-
Ampunilah dengan Segenap Hati SaudaraMenara Pengawal—1999 | 15 Oktober
-
-
kepada kami.” (Matius 6:12, 14; Lukas 11:4) Kemudian, beberapa hari sebelum kematiannya, Yesus menambahkan, ”Apabila kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah apa pun yang ada antara kamu dengan seseorang; supaya Bapakmu yang di surga juga mengampuni pelanggaran-pelanggaranmu.”—Markus 11:25.
22, 23. Bagaimana kesediaan kita untuk mengampuni berpengaruh terhadap masa depan kita?
22 Ya, prospek kita untuk terus menerima pengampunan Allah sangat ditentukan oleh kesediaan kita untuk mengampuni saudara-saudara kita. Apabila timbul masalah pribadi di antara orang-orang Kristen, tanyakan diri saudara, ’Bukankah memperoleh pengampunan Allah jauh lebih penting daripada berupaya membuktikan kesalahan seorang saudara atau saudari yang agak menyinggung perasaan, yang melakukan pelanggaran kecil, atau yang memperlihatkan ketidaksempurnaan manusianya?’ Saudara tahu jawabannya.
23 Namun, bagaimana jika masalahnya lebih serius daripada masalah pribadi atau pelanggaran sepele? Dan, kapan kita harus menerapkan nasihat Yesus yang dicatat di Matius 18:15-18? Mari kita bahas pertanyaan-pertanyaan ini di artikel berikut.
-
-
Kita Dapat Memperoleh Kembali Saudara KitaMenara Pengawal—1999 | 15 Oktober
-
-
Kita Dapat Memperoleh Kembali Saudara Kita
”Pergilah dan ungkapkan kesalahannya antara engkau dan dia saja. Jika dia mendengarkan engkau, engkau telah memperoleh saudaramu.”—MATIUS 18:15.
1, 2. Saran praktis apa yang Yesus berikan tentang menangani perbuatan salah?
BEBERAPA bulan menjelang akhir masa pelayanannya, Yesus menyampaikan pelajaran berharga kepada murid-muridnya. Saudara dapat membacanya di Matius pasal 18. Salah satunya adalah bahwa kita perlu bersikap rendah hati, seperti anak-anak. Kemudian, ia menandaskan bahwa kita tidak boleh menjadi sandungan bagi ”salah seorang dari mereka yang kecil ini” dan bahwa kita harus berupaya memulihkan yang tersesat itu agar mereka tidak binasa. Kemudian, Yesus menambahkan saran praktis tentang mengatasi perselisihan antara orang-orang Kristen.
2 Saudara mungkin ingat akan kata-kata ini, ”Jika saudaramu berbuat dosa, pergilah dan ungkapkan kesalahannya antara engkau dan dia saja. Jika dia mendengarkan engkau, engkau telah memperoleh saudaramu. Tetapi jika dia tidak mendengarkan, bawalah serta bersamamu satu atau dua orang lagi, agar berdasarkan keterangan dari mulut dua atau tiga orang saksi, setiap perkara dapat diteguhkan. Jika dia tidak mendengarkan kepada mereka, berbicaralah kepada sidang jemaat. Jika dia tidak mendengarkan bahkan kepada sidang jemaat, biarlah dia bagimu menjadi sama seperti orang dari bangsa-bangsa dan seperti seorang pemungut pajak.” (Matius 18:15-17) Dalam situasi apa kita hendaknya menerapkan nasihat ini, dan bagaimana seharusnya sikap kita sewaktu melakukan itu?
3. Pada umumnya, bagaimana seharusnya cara kita menghadapi kesalahan orang lain?
3 Artikel sebelumnya menandaskan bahwa karena kita tidak sempurna dan cenderung berbuat salah, kita perlu berupaya untuk selalu mengampuni. Khususnya apabila timbul sakit hati terhadap kata-kata atau perbuatan rekan Kristen kita. (1 Petrus 4:8) Sering kali, yang terbaik adalah mengabaikan pelanggaran itu—dengan mengampuni lalu melupakannya. Hal itu dapat kita pandang sebagai sumbangsih kita untuk menciptakan kedamaian di sidang Kristen. (Mazmur 133:1; Amsal 19:11) Namun, adakalanya saudara merasa harus menuntaskan masalahnya bersama saudara atau saudari yang telah menyinggung atau menyakiti hati saudara. Dalam hal ini, kata-kata Yesus di atas merupakan pedomannya.
