-
Bahaya yang Meresahkan Setiap Orang TuaSedarlah!—2007 | Oktober
-
-
Bahaya yang Meresahkan Setiap Orang Tua
MONA dan Adin adalah pasangan yang bahagia dan energik. Mereka mempunyai anak lelaki berusia tiga tahun yang cerdas dan sehat yang mereka asuh dengan baik.a Dalam dunia sekarang, hal itu tidak mudah. Ada berbagai kekhawatiran dan tanggung jawab yang tersangkut. Begitu banyak hal perlu diajarkan kepada anak-anak! Ada satu tanggung jawab yang khususnya menjadi perhatian utama Mona dan Adin: Mereka ingin melindungi anak mereka dari bahaya pelecehan seksual. Mengapa?
”Ayah saya pemabuk, pemarah, dan tak berperasaan,” kata Mona. ”Ia sering menghajar saya, dan mencabuli saya serta adik-adik perempuan saya.”b Banyak yang sependapat bahwa pengalaman demikian bisa menimbulkan luka emosi yang dalam. Tidak heran jika Mona bertekad melindungi putranya! Dan, Adin pun demikian.
Pelecehan anak meresahkan banyak orang tua. Bisa jadi Anda pun demikian. Tidak seperti Adin dan Mona, Anda mungkin belum pernah mengalami sendiri pelecehan serta akibat-akibatnya, tetapi Anda pasti pernah mendengar laporan yang mengejutkan tentang maraknya praktek keji ini. Di seluruh dunia, para orang tua yang pengasih merasa ngeri mengetahui apa yang terjadi atas anak-anak di lingkungan mereka.
Tidak mengherankan, seorang peneliti dalam bidang pelecehan seksual menyebut angka pelecehan anak sebagai ”salah satu temuan paling menggelisahkan pada era kita”. Kabar itu memang menyedihkan, tetapi apakah perkembangan seperti itu mengejutkan? Tidak bagi orang-orang yang mempelajari Alkitab. Firman Allah menjelaskan bahwa kita hidup pada masa penuh gejolak yang disebut ”hari-hari terakhir”, masa yang ditandai dengan meluasnya perilaku yang ”garang”, ketika orang-orang menjadi ”pencinta diri sendiri” dan tidak memiliki ”kasih sayang alami”.—2 Timotius 3:1-5.
Pelecehan seksual merupakan problem yang menakutkan. Malah, ada orang tua yang merasa tak berdaya sewaktu memikirkan betapa kejinya orang yang mengincar anak-anak untuk dieksploitasi secara seksual. Namun, apakah problem ini terlalu berat untuk ditanggulangi orang tua? Atau, adakah langkah-langkah praktis yang dapat diambil para orang tua agar anak-anak mereka tetap aman? Artikel berikut akan mengulas pertanyaan-pertanyaan ini.
-
-
Cara Melindungi Anak-Anak AndaSedarlah!—2007 | Oktober
-
-
Cara Melindungi Anak-Anak Anda
KEBANYAKAN dari kita tidak ingin berlama-lama memikirkan pelecehan seksual pada anak. Membayangkannya saja sudah membuat para orang tua bergidik! Namun, hal itu adalah kenyataan yang menakutkan dan tidak menyenangkan di dunia dewasa ini, dan pengaruhnya atas anak-anak bisa menghancurkan. Apakah ada gunanya membahas pokok ini? Coba pikirkan, seberapa besarkah pengorbanan yang rela Anda lakukan demi keselamatan anak Anda? Mencari tahu tentang kenyataan yang tidak menyenangkan mengenai pelecehan pastilah pengorbanan yang tidak seberapa. Pengetahuan ini justru dapat sangat bermanfaat.
Jangan biarkan masalah ini menjadi momok yang merampas keberanian Anda. Setidak-tidaknya, Anda memiliki kelebihan yang tidak dimiliki anak Anda—kesanggupan yang baru bisa diperoleh anak Anda setelah bertahun-tahun, atau bahkan puluhan tahun. Karena telah hidup lebih lama, Anda telah memiliki aset berupa pengetahuan, pengalaman, dan hikmat. Kuncinya adalah menambah aset tersebut serta menggunakannya untuk melindungi anak Anda. Kita akan membahas tiga langkah dasar yang dapat diambil setiap orang tua. Langkah-langkah itu adalah: (1) Jadilah garis pertahanan pertama bagi anak Anda, (2) beri anak Anda cukup informasi tentang seks dan (3) perlengkapi anak Anda dengan beberapa petunjuk dasar untuk melindungi diri.
