Pasal 28
Pengujian dan Penyaringan dari Dalam
PERKEMBANGAN dan pertumbuhan organisasi Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern telah mencakup banyak situasi yang sangat menguji iman masing-masing orang. Sebagaimana mengirik dan menampi memisahkan gandum dari sekamnya, demikian pula situasi-situasi ini berfungsi sebagai cara untuk mengenali orang-orang yang adalah orang Kristen sejati. (Bandingkan Lukas 3:17.) Orang-orang yang bergabung dengan organisasi ini harus menyatakan apa yang ada dalam hati mereka. Apakah mereka sekadar melayani demi keuntungan pribadi? Apakah mereka semata-mata menjadi pengikut orang-orang tertentu yang tidak sempurna? Atau apakah mereka rendah hati, bergairah untuk mengetahui dan melakukan kehendak Allah, sepenuh hati berbakti kepada Yehuwa?—Bandingkan 2 Tawarikh 16:9.
Demikian pula, para pengikut Yesus Kristus abad pertama mengalami hal-hal yang menguji iman mereka. Yesus mengatakan kepada para pengikutnya bahwa jika mereka setia, mereka akan memperoleh bagian bersama dia dalam Kerajaannya. (Mat. 5:3, 10; 7:21; 18:3; 19:28) Namun ia tidak mengatakan kepada mereka kapan mereka akan menerima pahala tersebut. Menghadapi tanggapan umum yang acuh tak acuh, bahkan bermusuhan terhadap pengabaran mereka, apakah mereka akan terus dengan loyal menjadikan kepentingan Kerajaan perhatian utama dalam kehidupan mereka? Tidak semua melakukannya.—2 Tim. 4:10.
Cara Yesus sendiri mengajar menjadi suatu ujian bagi beberapa orang. Orang-orang Farisi tersandung ketika ia dengan tegas menolak tradisi-tradisi mereka. (Mat. 15:1-14) Bahkan banyak orang yang mengaku diri murid-murid Yesus merasa tersinggung karena cara ia mengajar. Pada suatu kesempatan, ketika ia sedang membahas pentingnya menjalankan iman kepada nilai dari daging dan darahnya sendiri yang dipersembahkan sebagai korban, banyak di antara murid-muridnya menyatakan keterkejutan atas bahasa kiasan yang digunakannya. Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, mereka ”mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia”.—Yoh. 6:48-66.
Namun tidak semua berpaling darinya. Seperti dijelaskan oleh Simon Petrus, ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh. 6:67-69) Mereka telah melihat dan mendengar banyak hal sehingga mereka yakin bahwa Yesus adalah pribadi yang melaluinya Allah menyatakan kebenaran mengenai diri-Nya sendiri dan maksud-tujuan-Nya. (Yoh. 1:14; 14:6) Meskipun demikian, ujian iman terus berlanjut.
Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, ia menggunakan para rasul dan orang-orang lain sebagai gembala-gembala sidang. Mereka adalah orang-orang yang tidak sempurna, dan kadang-kadang ketidaksempurnaan mereka merupakan cobaan bagi orang-orang di sekitar mereka. (Bandingkan Kisah 15:36-41; Galatia 2:11-14.) Di lain pihak, ada pribadi-pribadi yang menjadi tidak seimbang dalam perasaan kagum mereka terhadap orang-orang Kristen terkemuka dan yang berkata, ”Aku dari golongan Paulus”, sedangkan yang lain berkata, ”Aku dari golongan Apolos”. (1 Kor. 3:4) Mereka semua perlu berjaga-jaga agar tidak kehilangan pandangan akan makna menjadi seorang pengikut Yesus Kristus.
Rasul Paulus menubuatkan problem-problem serius lain, dengan menjelaskan bahwa bahkan dalam sidang Kristen ”akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka”. (Kis. 20:29, 30) Dan rasul Petrus memperingatkan bahwa guru-guru palsu yang ada di antara hamba-hamba Allah akan berupaya mengeksploitasi orang-orang lain dengan ”ceritera-ceritera isapan jempol”. (2 Ptr. 2:1-3) Jelaslah, ujian iman dan loyalitas yang menguji hati bakal terjadi di masa depan.
Maka, pengujian dan penyaringan yang menjadi bagian dari sejarah Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern tidaklah mengejutkan. Namun tidak sedikit yang terkejut melihat siapa yang tersandung dan oleh apa.
Apakah Mereka Sungguh-Sungguh Menghargai Tebusan?
Selama awal tahun 1870-an, Saudara Russell dan rekan-rekannya bertumbuh dalam pengetahuan dan penghargaan akan maksud-tujuan Allah. Itu merupakan masa penyegaran rohani bagi mereka. Namun kemudian, pada tahun 1878, mereka dihadapkan kepada suatu ujian besar mengenai iman mereka dan loyalitas mereka kepada Firman Allah. Persoalannya adalah nilai korban dari daging dan darah Yesus—ajaran yang justru telah menjadi batu sandungan bagi banyak murid Yesus pada abad pertama.
Hanya dua tahun sebelumnya, pada tahun 1876, C. T. Russell mengadakan hubungan kerja bersama N. H. Barbour dari Rochester, New York. Kelompok-kelompok belajar mereka digabung. Russell menyediakan dana untuk menghidupkan kembali pencetakan majalah karangan Barbour, Herald of The Morning dengan Barbour sebagai redaktur dan Russell sebagai pembantu redaktur. Mereka juga bersama-sama telah menghasilkan sebuah buku yang berjudul Three Worlds, and the Harvest of This World.
Kemudian meletuslah suatu konflik! Dalam Herald of The Morning terbitan Agustus 1878, Barbour menulis sebuah artikel dan di dalam artikel tersebut ia meremehkan ayat-ayat seperti 1 Petrus 3:18 dan Yesaya 53:5, 6, juga Ibrani 9:22, dan menyatakan bahwa seluruh gagasan mengenai kematian Kristus sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita itu memuakkan. Russell belakangan menulis, ”Mengejutkan dan juga menyedihkan, Tuan Barbour . . . menulis sebuah artikel untuk Herald yang menyangkal doktrin pendamaian—menyangkal gagasan bahwa kematian Kristus merupakan harga tebusan bagi Adam dan keturunannya, dengan mengatakan bahwa kematian Kristus bukanlah penyelesaian dari hukuman dosa manusia sebagaimana menusukkan jarum ke tubuh seekor lalat yang membuatnya menderita dan mati tidak dapat dianggap oleh orang-tua di bumi sebagai penyelesaian yang adil bagi kenakalan anaknya.”a
Ini merupakan perkara yang penting sekali. Apakah Saudara Russell akan dengan loyal berpaut kepada apa yang jelas dikatakan oleh Alkitab mengenai persediaan Allah bagi keselamatan umat manusia? Atau apakah ia akan menjadi mangsa dari filsafat manusia? Walaupun Russell pada waktu itu baru berusia 26 tahun dan Barbour seorang pria yang jauh lebih tua, Russell dengan berani menulis sebuah artikel dalam terbitan Herald berikutnya dan di dalamnya ia dengan kukuh membela nilai darah Kristus yang dapat menebus dosa, yang disebutnya sebagai ”salah satu ajaran yang paling penting dari firman Allah”.
Kemudian, ia mengundang J. H. Paton, pembantu redaktur Herald yang lain, untuk menulis sebuah artikel yang mendukung iman akan darah Kristus sebagai dasar untuk penebusan dosa. Paton memang menulis artikel itu, dan diterbitkan dalam terbitan bulan Desember. Sesudah upaya berulang kali namun gagal untuk bertukar pikiran dengan Barbour mengenai masalah ini berdasarkan ayat-ayat Alkitab dan dengan penalaran, Russell memutuskan hubungan kerja sama dengannya dan menghentikan dukungan dana bagi majalahnya. Pada bulan Juli 1879, Russell mulai menerbitkan sebuah majalah baru—Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence—yang sejak awal menjadi pendukung istimewa dari ajaran tebusan. Namun masalahnya belum selesai sampai di situ.
Dua tahun kemudian, Paton, yang ketika itu melayani sebagai wakil keliling dari Watch Tower, juga mulai berpaling, dan sesudah itu menerbitkan sebuah buku (buku keduanya berjudul Day Dawn) yang di dalamnya ia menolak kepercayaan bahwa Adam jatuh ke dalam dosa dan dengan demikian membutuhkan seorang penebus. Ia berpikir bahwa Tuhan sendiri adalah seorang manusia yang tidak sempurna yang melalui kehidupannya sekadar memperlihatkan kepada orang-orang lain cara menyalibkan kecenderungan-kecenderungan mereka yang penuh dosa. Pada tahun 1881, A. D. Jones, seorang rekan lain, mulai menerbitkan sebuah surat kabar (Zion’s Day Star) dengan ciri-ciri yang sama seperti Watch Tower namun dengan tujuan hendak menyederhanakan corak-corak maksud-tujuan Allah. Mula-mula segala sesuatu tampak berjalan baik. Namun, dalam setahun, surat kabar Jones memperlihatkan bahwa ia menolak korban pendamaian Kristus, dan dalam setahun berikutnya, surat kabar itu menolak semua hal lain dari Alkitab. Apa yang telah terjadi dengan orang-orang tersebut? Mereka telah membiarkan teori-teori pribadi dan pesona akan filsafat-filsafat populer manusia menyimpangkan mereka dari Firman Allah. (Bandingkan Kolose 2:8.) Surat kabar yang diterbitkan oleh A. D. Jones hanya bertahan untuk waktu singkat dan kemudian hilang dari peredaran. J. H. Paton memutuskan untuk menerbitkan sebuah majalah dan di dalamnya ia membahas injil menurut versinya, tetapi peredarannya sangat terbatas.
Saudara Russell sangat prihatin mengenai pengaruh yang diakibatkan semua hal ini atas para pembaca Watch Tower. Ia menyadari bahwa iman masing-masing diuji. Ia tahu betul bahwa ada yang menafsirkan kecamannya terhadap ajaran-ajaran yang tidak berdasarkan Alkitab sebagai sesuatu yang digerakkan oleh semangat persaingan. Namun Saudara Russell tidak mencari pengikut-pengikut bagi dirinya sendiri. Mengenai apa yang sedang terjadi, ia menulis, ”Tujuan pencobaan dan penyaringan ini terbukti untuk memilih semua orang yang keinginan hatinya tidak mementingkan diri, yang dengan sepenuhnya dan tidak ragu-ragu mengabdi kepada Tuhan, yang begitu ingin agar kehendak Tuhan terjadi, dan yang keyakinannya akan hikmat-Nya, jalan-Nya dan Firman-Nya begitu besar, sehingga mereka tidak mau disimpangkan dari Firman Tuhan, oleh cara berpikir orang lain yang menyesatkan, ataupun oleh rencana dan gagasan mereka sendiri.”
Apakah Allah Menggunakan Saluran yang Kelihatan?
Memang terdapat banyak organisasi agama, dan cukup banyak guru yang juga menggunakan Alkitab. Apakah Allah secara khusus menggunakan Charles Taze Russell? Jika demikian, apakah Allah tidak lagi mempunyai saluran yang kelihatan ketika Saudara Russell meninggal? Ini menjadi persoalan-persoalan kritis, yang mengakibatkan pengujian dan penyaringan lebih lanjut.