4. Pada prinsipnya, bagaimana kita dapat menerapkan Matius 18:15 dalam menghadapi kesalahan orang lain?
4 Yesus menasihati agar saudara ’mengungkapkan kesalahannya antara saudara dan dia saja’. Itu memang bijaksana. Menurut Alkitab Terjemahan Baru, pertemuan itu dilakukan ”di bawah empat mata”. Apabila saudara dengan ramah mengemukakan permasalahannya secara pribadi, ini biasanya akan memudahkan pemecahannya. Seorang saudara yang melakukan atau mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan atau yang kasar mungkin lebih leluasa untuk mengakui kesalahannya di hadapan saudara sendiri. Jika ada orang lain yang ikut mendengarkan, ketidaksempurnaan manusiawinya dapat mendorong dia untuk menyangkal atau membenarkan perbuatannya. Tetapi, apabila saudara mengemukakan masalahnya ”di bawah empat mata”, saudara mungkin akan memahami bahwa ternyata permasalahannya hanyalah kesalahpahaman dan bukannya suatu dosa atau kesalahan yang disengaja. Begitu saudara berdua melihat bahwa masalahnya hanya kesalahpahaman, saudara dapat menuntaskannya, tidak membiarkan masalah sepele bertumbuh dan meracuni hubungan kalian. Oleh karena itu, prinsip di Matius 18:15 dapat diterapkan bahkan terhadap pelanggaran-pelanggaran kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Apa Maksud yang Sesungguhnya?
5, 6. Menurut ikatan kalimatnya, dosa-dosa yang bagaimana yang dimaksud di Matius 18:15, dan mengapa kita dapat mengatakan demikian?
5 Terus terang, nasihat Yesus di atas berhubungan dengan masalah-masalah yang lebih serius. Yesus berkata, ”Jika saudaramu berbuat dosa.” Secara umum, ”dosa” bisa memaksudkan kekeliruan atau kesalahan apa saja. (Ayub 2:10; Amsal 21:4; Yakobus 4:17) Akan tetapi, ikatan kalimatnya menunjukkan bahwa dosa yang Yesus maksudkan pastilah tergolong serius. Sebegitu seriusnya dosa itu sehingga yang melakukannya dapat dipandang sebagai ”orang dari bangsa-bangsa dan seperti seorang pemungut pajak”. Apa sebenarnya maksud ungkapan itu?
6 Murid-murid Yesus yang mendengar kata-kata itu tahu bahwa masyarakat di negeri mereka tidak bergaul dengan Orang-Orang Kafir. (Yohanes 4:9; 18:28; Kisah 10:28) Dan, mereka jelas-jelas menghindari para pemungut pajak, orang-orang yang terlahir sebagai Yahudi tetapi belakangan memeras bangsanya sendiri. Jadi, referensi di Matius 18:15-17 sebenarnya ditujukan untuk dosa-dosa serius, bukannya kesalahan pribadi atau perasaan sakit hati yang dapat saudara ampuni dan lupakan begitu saja.—Matius 18:21, 22.a
7, 8. (a) Dosa-dosa macam apa yang perlu ditangani oleh para penatua? (b) Dosa-dosa jenis apakah yang dapat ditangani antara dua orang Kristen, selaras dengan Matius 18:15-17?
7 Di bawah Hukum, dosa-dosa tertentu membutuhkan lebih daripada sekadar pengampunan dari orang yang tersakiti. Hujah, kemurtadan, penyembahan berhala, dan dosa-dosa seksual berupa percabulan, perzinaan, dan homoseksualitas harus dilaporkan dan ditangani oleh para tua-tua (atau imam). Hal yang sama juga berlaku di dalam sidang Kristen. (Imamat 5:1; 20:10-13; Bilangan 5:30; 35:12; Ulangan 17:9; 19:16-19; Amsal 29:24) Namun, perhatikan bahwa jenis dosa yang Yesus bicarakan di sini dapat dituntaskan antara dua orang. Misalnya: Karena didorong oleh kemarahan atau kecemburuan, seseorang memfitnah sesamanya. Seorang Kristen mengikat kontrak untuk melakukan pekerjaan konstruksi dengan menggunakan bahan bangunan tertentu dan merampungkannya pada tanggal tertentu. Seseorang setuju untuk membayar utang secara mengangsur atau melunasinya pada tanggal tertentu. Seseorang berjanji bahwa jika sang majikan bersedia melatihnya, ia tidak akan (bahkan jika ia pindah kerja) bersaing atau merebut klien majikannya selama jangka waktu tertentu atau di bidang tertentu.b Jika seorang saudara tidak menepati janjinya dan tidak bertobat atas kesalahan tersebut, itu merupakan kesalahan serius. (Penyingkapan 21:8) Tetapi, kesalahan-kesalahan itu dapat diselesaikan di antara kedua belah pihak.
