaga dan harta benda. Pada waktu Yesus Kristus dinyatakan kelak, kita akan dinyatakan bukan sebagai hamba-hamba yang tidak loyal yang layak mendapat hukuman. Tetapi sebaliknya, peristiwa tersebut akan memulai suatu masa yang penuh berkat yang tak terhingga bagi kita, sebagai bagian dari ”langit yang baru” atau ”bumi yang baru” ciptaan Allah. Tentu, ini adalah harapan yang gemilang yang layak dilindungi.—2 Petrus 3:13.