Apakah Anda Menjadi Garis Pertahanan Pertama?
Tanggung jawab utama untuk melindungi anak-anak dari pelecehan ada pada orang tua, bukan pada anak-anak. Karena itu, orang tua harus terdidik sebelum bisa mendidik anak. Jika Anda orang tua, ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui. Anda perlu mengetahui ciri-ciri pelaku dan bagaimana modusnya. Orang tua sering membayangkan pelaku sebagai orang tak dikenal yang mengintai di kegelapan, mencari-cari cara untuk menculik dan memperkosa anak-anak. Orang jahat seperti itu memang ada. Media berita sering kali melaporkan tentang mereka. Namun, secara relatif mereka jarang ada. Dalam sekitar 90 persen kasus pelecehan seksual anak, pelakunya adalah orang yang sudah dikenal dan dipercaya oleh si anak.
Sewajarnya, Anda tidak mau berpikir bahwa tetangga, guru, tenaga medis, pelatih olahraga, atau kerabat yang baik hati bisa bernafsu kepada anak Anda. Dan, kebanyakan orang memang tidak begitu. Anda tidak perlu mencurigai setiap orang di sekitar Anda. Namun, Anda dapat melindungi anak Anda dengan mengetahui taktik khas seorang pelaku pelecehan.—Lihat kotak di halaman 6.
Dengan mengenali taktik-taktik tersebut, Anda sebagai orang tua dapat lebih siap untuk bertindak sebagai garis pertahanan pertama. Misalnya, jika seseorang, yang tampak lebih berminat pada anak-anak ketimbang orang dewasa, memberikan perhatian khusus dan hadiah-hadiah kepada anak Anda atau menawarkan untuk menjaganya tanpa bayaran atau bertamasya berduaan dengan anak Anda, apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda langsung menyimpulkan bahwa ia pasti seorang pemerkosa? Jangan cepat-cepat menarik kesimpulan. Ia mungkin tidak mempunyai maksud apa-apa. Meskipun demikian, hal itu bisa membuat Anda waspada. Alkitab mengatakan, ”Orang yang kurang berpengalaman percaya pada setiap perkataan, tetapi orang yang cerdik mempertimbangkan langkah-langkahnya.”—Amsal 14:15.
Ingat, tawaran apa pun yang kedengaran muluk-muluk mungkin tidak tulus. Dengan cermat perhatikan setiap orang yang menawarkan diri untuk berduaan saja bersama anak Anda. Beri tahu dia bahwa Anda dari waktu ke waktu biasa memonitor kegiatan anak Anda. Mimi dan Tono, orang tua muda dengan tiga anak lelaki, berhati-hati saat harus meninggalkan anaknya berduaan dengan orang dewasa. Sewaktu salah seorang anaknya les musik di rumah, Mimi memberi tahu sang guru, ”Saya akan keluar masuk ruangan ini selama Bapak mengajar.” Sikap waspada tersebut terkesan ekstrem, tetapi orang tua ini lebih rela repot sekarang ketimbang menyesal di kemudian hari.
Libatkan diri secara aktif dengan kegiatan, persahabatan, dan tugas sekolah anak Anda. Pelajari semua perincian tentang setiap acara jalan-jalan yang direncanakan. Seorang pakar kesehatan mental yang selama 33 tahun menangani kasus-kasus pelecehan seksual mengatakan bahwa ia telah melihat tak terhitung banyaknya kasus yang semestinya bisa dihindari kalau saja orang tua sedikit berhati-hati. Ia mengutip kata-kata seorang pelaku yang terbukti bersalah, ”Orang tua sendiri yang menyerahkan anak-anak mereka. . . . Mereka membuatnya mudah bagi saya.” Ingat, kebanyakan pelaku lebih menyukai target yang mudah dimangsa. Anak-anak yang orang tuanya terlibat aktif dalam kehidupan mereka akan menjadi target yang sulit.