8 Namun, apa yang hendaknya saudara perbuat untuk menyelesaikan masalahnya? Kata-kata Yesus dapat dibagi menjadi tiga langkah. Mari kita perhatikan satu per satu. Daripada memandang langkah-langkah ini sebagai prosedur hukum yang kaku, berupayalah memahami maknanya dan jangan sampai tujuan saudara yang pengasih terlupakan.
Berupayalah Memperoleh Kembali Saudara Kita
9. Apa yang seharusnya kita ingat dalam menerapkan Matius 18:15?
9 Pedoman Yesus diawali dengan kata-kata, ”Jika saudaramu berbuat dosa, pergilah dan ungkapkan kesalahannya antara engkau dan dia saja. Jika dia mendengarkan engkau, engkau telah memperoleh saudaramu.” Jelaslah, langkah ini bukanlah didasari atas kecurigaan. Saudara harus mempunyai bukti atau informasi spesifik yang dapat saudara gunakan untuk membantu rekan saudara melihat bahwa ia berbuat salah dan perlu membereskan masalahnya. Saudara perlu bertindak segera, bukannya menunggu hingga masalahnya berlarut-larut atau membiarkan sikapnya kian menjadi-jadi. Dan, jangan lupa bahwa bila masalah ini terus dipendam, saudara sendiri yang akan rugi. Karena pembahasan ini hanya antara saudara dan dia saja, saudara tidak boleh menggembar-gemborkan hal ini kepada siapa pun untuk mencari simpati atau untuk memperbaiki citra diri saudara. (Amsal 12:25; 17:9) Mengapa? Demi tercapainya sasaran pembahasan itu.
10. Apa yang akan membantu kita untuk memperoleh kembali saudara kita?
10 Tujuan saudara hendaknya untuk memperoleh kembali saudara kita, bukan untuk menghukum, mempermalukan, atau menghancurkan dia. Jika ia memang berbuat salah, hubungannya dengan Yehuwa sedang terancam. Tentulah saudara ingin agar dia tetap menjadi rekan Kristen saudara. Peluang keberhasilan saudara akan semakin besar jika saudara tetap tenang selama pembahasan empat mata berlangsung, menghindari kata-kata kasar atau nada suara menuduh. Dalam suasana yang penuh kasih, ingatlah bahwa kalian berdua adalah manusia-manusia berdosa yang tidak sempurna. (Roma 3:23, 24) Jika ia tahu bahwa saudara tidak menggosipkan dia dan bahwa saudara dengan setulus hati ingin membantu, jalan keluarnya akan lebih mudah dicari. Pendekatan yang baik hati dan ramah ini akan mencerminkan hikmat jika ternyata kalian berdua sama-sama mengakui kesalahan atau jika ternyata akar permasalahannya adalah kesalahpahaman.—Amsal 25:9, 10; 26:20; Yakobus 3:5, 6.
11. Bahkan sekalipun seseorang yang bersalah tidak mau mendengarkan kita, apa yang dapat kita lakukan?
11 Jika saudara dapat membantunya melihat bahwa telah terjadi perbuatan salah dan bahwa hal itu serius, ia mungkin akan tergerak untuk bertobat. Namun, pada kenyataannya, gengsi dapat menjadi penghalang. (Amsal 16:18; 17:19) Oleh karena itu, meskipun pada mulanya ia tidak mengakui kesalahannya dan bertobat, saudara dapat bersabar sebelum meneruskan pembicaraan. Yesus tidak mengatakan ’pergilah sekali saja dan ungkapkan kesalahannya’. Karena itu adalah dosa yang dapat saudara tuntaskan, temuilah saudara itu kembali dengan sikap yang dinyatakan Galatia 6:1 dan ”di bawah empat mata”. Saudara dapat berhasil. (Bandingkan Yudas 22, 23.) Namun, bagaimana jika saudara yakin bahwa ia telah berbuat dosa, tetapi malah bersikap tidak peduli?