Tentunya tidak dapat diharapkan bahwa Allah akan menggunakan C. T. Russell jika ia tidak dengan loyal berpaut pada Firman Allah. (Yer. 23:28; 2 Tim. 3:16, 17) Allah tidak akan menggunakan orang yang karena rasa takut tidak mau mengabarkan dengan jelas apa yang ia lihat tertulis dalam Alkitab. (Yeh. 2:6-8) Allah juga tidak akan menggunakan orang yang mengeksploitasi pengetahuannya tentang Alkitab untuk mendatangkan kemuliaan bagi dirinya sendiri. (Yoh. 5:44) Jadi, apa yang ditunjukkan oleh fakta-fakta?
Seraya Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini meninjau kembali pekerjaan yang telah ia lakukan, hal-hal yang telah ia ajarkan, alasannya untuk mengajarkan semuanya, dan hasilnya, tidak ada keraguan dalam diri mereka bahwa Charles Taze Russell memang digunakan oleh Allah secara khusus dan pada saat yang penting.
Pandangan ini semata-mata tidak didasarkan atas pendirian teguh yang diambil oleh Saudara Russell berkenaan tebusan. Yang diperhitungkan adalah fakta bahwa ia tanpa gentar menolak kredo-kredo yang terdiri dari beberapa kepercayaan dasar Susunan Kristen, karena hal-hal ini bertentangan dengan Alkitab terilham. Kepercayaan-kepercayaan ini mencakup doktrin Tritunggal (yang berakar pada Babilon purba dan baru belakangan diterima oleh mereka yang disebut orang-orang Kristen, lama sesudah Alkitab selesai ditulis) dan juga ajaran bahwa jiwa manusia berperi kodrati tidak berkematian (yang telah diterima oleh orang-orang yang terlalu terpesona oleh filsafat Plato dan yang membuat mereka mudah menerima gagasan seperti siksaan kekal dari jiwa-jiwa dalam api neraka). Banyak sarjana Susunan Kristen juga mengetahui bahwa doktrin-doktrin ini tidak diajarkan dalam Alkitab,b tetapi pada umumnya bukanlah demikian yang dikatakan oleh para pengajar mereka dari mimbar gereja. Secara kontras, Saudara Russell melancarkan suatu kampanye yang intensif untuk membagikan hal-hal yang sebenarnya dikatakan oleh Alkitab kepada semua orang yang ingin mendengar.
Patut diperhatikan pula apa yang Saudara Russell lakukan dengan kebenaran-kebenaran yang sangat penting lainnya yang ia pelajari dari Firman Allah. Ia memahami bahwa Kristus akan kembali sebagai pribadi roh yang mulia, tidak kelihatan oleh mata manusia. Sudah sejak tahun 1876, ia mengenali bahwa tahun 1914 akan menandai berakhirnya Zaman Orang Kafir. (Luk. 21:24, KJ) Sarjana-sarjana Alkitab lainnya juga telah memahami beberapa hal ini dan telah mendukungnya. Namun Saudara Russell menggunakan segala sumber dayanya untuk mengumumkan hal-hal ini secara internasional dalam skala yang hingga saat itu belum tertandingi oleh individu atau kelompok lain mana pun.
Ia mendesak orang-orang lain untuk memeriksa dengan teliti tulisan-tulisannya dibandingkan dengan Firman Allah yang terilham sehingga mereka yakin bahwa apa yang mereka pelajari itu selaras sepenuhnya dengan Firman Allah. Kepada seorang yang menulis surat untuk meminta keterangan, Saudara Russell menjawab, ”Jika patut bagi orang-orang Kristen pada masa awal untuk membuktikan apa yang mereka terima dari para rasul, yang memang terilham sesuai dengan pengakuan mereka, betapa lebih penting agar Anda sepenuhnya meyakinkan diri bahwa ajaran-ajaran ini tetap berpaut erat kepada kerangka petunjuk dari para rasul dan dari Tuhan kita;—karena pengarang dari ajaran-ajaran tersebut tidak mengaku diri terilham, tetapi hanya dibimbing oleh Tuhan, sebagai pribadi yang Ia gunakan untuk memberi makan kawanan dombanya.”
Saudara Russell tidak mengaku diri memiliki kuasa supernatural, atau penyingkapan ilahi. Ia tidak meminta pujian atas apa yang ia ajarkan. Ia seorang pelajar Alkitab yang menonjol. Namun ia menerangkan bahwa pengertiannya yang luar biasa mengenai Alkitab adalah karena ’fakta sederhana bahwa waktu yang Allah tentukan sudah tiba’. Ia berkata, ”Jika saya tidak berbicara, dan tidak ada wakil lain yang dapat ditemukan, batu-batu pun akan berteriak.” Ia menyebut dirinya hanya sebagai jari telunjuk, yang menunjukkan apa yang dinyatakan dalam Firman Allah.
Charles Taze Russell tidak menginginkan kemuliaan dari manusia. Untuk meluruskan cara berpikir siapa pun yang cenderung memberi penghormatan yang berlebihan kepadanya, Saudara Russell menulis, pada tahun 1896, ”Karena kami, melalui kemurahan Allah, sampai taraf tertentu telah digunakan dalam pelayanan injil, sudah sepatutnya untuk mengatakan di sini apa yang telah sering kami katakan secara pribadi, dan yang sebelumnya muncul dalam kolom-kolom ini,—yakni, bahwa walaupun kami menghargai kasih, simpati, kepercayaan dan persaudaraan dari rekan-rekan hamba dan seluruh rumah tangga iman, kami tidak menginginkan sanjungan, atau penghormatan, bagi diri kami atau tulisan-tulisan kami; kami pun tidak ingin dipanggil Bapak Pendeta atau Rabi. Kami juga tidak ingin siapa pun disebut dengan nama kami.”
Seraya kematiannya mendekat, ia tidak beranggapan bahwa tidak ada sesuatu lagi yang dapat dipelajari, bahwa tidak ada lagi pekerjaan yang perlu dilakukan. Ia telah sering berbicara mengenai persiapan jilid ke tujuh dari Studies in the Scriptures (Penelitian mengenai Alkitab). Sewaktu ditanya mengenai hal itu sebelum meninggal, ia berkata kepada Menta Sturgeon, rekannya dalam perjalanan, ”Orang lain dapat menulisnya.” Dalam surat wasiatnya ia menyatakan keinginannya agar The Watch Tower terus diterbitkan di bawah pimpinan sebuah panitia yang terdiri dari pria-pria yang berbakti sepenuhnya kepada Tuhan. Ia menyatakan bahwa mereka yang melayani demikian hendaknya pria-pria ”yang sepenuhnya loyal kepada doktrin-doktrin Alkitab—khususnya kepada doktrin Tebusan—yang menyatakan bahwa perkenan Allah dan keselamatan kepada kehidupan kekal tidak dapat diperoleh kecuali melalui iman akan Kristus dan ketaatan kepada Firman-Nya dan roh dari Firman tersebut.”
Saudara Russell menyadari bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam hal memberitakan kabar baik. Pada suatu pertemuan tanya-jawab di Vancouver, B C, Kanada, pada tahun 1915, kepadanya ditanyakan kapan gerangan para pengikut Kristus yang diurapi dengan roh dan yang ketika itu hidup dapat berharap untuk menerima pahala surgawi mereka. Ia menjawab, ”Saya tidak tahu, tetapi ada suatu pekerjaan besar yang harus dilakukan. Dan dibutuhkan ribuan saudara dan jutaan uang untuk melakukannya. Dari mana hal-hal ini akan datang saya tidak tahu—Tuhan tahu urusan-Nya sendiri.” Kemudian, pada tahun 1916, tidak lama sebelum ia mengawali perjalanannya untuk menyampaikan khotbah dan yang menjadi perjalanannya yang terakhir, ia memanggil A. H. Macmillan, seorang asisten administrasi, untuk datang ke kantornya. Pada kesempatan itu ia berkata, ”Saya tidak mampu lagi untuk melaksanakan pekerjaan itu, namun ada suatu pekerjaan besar yang harus dilakukan.” Selama tiga jam ia melukiskan kepada Saudara Macmillan pekerjaan pengabaran ekstensif yang, berdasarkan Alkitab, ia lihat akan terjadi di masa mendatang. Terhadap keberatan-keberatan Saudara Macmillan, ia menjawab, ”Ini bukan pekerjaan manusia.”
Pergantian Tata Pimpinan Mendatangkan Pengujian
Banyak dari antara rekan-rekan Saudara Russell sangat yakin bahwa Tuhan mengendalikan segalanya dengan baik. Pada saat pemakaman Saudara Russell, W. E. Van Amburgh menyatakan, ”Allah telah menggunakan banyak hamba di masa lalu dan Ia pasti akan menggunakan banyak hamba di masa depan. Pembaktian kita bukan untuk seorang manusia, atau untuk pekerjaan manusia, tetapi untuk melakukan kehendak Allah, yang akan Ia ungkapkan kepada kita melalui Firman-Nya dan petunjuk yang ditetapkan-Nya. Allah masih tetap memimpin.” Saudara Van Amburgh tidak pernah goyah dalam keyakinan tersebut hingga kematiannya.
Akan tetapi, patut disayangkan, bahwa ada beberapa orang yang mengaku mengagumi Russell namun memperlihatkan semangat yang berbeda. Akibatnya, keadaan yang berubah sesudah kematian Russell mengakibatkan pengujian dan penyaringan. Kelompok-kelompok yang murtad memisahkan diri bukan hanya di Amerika Serikat melainkan juga di Belfast, Irlandia; di Kopenhagen, Denmark; di Vancouver dan Victoria, Kolombia Inggris, Kanada; dan di tempat-tempat lain. Di Helsinki, Finlandia, beberapa menganut pandangan bahwa sesudah kematian Russell tidak ada saluran bagi terang rohani selanjutnya. Atas desakan orang-orang terkemuka tertentu, 164 orang di sana meninggalkan organisasi. Apakah hal itu diberkati Allah? Untuk sementara mereka menerbitkan majalah mereka sendiri dan mengadakan perhimpunan mereka sendiri. Akan tetapi, pada waktunya, kelompok itu terpecah, menjadi semakin lemah, dan tamat riwayatnya; dan banyak di antara mereka dengan senang hati kembali ke perhimpunan-perhimpunan Siswa-Siswa Alkitab. Akan tetapi, tidak semua kembali.
Kematian Saudara Russell, beserta perkembangan-perkembangan yang terjadi kemudian, juga menghadapkan suatu ujian kepada R. E. B. Nicholson, sekretaris kantor cabang Australia, dan membuat ia menyingkapkan isi hatinya. Sesudah kematian Russell, Nicholson menulis, ”Selama lebih dari seperempat abad saya telah mengasihi dia, bukan saja karena pekerjaannya, melainkan juga karena kepribadiannya yang indah, dan saya telah bersukacita dengan kebenaran-kebenaran yang disampaikannya sebagai ’daging pada musim yang tepat’, dan dengan nasihatnya, mengagumi sifatnya yang simpatik, baik budi, pengasih yang begitu mulia terpadu dengan ketabahan hati dan tekad yang kuat untuk melakukan dan berani menghadapi apa pun agar dapat mengemban apa yang diyakininya sebagai kehendak Ilahi atau penyingkapan Firman-Nya. . . . Ada perasaan sepi ketika seseorang menyadari bahwa saka guru yang kuat ini telah tiada.”