Cara lain untuk bertindak sebagai garis pertahanan pertama anak Anda adalah dengan menjadi pendengar yang baik. Anak-anak jarang mau menceritakan pelecehan yang dialami; mereka terlalu malu dan cemas akan reaksinya. Maka, dengarkan dengan cermat, bahkan petunjuk yang samar-samar.a Jika anak Anda mengatakan sesuatu yang meresahkan Anda, dengan tenang ajukan pertanyaan untuk memancingnya berbicara. Jika ia mengatakan tidak mau dijaga pengasuh tertentu, tanyakan mengapa. Jika ia mengatakan ada orang dewasa yang melakukan permainan aneh dengannya, tanyakan, ”Permainan apa? Apa yang dilakukan orang itu?” Jika ia mengadu ada yang menggelitiknya, tanyakan, ”Di bagian mana kamu digelitik?” Jangan cepat menganggap remeh jawaban seorang anak. Para pelaku memberi tahu si anak bahwa tidak ada yang akan percaya kepadanya; sering kali, hal itu benar. Dan, jika seorang anak menjadi korban pelecehan, langkah besar untuk sembuh adalah bila ia dipercaya dan didukung oleh orang tua.
Jadilah garis pertahanan pertama anak Anda
Beri Anak Anda Informasi tentang Seks
Sebuah karya referensi tentang pokok penganiayaan anak mengutip kata-kata seorang pelaku yang terbukti bersalah, ”Anak yang tidak tahu apa-apa tentang seks akan menjadi korban empuk berikutnya.” Kata-kata menyeramkan tersebut merupakan pengingat yang berguna bagi para orang tua. Anak-anak yang kurang pengetahuan tentang seks jauh lebih mudah dibodohi oleh para penganiaya. Alkitab mengatakan bahwa pengetahuan dan hikmat dapat melepaskan kita ”dari orang yang mengatakan hal-hal sesat”. (Amsal 2:10-12) Pasti Anda ingin anak Anda memiliki pengetahuan dan hikmat demikian, bukan? Maka, sebagai langkah dasar kedua untuk melindunginya, jangan segan mengajarkan pokok penting ini kepadanya.
Namun, bagaimana caranya? Banyak orang tua merasa risi untuk membahas topik seks dengan anak-anak. Anak Anda mungkin lebih risi lagi, dan kemungkinan besar ia tidak akan memulainya. Jadi, ambillah prakarsa. Mimi mengatakan, ”Kami mulai sejak dini dengan menyebutkan bagian-bagian tubuh. Kami memakai bahasa yang benar, bukan bahasa anak-anak, untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa tidak ada satu bagian pun dari tubuh mereka yang aneh atau memalukan.” Petunjuk untuk menghindari pelecehan menyusul dengan sendirinya. Banyak orang tua memberi tahu anak-anak bahwa bagian tubuh yang tertutup pakaian renang bersifat pribadi dan khusus.
Mona, yang disebutkan dalam artikel sebelumnya, mengatakan, ”Saya dan Adin memberi tahu anak kami bahwa penisnya adalah milik pribadi, dan bukan mainan. Tidak boleh dijadikan mainan oleh siapa pun—Mama, Papa, bahkan dokter. Sewaktu kami membawanya ke dokter, saya menjelaskan bahwa dokter hanya mau memeriksa dan karena itu boleh memegangnya.” Kedua orang tua ikut dalam pembicaraan singkat ini dari waktu ke waktu, dan meyakinkan si anak bahwa ia bisa memberi tahu mereka kapan saja jika ada yang menyentuhnya dengan cara yang tidak benar atau yang membuatnya merasa risi. Para pakar dalam bidang pengasuhan anak dan pencegahan penganiayaan menyarankan agar semua orang tua mengadakan percakapan serupa dengan anak-anak mereka.
