TEBUSAN
Harga yang dibayarkan untuk membeli kembali atau membebaskan dari suatu kewajiban atau keadaan yang tidak diinginkan. Gagasan dasar ”tebusan” adalah harga yang menutup (seperti pembayaran untuk menutup kerugian atau untuk memenuhi keadilan), sedangkan ”penebusan” menandaskan pembebasan sebagai hasil tebusan yang dibayarkan. Harga tebusan yang paling penting ialah darah Yesus Kristus yang dicurahkan, yang memungkinkan keturunan Adam dibebaskan dari dosa dan kematian.
Berbagai kata Ibrani dan Yunani yang diterjemahkan menjadi ”tebusan” dan ”menebus” memiliki persamaan intrinsik, yaitu gagasan bahwa suatu harga, atau sesuatu yang bernilai, diberikan untuk menebus atau membebaskan. Gagasan tentang pertukaran, maupun kesepadanan, kesamaan nilai, atau penggantian, umumnya terkandung dalam semua kata tersebut. Maksudnya, satu hal diberikan sebagai pengganti hal lain, sehingga memenuhi tuntutan keadilan dan menghasilkan keseimbangan.—Lihat RUKUN, MERUKUNKAN.
Harga yang Menutup. Kata benda Ibrani koʹfer berasal dari kata kerja ka·farʹ, yang pada dasarnya berarti ”menutupi”, seperti halnya Nuh menutupi bahtera dengan ter. (Kej 6:14) Namun, ka·farʹ hampir selalu digunakan untuk menggambarkan dipenuhinya keadilan dengan menutup atau mengadakan pendamaian bagi dosa. Kata benda koʹfer menunjuk ke sesuatu yang diberikan agar hal itu terlaksana, harga tebusannya. (Mz 65:3; 78:38; 79:8, 9) Penutup selalu sepadan dengan apa yang ditutupnya, baik bentuknya (seperti halnya tutup harfiah, contohnya ”tutup [kap·poʹreth]” tabut perjanjian; Kel 25:17-22), ataupun nilainya (seperti dalam pembayaran untuk menutup kerugian karena perbuatan salah).
Sebagai sarana untuk memenuhi keadilan dan meluruskan perkara-perkara dengan umat-Nya, Israel, Yehuwa menetapkan dalam perjanjian Hukum berbagai korban dan persembahan, untuk menutup atau mengadakan pendamaian bagi dosa, termasuk dosa para imam dan orang Lewi (Kel 29:33-37; Im 16:6, 11), dosa orang-orang lain, atau dosa bangsa itu secara keseluruhan (Im 1:4; 4:20, 26, 31, 35), maupun untuk memurnikan mezbah dan tabernakel, dengan mengadakan pendamaian bagi benda-benda itu karena dosa orang-orang yang berada di sekelilingnya. (Im 16:16-20) Pada dasarnya, kehidupan binatang korban menggantikan kehidupan si pedosa, karena melalui darah binatang itu pendamaian diadakan di atas mezbah Allah, walaupun dalam kadar yang terbatas. (Im 17:11; bdk. Ibr 9:13, 14; 10:1-4.) ”Hari pendamaian [yohm hak·kip·pu·rimʹ]” dengan tepat dapat disebut ”hari tebusan”. (Im 23:26-28) Korban-korban tersebut dituntut agar bangsa itu serta ibadatnya dapat memperoleh dan tetap mempertahankan perkenan Allah yang adil-benar.