Joseph F. Rutherford, presiden baru Lembaga Menara Pengawal, menurut Nicholson bukanlah pria yang sesuai untuk kedudukan pengawas yang pernah dipegang oleh Saudara Russell. Nicholson mulai terang-terangan mengkritik cara blak-blakan yang digunakan oleh bahan pengajaran Alkitab yang baru dalam mengecam agama palsu. Tidak lama kemudian ia meninggalkan organisasi, dan ia membawa serta banyak milik Lembaga (yang telah ia daftarkan atas namanya sendiri) serta orang-orang di Melbourne yang, pada gilirannya, telah cenderung untuk mengikutinya. Mengapa hal itu terjadi? Ternyata Nicholson telah membiarkan dirinya menjadi pengikut manusia; maka, ketika pribadi tersebut tidak ada lagi, kejujuran dan gairah Nicholson untuk melayani Tuhan menjadi dingin. Tidak seorang pun di antara mereka yang pada waktu itu memisahkan diri berkembang dengan baik. Akan tetapi, patut diperhatikan, bahwa Jane Nicholson, walaupun berperawakan lemah, tidak mengikuti suaminya dalam kemurtadannya. Pengabdiannya terutama ditujukan kepada Allah Yehuwa, dan ia terus melayani Dia sepenuh waktu hingga kematiannya pada tahun 1951.
Banyak orang menyadari bahwa apa yang terjadi pada tahun-tahun sesudah kematian Saudara Russell adalah sebagai pelaksanaan kehendak Tuhan. Salah seorang hamba Yehuwa di Kanada menulis mengenai hal ini kepada Saudara Rutherford, sebagai berikut,
”Saudara yang kami kasihi, janganlah salah terima sekarang bila saya menulis yang berikut. Watak Saudara dan watak Saudara Russell yang kita kasihi begitu berbeda bagaikan siang dan malam. Patut disesalkan, bahwa ada banyak, ya, sangat banyak, yang menyukai Saudara Russell karena kepribadian, wataknya, dsb.; dan sedikit, sangat sedikit yang menentangnya. Banyak yang menerima kebenaran hanya karena Saudara Russell mengatakannya demikian. Lalu, banyak yang mulai memuja pria itu . . . Saudara masih ingat ketika Saudara Russell pada suatu kebaktian berkhotbah dari hati ke hati tentang kelemahan ini yang terdapat pada banyak saudara yang beritikad baik, dengan mendasarkan khotbahnya pada Yohanes dan sang malaikat. (Wahyu 22:8, 9) Ketika ia meninggal kita semua tahu apa yang terjadi.
”Namun Anda, Saudara Rutherford, mempunyai watak yang berbeda sekali dari watak Saudara Russell. Bahkan penampilan kalian berbeda. Itu bukan kesalahan Saudara. Itu pembawaan sejak lahir, dan Saudara tidak dapat menolaknya. . . . Sejak Saudara ditempatkan di tampuk pimpinan untuk menangani segala urusan LEMBAGA, Saudara telah menjadi sasaran kecaman yang tidak benar dan fitnah yang paling keji, semua ini datang dari saudara-saudara. Namun, meskipun semua ini Saudara tetap loyal dan mengabdi kepada Tuhan yang kita kasihi dan kepada penugasan-Nya sebagaimana dicatat dalam Yesaya 61:1-3. Apakah Tuhan mengetahui apa yang diperbuat-Nya ketika Ia menempatkan Saudara pada tampuk pimpinan? Pasti demikian halnya. Di waktu yang lalu kita semua cenderung untuk lebih memuja makhluk daripada Sang Pencipta. Tuhan mengetahui hal itu. Maka ia menempatkan seorang makhluk dengan watak yang berbeda pada tampuk pimpinan, atau lebih baik saya katakan untuk mengepalai pekerjaan, yakni pekerjaan penuaian. Saudara tidak menginginkan siapa pun memuja Saudara. Saya tahu itu, namun Saudara justru ingin agar semua saudara yang sama-sama memiliki iman yang sangat berharga itu menikmati terang yang kini menyinari jalan yang ditempuh orang benar, sebagaimana Tuhan menganggapnya patut bersinar. Dan itulah yang Tuhan inginkan untuk dilakukan.”
Memperjelas Identitas ”Hamba yang Setia dan Bijaksana”
Banyak di antara mereka yang tersaring ke luar pada waktu itu bersikeras dalam anggapan bahwa satu pribadi, yaitu Charles Taze Russell, adalah ”hamba yang setia dan bijaksana” yang dinubuatkan oleh Yesus di Matius 24:45-47 (KJ), dan hamba ini akan membagikan makanan rohani kepada rumah tangga iman. Khususnya setelah kematiannya, The Watch Tower sendiri mengemukakan anggapan ini selama beberapa tahun. Mengingat peranan penting yang telah dimainkan oleh Saudara Russell, bagi Siswa-Siswa Alkitab pada masa itu tampaknya memang demikianlah halnya. Ia secara pribadi tidak memperkembangkan gagasan itu, namun ia memang mengakui adanya argumen-argumen yang jelas masuk akal dari mereka yang menyetujuinya.c Akan tetapi, ia juga menekankan, bahwa siapa pun yang mungkin digunakan oleh Tuhan dalam peranan demikian haruslah rendah hati dan juga bergairah untuk mendatangkan kemuliaan bagi sang Majikan, dan jika pribadi yang dipilih oleh Tuhan itu gagal, maka ia akan digantikan oleh yang lain.
Akan tetapi, seraya terang kebenaran secara progresif bersinar bahkan lebih terang setelah kematian Saudara Russell, dan seraya pengabaran yang dinubuatkan oleh Yesus bahkan semakin meluas, maka menjadi jelaslah bahwa ”hamba yang setia dan bijaksana” (KJ), atau ”budak yang setia dan bijaksana” (NW), belum berlalu dari dunia sewaktu Saudara Russell meninggal. Pada tahun 1881, Saudara Russell sendiri mengemukakan pandangan bahwa ”hamba” tersebut terdiri dari seluruh badan umat Kristen yang setia yang diurapi dengan roh. Ia melihatnya sebagai hamba secara kolektif, satu golongan orang-orang yang bersatu padu melakukan kehendak Allah. (Bandingkan Yesaya 43:10.) Pengertian ini diteguhkan kembali oleh Siswa-Siswa Alkitab pada tahun 1927. Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini mengakui majalah Watchtower dan publikasi-publikasi sejenisnya sebagai sarana yang digunakan oleh budak yang setia dan bijaksana untuk menyalurkan makanan rohani. Mereka tidak menyatakan bahwa golongan budak ini mutlak sempurna, tetapi mereka memang memandangnya sebagai satu-satunya saluran yang digunakan Tuhan selama hari-hari terakhir dari sistem perkara ini.
Bila Keangkuhan Menjadi Rintangan
Akan tetapi, kadangkala terjadi bahwa individu-individu dalam kedudukan yang bertanggung jawab mulai memandang diri mereka sendiri sebagai saluran terang rohani, sehingga mereka menentang hal-hal yang disediakan oleh organisasi. Yang lain-lain semata-mata menyerah kepada keinginan untuk menjalankan pengaruh pribadi yang lebih besar. Mereka berupaya agar orang-orang lain mengikuti mereka, atau, sebagaimana rasul Paulus menyatakannya, ”menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.” (Kisah 20:29, 30) Tentu saja, hal ini menguji motif dan kemantapan rohani dari orang-orang yang hendak mereka pikat. Perhatikan beberapa contoh:
Surat-surat khusus kepada Siswa-Siswa Alkitab di Allegheny, Pennsylvania, mengundang mereka untuk menghadiri suatu pertemuan pada tanggal 5 April 1894. Saudara dan Saudari Russell tidak diundang dan tidak hadir, namun kira-kira 40 orang lain hadir. Surat itu, yang ditandatangani oleh E. Bryan, S. D. Rogers, J. B. Adamson, dan O. von Zech, menyatakan bahwa pertemuan itu akan membahas hal-hal yang menyangkut ”kesejahteraan terbesar” mereka. Ternyata hal tersebut merupakan upaya keji di pihak mereka yang berkomplot ini untuk meracuni pikiran orang-orang lain, dengan membuka rahasia tentang hal-hal yang mereka anggap tercela dalam urusan bisnis Saudara Russell (walaupun fakta-faktanya adalah sebaliknya), dengan melontarkan pernyataan bahwa Saudara Russell memiliki terlalu banyak wewenang (yang mereka inginkan untuk mereka sendiri), dan dengan mengeluh bahwa ia lebih menyukai penggunaan media cetak untuk menyebarkan injil dan perhimpunan kelompok Alkitab sebaliknya daripada sekadar menyampaikan ceramah (dengan cara ini mereka dapat lebih mudah mengemukakan pandangan pribadi). Sidang sangat bingung oleh peristiwa tersebut, dan banyak yang tersandung. Namun mereka yang meninggalkan organisasi tidak menjadi orang-orang yang lebih rohani atau lebih bergairah dalam pekerjaan Tuhan.
Lebih dari 20 tahun kemudian, sebelum ia meninggal, Saudara Russell menyatakan niatnya untuk mengutus Paul S. L. Johnson, seorang pembicara yang sangat cakap, untuk menguatkan Siswa-Siswa Alkitab di sana, karena menghormati keinginan Saudara Russell, Lembaga mengutus Saudara Johnson ke Inggris pada bulan November 1916. Akan tetapi, segera setelah tiba di Inggris, ia memecat dua manajer Lembaga. Karena menganggap dirinya sebagai pribadi yang penting, ia menyatakan dalam khotbah dan surat-menyurat bahwa apa yang ia lakukan telah digambarkan sebelumnya dalam Alkitab oleh Ezra, Nehemia, dan Mordekhai. Ia mengaku diri sebagai pengurus (atau, orang yang bertugas) yang disebut oleh Yesus dalam perumpamaannya di Matius 20:8. Ia berupaya menguasai uang Lembaga, dan ia mengajukan gugatan ke Mahkamah Tinggi London untuk melaksanakan tujuannya.
Karena gagal dalam upayanya, ia kembali ke New York. Di tempat itu ia mengupayakan dukungan dari orang-orang tertentu yang melayani dalam dewan direksi Lembaga. Mereka yang terbujuk untuk berpihak kepadanya berupaya mencapai tujuan mereka dengan berusaha mengeluarkan sebuah resolusi guna mencabut undang-undang setempat dari Lembaga yang memberi wewenang kepada presiden untuk mengelola urusan-urusannya. Mereka ingin agar semua keputusan menjadi wewenang mereka. Tindakan hukum diambil oleh Saudara Rutherford untuk melindungi kepentingan-kepentingan Lembaga, dan mereka yang berusaha mengganggu pekerjaan Lembaga dipersilakan meninggalkan Rumah Betel. Pada pertemuan tahunan dari para pemegang saham Lembaga pada awal tahun berikutnya, sewaktu dewan direksi dan para pejabatnya dipilih untuk tahun yang akan datang, mereka yang telah bertindak sebagai penghasut ditolak dengan jumlah suara yang sangat besar. Mungkin beberapa di antara mereka berpikir bahwa mereka benar, namun sebagian besar dari saudara-saudara rohani mereka menyatakan dengan jelas bahwa mereka tidak setuju. Maukah mereka menerima teguran tersebut?
Sesudah itu, P. S. L. Johnson tampil di perhimpunan-perhimpunan Siswa-Siswa Alkitab dan bertindak seolah-olah ia setuju dengan kepercayaan dan kegiatan mereka. Namun setelah memperoleh kepercayaan dari beberapa saudara, ia menaburkan benih-benih keragu-raguan. Jika seseorang menyarankan untuk memisahkan diri dari Lembaga, ia dengan munafik menganjurkan untuk tidak melakukan hal itu—sampai loyalitas dari kelompok itu telah diserang habis-habisan. Melalui surat-menyurat dan bahkan dengan perjalanan-perjalanan pribadi, ia berusaha mempengaruhi saudara-saudara tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di Kanada, Jamaika, Eropa, dan Australia. Apakah ini berhasil baik?
