Pasal Empat
Rumah Yehuwa Ditinggikan
1, 2. Kata-kata apa terukir pada tembok plaza Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan dari mana sumbernya?
”MEREKA akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak. Dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas: bangsa tidak akan mengangkat pedang melawan bangsa. Mereka juga tidak akan belajar perang lagi.” Kata-kata ini terukir pada tembok plaza Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City. Selama beberapa dekade, sumber kutipan itu tidak diberitahukan. Karena tujuan PBB adalah mengupayakan perdamaian global, masuk akal untuk menyimpulkan bahwa kata-kata itu berasal dari para pendiri PBB, pada tahun 1945.
2 Akan tetapi, pada tahun 1975, nama Yesaya dipahatkan pada tembok itu tepat di bawah kutipan tersebut. Jelaslah bahwa kata-kata tersebut tidak berasal dari zaman modern. Sebenarnya, kata-kata itu telah ditulis sebagai suatu nubuat lebih dari 2.700 tahun yang lalu dalam apa yang kini adalah pasal 2 dari buku Yesaya. Selama ribuan tahun, para pencinta perdamaian merenungkan bagaimana dan kapan hal-hal yang Yesaya nubuatkan ini akan terjadi. Namun, kita tidak perlu bertanya-tanya. Dewasa ini, kita melihat penggenapan yang menakjubkan dari nubuat kuno ini tepat di hadapan kita.
3. Siapakah bangsa-bangsa yang menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak?
3 Siapakah bangsa-bangsa yang menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak? Pastilah, mereka bukan bangsa dan pemerintahan politik zaman modern. Hingga sekarang, bangsa-bangsa itu telah mengembangkan pembuatan pedang, atau persenjataan, baik untuk berperang maupun untuk memelihara ”perdamaian” melalui kekuatan persenjataan. Sebenarnya, bangsa-bangsa malah selalu cenderung menempa mata bajak mereka menjadi pedang! Nubuat Yesaya digenapi dalam diri wakil-wakil dari segala bangsa, orang-orang yang menyembah Yehuwa, ”Allah kedamaian”.—Filipi 4:9.
Bangsa-Bangsa yang Berduyun-duyun Menjalankan Ibadat Murni
4, 5. Apa yang dinubuatkan ayat-ayat pembukaan Yesaya pasal 2, dan apa yang menandaskan bahwa kata-kata tersebut dapat diandalkan?
4 Yesaya pasal 2 diawali dengan kata-kata ini, ”Hal yang dilihat Yesaya putra Amoz dalam penglihatan tentang Yehuda dan Yerusalem: Pasti terjadi pada akhir masa itu bahwa gunung rumah Yehuwa akan berdiri teguh mengatasi puncak gunung-gunung, dan akan ditinggikan mengatasi bukit-bukit; dan ke sana semua bangsa akan berduyun-duyun.”—Yesaya 2:1, 2.
5 Perhatikan bahwa apa yang Yesaya nubuatkan bukanlah sekadar spekulasi. Yesaya diperintahkan untuk mencatat peristiwa-peristiwa yang ”pasti terjadi”—yang tidak akan gagal. Apa pun maksud-tujuan Yehuwa, ini pasti akan ”berhasil”. (Yesaya 55:11) Tampaknya, untuk menandaskan bahwa janji-Nya dapat diandalkan, Allah mengilhami nabi Mikha, yang sezaman dengan Yesaya, untuk mencatat dalam bukunya, nubuat yang sama dengan yang dipaparkan di Yesaya 2:2-4.—Mikha 4:1-3.
6. Kapan nubuat Yesaya digenapi?
6 Kapan nubuat Yesaya digenapi? ”Pada akhir masa itu.” Terjemahan Baru berbunyi, ”Pada hari-hari yang terakhir.” Kitab-Kitab Yunani Kristen menubuatkan corak-corak yang akan mencirikan periode ini. Di antaranya ialah peperangan, gempa bumi, sampar, kekurangan makanan, dan ”masa kritis yang sulit dihadapi”.a (2 Timotius 3:1-5; Lukas 21:10, 11) Digenapinya nubuat-nubuat itu memberikan bukti yang limpah bahwa kita sedang hidup ”pada akhir masa itu”, hari-hari terakhir sistem dunia sekarang ini. Kalau begitu, masuk akal apabila kita berharap untuk melihat bahwa hal-hal yang Yesaya nubuatkan akan tergenap pada zaman kita.
Gunung Tempat Beribadat
7. Gambaran nubuat apa yang Yesaya lukiskan?
7 Dengan sedikit kata-kata, Yesaya memberikan gambaran nubuat yang hidup. Kita melihat sebuah gunung yang tinggi, dan di puncaknya terdapat rumah yang agung, bait Yehuwa. Gunung ini menjulang di atas gunung-gunung dan bukit-bukit yang ada di sekitarnya. Namun, gunung ini tidak berkesan angker atau menakutkan; gunung ini memikat hati. Orang-orang dari segala bangsa ingin sekali naik ke gunung rumah Yehuwa; mereka berduyun-duyun ke sana. Memang mudah membayangkannya, tetapi apa artinya?