Ilustrasi yang cocok untuk menggambarkan bagaimana pertukaran dapat menghasilkan pembebasan adalah hukum tentang seekor lembu yang diketahui suka menanduk. Jika pemiliknya membiarkan lembu itu bebas berkeliaran sehingga membunuh seseorang, pemiliknya harus dihukum mati; ia harus membayar kehidupan orang yang terbunuh itu dengan kehidupannya sendiri. Tetapi karena ia tidak dengan sengaja atau tidak secara langsung membunuh orang lain, jika para hakim menganggap ia patut dikenai uang ”tebusan [koʹfer]” sebagai gantinya, ia harus membayar harga penebusan itu. Jumlah uang yang ditetapkan dan dibayarkan dianggap sebagai pengganti kehidupannya sendiri dan sebagai kompensasi atas kehidupan yang dihilangkan. (Kel 21:28-32; bdk. Ul 19:21.) Akan tetapi, tebusan bagi pembunuh yang sengaja tidak boleh diterima; hanya kehidupannya sendiri yang dapat menutup kematian sang korban. (Bil 35:31-33) Jelaslah, karena sensus erat kaitannya dengan kehidupan, pada waktu sensus diadakan, setiap pria yang berumur 20 tahun ke atas harus memberikan tebusan (koʹfer) sebesar setengah syekel ($1,10) bagi jiwanya kepada Yehuwa, harga yang sama berlaku bagi orang kaya ataupun miskin.—Kel 30:11-16.
Karena Allah maupun manusia tidak senang dengan ketidakseimbangan neraca keadilan, tebusan, atau penutup itu, juga dapat memiliki dampak tambahan, yaitu menghindari atau meredakan kemarahan. (Bdk. Yer 18:23; juga Kej 32:20, yang memuat kata ”menenangkan”, terjemahan dari ka·farʹ.) Tetapi suami yang murka terhadap pria yang berzina dengan istrinya menolak ”tebusan [koʹfer]” apa pun. (Ams 6:35) Kata itu juga dapat digunakan sehubungan dengan orang-orang yang seharusnya melaksanakan keadilan tetapi malahan menerima suap atau hadiah sebagai ”uang tutup mulut [koʹfer]” untuk menutupi perbuatan salah yang mereka lihat.—1Sam 12:3; Am 5:12.
Penebusan, atau Pembebasan. Kata kerja Ibrani pa·dhahʹ berarti ”menebus atau membebaskan”, dan kata benda terkait, pidh·yohnʹ, berarti ”harga penebusan”. (Kel 21:30) Kata-kata itu jelas menandaskan pembebasan yang dihasilkan melalui harga penebusan, sedangkan ka·farʹ menekankan sifat atau substansi harga itu dan keefektifannya dalam menyeimbangkan neraca keadilan. Pembebasan, atau penebusan (pa·dhahʹ), bisa dari perbudakan (Im 19:20; Ul 7:8), dari penderitaan atau penindasan (2Sam 4:9; Ayb 6:23; Mz 55:18), atau dari kematian dan kuburan. (Ayb 33:28; Mz 49:15) Sering kali disebutkan bahwa Yehuwa menebus bangsa Israel dari Mesir untuk menjadi ’milik pribadi-Nya’ (Ul 9:26; Mz 78:42) dan bahwa Ia menebus mereka dari pembuangan di Asiria dan Babilon berabad-abad kemudian. (Yes 35:10; 51:11; Yer 31:11, 12; Za 10:8-10) Dalam hal itu pun penebusan erat kaitannya dengan suatu harga, suatu penukar. Sewaktu menebus Israel dari Mesir, jelas bahwa Yehuwa membuat Mesir membayar harga tebusannya. Pada dasarnya, Israel adalah ’anak sulung’ Allah, dan Yehuwa telah memperingatkan Firaun bahwa jika ia dengan keras kepala menolak untuk membebaskan Israel, Ia akan menuntut kehidupan anak sulung Firaun dan anak sulung seluruh Mesir, manusia dan binatang. (Kel 4:21-23; 11:4-8) Demikian pula, sebagai balasan bagi Kores yang telah menggulingkan Babilon dan membebaskan orang Yahudi dari keadaan terbuang, Yehuwa memberikan ”Mesir sebagai tebusan [bentuk kata koʹfer] bagi [umat-Nya], Etiopia dan Seba untuk menggantikan [mereka]”. Jadi, Imperium Persia belakangan menaklukkan wilayah-wilayah tersebut, dengan demikian ’kelompok-kelompok bangsa diberikan sebagai ganti jiwa orang Israel’. (Yes 43:1-4) Pertukaran ini selaras dengan pernyataan terilham bahwa ”orang fasik adalah [atau menjadi] tebusan [koʹfer] bagi orang adil-benar; dan pengkhianat menggantikan orang-orang yang lurus hati”.—Ams 21:18.