Tampaknya mungkin demikian bila mayoritas dalam sidang memberikan suara yang mendukung pemutusan hubungan dengan Lembaga. Namun mereka bagaikan cabang yang dikerat dari pohon—hijau sebentar, lalu menjadi layu dan mati. Sewaktu para penentang mengadakan kebaktian pada tahun 1918, perselisihan-perselisihan muncul ke permukaan, dan terjadilah perpecahan. Disintegrasi berlanjut. Beberapa berfungsi selama beberapa waktu sebagai sekte-sekte kecil dengan seorang pemimpin yang mereka kagumi. Tak seorang pun dari mereka yang membaktikan diri kepada pekerjaan memberi kesaksian umum mengenai Kerajaan Allah di seluruh bumi yang berpenduduk, yang merupakan pekerjaan yang Yesus tugaskan kepada para pengikutnya.
Seraya hal-hal ini terjadi, saudara-saudara diingatkan akan apa yang tercatat di 1 Petrus 4:12, ”Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.”
Bukan hanya mereka yang disebut di atas yang membiarkan keangkuhan merongrong iman mereka. Orang-orang lain juga demikian, termasuk Alexandre Freytag, manajer kantor Lembaga di Jenewa, Swiss. Ia suka menarik perhatian kepada diri sendiri, menambahkan gagasan-gagasannya sendiri ketika menerjemahkan publikasi-publikasi Lembaga ke dalam bahasa Prancis, dan bahkan menggunakan fasilitas-fasilitas Lembaga untuk menerbitkan bacaannya sendiri. Di Kanada, ada W. F. Salter, seorang manajer kantor cabang Lembaga yang mulai tidak setuju dengan publikasi-publikasi Lembaga, membiarkan orang-orang mengetahui bahwa ia berharap untuk menjadi presiden berikut dari Lembaga Menara Pengawal, dan, sesudah ia dipecat, secara tidak jujur ia menggunakan kop surat Lembaga untuk memberi instruksi kepada sidang-sidang di Kanada dan di luar negeri guna mempelajari bahan yang telah ia tulis secara pribadi. Di Nigeria, ada antara lain G. M. Ukoli, yang mula-mula memperlihatkan gairah akan kebenaran namun kemudian mulai melihatnya sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan materi dan kehormatan pribadi. Kemudian, ketika tujuannya gagal, ia beralih kepada perbuatan mengecam saudara-saudara yang setia di pers umum. Dan ada lagi yang lain.
Bahkan pada tahun-tahun belakangan ini, beberapa individu yang memegang kedudukan penting sebagai pengawas memperlihatkan semangat serupa.
Tentu saja, orang-orang ini memang memiliki kebebasan untuk mempercayai apa yang mereka pilih. Namun siapa pun yang di muka umum atau secara pribadi menganjurkan pandangan-pandangan yang menyimpang dari apa yang terdapat dalam publikasi-publikasi sebuah organisasi, dan yang berbuat demikian sambil menyatakan diri mewakili organisasi tersebut, menimbulkan perpecahan. Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa menangani situasi-situasi ini?
Mereka tidak melancarkan suatu kampanye penganiayaan terhadap orang-orang demikian (walaupun orang-orang yang murtad ini sering memperlakukan dengan keji saudara-saudara yang dulu merupakan saudara rohani mereka), dan mereka juga tidak berusaha menganiaya orang-orang itu secara fisik (sebagaimana dipraktekkan oleh Gereja Katolik dengan Inkwisisi). Sebaliknya, mereka mengikuti nasihat yang terilham dari rasul Paulus, yang menulis, ”Supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan [”kejadian-kejadian untuk membuat tersandung”, NW]. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita . . . dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.”—Rm. 16:17, 18.
Seraya orang-orang lain mengamati apa yang terjadi, mereka juga diberi kesempatan untuk menyatakan apa yang ada dalam hati mereka.
Pandangan-Pandangan Doktrin yang Perlu Dimurnikan
Saksi-Saksi Yehuwa secara terbuka mengakui bahwa pengertian mereka tentang maksud-tujuan Allah telah mengalami banyak penyesuaian dari tahun ke tahun. Fakta bahwa pengetahuan mengenai maksud-tujuan Allah itu progresif menunjukkan bahwa perubahan harus terjadi. Hal itu bukan karena maksud-tujuan Allah itu berubah, melainkan penerangan yang terus-menerus Ia berikan kepada hamba-hamba-Nya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dalam sudut pandangan mereka.
Dari Alkitab Saksi-Saksi menjelaskan bahwa demikian pula halnya dengan hamba-hamba Allah yang setia pada zaman lampau. Abraham menjalin hubungan yang akrab dengan Yehuwa; tetapi ketika ia meninggalkan Ur, pria yang beriman tersebut tidak mengetahui ke negeri mana Allah menuntunnya, dan selama bertahun-tahun ia sama sekali tidak mengetahui dengan pasti bagaimana Allah kelak memenuhi janji-Nya untuk membuat suatu bangsa yang besar melalui dia. (Kej. 12:1-3; 15:3; 17:15-21; Ibr. 11:8) Allah menyingkapkan banyak kebenaran kepada para nabi, namun ada hal-hal lain yang belum mereka pahami pada waktu itu. (Dan. 12:8, 9; 1 Ptr. 1:10-12) Demikian pula, Yesus menjelaskan banyak hal kepada para rasulnya, namun bahkan pada akhir kehidupannya di bumi ia berkata kepada mereka bahwa masih ada banyak hal yang harus mereka pelajari. (Yoh. 16:12) Beberapa di antara perkara-perkara ini, seperti misalnya maksud-tujuan Allah untuk membawa orang-orang Kafir ke dalam sidang, baru dipahami setelah para rasul melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi sebagai penggenapan nubuat.—Kis. 11:1-18.
Sebagaimana dapat diduga, ketika perubahan-perubahan menuntut disisihkannya pandangan-pandangan yang dahulu sangat disukai, hal itu menjadi suatu ujian bagi beberapa orang. Lagi pula, tidak semua penyesuaian dalam hal pemahaman diterima dengan mudah, dalam satu langkah. Karena ketidaksempurnaan, kadang-kadang ada kecenderungan untuk beralih ke satu ekstrem atau ke ekstrem yang lain sebelum posisi yang benar dipahami. Ini mungkin membutuhkan waktu. Beberapa yang cenderung bersikap kritis telah tersandung akan hal ini. Perhatikan sebuah contoh:
Sudah sejak tahun 1880, publikasi-publikasi Menara Pengawal membahas berbagai perincian yang berkaitan dengan perjanjian Abraham, perjanjian Taurat, dan perjanjian baru. Susunan Kristen telah kehilangan penglihatan tentang janji Allah yaitu bahwa melalui benih Abraham semua keluarga di bumi pasti akan memberkati diri mereka sendiri. (Kej. 22:18, NW) Tetapi Saudara Russell sangat berminat untuk memahami bagaimana Allah akan melaksanakan hal ini. Ia berpikir bahwa dalam penjelasan Alkitab mengenai Hari Pendamaian Yahudi ia melihat adanya petunjuk-petunjuk mengenai caranya hal itu terlaksana dalam hubungan dengan suatu perjanjian baru. Pada tahun 1907, ketika perjanjian-perjanjian tersebut dibahas kembali, dengan penekanan khusus pada peranan rekan-rekan pewaris bersama Kristus dalam mewujudkan berkat-berkat bagi umat manusia yang dinubuatkan dalam perjanjian Abraham, beberapa Siswa-Siswa Alkitab mengajukan keberatan-keberatan yang sengit.
Pada waktu itu terdapat hambatan-hambatan tertentu untuk mendapatkan pengertian yang jelas mengenai berbagai hal. Siswa-Siswa Alkitab ketika itu belum melihat dengan tepat kedudukan Israel jasmani dalam hubungan dengan maksud-tujuan Allah. Hambatan ini baru tersingkir setelah terdapat banyak sekali bukti bahwa orang-orang Yahudi sebagai suatu bangsa tidak berminat untuk digunakan oleh Allah dalam penggenapan firman nubuat-Nya. Hambatan lain adalah Siswa-Siswa Alkitab tidak dapat dengan tepat mengidentifikasi ”kumpulan besar” di Wahyu 7:9, 10. Identitas ini baru menjadi jelas setelah kumpulan besar itu sungguh-sungguh mulai menyatakan diri sesuai penggenapan nubuat. Mereka yang dengan pedas mengkritik Saudara Russell juga tidak mengerti perkara-perkara ini.
Namun, beberapa yang mengaku diri saudara Kristen melontarkan tuduhan palsu bahwa The Watch Tower telah menyangkal Yesus sebagai Perantara antara Allah dan manusia, telah menolak tebusan serta menyangkal kebutuhan dan fakta akan pendamaian. Semua ini tidaklah benar. Namun beberapa yang mengatakannya adalah pribadi-pribadi terkemuka, dan mereka itu menarik orang-orang lain sebagai murid-murid bagi mereka sendiri. Mereka mungkin benar dalam beberapa perincian yang mereka ajarkan berkenaan perjanjian baru, tetapi apakah Tuhan memberkati apa yang mereka lakukan? Selama beberapa waktu, beberapa di antara mereka mengadakan pertemuan-pertemuan, namun kemudian kelompok-kelompok mereka mati.
Sebagai kontras, Siswa-Siswa Alkitab terus ambil bagian dalam pemberitaan kabar baik, seperti diperintahkan oleh Yesus kepada murid-muridnya. Pada waktu yang sama, mereka terus mempelajari Firman Allah dan waspada terhadap perkembangan-perkembangan yang akan memberi penerangan atas pengertiannya. Akhirnya, selama tahun 1930-an, hambatan-hambatan utama dalam memperoleh pengertian yang jelas tentang perjanjian-perjanjian itu tersingkir, dan pernyataan-pernyataan yang diperbaiki mengenai persoalan tersebut muncul dalam The Watchtower dan publikasi-publikasi yang berkaitan.d Betapa hal ini membawa sukacita bagi mereka yang telah menanti dengan sabar!
Apakah Penantian Mereka Benar?
Pada waktu-waktu tertentu Siswa-Siswa Alkitab memiliki harapan dan penantian yang dicemooh oleh para pengkritik. Namun, semua harapan dan penantian tersebut berakar pada keinginan yang kuat untuk melihat penggenapan dari hal-hal yang diyakini oleh umat Kristen yang bergairah ini dipahami sebagai janji-janji Allah yang tidak akan gagal.