Carilah Bantuan dari Orang-Orang yang Matang
12, 13. (a) Sebagai langkah kedua, apa yang Yesus kemukakan dalam menangani perbuatan salah? (b) Dalam menerapkan nasihat ini, kita hendaknya menahan diri untuk tidak berbuat apa?
12 Apakah saudara ingin agar orang lain cepat-cepat menyerah dalam menghadapi saudara seandainya saudara melakukan kesalahan serius? Tentu tidak. Oleh karena itu, Yesus memperlihatkan bahwa, setelah melewati langkah pertama, saudara sebaiknya tidak menyerah untuk memperoleh kembali saudara kita, untuk membuatnya tetap berada bersama kita dan rekan-rekan lain dalam mempersembahkan ibadat yang diperkenan Allah. Yesus selanjutnya memberitahukan langkah kedua, ”Jika dia tidak mendengarkan, bawalah serta bersamamu satu atau dua orang lagi, agar berdasarkan keterangan dari mulut dua atau tiga orang saksi, setiap perkara dapat diteguhkan.”
13 Kata Yesus, bawalah ”satu atau dua orang lagi”. Yesus tidak mengatakan bahwa setelah mengambil langkah pertama, saudara bebas membicarakan masalah itu kepada banyak orang, melaporkannya kepada pengawas wilayah, atau menyurati saudara-saudara lain tentang masalah ini. Seyakin-yakinnya saudara bahwa rekan kita telah berbuat salah, hal itu belum diteguhkan sepenuhnya. Saudara tentunya tidak ingin menyebarkan berita negatif sehingga hal ini dapat menjadikan saudara sebagai pemfitnah. (Amsal 16:28; 18:8) Tetapi, Yesus mengatakan untuk membawa satu atau dua orang lagi. Mengapa? Dan, siapakah mereka?
14. Siapa saja yang dapat kita bawa dalam langkah kedua ini?
14 Saudara sedang berupaya memperoleh kembali saudara kita dengan meyakinkan dia bahwa perbuatan dosa telah dilakukan dan dengan menggerakkan dia untuk bertobat supaya dapat berdamai dengan saudara dan dengan Allah. Untuk itu, alangkah lebih baik jika ”satu atau dua orang” itu adalah pihak-pihak yang menyaksikan perbuatan salah itu. Mungkin, mereka hadir pada waktu peristiwa itu terjadi, atau mereka mempunyai informasi yang sah tentang apa yang terjadi (atau yang tidak terjadi) dalam suatu urusan bisnis. Jika saksi-saksi seperti itu tidak ada, saudara sebaiknya membawa seseorang yang sudah berpengalaman dalam permasalahan tersebut sehingga dapat meneguhkan apakah yang terjadi itu merupakan pelanggaran. Lagi pula, jika dibutuhkan di kemudian hari, mereka dapat menjadi saksi terhadap apa yang telah dikatakan, meneguhkan fakta yang diajukan dan upaya yang dilakukan. (Bilangan 35:30; Ulangan 17:6) Jadi, keberadaan mereka bukan sekadar sebagai pihak yang netral, bukan pula sebagai wasit; melainkan untuk membantu memperoleh kembali rekan kita semua.
15. Mengapa bantuan para penatua Kristen dibutuhkan sewaktu mengambil langkah kedua?
15 Orang-orang yang saudara bawa itu memang tidak harus pria-pria yang melayani sebagai penatua. Akan tetapi, kecakapan rohani pria-pria yang matang ini dapat turut membantu. Penatua-penatua ini ”seperti tempat perlindungan dari angin dan tempat persembunyian dari badai hujan, seperti aliran air di negeri yang gersang, seperti naungan tebing batu yang besar di tanah yang tandus”. (Yesaya 32:1, 2) Mereka telah berpengalaman dalam bernalar bersama saudara-saudari dan meluruskan cara berpikir mereka. Dan, sudah sepantasnya orang yang berbuat salah memperlihatkan keyakinan pada ”pemberian berupa manusia” itu.c (Efesus 4:8, 11, 12) Mengemukakan permasalahannya di hadapan pria-pria matang ini dan berdoa bersama mereka dapat menciptakan suasana baru dan menuntaskan apa yang semula tampak seperti jalan buntu.—Bandingkan Yakobus 5:14, 15.
