-
KehidupanBertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
-
-
Kehidupan dalam arti sepenuhnya, seperti berlaku untuk orang yang cerdas, adalah kehidupan yang sempurna dengan hak untuk hal itu. Jiwa manusia dapat mati (berkematian). Namun, hamba-hamba Allah yang setia mempunyai harapan untuk hidup kekal dalam kesempurnaan—di atas bumi bagi banyak orang, di surga untuk suatu ”kawanan kecil” sebagai ahli-ahli waris Kerajaan Allah. Pada waktu dibangkitkan kepada kehidupan roh, para anggota golongan Kerajaan itu juga dikaruniai peri tidak berkematian, suatu sifat kehidupan yang tidak perlu ditunjang oleh apa pun yang diciptakan.
Apa tujuan kehidupan manusia?
Yang penting agar ada tujuan dalam kehidupan kita ialah mengakui Sumber kehidupan. Seandainya kehidupan adalah hasil suatu kebetulan saja, tanpa dirancang, kehidupan kita pastilah tidak mempunyai tujuan, dan tidak akan ada masa depan yang dapat diandalkan yang dapat kita rencanakan. Namun, Kisah 17:24, 25, 28 memberi tahu kita, ”Allah yang menjadikan dunia dan segala sesuatu di dalamnya, . . . memberikan kehidupan dan napas dan segala sesuatu kepada semua orang. Sebab oleh dialah kita mempunyai kehidupan, kita bergerak, dan kita ada.” Penyingkapan 4:11, yang ditujukan kepada Allah, menambahkan, ”Yehuwa, ya, Allah kami, engkau layak menerima kemuliaan, kehormatan, dan kuasa, karena engkau menciptakan segala sesuatu, dan oleh karena kehendakmu semua itu ada dan diciptakan.” (Lihat juga halaman 51-57, di bawah judul utama ”Allah”.)
Frustrasi diakibatkan oleh suatu haluan hidup yang bertentangan dengan tuntutan-tuntutan sang Pencipta dan petunjuk-petunjuk-Nya untuk kebahagiaan. Galatia 6:7, 8 memperingatkan, ”Jangan disesatkan: Allah tidak dapat dicemoohkan. Sebab apa pun yang ditabur orang, ini juga yang akan dituainya; sebab ia yang menabur demi kepentingan dagingnya akan menuai kefanaan dari dagingnya.”—Juga Galatia 5:19-21. (Lihat juga judul utama ”Kebebasan”.)
Warisan dosa dari Adam menghalangi manusia untuk menikmati kehidupan sepenuhnya dewasa ini seperti yang dimaksudkan oleh Allah pada mulanya. Roma 8:20 menyatakan bahwa, sebagai akibat penghukuman ilahi karena dosa Adam, ”ciptaan [umat manusia] telah ditundukkan kepada kesia-siaan”. Berkenaan dengan keadaannya sendiri sebagai manusia yang berdosa, rasul Paulus menulis, ”Aku bersifat daging, dijual di bawah dosa. Sebab yang baik yang aku inginkan, tidak aku lakukan, tetapi yang buruk yang tidak aku inginkan, itulah yang aku praktekkan. Aku, yaitu manusia batiniahku, benar-benar menyukai hukum Allah, tetapi aku melihat dalam anggota-anggota tubuhku suatu hukum lain yang berperang melawan hukum pikiranku dan menjadikan aku tawanan hukum dosa yang terdapat dalam anggota-anggota tubuhku. Aku ini manusia sengsara!”—Rm. 7:14, 19, 22-24.
Kita mendapat kebahagiaan yang paling besar sekarang dan kehidupan yang penuh arti jika kita menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dan mendahulukan kehendak Allah. Kita tidak memperkaya Allah dengan melayani Dia; Dia mengajar kita ’agar kita mendapat manfaat’. (Yes. 48:17) Alkitab menasihati, ”Jadilah kokoh, tidak tergoyahkan, selalu mempunyai banyak hal untuk dilakukan dalam pekerjaan Tuan, karena mengetahui bahwa kerja kerasmu tidak sia-sia sehubungan dengan Tuan.”—1 Kor. 15:58.
Alkitab menaruh di hadapan kita harapan untuk hidup kekal dalam keadaan sempurna jika kita beriman akan persediaan Yehuwa untuk kehidupan dan berpaut pada jalan-jalan-Nya. Harapan itu mempunyai dasar yang kuat; hal itu tidak akan mengecewakan; kegiatan yang selaras dengan harapan itu akan mengisi kehidupan kita dengan makna yang sejati bahkan sekarang.—Yoh. 3:16; Tit. 1:2; 1 Ptr. 2:6.