Dengan belajar Alkitab yang terilham, mereka mengetahui bahwa Yehuwa telah menjanjikan berkat-berkat bagi segala bangsa di bumi dengan perantaraan benih Abraham. (Kej. 12:1-3; 22:15-18) Mereka melihat dalam Firman Allah janji bahwa Putra manusia akan memerintah sebagai Raja surgawi atas seluruh bumi, bahwa sekawanan kecil orang-orang yang setia akan diambil dari bumi untuk ikut ambil bagian bersamanya dalam Kerajaannya, dan bahwa mereka ini akan memerintah sebagai raja selama seribu tahun. (Dan. 7:13, 14; Luk. 12:32; Why. 5:9, 10; 14:1-5; 20:6) Mereka mengetahui janji Yesus bahwa ia akan kembali dan membawa serta orang-orang yang bagi mereka telah ia siapkan suatu tempat di surga. (Yoh. 14:1-3) Mereka mengetahui janji bahwa Mesias juga akan memilih beberapa di antara para leluhurnya yang setia untuk menjadi pangeran di seluruh bumi. (Mzm. 45:17) Mereka mengetahui bahwa Alkitab menubuatkan akhir sistem perkara tua yang jahat ini dan menyadari bahwa hal ini berkaitan dengan perang pada hari besar Allah Yang Mahakuasa di Armagedon. (Mat. 24:3; Why. 16:14, 16) Mereka sangat terkesan oleh ayat-ayat yang menunjukkan bahwa bumi diciptakan untuk dihuni selama-lamanya, bahwa mereka yang hidup di atasnya akan menikmati perdamaian sejati, dan bahwa semua orang yang menaruh iman kepada korban manusia Yesus yang sempurna dapat menikmati kehidupan kekal di Firdaus.—Yes. 2:4; 45:18; Luk. 23:42, 43; Yoh. 3:16.
Sudah sewajarnya bila mereka bertanya-tanya tentang kapan dan bagaimana hal-hal ini akan terwujud. Apakah Alkitab yang terilham memberi suatu petunjuk?
Dengan menggunakan kronologi Alkitab yang pertama-tama diuraikan oleh Christopher Bowen dari Inggris, mereka berpikir bahwa 6.000 tahun sejarah manusia telah berakhir pada tahun 1873, bahwa sesudah itu mereka berada dalam periode seribu tahun yang ketujuh dari sejarah manusia, dan bahwa mereka pasti telah mendekati fajar dari Milenium yang dinubuatkan. Rangkaian buku yang dikenal sebagai Millennial Dawn (dan kemudian disebut Studies in the Scriptures), yang ditulis oleh C. T. Russell, menarik perhatian kepada implikasi-implikasi mengenai hal ini sesuai dengan yang Siswa-Siswa Alkitab pahami dari Alkitab.
Hal lain yang dipahami sebagai kemungkinan petunjuk waktu menyangkut penyelenggaraan yang Allah adakan di Israel purba untuk Tahun Yobel, suatu tahun pembebasan, setiap tahun ke-50. Tahun ini datang sesudah serangkaian tujuh periode yang meliputi 7 tahun, dan yang masing-masing periode berakhir dengan tahun sabat. Selama tahun Yobel, budak-budak Ibrani dibebaskan dan hak milik tanah warisan yang telah terjual dikembalikan. (Im. 25:8-10) Perhitungan yang didasarkan atas siklus tahun-tahun ini membawa kepada kesimpulan bahwa mungkin suatu Tahun Yobel yang lebih besar bagi seluruh bumi telah mulai pada musim gugur tahun 1874, bahwa agaknya Tuhan telah kembali pada tahun tersebut dan hadir secara tidak kelihatan, dan bahwa ”waktu pemulihan segala sesuatu” telah tiba.—Kis. 3:19-21, KJ.
Berdasarkan gagasan bahwa peristiwa-peristiwa abad pertama mungkin sejajar dengan peristiwa-peristiwa yang berkaitan di kemudian hari, mereka juga menyimpulkan bahwa jika pembaptisan dan pengurapan Yesus pada musim gugur tahun 29 M sejajar dengan awal kehadirannya yang tidak kelihatan pada tahun 1874, maka masuknya ia ke Yerusalem sebagai Raja pada musim semi tahun 33 M akan menunjuk kepada musim semi tahun 1878 sebagai waktu ketika ia mulai berkuasa sebagai Raja surgawi.e Mereka juga berpikir bahwa pahala surgawi akan mereka terima pada waktu itu. Ketika hal itu tidak terjadi, mereka menyimpulkan bahwa mengingat para pengikut Yesus yang terurap harus ikut bersamanya dalam Kerajaan, kebangkitan kepada kehidupan roh dari mereka yang sudah tidur dalam kematian mulai pada waktu itu. Juga ditarik kesimpulan bahwa akhir perkenan khusus Allah terhadap Israel jasmani hingga tahun 36 M dapat menunjuk kepada tahun 1881 sebagai waktu ketika kesempatan khusus untuk menjadi bagian dari Israel rohani akan berakhir.f
Dalam khotbah ”Jutaan Orang yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati”, yang disampaikan oleh J. F. Rutherford pada tanggal 21 Maret 1920 di Hippodrome di New York City, perhatian ditarik kepada tahun 1925. Atas dasar apa tahun itu dianggap penting? Dalam sebuah buku kecil yang diterbitkan pada tahun 1920 itu juga, dikemukakan bahwa jika 70 Tahun Yobel penuh dihitung sejak waktu yang dipahami sebagai tanggal masuknya Israel ke Tanah Perjanjian (bukannya dimulai sesudah Tahun Yobel gambaran yang terakhir sebelum pembuangan ke Babilon dan kemudian dihitung hingga awal saat Tahun Yobel pada akhir siklus ke-50), maka hal ini dapat menunjuk kepada tahun 1925. Berdasarkan apa yang dikatakan di situ, banyak yang berharap bahwa mungkin kaum sisa kawanan kecil akan menerima pahala surgawi menjelang tahun 1925. Tahun ini juga dihubungkan dengan penantian akan kebangkitan hamba-hamba Allah yang setia zaman pra-Kristen guna pelayanan mereka di bumi sebagai pangeran yang mewakili Kerajaan surgawi. Jika ini benar-benar terjadi, itu berarti bahwa umat manusia telah memasuki suatu era tanpa dikuasai maut, dan jutaan orang yang kelak hidup dapat memiliki harapan tidak akan pernah mati di bumi. Betapa prospek yang membahagiakan! Meskipun keliru, mereka dengan penuh gairah menceritakannya kepada orang-orang lain.
Belakangan, selama tahun-tahun sejak 1935 hingga 1944, tinjauan kembali mengenai keseluruhan rangka kronologi Alkitab menyingkapkan bahwa terjemahan yang kurang baik dari Kisah 13:19, 20 dalam King James Version,g ditambah dengan faktor-faktor tertentu lain, telah membuat kronologi meleset lebih dari satu abad.h Hal ini kemudian menyebabkan adanya gagasan—kadang-kadang dinyatakan sebagai suatu kemungkinan, kadang-kadang lebih tegas lagi—bahwa karena milenium yang ketujuh dari sejarah manusia akan dimulai pada tahun 1975, maka peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan awal Pemerintahan Milenium Kristus mungkin mulai terjadi pada tahun itu.
Apakah kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa mengenai perkara-perkara ini terbukti benar? Mereka tentu tidak salah bila percaya bahwa Allah tidak akan gagal melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya. Namun beberapa perhitungan waktu mereka dan penantian yang mereka kaitkan dengan hal-hal ini menimbulkan kekecewaan yang hebat.
Setelah tahun 1925, angka hadirin perhimpunan merosot secara dramatis di beberapa sidang di Prancis dan Swiss. Demikian pula, pada tahun 1975, terdapat kekecewaan ketika penantian akan awal Milenium tidak terwujud. Akibatnya, beberapa mengundurkan diri dari organisasi. Yang lain dipecat, karena mereka berupaya meruntuhkan iman dari rekan-rekan. Tidak diragukan lagi, rasa kecewa karena tanggal tersebut menjadi suatu faktor, namun dalam beberapa hal, pokok persoalannya lebih mendalam. Beberapa pribadi juga mempermasalahkan perlunya berpartisipasi dalam pelayanan dari rumah ke rumah. Orang-orang tertentu tidak sekadar memilih jalan mereka sendiri; mereka menjadi agresif menentang organisasi yang dengannya mereka dahulu bergabung, dan mereka memanfaatkan pers umum dan televisi untuk mengumandangkan pandangan-pandangan mereka. Meskipun demikian, jumlah mereka yang murtad relatif sedikit.
Walaupun ujian-ujian ini mengakibatkan penyaringan dan beberapa tertiup bagaikan sekam ketika gandum ditampi, namun yang lain-lain tetap teguh. Mengapa? Mengenai pengalamannya sendiri dan orang-orang lain pada tahun 1925, Jules Feller menerangkan, ”Mereka yang telah menaruh keyakinan mereka kepada Yehuwa tetap teguh dan meneruskan kegiatan pengabaran mereka.” Mereka mengakui bahwa kekeliruan telah terjadi namun Firman Allah sama sekali tidak salah, dan karena itu tidak ada alasan untuk membiarkan harapan mereka sendiri meredup ataupun mengendur dalam pekerjaan mengarahkan orang-orang kepada Kerajaan Allah sebagai satu-satunya harapan umat manusia.
Beberapa penantian memang tidak menjadi kenyataan, namun hal itu tidak berarti bahwa kronologi Alkitab tidak ada gunanya. Nubuat yang dicatat oleh Daniel mengenai munculnya Mesias 69 minggu tahun sesudah ”firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali” digenapi tepat pada waktunya, yakni pada tahun 29 M.i (Dan. 9:24-27) Tahun 1914 juga ditandai oleh nubuat Alkitab.
1914—Penantian dan Kenyataan
Pada tahun 1876, C. T. Russell menulis artikel pertama dari banyak artikel yang di dalamnya ia menunjuk kepada tahun 1914 sebagai akhir Zaman Orang Kafir yang disinggung oleh Yesus Kristus. (Luk. 21:24, Bode) Dalam jilid kedua dari Millennial Dawn, yang diterbitkan pada tahun 1889, Saudara Russell menguraikan dengan penuh nalar perincian yang memudahkan para pembaca untuk melihat berdasarkan Alkitab apa yang dikatakan dan untuk memeriksanya sendiri. Selama waktu hampir empat dasawarsa sebelum tahun 1914, Siswa-Siswa Alkitab menyebarkan jutaan eksemplar publikasi yang memfokuskan perhatian kepada akhir Zaman Orang Kafir. Beberapa publikasi agama lain memperhatikan kronologi Alkitab yang menunjuk kepada tahun 1914, namun kelompok lain manakah selain Siswa-Siswa Alkitab yang terus-menerus mempublikasikannya secara internasional dan hidup dengan sikap yang menunjukkan bahwa mereka percaya akan berakhirnya Zaman Orang Kafir pada tahun tersebut?
Seraya tahun 1914 mendekat, penantian semakin memuncak. Apa gerangan maknanya? Dalam The Bible Students Monthly (Jilid VI, No. 1, yang diterbitkan pada awal tahun 1914), Saudara Russell menulis, ”Jika kita mempunyai tanggal dan kronologi yang tepat, Zaman Orang Kafir akan berakhir pada tahun ini—1914. Apa gerangan itu? Kita tidak tahu dengan pasti. Kita berharap bahwa kegiatan pemerintahan Mesias akan mulai kira-kira pada waktu berakhirnya pemberian kuasa kepada Bangsa-Bangsa Kafir. Yang kita nanti-nantikan, benar atau salah, ialah bahwa akan ada manifestasi yang menakjubkan dari penghakiman Ilahi terhadap segala ketidakadilbenaran, dan bahwa ini akan berarti hancurnya banyak lembaga yang ada dewasa ini, jika tidak semua.” Ia menitikberatkan bahwa ia tidak menantikan ”akhir dunia” pada tahun 1914 dan bahwa bumi akan terus ada untuk selama-lamanya, namun bahwa susunan segala perkara dewasa ini, dengan Setan sebagai penguasanya, akan berlalu.