Upaya Terakhir untuk Memperoleh Dia Kembali
16. Apa langkah ketiga yang Yesus gariskan?
16 Jika langkah kedua dalam menangani masalah ini gagal, para pengawas di sidang tentu turun tangan dalam langkah ketiga ini. ”Jika dia tidak mendengarkan kepada [satu atau dua orang itu], berbicaralah kepada sidang jemaat. Jika dia tidak mendengarkan bahkan kepada sidang jemaat, biarlah dia bagimu menjadi sama seperti orang dari bangsa-bangsa dan seperti seorang pemungut pajak.” Apa maksudnya?
17, 18. (a) Pola apa yang membantu kita memahami maksudnya ’berbicara kepada sidang jemaat’? (b) Bagaimana kita dapat menerapkan langkah ini di zaman sekarang?
17 Kita hendaknya tidak memandang hal ini sebagai petunjuk supaya dosa atau perbuatan salah itu dibeberkan di semacam pertemuan khusus atau perhimpunan umum di hadapan seluruh jemaat. Prosedurnya dapat kita temukan dalam Firman Allah. Perhatikan apa yang dilakukan di Israel purba dalam kasus-kasus pemberontakan, kegelojohan, dan kemabukan, ”Apabila seorang pria mempunyai seorang putra yang keras kepala dan suka memberontak, yang tidak mendengarkan perkataan bapaknya atau perkataan ibunya, dan mereka telah mengoreksi dia, tetapi dia tidak juga mendengarkan mereka, maka bapaknya dan ibunya harus memegang dia dan membawanya kepada para tua-tua kotanya dan ke gerbang kota tempat tinggalnya, dan mereka harus mengatakan kepada para tua-tua kotanya, ’Putra kami ini keras kepala dan suka memberontak; dia tidak mendengarkan perkataan kami, dia gelojoh dan suka mabuk.’ Maka semua orang di kotanya harus melontari dia dengan batu.”—Ulangan 21:18-21.
18 Proses penanganan dan pengadilan pedosa itu bukannya dilakukan oleh seluruh bangsa, bukan pula oleh seluruh anggota sukunya. Sebaliknya, ”para tua-tua” yang disegani akan menangani kasus ini, mewakili jemaat. (Bandingkan Ulangan 19:16, 17 tentang kasus yang ditangani oleh ”para imam dan para hakim yang melayani pada waktu itu”.) Demikian pula dewasa ini, jika langkah ketiga ini harus diambil, para penatualah, yang mewakili sidang jemaat, yang menangani kasus itu. Tujuan mereka sama, untuk memperoleh kembali saudara Kristen kita, jika mungkin. Tujuan itu mereka cerminkan dengan memperlihatkan keadilan, tidak menghakimi dahulu sebelum mendengar, tidak pula berlaku berat sebelah.
19. Apa yang akan diupayakan oleh para penatua yang ditunjuk untuk menangani kasus?
19 Mereka berupaya menimbang fakta-faktanya dan mendengar saksi-saksi yang dibutuhkan untuk menentukan apakah perbuatan dosa itu benar-benar dilakukan (atau terus dilakukan). Mereka ingin melindungi sidang dari kebejatan dan menyingkirkan semangat duniawi. (1 Korintus 2:12; 5:7) Sesuai dengan kecakapan Alkitab mereka, mereka akan berupaya ”memberi nasihat melalui ajaran yang sehat dan menegur orang-orang yang menentang”. (Titus 1:9) Semoga, para pelaku kesalahan tidak akan seperti orang-orang Israel yang tentangnya nabi Yehuwa menulis, ”Aku memanggil, kamu tidak menjawab; aku berbicara, tetapi kamu tidak mendengarkan; dan kamu terus melakukan apa yang jahat di mataku, dan memilih perkara yang tidak kusenangi.”—Yesaya 65:12.