Banyak yang mendapati bahwa buku Belajarlah dari sang Guru Agungb sangat berguna untuk mengajarkan pokok bahasan ini. Pasal 32, ”Bagaimana Yesus Dilindungi”, memuat pesan yang terus terang tetapi menghibur bagi anak-anak tentang bahaya penganiayaan dan pentingnya melindungi diri. ”Buku ini telah memberi kami cara yang tepat sekali untuk menegaskan apa yang telah kami sampaikan kepada anak-anak secara pribadi,” kata Mimi.
Di dunia dewasa ini, anak-anak perlu tahu bahwa ada yang suka meraba anak-anak atau menyuruh anak-anak meraba mereka dengan cara yang salah. Peringatan ini tidak perlu membuat anak-anak ketakutan atau mencurigai semua orang dewasa. ”Itu semacam petunjuk keamanan saja,” kata Mona. ”Dan, itu hanya satu di antara banyak petunjuk lain, yang sebagian besar tidak berkaitan dengan pelecehan. Anak saya sama sekali tidak ketakutan.”
Anak Anda juga harus diajar untuk memiliki pandangan yang seimbang tentang ketaatan. Mengajar anak untuk taat adalah pelajaran yang penting dan sulit. (Kolose 3:20) Namun, pelajaran tersebut bisa menjadi ekstrem. Jika seorang anak diajar bahwa ia harus selalu taat kepada semua orang dewasa, tidak soal keadaannya, ia rentan terhadap pelecehan. Para pelaku jeli mengenali anak-anak yang terlalu penurut. Orang tua yang bijaksana mengajar anak-anak mereka bahwa ketaatan bersifat relatif. Bagi orang Kristen, mengajarkan hal itu tidaklah serumit yang dibayangkan. Cukup mengatakan kepada mereka, ”Kalau ada yang menyuruh kamu melakukan sesuatu yang Allah Yehuwa katakan salah, kamu tidak usah melakukannya. Bahkan Mama atau Papa tidak pernah boleh menyuruh kamu melakukan sesuatu yang Yehuwa katakan salah. Dan, kamu bisa cerita kepada Mama atau Papa kapan saja kalau ada yang mencoba menyuruh kamu melakukan sesuatu yang salah.”
Akhirnya, katakan kepada anak Anda bahwa tidak ada yang boleh menyuruhnya merahasiakan sesuatu dari orang tua. Beri tahu dia bahwa kalau ada yang menyuruhnya merahasiakan sesuatu dari Anda, dia harus selalu memberi tahu Anda. Tidak soal apa yang orang katakan kepadanya—sekalipun ada ancaman yang menyeramkan atau apabila dia sendiri berbuat salah—dia selalu bebas menceritakan semuanya kepada Mama atau Papa. Petunjuk seperti itu tidak perlu membuat anak Anda takut. Anda dapat meyakinkannya bahwa kebanyakan orang tidak akan pernah melakukan hal-hal seperti itu—merabanya di bagian yang tidak semestinya, memintanya tidak menaati Allah, atau memintanya merahasiakan sesuatu. Bagaikan merencanakan rute untuk menyelamatkan diri kalau-kalau terjadi kebakaran, petunjuk ini hanya untuk berjaga-jaga dan mungkin tidak akan pernah diperlukan.
Beri anak Anda informasi tentang seks
Perlengkapi Anak Anda dengan Beberapa Petunjuk Dasar untuk Melindungi Diri
Langkah ketiga yang akan kita bahas adalah mengajarkan beberapa tindakan sederhana yang harus dilakukan anak Anda andaikata seseorang mencoba memanfaatkan dia sewaktu Anda tidak ada di dekatnya. Salah satu metode yang sering disarankan adalah seperti permainan. Para orang tua mengajukan pertanyaan ”Bagaimana kalau . . . ?”, dan si anak menjawab. Anda dapat bertanya, ”Bagaimana kalau kita sedang jalan-jalan di toko lalu tahu-tahu kamu terpisah? Bagaimana kamu bisa menemukan Mama?” Jawaban si anak mungkin tidak persis seperti yang Anda harapkan, tetapi Anda bisa membimbingnya dengan pertanyaan lain, misalnya ”Apa lagi yang bisa dilakukan supaya lebih aman?”