Kata Ibrani lain yang berkaitan dengan penebusan ialah ga·ʼalʹ, yang terutama menyampaikan gagasan menuntut kembali, membebaskan, memulihkan, atau membeli kembali. (Yer 32:7, 8) Kata ini serupa dengan pa·dhahʹ, sebagaimana terlihat di Hosea 13:14, yang menyejajarkan kedua kata tersebut, ”Dari tangan Syeol aku akan menebus [bentuk kata pa·dhahʹ] mereka; dari kematian aku akan memulihkan [bentuk kata ga·ʼalʹ] mereka.” (Bdk. Mz 69:18.) Ga·ʼalʹ, menandaskan hak untuk menuntut atau membeli kembali, oleh kerabat dekat seseorang yang hartanya atau dia sendiri perlu dibeli atau dibebaskan, atau oleh pemilik yang semula atau penjualnya sendiri. Maka, seorang kerabat dekat, yang disebut go·ʼelʹ, adalah ”orang yang berhak membeli kembali” (Rut 2:20; 3:9, 13) atau, dalam kasus pembunuhan, go·ʼelʹ adalah seorang ”penuntut-balas darah”.—Bil 35:12.
Hukum menetapkan bahwa apabila seorang Israel yang miskin terpaksa menjual tanah milik pusakanya, rumahnya di kota, atau bahkan menjual dirinya sebagai budak, ”seseorang yang memiliki hubungan dekat dengannya yang berhak membeli kembali”, atau go·ʼelʹ, berhak ”membeli kembali [ga·ʼalʹ] apa yang telah dijual saudaranya”, atau si penjual itu sendiri dapat membeli kembali miliknya jika ia sudah mempunyai uang. (Im 25:23-27, 29-34, 47-49; bdk. Rut 4:1-15.) Jika seseorang memberikan rumah atau ladangnya sebagai persembahan ikrar kepada Allah dan kemudian ingin membelinya kembali, ia harus membayar harga properti tersebut sesuai dengan taksiran ditambah seperlima dari nilai tersebut. (Im 27:14-19) Akan tetapi, tidak ada penukar untuk mendapatkan kembali perkara yang ”dikhususkan untuk dibinasakan”.—Im 27:28, 29.
Dalam kasus pembunuhan, seorang pembunuh tidak boleh diberi suaka di kota-kota perlindungan yang ditetapkan tetapi, setelah pemeriksaan pengadilan, ia harus diserahkan oleh para hakim kepada ”penuntut-balas [go·ʼelʹ] darah”, yaitu kerabat dekat si korban, yang kemudian akan membunuh si pembunuh itu. Karena tidak boleh ada ”tebusan [koʹfer]” bagi si pembunuh dan karena kerabat dekat yang berhak membeli kembali tidak dapat menuntut kembali atau memulihkan kehidupan saudaranya yang telah mati, ia dengan sah dapat menuntut kehidupan orang yang telah mengambil nyawa atau membunuh saudaranya.—Bil 35:9-32; Ul 19:1-13.