20. Berdasarkan kata-kata Yesus, apa yang harus dilakukan jika si pedosa tidak mau mendengar dan bertobat?
20 Akan tetapi, dalam beberapa kasus saja, si pedosa memang bersikap seperti itu. Jika demikian, Yesus memberi petunjuk yang jelas, ”Biarlah dia bagimu menjadi sama seperti orang dari bangsa-bangsa dan seperti seorang pemungut pajak.” Tuan bukannya menganjurkan kita untuk bersikap tidak manusiawi atau berhasrat menyakiti siapa pun. Namun, petunjuk rasul Paulus sudah jelas agar para pedosa yang tidak mau bertobat disingkirkan dari sidang. (1 Korintus 5:11-13) Malahan, hal ini akhirnya akan bertujuan untuk memperoleh kembali si pedosa.
21. Kemungkinan apa tetap terbuka bagi orang-orang yang dikeluarkan dari sidang?
21 Kita dapat melihat kemungkinan itu dari perumpamaan Yesus tentang anak yang hilang. Sebagaimana diilustrasikan, setelah melewatkan suatu periode di luar lingkungan pengasih di rumah ayahnya, pedosa itu mulai ”sadar”. (Lukas 15:11-18) Paulus menyebutkan kepada Timotius bahwa beberapa pedosa pada akhirnya bertobat dan ”sadar kembali, keluar dari jerat si Iblis”. (2 Timotius 2:24-26) Kita tentulah berharap agar siapa pun yang melakukan dosa tanpa bertobat dan terpaksa disingkirkan dari sidang akan merasa kehilangan—baik perkenan Allah, persaudaraan, maupun kontak yang hangat dengan orang-orang Kristen yang loyal—dan kemudian mulai sadar kembali.
22. Bagaimana kita bisa memperoleh kembali saudara kita?
22 Yesus tidak beranggapan bahwa orang dari bangsa-bangsa lain dan pemungut pajak itu mustahil ditolong. Salah seorang pemungut pajak, Matius Lewi, bertobat, ’mengikuti Yesus’ dengan setulus hati, dan bahkan terpilih sebagai seorang rasul. (Markus 2:15; Lukas 15:1) Oleh karena itu, jika dewasa ini seorang pedosa ”tidak mendengarkan bahkan kepada sidang jemaat” dan ia dikeluarkan dari sidang, kita dapat menunggu apakah dia, pada waktunya, akan bertobat dan kembali menempuh jalan yang lurus. Jika ia melakukannya dan kembali menjadi anggota sidang, maka kita akan senang untuk memperoleh kembali saudara kita di lingkungan ibadat yang sejati.
[Catatan Kaki]
a Cyclopedia dari McClintock dan Strong mengatakan, ”Pemungut pajak Yahudi yang dimaksud di Perjanjian Baru dipandang sebagai pengkhianat dan orang murtad, berbuat cemar karena sering bergaul dengan orang kafir, bersedia digunakan sebagai kaki-tangan penjajah. Mereka digolongkan sebagai pedosa . . . Karena dikucilkan, mereka dijauhi oleh orang-orang yang terhormat, sehingga mereka hanya berteman dan bergaul dengan orang-orang yang keadaannya mirip dengan mereka, orang-orang yang tersisih.”
b Urusan bisnis atau finansial yang mengandung unsur penipuan, kecurangan, atau penggelapan termasuk dalam kategori dosa yang Yesus maksudkan. Buktinya, setelah memberikan pedoman yang dicatat di Matius 18:15-17, Yesus memberikan sebuah ilustrasi tentang budak (karyawan) yang meminjam uang namun tidak membayar.
c Salah seorang pakar Alkitab berkomentar, ”Sering kali, seorang pelaku kesalahan akan lebih memperhatikan bila dinasihati oleh dua atau tiga orang (terutama jika mereka adalah orang-orang yang direspek) daripada hanya satu orang, terutama jika yang seorang itu memang bersilang pendapat dengannya.”
Ingatkah Saudara?
◻ Pada dasarnya, terhadap dosa macam apa Matius 18:15-17 berlaku?
◻ Apa yang hendaknya kita ingat jika hendak mengambil langkah pertama?
◻ Bantuan siapa yang dapat kita peroleh bila kita mengambil langkah kedua?
◻ Siapa yang terlibat dalam mengambil langkah ketiga, dan bagaimana kita dapat memperoleh kembali saudara kita?
[Gambar di hlm. 18]
Orang Yahudi menghindari pemungut pajak. Matius berpaling dari haluan hidupnya dan mengikuti Yesus
[Gambar di hlm. 20]
Sering kali, kita dapat menyelesaikan masalah ”di bawah empat mata”
-