Dalam terbitannya tanggal 15 Oktober 1913, The Watch Tower menyatakan, ”Menurut perhitungan kronologi terbaik yang sanggup kami susun, saatnya adalah kurang lebih pada waktu itu—apakah bulan Oktober 1914, atau belakangan. Tanpa berlaku dogmatis, kami menantikan peristiwa-peristiwa tertentu: (1) Berakhirnya Zaman Orang Kafir—supremasi bangsa-bangsa Kafir di dunia—dan (2) Peresmian Kerajaan Mesias di dunia.”
Bagaimana hal ini akan terlaksana? Tampaknya masuk akal bagi Siswa-Siswa Alkitab pada waktu itu bahwa hal ini mencakup pemuliaan setiap orang yang masih ada di bumi yang telah dipilih Allah untuk ikut bersama Kristus ambil bagian dalam Kerajaan surgawi. Namun bagaimana perasaan mereka ketika hal itu tidak terjadi pada tahun 1914? The Watch Tower 15 April 1916, menyatakan, ”Kami percaya bahwa tanggal-tanggal itu terbukti cukup tepat. Kami percaya bahwa Zaman Orang Kafir telah berakhir.” Akan tetapi, dengan terus terang majalah itu menambahkan, ”Tuhan tidak berkata bahwa Gereja akan dimuliakan seluruhnya menjelang tahun 1914. Kita hanya mengambil kesimpulan dan, terbukti salah.”
Dalam hal ini mereka kurang lebih seperti rasul-rasul Yesus. Para rasul mengetahui dan mengira mereka percaya akan nubuat-nubuat mengenai Kerajaan Allah. Namun kadang kala mereka memiliki penantian yang salah berkenaan cara dan saat ketika hal-hal ini akan tergenap. Hal ini mengakibatkan kekecewaan pada diri beberapa orang.—Luk. 19:11; 24:19-24; Kis. 1:6.
Ketika bulan Oktober 1914 berlalu tanpa terjadi perubahan kepada kehidupan surgawi yang dinanti-nantikan itu, Saudara Russell mengetahui bahwa akan ada penyelidikan hati yang serius. Dalam The Watch Tower 1 November 1914, ia menulis, ”Hendaklah kita ingat bahwa kita sedang berada pada musim pengujian. Para Rasul mengalami hal yang sama selama selang waktu antara wafatnya Tuhan kita dan hari Pentakosta. Sesudah kebangkitan Tuhan kita, Ia menampakkan diri kepada murid-muridnya beberapa kali, dan kemudian mereka tidak melihatnya selama berhari-hari. Lalu mereka menjadi kecil hati dan berkata, ’Tidak ada gunanya menunggu’; ’aku pergi menangkap ikan,’ kata seorang. Dua orang yang lain berkata, ’Kami pergi juga bersamamu.’ Mereka sedang bersiap-siap untuk terjun ke dalam bisnis menjala ikan dan meninggalkan pekerjaan menjala manusia. Ini merupakan masa pengujian bagi murid-murid. Maka demikian pula halnya sekarang. Jika ada alasan apa pun yang akan membuat seseorang berpaling dari Tuhan dan Kebenaran-Nya dan berhenti berkorban demi Perkara Tuhan, maka yang telah mendorong timbulnya minat kepada Tuhan bukanlah semata-mata kasih akan Allah yang ada dalam hati, tetapi sesuatu yang lain; mungkin harapan bahwa waktunya sudah singkat; pengabdian hanya untuk waktu tertentu.”
Tampaknya halnya demikian dengan beberapa orang. Pikiran dan keinginan mereka telah terpaku terutama kepada prospek untuk diubah kepada kehidupan surgawi. Ketika hal ini tidak terjadi pada waktu yang dinanti-nantikan, mereka menutup pikiran terhadap makna perkara-perkara menakjubkan yang memang terjadi pada tahun 1914. Mereka kehilangan pandangan terhadap segala kebenaran yang sangat berharga yang telah mereka pelajari dari Firman Allah, dan mereka mulai mencemooh orang-orang yang telah membantu mereka untuk belajar tentang hal-hal ini.
Dengan rendah hati, Siswa-Siswa Alkitab kembali menyelidiki Alkitab, untuk membiarkan Firman Allah menyelaraskan pandangan mereka. Keyakinan mereka bahwa Zaman Orang Kafir telah berakhir pada tahun 1914 tidak berubah. Secara bertahap mereka mulai melihat dengan lebih jelas bagaimana Kerajaan Mesias mulai—bahwa Kerajaan itu didirikan di surga ketika Yehuwa melimpahkan wewenang kepada Yesus Kristus, Putra-Nya; juga, bahwa hal ini tidak harus menunggu hingga rekan-rekan pewaris bersama Yesus dibangkitkan kepada kehidupan surgawi tetapi bahwa mereka akan dimuliakan bersama dia di kemudian hari. Selain itu, mereka mulai melihat bahwa penyebaran pengaruh Kerajaan tidak mengharuskan para nabi zaman purba yang setia dibangkitkan lebih dahulu, tetapi bahwa sang Raja akan menggunakan orang-orang Kristen yang loyal yang hidup dewasa ini sebagai wakil-wakilnya untuk menghadapkan kepada orang-orang dari segala bangsa kesempatan hidup selama-lamanya sebagai rakyat Kerajaan itu di bumi.
Seraya gambaran yang mulia ini terbuka di hadapan mata mereka, pengujian dan penyaringan lebih lanjut terjadi. Namun mereka yang benar-benar mengasihi Yehuwa dan bersukacita melayani Dia, sangat bersyukur atas hak-hak istimewa dinas yang terbuka bagi mereka.—Why. 3:7, 8.
Salah seorang di antara mereka ialah A. H. Macmillan. Ia belakangan menulis, ”Meskipun penantian kami tentang pengangkatan ke surga tidak tergenap pada tahun 1914, namun berakhirnya Zaman Orang Kafir memang terjadi pada tahun tersebut . . . Kami tidak merasa terlalu terganggu bahwa tidak semuanya berlangsung sebagaimana kami harapkan, karena kami begitu sibuk dengan pekerjaan Drama-Foto dan dengan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perang.” Ia terus sibuk dalam dinas Yehuwa dan tergetar melihat jumlah pemberita Kerajaan meningkat menjadi lebih dari sejuta selama masa hidupnya.
Seraya meninjau kembali pengalaman-pengalamannya selama 66 tahun bergabung dengan organisasi, ia berkata, ”Saya telah melihat cobaan-cobaan berat menimpa organisasi dan pengujian atas iman mereka yang ada di dalamnya. Dengan bantuan roh Allah organisasi itu selamat terpelihara dan terus berkembang dengan subur.” Mengenai penyesuaian dalam pengertian yang berlangsung selama ini, ia menambahkan, ”Kebenaran-kebenaran dasar yang kita pelajari dari Alkitab tetap sama. Jadi saya belajar bahwa kita harus mengakui kesalahan-kesalahan kita dan terus meneliti Firman Allah untuk mendapat lebih banyak penerangan. Tidak soal penyesuaian apa pun yang harus kita buat dari waktu ke waktu sehubungan pandangan-pandangan kita, hal itu tidak mengubah persediaan yang murah hati berupa tebusan dan janji Allah mengenai kehidupan kekal.”
Selama masa hidupnya, Saudara Macmillan melihat bahwa, di antara persoalan-persoalan yang mengakibatkan ujian iman, kerelaan untuk memberi kesaksian dan penghargaan akan organisasi teokratis merupakan dua hal yang menyingkapkan apa yang sebenarnya ada dalam hati orang-orang. Bagaimana demikian?
Dinas Pengabaran dan Organisasi Menjadi Persoalan
Mulai dengan terbitannya yang pertama, dan dengan penegasan yang semakin bertambah setelah itu, Zion’s Watch Tower mendesak masing-masing dan setiap orang Kristen sejati untuk membagikan kebenaran kepada orang lain. Setelah itu, para pembaca Watch Tower sering kali dianjurkan untuk menghargai hak istimewa dan tanggung jawab mereka untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang lain. Banyak yang membagikan dalam kadar yang terbatas, namun relatif sedikit yang berada di barisan depan dari pekerjaan ini, berkunjung dari rumah ke rumah agar memberi kesempatan kepada setiap orang untuk mendengar berita Kerajaan.
Akan tetapi, mulai tahun 1919, partisipasi dalam dinas pengabaran menjadi semakin mencolok. Saudara Rutherford dengan tegas menekankan hal itu dalam sebuah ceramah di Cedar Point, Ohio, pada tahun tersebut. Di setiap sidang yang meminta Lembaga untuk mengorganisasi dinasnya, penyelenggaraan dibuat untuk seorang direktur dinas, yang diangkat oleh Lembaga, untuk mengurus pekerjaan tersebut. Ia sendiri harus memimpin dan mengatur agar sidang mendapat persediaan yang dibutuhkan.
Pada tahun 1922, The Watch Tower menerbitkan sebuah artikel berjudul ”Dinas Sangat Penting”. Artikel itu menunjuk adanya kebutuhan mendesak bagi orang-orang untuk mendengarkan kabar baik tentang Kerajaan, mengarahkan perhatian kepada perintah Yesus yang mengandung nubuat di Matius 24:14, dan menyatakan kepada para penatua dalam sidang-sidang, ”Jangan ada yang berpikir bahwa karena ia seorang penatua dalam sidang maka seluruh dinasnya adalah mengabar secara lisan. Jika ada kesempatan yang tersedia baginya untuk pergi ke antara orang-orang dan menempatkan berita tercetak ke tangan mereka, hal itu merupakan hak istimewa yang besar dan itulah memberitakan injil, yang sering kali lebih efektif daripada cara lain mana pun.” Artikel itu kemudian mengajukan pertanyaan, ”Dapatkah seseorang yang benar-benar mengabdi kepada Tuhan membenarkan diri untuk duduk berpangku tangan pada waktu ini?”
Beberapa orang menahan diri. Mereka mengajukan segala macam keberatan. Mereka menganggap tidak patut untuk ”menjual buku”, meskipun pekerjaan itu tidak dilakukan untuk mencari laba dan meskipun mereka telah mempelajari kebenaran tentang Kerajaan Allah justru melalui publikasi-publikasi yang sama ini. Ketika dianjurkan untuk memberi kesaksian dari rumah ke rumah dengan membawa buku-buku pada hari Minggu, mulai tahun 1926, beberapa orang menentang hal tersebut, walaupun hari Minggu merupakan hari yang biasa disisihkan oleh banyak orang untuk ibadat. Pokok permasalahannya adalah bahwa mereka merasa kurang bermartabat bila mengabar dari rumah ke rumah. Namun, Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Yesus mengutus murid-muridnya ke rumah orang-orang untuk mengabar, dan rasul Paulus mengabar ”di hadapan umum dan dari rumah ke rumah”.—Kis. 20:20, NW; Mat. 10:5-14.
Seraya dinas pengabaran makin ditekankan, mereka yang hatinya tidak menggerakkan mereka untuk meniru Yesus dan para rasulnya sebagai saksi-saksi secara berangsur-angsur mengundurkan diri. Sidang Skive di Denmark, serta beberapa sidang lainnya, menciut hingga kira-kira setengahnya. Dari antara kira-kira seratus orang yang bergabung dengan Sidang Dublin di Irlandia, hanya tinggal empat orang. Terjadi pengujian dan penyaringan yang serupa di Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, dan negeri-negeri lain. Hal ini menghasilkan pemurnian dalam sidang-sidang.