Harganya Tidak Selalu Berwujud. Seperti telah diperlihatkan, Yehuwa ’menebus’ (ga·ʼalʹ atau pa·dhahʹ) Israel dari Mesir. (Kel 6:6; Yes 51:10, 11) Belakangan, karena orang Israel terus ”menjual diri mereka untuk melakukan apa yang buruk” (2Raj 17:16, 17), Yehuwa beberapa kali ”menjual mereka ke tangan musuh-musuh” mereka. (Ul 32:30; Hak 2:14; 3:8; 10:7; 1Sam 12:9) Karena mereka bertobat, Dia membeli kembali atau membebaskan mereka dari penderitaan atau pembuangan (Mz 107:2, 3; Yes 35:9, 10; Mi 4:10), dengan demikian Ia melaksanakan tugas seorang Go·ʼelʹ, Pribadi Yang Membeli Kembali yang berkerabat dengan mereka karena Ia telah menjadi suami bangsa itu. (Yes 43:1, 14; 48:20; 49:26; 50:1, 2; 54:5-7) Sewaktu ”menjual” mereka, Yehuwa tidak menerima semacam kompensasi secara materi dari bangsa-bangsa kafir sebagai pembayaran. Pembayaran yang Ia terima adalah dalam bentuk terpenuhinya keadilan-Nya dan terlaksananya maksud-Nya agar mereka dikoreksi dan didisiplin karena telah memberontak dan tidak menunjukkan respek.—Bdk. Yes 48:17, 18.
’Pembelian kembali’ yang Allah lakukan juga tidak memerlukan pembayaran dalam bentuk yang berwujud. Ketika Yehuwa membeli kembali orang Israel yang terbuang di Babilon, Kores bersedia membebaskan mereka tanpa mendapat kompensasi yang berwujud semasa hidupnya. Akan tetapi, ketika menebus umat-Nya dari bangsa-bangsa penindas yang telah bertindak jahat terhadap Israel, Yehuwa menuntut pembayaran dari para penindas itu sendiri, dengan menyuruh mereka membayar dengan kehidupan mereka. (Bdk. Mz 106:10, 11; Yes 41:11-14; 49:26.) Sewaktu rakyat kerajaan Yehuda ”dijual”, atau diserahkan, kepada orang Babilonia, Yehuwa secara pribadi tidak menerima kompensasi. Dan orang Yahudi yang dibuang itu tidak membayarkan uang kepada orang Babilonia atau kepada Yehuwa untuk membeli kembali kebebasan mereka. ”Dengan cuma-cuma” mereka dijual dan ”tanpa uang pembayar” mereka dibeli kembali. Karena itu, Yehuwa tidak perlu membayar kepada para penawan mereka agar ada keseimbangan. Sebaliknya, Ia membeli mereka kembali melalui kuasa ”lengannya yang kudus”.—Yes 52:3-10; Mz 77:14, 15.
Jadi, dalam peranan-Nya sebagai Go·ʼelʹ, Yehuwa juga membalas perlakuan buruk terhadap hamba-hamba-Nya dan sebagai hasil, nama-Nya sendiri dibersihkan dari tuduhan yang diajukan orang-orang yang menggunakan penderitaan Israel sebagai dalih untuk mencela-Nya. (Mz 78:35; Yes 59:15-20; 63:3-6, 9) Sebagai Kerabat Agung dan Penebus Israel secara nasional maupun secara perorangan, Ia menangani ”kasus hukum” mereka demi keadilan.—Mz 119:153, 154; Yer 50:33, 34; Rat 3:58-60; bdk. Ams 23:10, 11.
Sekalipun hidup sebelum dan di luar bangsa Israel, Ayub yang ditimpa penyakit berkata, ”Aku sendiri tahu benar bahwa penebusku hidup, dan bahwa, setelah aku, ia akan bangkit dari debu.” (Ayb 19:25; bdk. Mz 69:18; 103:4.) Sesuai dengan teladan Allah sendiri, raja Israel harus menjadi penebus bagi orang kecil dan orang miskin dalam bangsa itu.—Mz 72:1, 2, 14.