Perlengkapi anak Anda dengan beberapa petunjuk dasar
Anda bisa menggunakan pertanyaan-pertanyaan serupa untuk menanyai si anak apa reaksi paling aman kalau ada yang mencoba merabanya dengan cara yang salah. Jika si anak mudah ketakutan oleh pertanyaan semacam itu, coba ceritakan tentang anak lain. Sebagai contoh, ”Seorang gadis cilik sedang bersama kerabat lelaki yang ia sayangi, tetapi kemudian orang itu mencoba meraba bagian tubuhnya yang semestinya tidak boleh. Nah, apa yang harus dia lakukan supaya tidak diganggu?”
Apa yang hendaknya Anda ajarkan agar dilakukan anak Anda dalam situasi seperti di atas? Seorang penulis menjelaskan, ”Kata-kata yang tegas seperti ’Tidak!’ atau ’Jangan!’ atau ’Pergi!’ bisa sangat ampuh untuk membuat takut si perayu sehingga mengurungkan niatnya dan mencari korban lain.” Bantu anak Anda melakonkan skenario singkat supaya ia tidak ragu-ragu untuk menolak dengan suara lantang, untuk cepat lari, dan melaporkan kepada Anda apa pun yang terjadi. Anak yang kelihatannya memahami betul latihan itu bisa melupakannya dengan mudah setelah lewat beberapa minggu atau bulan. Jadi, ulangi latihan tersebut secara teratur.
Semua orang yang secara langsung mengasuh si anak, termasuk pria—tidak soal ayah, ayah tiri, atau kerabat lelaki lainnya—harus ikut dalam diskusi ini. Mengapa? Karena semua yang terlibat dalam pengajaran tersebut seolah-olah berjanji kepada si anak bahwa mereka tidak akan pernah melakukan tindak pelecehan. Yang menyedihkan, banyak pelecehan seksual terjadi justru di lingkungan keluarga. Artikel berikut akan membahas bagaimana Anda dapat membuat keluarga Anda menjadi tempat yang aman di dunia yang keji.
a Para pakar mengatakan bahwa banyak korban pelecehan memberi petunjuk nonverbal bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Misalnya, jika seorang anak tiba-tiba kembali ke kebiasaan yang sudah ia tinggalkan beberapa waktu sebelumnya, seperti mengompol, tidak mau pisah dari orang tua, atau takut sendirian, ia mungkin mengisyaratkan adanya hal serius yang meresahkannya. Gejala-gejala seperti itu hendaknya tidak dianggap sebagai bukti bahwa pasti telah terjadi pelecehan. Dengan tenang, pancing anak Anda berbicara agar dapat mengetahui penyebab keresahannya sehingga ia dapat dihibur, ditenteramkan, dan dilindungi.
b Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
-
-
Jadikan Keluarga Anda Tempat yang AmanSedarlah!—2007 | Oktober
-
-
Jadikan Keluarga Anda Tempat yang Aman
”TIDAK memiliki kasih sayang alami.” Dengan kata-kata yang menyedihkan itu, Alkitab melukiskan sifat banyak orang pada zaman kita, masa yang disebut ”hari-hari terakhir”. (2 Timotius 3:1, 3, 4) Epidemi pelecehan anak dalam keluarga memberikan bukti yang sangat jelas tentang kebenaran nubuat itu. Malah, kata Yunani asli aʹstor gos, yang diterjemahkan ”tidak memiliki kasih sayang alami”, menyiratkan tidak adanya kasih yang semestinya ada di antara anggota-anggota keluarga, khususnya antara orang tua dan anak-anak.a Dan, sering kali pelecehan anak terjadi justru di dalam keluarga.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa pelaku pelecehan seksual yang paling umum adalah bapak, kandung atau tiri. Kerabat lelaki lainnya juga sering menjadi pelaku. Meskipun kebanyakan korbannya adalah anak perempuan, banyak anak lelaki juga dicabuli. Pelakunya bisa juga wanita, yang jumlahnya mungkin lebih banyak daripada yang Anda duga. Bentuk pelecehan yang mungkin paling jarang dilaporkan adalah inses antara kakak adik, yaitu anak yang lebih tua atau lebih kuat memaksa atau merayu yang lebih muda atau lebih lemah untuk melakukan perbuatan seksual. Sebagai orang tua, Anda pasti merasa jijik dengan semua perbuatan tersebut.