Mereka yang benar-benar ingin menjadi peniru Putra Allah menyambut baik anjuran Alkitab. Akan tetapi, kerelaan mereka tidak dengan sendirinya memudahkan mereka untuk mulai pergi dari rumah ke rumah. Beberapa sangat susah untuk memulainya. Namun penyelenggaraan untuk memberi kesaksian secara kelompok dan kebaktian-kebaktian dinas yang khusus merupakan anjuran. Dua saudari di Jutlandia bagian utara, di Denmark, masih mengingat hari pertama mereka dalam dinas pengabaran. Mereka berkumpul dalam sebuah kelompok, mendengarkan petunjuk-petunjuk, mulai melangkah ke daerah mereka, namun kemudian air mata mereka mulai mengalir. Dua saudara melihat apa yang terjadi dan mengundang kedua saudari itu bekerja bersama mereka. Segera wajah mereka mulai cerah kembali. Sesudah mengecap dinas pengabaran, kebanyakan menjadi riang gembira dan bergairah untuk melakukannya lebih banyak.
Lalu, pada tahun 1932, The Watch Tower memuat sebuah artikel terdiri dari dua bagian dengan judul ”Organisasi Yehuwa”. (Terbitan 15 Agustus dan 1 September) Di sini diperlihatkan bahwa pemilihan jabatan penatua dalam sidang-sidang tidak sesuai dengan Alkitab. Sidang-sidang didesak untuk menempatkan dalam posisi yang bertanggung jawab hanya pria-pria yang aktif dalam dinas pengabaran, pria-pria yang hidup sesuai dengan tanggung jawab yang tersirat dalam nama Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka ini akan berfungsi sebagai panitia dinas. Salah seorang dari mereka, yang diusulkan oleh sidang, diangkat oleh Lembaga sebagai direktur dinas. Di Belfast, Irlandia, hal ini menyaring ke luar lebih banyak orang yang menginginkan kedudukan pribadi yang terkemuka dan bukannya dinas yang rendah hati.
Menjelang awal tahun 1930-an, kebanyakan dari mereka di Jerman yang berupaya menghambat dinas pengabaran telah menarik diri dari sidang-sidang. Beberapa yang lain mengundurkan diri karena takut ketika pada tahun 1933 pekerjaan dilarang di banyak negara bagian di Jerman. Namun ribuan bertekun dalam ujian-ujian iman ini dan menunjukkan diri rela untuk mengabar tidak peduli adanya bahaya.
Di seputar bumi pemberitaan Kerajaan mencapai momentum. Dinas pengabaran menjadi bagian penting dalam kehidupan Saksi-Saksi Yehuwa. Sidang di Oslo, Norwegia, misalnya, menyewa beberapa bus pada akhir pekan untuk mengangkut para penyiar ke kota-kota yang berdekatan. Mereka berkumpul pagi-pagi sekali, lalu berada di daerah menjelang pukul sembilan atau sepuluh, bekerja keras dalam dinas pengabaran selama tujuh atau delapan jam, dan kemudian bergabung dalam kelompok di bus untuk perjalanan pulang. Yang lain-lain bersepeda ke daerah pedesaan, dengan membawa tas buku dan karton berisi persediaan ekstra. Saksi-Saksi Yehuwa berbahagia, bergairah, dan bersatu dalam melakukan kehendak Allah.
Pada tahun 1938, ketika perhatian sekali lagi diberikan kepada pengangkatan pria-pria yang bertanggung jawab di dalam sidang,j dihapuskannya pemilihan para hamba secara lokal pada umumnya disambut baik. Sidang-sidang dengan senang hati mengambil resolusi yang menunjukkan penghargaan kepada organisasi teokratis dan memohon ”Lembaga” (yang mereka pahami sebagai kaum sisa terurap, atau budak yang setia dan bijaksana) untuk mengorganisasi dinas di sidang-sidang dan untuk mengangkat semua hamba. Sesudah itu, Badan Pimpinan yang kelihatan melakukan pengangkatan yang diperlukan dan mengorganisasi sidang-sidang untuk kegiatan yang bersatu padu dan produktif. Hanya beberapa kelompok yang menahan diri dan pada tahap ini mengundurkan diri dari organisasi.
Dibaktikan Semata-mata untuk Menyebarkan Berita Kerajaan
Agar organisasi terus mendapat perkenan Yehuwa, organisasi itu harus berbakti secara eksklusif kepada pekerjaan yang diperintahkan oleh Firman-Nya bagi zaman kita. Pekerjaan tersebut adalah memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah. (Mat. 24:14) Akan tetapi, pernah terjadi beberapa kali, bahwa pribadi-pribadi yang bekerja keras dalam kerja sama dengan organisasi juga berupaya menggunakannya untuk memajukan program-program yang cenderung mengalihkan rekan-rekan mereka kepada kegiatan lain. Ketika ditegur, hal ini menjadi suatu ujian bagi mereka, khususnya sewaktu mereka menganggap motif mereka itu mulia.
Hal ini terjadi di Finlandia selama tahun 1915, ketika beberapa saudara mendirikan sebuah asosiasi koperasi yang dinamakan Ararat dan menggunakan kolom The Watch Tower edisi bahasa Swensk untuk mendesak para pembacanya bergabung dengan asosiasi bisnis ini. Pemrakarsa kegiatan di Finlandia ini menanggapi dengan rendah hati ketika Saudara Russell mengemukakan bahwa ia dan rekan-rekannya membiarkan diri mereka ”disimpangkan dari pekerjaan Penginjilan yang penting”. Akan tetapi, keangkuhan merintangi seorang saudara lain yang telah aktif dalam dinas Yehuwa selama lebih dari satu dekade di Norwegia untuk menerima nasihat yang sama.
Selama tahun 1930-an, di Amerika Serikat, timbul problem yang hampir serupa. Sejumlah sidang menerbitkan lembaran petunjuk dinas bulanan mereka sendiri, dan mencakup pokok-pokok yang patut diingat dari Bulletin Lembaga maupun pengalaman-pengalaman dan jadwal penyelenggaraan dinas setempat. Salah satu di antaranya, yang diterbitkan di Baltimore, Maryland, memberi dukungan yang bergairah kepada kegiatan pengabaran namun digunakan juga untuk memajukan usaha-usaha bisnis tertentu. Pada mulanya Saudara Rutherford secara tidak langsung memberi persetujuan kepada beberapa di antaranya. Namun ketika disadari apa yang akan berkembang bila melibatkan diri dalam usaha-usaha demikian, The Watchtower menyatakan bahwa Lembaga tidak mendukung usaha-usaha tersebut. Hal ini menimbulkan ujian berat secara pribadi bagi Anton Koerber, sebab ia, dengan cara-cara ini, berniat membantu saudara-saudaranya. Namun pada waktunya, ia kembali menggunakan sepenuh kemampuannya untuk memajukan pekerjaan pengabaran yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
Masalah yang ada kaitannya muncul di Australia mulai tahun 1938 dan makin menghebat selama larangan atas Lembaga (bulan Januari 1941 hingga Juni 1943). Demi memelihara kebutuhan-kebutuhan yang pada waktu itu tampaknya sah, kantor cabang Lembaga langsung melibatkan diri dalam berbagai kegiatan komersial. Maka, suatu kesalahan besar telah dibuat. Mereka mempunyai kilang-kilang penggergajian, lebih dari 20 ”perladangan Kerajaan”, sebuah perusahaan rekayasa, sebuah toko roti dan kue, dan beberapa perusahaan lain. Dua percetakan komersial digunakan sebagai kamuflase demi kelangsungan produksi publikasi-publikasi Lembaga selama masa larangan. Namun beberapa kegiatan bisnis membuat mereka terjerumus ke dalam pelanggaran kenetralan Kristen, pekerjaan dilakukan dengan dalih hendak menyediakan dana dan menunjang para perintis selama pelarangan. Akan tetapi, hati nurani beberapa saudara sangat terganggu. Walaupun mayoritas tetap berpaut kepada organisasi, pada umumnya terjadi kemacetan dalam pekerjaan pemberitaan Kerajaan. Apa yang menghambat berkat Yehuwa?
Sewaktu larangan atas pekerjaan dicabut pada bulan Juni 1943, saudara-saudara di kantor cabang waktu itu menyadari bahwa perusahaan-perusahaan ini harus disingkirkan, demi memusatkan diri kepada pemberitaan Kerajaan yang mahapenting itu. Dalam waktu tiga tahun, hal ini terlaksana, dan jumlah anggota keluarga Betel dikurangi sampai batas normal. Namun masih tetap perlu untuk menjernihkan suasana dan dengan demikian memulihkan kepercayaan yang sepenuhnya kepada organisasi.
Nathan H. Knorr, presiden Lembaga, dan sekretarisnya M. G. Henschel mengunjungi Australia khusus untuk menangani situasi ini pada tahun 1947. Ketika melaporkan persoalan itu, The Watchtower 1 Juni 1947 mengatakan tentang kegiatan komersial yang telah dijalankan, ”Yang menjadi masalah bukanlah pekerjaan duniawi untuk mencari nafkah yang digeluti saudara-saudara setiap hari, tetapi kenyataan bahwa kantor Cabang Lembaga telah memperoleh berbagai jenis industri dan mengajak penyiar-penyiar dari seluruh pelosok negeri, khususnya para perintis, untuk bekerja pada industri-industri ini sebaliknya daripada memberitakan injil.” Hal ini bahkan telah mengakibatkan keterlibatan secara tidak langsung dalam upaya perang. Dalam kebaktian di tiap-tiap ibu kota propinsi, Saudara Knorr berbicara secara terus terang kepada saudara-saudara tentang situasi itu. Di setiap kebaktian diambil sebuah resolusi yang berisi pengakuan saudara-saudara di Australia atas kesalahan mereka dan permohonan belas kasihan dan pengampunan Yehuwa melalui Yesus Kristus. Demikianlah, kewaspadaan telah dituntut dan ujian-ujian telah dihadapi agar organisasi terus dibaktikan semata-mata untuk menyebarkan berita tentang Kerajaan Allah.
Seraya Saksi-Saksi Yehuwa meninjau kembali sejarah di zaman modern mereka, mereka melihat bukti bahwa Yehuwa sungguh-sungguh telah memurnikan umat-Nya. (Mal. 3:1-3) Berbagai sikap, kepercayaan, dan praktek yang salah berangsur-angsur ditinggalkan, dan siapa pun yang memilih untuk berpaut kepada hal-hal ini telah hilang bersamanya. Mereka yang masih tetap tinggal bukanlah pribadi-pribadi yang rela mengkompromikan kebenaran Alkitab untuk disesuaikan dengan filsafat manusia. Mereka bukan pengikut-pengikut manusia tetapi hamba-hamba yang berbakti kepada Allah Yehuwa. Mereka dengan senang hati menyambut pengarahan dari organisasi karena melihat bukti yang tidak mungkin salah bahwa organisasi ini adalah milik Yehuwa. Mereka bersukacita dalam terang kebenaran yang terus berlanjut. (Ams. 4:18) Mereka masing-masing menganggapnya sebagai hak istimewa yang mulia untuk menjadi Saksi-Saksi Yehuwa yang aktif, pemberita-pemberita Kerajaan Allah.