Peranan Kristus Yesus sebagai Penebus. Informasi di atas membubuh dasar untuk memahami tebusan yang disediakan untuk umat manusia melalui Putra Allah, Kristus Yesus. Kebutuhan umat manusia akan tebusan muncul karena adanya pemberontakan di Eden. Adam menjual dirinya untuk melakukan kejahatan demi kesenangan yang mementingkan diri untuk tetap hidup bersama istrinya, yang telah menjadi pelanggar yang berdosa; akibatnya, Adam juga menjadi orang yang terkutuk di hadapan Allah, seperti istrinya. Dengan cara itu, ia menjual dirinya dan keturunannya sebagai budak dosa dan kematian, yaitu harga yang dituntut oleh keadilan Allah. (Rm 5:12-19; bdk. Rm 7:14-25.) Karena memiliki kesempurnaan sebagai manusia, Adam, dan juga semua keturunannya, kehilangan milik yang berharga ini.
Hukum, yang berisi ”bayangan dari perkara-perkara baik yang akan datang”, menetapkan korban-korban binatang sebagai penutup dosa. Tetapi korban-korban itu hanya penutup simbolis, karena binatang lebih rendah daripada manusia; jadi, sebagaimana ditunjukkan oleh sang rasul, ”tidak mungkin darah lembu jantan dan darah kambing [benar-benar] menyingkirkan dosa”. (Ibr 10:1-4) Korban binatang simbolis itu harus tanpa cacat, dari jenis yang sempurna. (Im 22:21) Karena itu, korban tebusan yang sesungguhnya, yaitu manusia yang benar-benar dapat menyingkirkan dosa, juga harus sempurna, tidak bercacat. Ia harus sepadan dengan Adam yang sempurna dan memiliki kesempurnaan manusia, agar ia dapat membayar harga penebusan yang akan membebaskan keturunan Adam dari utang, cacat, dan perbudakan, akibat dijual oleh bapak mereka yang pertama, Adam. (Bdk. Rm 7:14; Mz 51:5.) Hanya dengan cara itu ia dapat memenuhi keadilan sempurna Allah yang menuntut ’jiwa ganti jiwa’.—Kel 21:23-25; Ul 19:21.
Karena ketatnya keadilan Allah, manusia tidak mungkin menyediakan sendiri penebus bagi dirinya. (Mz 49:6-9) Tetapi hasilnya, keagungan kasih dan belas kasihan Allah makin nyata karena Ia memenuhi tuntutan-Nya sendiri dengan pengorbanan yang luar biasa, yaitu memberikan kehidupan Putra-Nya sendiri untuk membayar harga penebusan. (Rm 5:6-8) Agar sepadan dengan Adam yang sempurna, Putra-Nya harus menjadi manusia. Allah melaksanakan hal ini dengan memindahkan kehidupan Putra-Nya dari surga ke dalam rahim Maria, seorang perawan Yahudi. (Luk 1:26-37; Yoh 1:14) Karena Yesus tidak memperoleh kehidupan dari seorang ayah keturunan si pedosa Adam, dan karena roh kudus Allah ”menaungi” Maria, pasti sejak ia mengandung sampai Yesus dilahirkan, Yesus lahir tanpa mewarisi dosa atau ketidaksempurnaan; dapat dikatakan ia adalah ”anak domba yang tidak bercacat dan tidak bernoda”, yang darahnya dapat menjadi persembahan yang diperkenan. (Luk 1:35; Yoh 1:29; 1Ptr 1:18, 19) Ia mempertahankan keadaan tanpa dosa sepanjang kehidupannya sehingga ia tetap memenuhi syarat. (Ibr 4:15; 7:26; 1Ptr 2:22) Karena ”sama-sama dalam darah dan daging”, ia adalah kerabat dekat umat manusia dan memiliki apa yang bernilai, yaitu kehidupannya sendiri yang sempurna, yang ia pertahankan kemurniannya melalui ujian integritas; dengan kehidupannya itulah ia membeli kembali umat manusia, memerdekakan mereka.—Ibr 2:14, 15.