Apa yang dapat Anda lakukan agar problem ini tidak sampai terjadi dalam keluarga Anda? Jelaslah, setiap anggota dari setiap keluarga perlu belajar dan menghargai prinsip-prinsip yang melarangkan perilaku bejat. Bimbingan terbaik semacam itu tersedia dalam Firman Allah, Alkitab.
Firman Allah dan Hubungan Badan
Agar sejahtera, setiap keluarga perlu mengikuti standar moral Alkitab. Alkitab tidak menabukan topik seks. Alkitab membahasnya secara bermartabat, terus terang, dan tidak bertele-tele. Diperlihatkan bahwa Allah merancang keintiman seksual sebagai kesenangan bagi suami dan istri. (Amsal 5:15-20) Akan tetapi, hubungan seksual di luar penyelenggaraan itu dikutuk. Misalnya, Alkitab berbicara secara terang-terangan tentang inses. Di Imamat pasal 18, berbagai jenis hubungan inses dilarang. Perhatikan khususnya kata-kata berikut, ”Kamu sekalian, siapa pun dari antara kamu, jangan mendekati kerabat dekatnya untuk menyingkapkan auratnya [untuk berhubungan seks]. Akulah Yehuwa.”—Imamat 18:6.
Yehuwa menyebutkan perbuatan inses di antara ’perkara memuakkan’ dengan sanksi hukuman mati. (Imamat 18:26, 29) Jelaslah, sang Pencipta mempunyai standar yang sangat tinggi mengenai hal ini. Dewasa ini, banyak pemerintah mempunyai pandangan yang sama, melarangkan pelecehan seksual anak dalam keluarga. Hukum sering menetapkan bahwa seorang anak yang disuruh melakukan hubungan seks oleh orang dewasa dianggap telah diperkosa. Mengapa digunakan kata yang keras demikian jika tidak terjadi pemaksaan secara fisik?
Banyak pakar mulai memahami apa yang sudah lama dikatakan Alkitab tentang anak-anak—bahwa mereka cenderung tidak bisa bernalar seperti cara orang dewasa. Misalnya, Amsal 22:15 mengatakan, ”Kebodohan terikat pada hati anak laki-laki.” Dan, rasul Paulus diilhami untuk menulis, ”Sewaktu aku kanak-kanak, aku . . . berpikir seperti kanak-kanak, bernalar seperti kanak-kanak; namun setelah aku menjadi pria dewasa aku membuang sifat kanak-kanak.”—1 Korintus 13:11.
Seorang anak tidak bisa memahami sepenuhnya makna perbuatan seksual, ia pun tidak bisa membayangkan akibat-akibatnya pada tahun-tahun mendatang. Karena itu, umum diterima bahwa anak-anak tidak bisa benar-benar setuju untuk melakukan hubungan seks. Dengan kata lain, jika seorang dewasa (atau anak muda yang jauh lebih tua) melakukan hubungan dengan seorang anak, orang yang lebih tua tersebut tidak bisa berdalih dengan mengatakan bahwa si anak tidak berkeberatan atau bahwa si anak yang memintanya. Orang dewasa itu bersalah melakukan pemerkosaan. Ini adalah tindak kejahatan, sering kali dengan ancaman hukuman penjara. Yang bertanggung jawab atas pemerkosaan itu adalah si pemerkosa, bukan korbannya.
Namun menyedihkan, dewasa ini kebanyakan pelaku kejahatan demikian luput dari hukuman kalangan berwenang. Di Australia, misalnya, diperkirakan bahwa hanya 10 persen pelanggarnya yang dituntut, dan hanya beberapa yang dinyatakan bersalah. Di negeri-negeri lain, sama saja. Meskipun pemerintah mungkin tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi keluarga Kristen, penerapan prinsip-prinsip Alkitab dapat menjadi perlindungan yang jauh lebih ampuh.