Apakah manusia diciptakan hanya untuk hidup beberapa tahun saja dan kemudian mati?
Kej. 2:15-17: ”Allah Yehuwa membawa manusia itu [Adam] dan menempatkan dia di taman Eden untuk menggarap dan mengurusnya. Allah Yehuwa juga memberikan perintah ini kepada manusia itu, ’Setiap pohon di taman ini boleh kaumakan buahnya sampai puas. Tetapi mengenai pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, engkau tidak boleh memakan buahnya, karena pada hari engkau memakannya, engkau pasti akan mati.’” (Allah di sini berbicara tentang kematian, bukan sebagai suatu keadaan yang tidak dapat dihindari, tetapi sebagai akibat dari dosa. Ia mendesak Adam untuk menghindarinya. Bandingkan Roma 6:23.)
Kej. 2:8, 9: ”Allah Yehuwa membuat sebuah taman di Eden, ke arah timur, dan di sana ia menaruh manusia yang telah dibentuknya itu. Lalu Allah Yehuwa menumbuhkan dari tanah segala pohon yang menarik untuk dilihat dan baik untuk dimakan dan juga pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu.” (Setelah Adam berdosa, pasangan manusia itu diusir dari Eden agar mereka tidak makan dari pohon kehidupan, menurut Kejadian 3:22, 23. Jadi, tampaknya jika Adam tetap setia kepada Penciptanya, pada waktunya Allah akan mengizinkan dia untuk makan dari pohon itu sebagai lambang bahwa ia telah terbukti layak untuk hidup kekal. Adanya pohon kehidupan di Eden menunjukkan adanya harapan demikian.)
Mz. 37:29: ”Orang-orang adil-benar akan memiliki bumi, dan mereka akan mendiaminya selama-lamanya.” (Janji ini menyatakan dengan jelas bahwa maksud-tujuan utama Allah berkenaan dengan bumi dan umat manusia masih belum berubah.)
Lihat juga halaman 175, 176, di bawah judul utama ”Kematian”.
Tetapi dalam hal kita dewasa ini, apakah kehidupan yang singkat, yang sering diganggu dengan penderitaan, itulah yang dimaksudkan sebagai tujuan hidup ini?
Rm. 5:12: ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang [Adam] dan kematian, melalui dosa, demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua telah berbuat dosa.” (Itulah yang diwarisi oleh kita semua, bukan karena Allah bermaksud demikian, melainkan karena dosa Adam.) (Lihat juga judul utama ”Takdir”.)
Ayb. 14:1: ”Manusia, yang dilahirkan wanita, singkat hidupnya dan kenyang dengan keresahan.” (Hal itu mencirikan sebagian besar kehidupan dalam sistem yang tidak sempurna ini.)
Tetapi, bahkan di bawah keadaan-keadaan demikian kehidupan kita bisa saja penuh dengan berkat yang limpah, penuh arti. Lihat bahan di halaman 171, 172, mengenai tujuan kehidupan manusia.
Apakah kehidupan di bumi hanya suatu tempat percobaan untuk menentukan siapa yang akan pergi ke surga?
Lihat halaman 363-369, di bawah judul utama ”Surga”.
Apakah kita mempunyai jiwa yang tidak berkematian yang terus hidup setelah tubuh jasmani mati?
Lihat halaman 151-155, di bawah judul utama ”Jiwa”.
Atas dasar apa setiap orang dapat berharap lebih banyak daripada kehidupan manusianya yang singkat sekarang ini?
Mat. 20:28: ”Putra manusia [Yesus Kristus] datang, bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan jiwanya sebagai tebusan untuk penukar bagi banyak orang.”
Yoh. 3:16: ”Allah begitu mengasihi dunia ini, ia memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan, agar setiap orang yang memperlihatkan iman akan dia tidak akan dibinasakan melainkan memperoleh kehidupan abadi.”
Ibr. 5:9: ”Setelah menjadi sempurna ia [Yesus Kristus] bertanggung jawab untuk keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepadanya.” (Juga Yohanes 3:36)
Bagaimana harapan untuk kehidupan di masa depan akan diwujudkan?
Kis. 24:15: ”Aku memiliki harapan kepada Allah, harapan yang juga dimiliki oleh orang-orang ini, bahwa akan ada kebangkitan untuk orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar.” (Ini termasuk orang-orang yang dengan setia melayani Allah pada zaman dahulu maupun suatu jumlah besar orang-orang yang tidak pernah cukup mengetahui tentang Allah yang benar sehingga dapat menerima atau menolak jalan-jalan-Nya.)