Kitab-Kitab Yunani Kristen membuat jelas bahwa kelepasan dari dosa dan kematian hanya dapat terlaksana dengan membayar suatu harga. Orang Kristen dikatakan ”dibeli dengan harga tertentu” (1Kor 6:20; 7:23), karena mempunyai ”pemilik yang membeli mereka” (2Ptr 2:1), dan Yesus ditampilkan sebagai Anak Domba yang ’telah disembelih dan dengan darahnya membeli orang-orang bagi Allah dari setiap suku dan bahasa dan bangsa’. (Pny 5:9) Dalam ayat-ayat itu kata kerja a·go·raʹzo digunakan, yang artinya hanya ”membeli di pasar [a·go·raʹ]”. Kata kerja terkait e·xa·go·raʹzo (kelepasan melalui pembelian) digunakan oleh Paulus untuk menunjukkan bahwa Kristus melepaskan ”mereka yang berada di bawah hukum dengan membeli mereka” melalui kematiannya di tiang. (Gal 4:5; 3:13) Tetapi gagasan pembebasan atau penebusan lebih sering dan lebih sepenuhnya dinyatakan oleh kata Yunani lyʹtron dan istilah-istilah terkait.
Lyʹtron (dari kata kerja lyʹo, yang artinya ”lepas”) terutama digunakan oleh para penulis Yunani untuk memaksudkan harga yang dibayarkan untuk menebus para tahanan perang atau untuk membebaskan orang-orang yang terbelenggu atau diperbudak. (Bdk. Ibr 11:35.) Dalam dua ayat Alkitab, kata itu digunakan untuk menggambarkan bahwa Kristus memberikan ”jiwanya sebagai tebusan untuk penukar bagi banyak orang”. (Mat 20:28; Mrk 10:45) Kata terkait an·tiʹly·tron digunakan di 1 Timotius 2:6. Menurut Greek and English Lexicon to the New Testament karya Parkhurst, kata ini berarti: ”tebusan, harga penebusan, atau lebih tepat tebusan yang sepadan”. Ia mengutip kata-kata Hiperius, ”Kata itu dengan tepat menyatakan suatu harga yang dengannya para tawanan ditebus dari musuh; dan suatu pertukaran, yaitu kehidupan seseorang ditebus dengan kehidupan orang lain”. Ia menyimpulkan dengan mengatakan, ”Jadi, Aristoteles menggunakan kata kerja [an·ti·ly·troʹo] untuk menebus kehidupan dengan kehidupan.” (London, 1845, hlm. 47) Dengan cara serupa, Kristus ”memberikan dirinya sebagai tebusan yang sepadan bagi semua orang”. (1Tim 2:5, 6) Kata-kata lain yang terkait adalah ly·troʹo·mai, ”membebaskan melalui tebusan” (Tit 2:14; 1Ptr 1:18, 19), dan a·po·lyʹtro·sis, ”kelepasan melalui tebusan”. (Ef 1:7, 14; Kol 1:14) Nyata benar ada persamaan antara penggunaan kata-kata itu dengan kata-kata Ibrani yang telah dibahas. Kata-kata itu tidak menggambarkan pembelian atau pembebasan biasa, tetapi penebusan, kelepasan sebagai hasil pembayaran harga yang sepadan.
Walaupun korban tebusan Kristus tersedia bagi semua orang, tidak semua orang mau menerimanya, dan ”murka Allah tetap ada” pada mereka; hal itu juga akan menimpa orang-orang yang mula-mula menerimanya lalu berpaling dari persediaan itu. (Yoh 3:36; Ibr 10:26-29; kontraskan dengan Rm 5:9, 10.) Mereka tidak memperoleh kelepasan dari keadaan sebagai budak Raja Dosa dan Raja Kematian. (Rm 5:21) Di bawah Hukum, orang yang sengaja membunuh tidak dapat ditebus. Melalui haluan yang sengaja ditempuhnya, Adam mendatangkan kematian atas seluruh umat manusia, karena itu, ia seorang pembunuh. (Rm 5:12) Jadi, Allah tidak mau menerima kehidupan Yesus yang dikorbankan itu sebagai tebusan bagi si pedosa Adam.