[Catatan Kaki]
a Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence, Edisi Ekstra, tanggal 25 April 1894, hlm. 102-4.
b Mengenai Tritunggal, lihat New Catholic Encyclopedia, Jilid XIV, tahun 1967, halaman 299; Dictionary of the Bible, oleh J. L. McKenzie, S.J., tahun 1965, halaman 899; The New International Dictionary of New Testament Theology, Jilid 2, tahun 1976, halaman 84. Mengenai jiwa, lihat New Catholic Encyclopedia, Jilid XIII, tahun 1967, halaman 449-50, 452, 454; The New Westminster Dictionary of the Bible, diedit oleh H. S. Gehman, tahun 1970, halaman 901; The Interpreter’s Bible, Jilid I, tahun 1952, halaman 230; Peake’s Commentary on the Bible, diedit oleh M. Black dan H. H. Rowley, tahun 1962, halaman 416.
c Menurut Saudara Russell, istrinya, yang belakangan meninggalkannya, adalah orang pertama yang menganggap Matius 24:45-47 berlaku atasnya. Lihat Watch Tower terbitan 15 Juli 1906, halaman 215; 1 Maret 1896, halaman 47; dan 15 Juni 1896, halaman 139-40.
d Vindication, Jilid Dua, hlm. 258-9, 268-9; The Watchtower, 1 April 1934, hlm. 99-106; 15 April 1934, hlm. 115-22; 1 Agustus 1935, hlm. 227-37.
e Bahwa tahun 1878 adalah tahun yang penting tampaknya diperkuat oleh referensi di Yeremia 16:18 (’dua kali lipat Yakub’, KJ) ditambah dengan perhitungan-perhitungan yang memberi petunjuk bahwa 1.845 tahun tampaknya telah berlalu sejak kematian Yakub hingga tahun 33 M, ketika Israel jasmani dibuang, dan bahwa dua kali lipat, atau duplikat, dari hal ini akan meliputi jangka waktu dari tahun 33 M terus sampai tahun 1878.
f Dengan menerapkan kesejajaran itu lebih lanjut, dinyatakan bahwa penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M (37 tahun setelah Yesus disambut sebagai raja oleh murid-muridnya ketika ia memasuki Yerusalem) dapat menunjuk kepada tahun 1915 (37 tahun sesudah tahun 1878) sebagai puncak pergolakan anarkistis yang menurut perkiraan mereka diizinkan oleh Allah sebagai sarana untuk mengakhiri lembaga-lembaga yang ada di dunia. Tanggal ini muncul dalam Studies in the Scriptures yang dicetak ulang. (Lihat Jilid II, halaman 99-101, 171, 221, 232, 246-7; bandingkan cetakan ulang tahun 1914 dengan cetakan-cetakan terdahulu, seperti misalnya cetakan tahun 1902 dari Millennial Dawn.) Bagi mereka, tampaknya hal ini cocok betul dengan apa yang telah diterbitkan mengenai tahun 1914 sebagai tahun yang menandai berakhirnya Zaman Orang Kafir.
g Bandingkan terjemahan dalam The Emphasised Bible, yang diterjemahkan oleh J. B. Rotherham; lihat juga catatan kaki mengenai Kisah 13:20 dalam New World Translation of the Holy Scriptures—With References.
h Lihat ”Kebenaran Akan Memerdekakan Kamu”, pasal XI; ”The Kingdom Is at Hand (Kerajaan Sudah Dekat)”, halaman 171-5; juga The Golden Age, 27 Maret 1935, halaman 391, 412. Mengingat tabel kronologi Alkitab yang telah diperbaiki ini, dapat dilihat bahwa penggunaan sebelumnya berkenaan tahun-tahun 1873 dan 1878, maupun juga tanggal-tanggal terkait yang diperoleh berdasarkan kesejajaran dengan peristiwa-peristiwa pada abad pertama, didasarkan atas kesalahpahaman.
[Blurb di hlm. 619]
Pengujian dan penyaringan tidaklah mengejutkan
[Blurb di hlm. 621]
”Mereka tidak mau disimpangkan dari Firman Tuhan”
[Blurb di hlm. 623]
”Kami tidak menginginkan sanjungan, atau penghormatan, bagi diri kami atau tulisan-tulisan kami”
[Blurb di hlm. 624]
”Allah masih tetap memimpin”
[Blurb di hlm. 626]
”Hamba yang setia dan bijaksana” belum berlalu dari dunia sewaktu Saudara Russell meninggal
[Blurb di hlm. 627]
Upaya keji untuk meracuni pikiran orang-orang lain
[Blurb di hlm. 628]
Beberapa membiarkan keangkuhan merongrong iman mereka
[Blurb di hlm. 629]
”Supaya kamu waspada terhadap mereka, yang . . . menimbulkan perpecahan . . . hindarilah mereka!”
[Blurb di hlm. 630]
Beberapa melontarkan tuduhan palsu bahwa ”The Watch Tower” telah menolak tebusan
[Blurb di hlm. 635]
”Kita hanya mengambil kesimpulan dan, terbukti salah”
[Blurb di hlm. 636]
Mereka yang benar-benar mengasihi Yehuwa sangat bersyukur atas hak-hak istimewa dinas yang terbuka bagi mereka
[Blurb di hlm. 638]
”Dapatkah seseorang yang benar-benar mengabdi kepada Tuhan membenarkan diri untuk duduk berpangku tangan pada waktu ini?”
[Blurb di hlm. 641]
Berbagai sikap, kepercayaan, dan praktek yang salah berangsur-angsur ditinggalkan
[Kotak/Gambar di hlm. 622]
W. E. Van Amburgh
Pada tahun 1916, W. E. Van Amburgh menyatakan, ”Pekerjaan besar seluas dunia ini bukan pekerjaan satu orang. . . . Ini adalah pekerjaan Allah.” Walaupun ia melihat orang-orang lain berpaling, ia tetap teguh dalam keyakinan tersebut hingga akhir hayatnya pada tahun 1947, pada usia 83 tahun.
[Kotak/Gambar di hlm. 633]
Jules Feller
Ketika ia masih muda, Jules Feller mengamati pengujian-pengujian berat atas iman. Beberapa sidang di Swiss menciut hingga setengahnya atau kurang. Namun belakangan ia menulis, ” Mereka yang telah menaruh keyakinan mereka kepada Yehuwa tetap teguh dan meneruskan kegiatan pengabaran mereka.” Saudara Feller bertekad melakukan hal yang sama, dan hasilnya, hingga tahun 1992 ia telah menikmati dinas Betel selama 68 tahun.
[Kotak/Gambar di hlm. 634]
C. J. Woodworth
Kepada seorang yang meninggalkan dinas Yehuwa karena para pengikut yang terurap dari Yesus Kristus tidak diangkat ke surga pada tahun 1914, C. J. Woodworth menulis sebagai berikut:
”Dua puluh tahun yang lalu Saudara dan saya percaya kepada pembaptisan bayi; kepada hak Ilahi dari pemimpin agama untuk melaksanakan pembaptisan tersebut; bahwa pembaptisan perlu untuk meluputkan diri dari siksaan kekal; bahwa Allah adalah kasih; bahwa Allah menciptakan dan terus menciptakan bermiliar-miliar makhluk dalam gambar-Nya yang akan tinggal selama masa kekal yang tak terhitung di dalam nyala api belerang yang mencekik, memohonkan satu tetes air untuk melepaskan mereka dari penderitaan namun sia-sia belaka . . .
”Kita percaya bahwa sesudah seorang mati, ia dalam keadaan hidup; kita percaya bahwa Yesus Kristus tidak pernah mati; bahwa Ia tidak dapat mati; bahwa tidak ada Tebusan yang pernah dibayar atau akan pernah dibayar; bahwa Allah Yehuwa dan Kristus Yesus Putera-Nya adalah satu pribadi yang sama; bahwa Kristus adalah Bapa-Nya sendiri; bahwa Yesus adalah Putra-Nya sendiri; bahwa Roh Kudus adalah suatu pribadi; bahwa satu tambah satu, tambah satu, sama dengan satu; bahwa ketika Yesus tergantung di salib dan berkata, ’AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku,’ Ia hanya berbicara kepada Dirinya sendiri; . . . bahwa kerajaan-kerajaan sekarang adalah bagian dari Kerajaan Kristus; bahwa si Iblis telah menyingkir ke suatu Neraka yang tidak diketahui lokasinya, sebaliknya daripada berkuasa atas kerajaan-kerajaan di bumi ini . . .
”Saya memuji Allah atas hari yang membawa Kebenaran yang Sekarang ke rumah saya. Betapa baik, betapa menyegarkan bagi pikiran dan hati, sehingga saya cepat-cepat meninggalkan kesia-siaan dan omong kosong masa lampau dan digunakan oleh Allah untuk membuka juga matamu yang dibutakan. Kita bersama-sama bersukacita akan Kebenaran, dan bekerja bersisian selama lima belas tahun. Tuhan memberikan kehormatan besar kepada Saudara sebagai seorang juru bicara; saya belum pernah mengenal seorang pun yang dapat membuat kebodohan-kebodohan Babilon tampak begitu menggelikan. Dalam surat, Saudara bertanya, ’Apa selanjutnya?’ Ah, yang inilah yang patut disesali! Selanjutnya Saudara justru membiarkan diri Saudara sakit hati terhadap seseorang yang dengan jerih payahnya yang pengasih dan yang berkatnya dari Tempat yang Tinggi membawa Kebenaran kepada hati kita berdua. Saudara pergi, dan membawa serta beberapa dari domba-domba. . . .
”Barangkali Saudara menertawakan saya karena saya tidak naik ke Surga, pada tanggal 1 Oktober 1914, tetapi saya tidak menertawakan Saudara—sama sekali tidak!
”Dengan adanya sepuluh dari bangsa-bangsa terbesar di bumi yang sedang dalam keadaan sekarat, saya pikir tidaklah patut terutama pada waktu ini untuk berupaya mencemooh pria tersebut, bahkan satu-satunya pria, yang selama empat puluh tahun telah mengajarkan bahwa Zaman Orang Kafir akan berakhir pada tahun 1914.”
Iman Saudara Woodworth tidak goyah ketika peristiwa-peristiwa pada tahun 1914 tidak terwujud sebagaimana yang diharapkan. Ia hanya menyadari bahwa masih banyak yang harus dipelajari. Karena keyakinannya akan maksud-tujuan Allah, ia meringkuk selama sembilan bulan dalam penjara pada tahun 1918-19. Belakangan ia melayani sebagai redaktur majalah ”The Golden Age” dan ”Consolation”. Ia tetap teguh dalam iman dan loyal kepada organisasi Yehuwa hingga akhir hayatnya pada tahun 1951, pada usia 81 tahun.
[Kotak/Gambar di hlm. 637]
A. H. Macmillan
”Saya telah melihat hikmat untuk bersikap sabar dalam menunggu Yehuwa menjernihkan pemahaman kita mengenai hal-hal yang berdasarkan Alkitab sebaliknya daripada merasa terganggu atas munculnya buah pikiran yang baru. Kadang-kadang penantian kita akan suatu tanggal tertentu melampaui apa yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan Alkitab. Bila hal-hal yang dinantikan itu ternyata tidak tergenap, hal itu tidak mengubah maksud-tujuan Allah.”
[Gambar di hlm. 620]
Ujian iman dalam ukuran besar menyangkut soal mengakui nilai korban Yesus yang dapat menebus dosa
[Gambar di hlm. 625]
Beberapa yang mengagumi Russell mendapati bahwa tanggapan mereka terhadap watak Rutherford menyingkapkan siapa yang sebenarnya mereka layani
[Gambar di hlm. 639]
Sewaktu dinas pengabaran lebih ditekankan banyak yang mundur; yang lain menunjukkan gairah yang bertambah
”Watch Tower”, 1 April 1928
”Watch Tower”, 15 Juni 1927
”Watch Tower”, 15 Agustus 1922
[Gambar di hlm. 640]
Seraya organisasi teokratis melangkah maju, mereka yang berupaya menjadi pribadi yang terkemuka tersaring ke luar