Yoh. 11:25, 26: ”Yesus mengatakan kepadanya [kepada adik perempuan seorang pria yang kemudian ia pulihkan kepada kehidupan]: ’Akulah kebangkitan dan kehidupan. Ia yang memperlihatkan iman akan aku, meskipun ia mati, ia akan hidup; dan setiap orang yang hidup dan memperlihatkan iman akan aku tidak akan pernah mati. Apakah engkau percaya akan hal ini?’” (Jadi selain harapan kebangkitan, Yesus menawarkan sesuatu yang lain kepada orang-orang yang masih hidup pada waktu dunia yang fasik sekarang ini berakhir. Orang-orang yang berharap untuk menjadi rakyat Kerajaan Allah di bumi mempunyai harapan untuk selamat dan tidak pernah mati sama sekali.)
Apakah ada bukti dalam susunan tubuh manusia bahwa manusia dirancang untuk hidup kekal?
Telah diketahui secara luas bahwa kapasitas otak manusia jauh melebihi penggunaannya sebagaimana yang kita perkirakan selama kehidupan kita sekarang, tidak soal kita hidup sampai 70 atau bahkan 100 tahun. Encyclopœdia Britannica menyatakan bahwa otak manusia ”dianugerahi lebih banyak potensi daripada yang dapat disadari dalam kehidupan seseorang”. (1976, Jil. 12, hlm. 998) Seorang ilmuwan bernama Carl Sagan menyatakan bahwa otak manusia dapat menampung informasi yang ”akan mengisi kira-kira dua puluh juta jilid buku, sebanyak buku dalam perpustakaan terbesar di dunia”. (Cosmos, 1980, hlm. 278) Berkenaan dengan kemampuan ”sistem arsip” otak manusia, ahli biokimia bernama Isaac Asimov menulis bahwa otak ”dengan sempurna dapat menangani setiap beban pelajaran dan ingatan yang kemungkinan akan dimasukkan manusia ke dalamnya—dan satu miliar kali lebih banyak daripada jumlah itu juga”.—The New York Times Magazine, 9 Oktober 1966, hlm. 146. (Untuk apa otak manusia dikaruniai kemampuan sedemikian besar jika tidak digunakan? Tidakkah masuk akal jika manusia, dengan kemampuan belajar yang tak ada habis-habisnya, sebenarnya dirancang untuk hidup kekal?)
Apakah ada kehidupan di planet-planet lain?
The New York Times melaporkan, ”Pencarian akan kehidupan yang cerdas di tempat lain di alam semesta . . . dimulai 25 tahun yang lalu . . . Tugas yang menakjubkan itu, yang mencakup penelitian atas ratusan miliar bintang, sejauh ini masih belum memberikan bukti yang jelas akan adanya kehidupan di luar Bumi.”—2 Juli 1984, hlm. A1.
The Encyclopedia Americana mengatakan, ”Tidak ada planet-planet lain [di luar tata surya kita] yang secara pasti telah diselidiki. Tetapi untuk setiap planet yang mungkin ada di luar tata surya, ada kemungkinan bahwa kehidupan mulai dan berevolusi menjadi peradaban yang maju.” (1977, Jil. 22, hlm. 176) (Sejak itu, banyak planet telah ditemukan di luar tata surya kita, tetapi tidak ada bukti bahwa ada kehidupan di salah satu planet tersebut. Akan tetapi, seperti yang dinyatakan dalam kutipan itu, mungkinkah suatu motif utama pencarian yang luar biasa mahalnya ini akan kehidupan di luar angkasa adalah keinginan untuk menemukan suatu bukti untuk teori evolusi, bukti bahwa manusia tidak diciptakan oleh Allah dan oleh karena itu tidak bertanggung jawab kepada-Nya?)
Alkitab menyingkapkan bahwa kehidupan di atas bumi ini bukanlah satu-satunya kehidupan yang ada. Ada makhluk-makhluk roh—Allah dan malaikat-malaikat—yang jauh lebih unggul daripada manusia dalam kecerdasan dan kuasa. Mereka sudah berkomunikasi dengan umat manusia, menjelaskan asal mula kehidupan dan apa solusi problem-problem besar yang dihadapi dunia ini. (Lihat judul-judul utama ”Alkitab” dan ”Allah”.)
-
-
KematianBertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
-
-
Kematian
Definisi: Berhentinya semua fungsi kehidupan. Setelah napas, detak jantung, dan kegiatan otak berhenti, daya hidup lambat laun berhenti berfungsi dalam sel-sel tubuh. Kematian adalah lawan dari kehidupan.
Apakah manusia diciptakan oleh Allah untuk mati?
Sebaliknya, Yehuwa memperingatkan Adam terhadap ketidaktaatan, yang akan mengakibatkan kematian. (Kej. 2:17) Belakangan, Allah memperingatkan Israel terhadap tingkah laku yang dapat
-