Tetapi Allah dengan senang hati menyetujui penerapan tebusan untuk membebaskan keturunan Adam yang bersedia menarik manfaat dari pembebasan tersebut. Seperti yang Paulus nyatakan, ”sebagaimana melalui ketidaktaatan satu pria, banyak orang menjadi orang berdosa, demikian pula melalui ketaatan satu orang, banyak orang akan dibawa kepada keadaan adil-benar”. (Rm 5:18, 19) Pada waktu Adam berdosa dan divonis mati, semua keturunan atau rasnya belum dilahirkan, masih berada dalam pinggangnya, sehingga semua mati bersamanya. (Bdk. Ibr 7:4-10.) Yesus sebagai manusia sempurna, ”Adam yang terakhir” (1Kor 15:45), mempunyai ras atau keturunan yang belum dilahirkan, yang masih ada dalam pinggangnya, dan ketika ia mati tanpa salah sebagai korban manusia yang sempurna, calon ras manusia ini mati bersamanya. Ia dengan sukarela tidak membangun keluarga sendiri dengan memperanakkan putra-putri secara alami. Sebaliknya, Yesus menggunakan wewenang yang Yehuwa karuniakan atas dasar tebusannya untuk memberikan kehidupan kepada semua orang yang mau menerima persediaan ini.—1Kor 15:45; bdk. Rm 5:15-17.
Dengan demikian, Yesus benar-benar adalah ”tebusan yang sepadan”, bukan untuk membebaskan satu pedosa, Adam, melainkan untuk membebaskan seluruh umat manusia keturunan Adam. Ia membeli mereka kembali agar mereka dapat menjadi keluarganya; hal ini ia lakukan dengan mempersembahkan nilai penuh dari korban tebusannya kepada Allah keadilan mutlak yang ada di surga. (Ibr 9:24) Dengan cara itu ia memperoleh Pengantin Perempuan, yaitu sidang surgawi yang terdiri atas para pengikutnya. (Bdk. Ef 5:23-27; Pny 1:5, 6; 5:9, 10; 14:3, 4.) Nubuat-nubuat Mesianik juga menunjukkan bahwa sebagai ”Bapak yang Kekal”, ia akan mempunyai ’keturunan’. (Yes 53:10-12; 9:6, 7) Untuk menjadi ”Bapak” seperti itu, manfaat tebusannya harus diulurkan kepada lebih banyak orang selain para anggota ’Pengantin Perempuannya’. Karena itu, selain orang-orang yang ”dibeli dari antara umat manusia sebagai buah sulung” untuk membentuk sidang surgawi itu, orang-orang lain harus mendapat manfaat dari korban tebusannya dan memperoleh kehidupan abadi dengan disingkirkannya dosa-dosa beserta ketidaksempurnaan mereka. (Pny 14:4; 1Yoh 2:1, 2) Karena para anggota sidang surgawi melayani bersama Kristus sebagai imam-imam dan ”raja-raja atas bumi”, orang-orang lain yang menerima manfaat tebusan pastilah rakyat Kerajaan Kristus di bumi, dan sebagai anak-anak ”Bapak yang Kekal”, mereka memperoleh kehidupan abadi. (Pny 5:10; 20:6; 21:2-4, 9, 10; 22:17; bdk. Mz 103:2-5.) Seluruh penyelenggaraan itu memanifestasikan hikmat Yehuwa dan keadilbenaran-Nya dalam menyeimbangkan neraca keadilan dengan sempurna seraya memperlihatkan kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh dan mengampuni dosa.—Rm 3:21-26.