Orang Kristen sejati menyadari bahwa Allah, yang menyuruh agar prinsip-prinsip tersebut dicatat dalam Firman-Nya, tidak berubah. Ia melihat setiap perbuatan yang kita lakukan, bahkan yang tersembunyi dari kebanyakan orang. Alkitab mengatakan, ”Segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata dia yang kepadanya kita memberikan pertanggungjawaban.”—Ibrani 4:13.
Allah meminta pertanggungjawaban kita jika kita melanggar perintah-perintah-Nya dan menyakiti orang lain. Sebaliknya, Ia memberkati kita karena berpaut pada perintah-perintah-Nya yang positif mengenai kehidupan keluarga. Apa beberapa di antaranya?
Keluarga yang Dipersatukan oleh Kasih
”Kasih,” Alkitab memberi tahu kita, ”adalah ikatan pemersatu yang sempurna.” (Kolose 3:14) Sebagaimana diuraikan dalam Alkitab, kasih bukan sekadar perasaan. Kasih dicirikan oleh caranya ia memotivasi—untuk mempraktekkan tingkah laku yang dianjurkan dan menghindari perbuatan yang dilarangkan. (1 Korintus 13:4-8) Dalam lingkungan keluarga, memperlihatkan kasih berarti memperlakukan setiap anggota dengan bermartabat, penuh respek, dan baik hati. Itu berarti hidup selaras dengan cara Allah memandang setiap anggota keluarga. Allah memberi setiap anggota peranan yang terhormat dan penting.
Sebagai kepala keluarga, ayah harus mengambil inisiatif untuk memperlihatkan kasih. Ia tahu bahwa seorang ayah Kristen tidak dibenarkan menjadi diktator, menyalahgunakan kekuasaannya atas istri atau anak-anaknya. Sebaliknya, ia menganggap Kristus sebagai contoh dalam menjalankan kekepalaan. (Efesus 5:23, 25) Jadi, ia lembut dan penuh kasih terhadap istrinya serta sabar dan baik hati terhadap anak-anaknya. Dengan loyal ia melindungi mereka dan berbuat sebisa-bisanya agar tidak terjadi apa pun atas diri mereka yang bisa merampas kedamaian, kepolosan, atau rasa percaya serta keamanan mereka.
Demikian pula, istri dan ibu memiliki peranan yang sangat penting serta bermartabat. Alkitab menggunakan naluri induk binatang yang protektif untuk menggambarkan betapa protektifnya Yehuwa dan Yesus. (Matius 23:37) Demikian pula, seorang ibu harus gigih melindungi anak-anaknya. Dengan penuh kasih, ia cepat mendahulukan keamanan dan kesejahteraan mereka. Orang tua tidak akan menyalahgunakan kuasa, menganiaya, atau mengintimidasi sewaktu berurusan dengan satu sama lain atau dengan anak-anak mereka; mereka juga tidak membiarkan anak-anak mereka menggunakan cara-cara demikian terhadap satu sama lain.
Seraya setiap anggota keluarga memperlakukan anggota lainnya dengan respek serta bermartabat, komunikasi yang baik pun berkembang. Pengarang William Prendergast mengatakan, ”Semua orang tua harus berkomunikasi dengan anak-anak yang masih kecil atau sudah remaja dengan akrab dan teratur setiap hari.” Ia menambahkan, ”Hal ini tampaknya merupakan solusi terbaik mengatasi problem pelecehan seksual.” Sesungguhnya, Alkitab justru menyarankan komunikasi yang teratur dan pengasih demikian. (Ulangan 6:6, 7) Apabila petunjuk tersebut diterapkan, rumah adalah tempat setiap anggota keluarga dapat mengutarakan isi hati dengan leluasa dan aman.
Memang, kita hidup dalam dunia yang jahat dan tidak semua pelecehan dapat dicegah. Meskipun begitu, rumah yang aman dapat sangat membantu. Jika ada anggota keluarga terluka di luar rumah, ia tahu ke mana harus lari mencari penghiburan dan simpati. Rumah demikian benar-benar tempat berlindung yang aman dalam dunia yang kacau. Semoga Allah memberkati upaya Anda untuk membuat keluarga Anda menjadi tempat seperti itu!
-