8. (a) Pada zaman Yesaya, bukit dan gunung dihubungkan dengan apa? (b) Apa yang dilukiskan dengan berduyun-duyunnya bangsa-bangsa ke ”gunung rumah Yehuwa”?
8 Pada zaman Yesaya, bukit dan gunung sering kali dihubungkan dengan ibadat. Sebagai contoh, di sanalah lokasi penyembahan berhala dan tempat suci dewa-dewi palsu. (Ulangan 12:2; Yeremia 3:6) Akan tetapi, rumah atau bait Yehuwa menghiasi puncak Gunung Moria di Yerusalem. Orang-orang Israel yang setia mengadakan perjalanan ke Yerusalem tiga kali setahun dan naik ke Gunung Moria untuk beribadat kepada Allah yang benar. (Ulangan 16:16) Jadi, berduyun-duyunnya bangsa-bangsa ke ”gunung rumah Yehuwa” melukiskan dikumpulkannya banyak orang ke dalam ibadat sejati.
9. Apa yang digambarkan oleh ”gunung rumah Yehuwa”?
9 Tentu, dewasa ini umat Allah tidak berkumpul di suatu gunung harfiah dengan baitnya yang terbuat dari batu. Bait Yehuwa di Yerusalem dihancurkan oleh pasukan Romawi pada tahun 70 M. Selain itu, rasul Paulus menyatakan dengan jelas bahwa bait di Yerusalem dan tabernakel yang ada sebelumnya hanya bersifat gambaran. Semua itu menggambarkan realitas rohani yang lebih besar, ”kemah sejati, yang didirikan oleh Yehuwa, dan bukan oleh manusia”. (Ibrani 8:2) Kemah rohani itu adalah penyelenggaraan untuk menghampiri Yehuwa dalam ibadat berdasarkan korban tebusan Yesus Kristus. (Ibrani 9:2-10, 23) Selaras dengan ini, ”gunung rumah Yehuwa” yang disebutkan di Yesaya 2:2 menggambarkan ibadat kepada Yehuwa pada zaman kita, ibadat yang murni dan ditinggikan. Para pemeluk ibadat yang murni tidak berkumpul di suatu lokasi geografis tertentu; mereka berkumpul dalam persatuan ibadat.
Ibadat Murni Ditinggikan
10, 11. Dalam pengertian apa ibadat kepada Yehuwa ditinggikan pada zaman kita?
10 Sang nabi mengatakan bahwa ”gunung rumah Yehuwa”, atau ibadat yang murni, akan ”berdiri teguh mengatasi puncak gunung-gunung” dan akan ”ditinggikan mengatasi bukit-bukit”. Lama sebelum zaman Yesaya, Raja Daud membawa tabut perjanjian ke Gunung Zion di Yerusalem, yang letaknya 760 meter di atas permukaan laut. Tabut tersebut tetap berada di sana sampai dipindahkan ke bait yang sudah dirampungkan di Gunung Moria. (2 Samuel 5:7; 6:14-19; 2 Tawarikh 3:1; 5:1-10) Jadi, pada zaman Yesaya, tabut suci telah ditinggikan secara fisik dan ditempatkan di bait, pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan banyak bukit di sekitarnya yang digunakan untuk ibadat palsu.
11 Memang, dalam pengertian rohani, ibadat kepada Yehuwa senantiasa lebih unggul daripada praktek-praktek keagamaan yang dilakukan orang-orang yang melayani dewa-dewi palsu. Akan tetapi, pada zaman kita, Yehuwa telah meninggikan ibadat kepada-Nya sampai setinggi langit, di atas segala bentuk ibadat yang najis, ya, jauh di atas semua ’bukit’ dan ”puncak gunung-gunung”. Bagaimana? Yaitu dengan dikumpulkannya orang-orang yang ingin menyembah Dia ”dengan roh dan kebenaran”.—Yohanes 4:23.
12. Siapa ”putra-putra kerajaan”, dan pengumpulan apa yang telah berlangsung?
12 Kristus Yesus menyebutkan bahwa ”penutup sistem ini” adalah masa panen manakala para malaikat akan mengumpulkan ”putra-putra kerajaan”—orang-orang yang memiliki harapan untuk memerintah bersama Yesus dalam kemuliaan surgawi. (Matius 13:36-43) Sejak tahun 1919, Yehuwa telah memberikan kuasa kepada ”orang-orang yang masih tersisa” dari antara putra-putra ini untuk ikut bersama para malaikat dalam pekerjaan penuaian. (Penyingkapan 12:17) Jadi, sebagai permulaan, ”putra-putra kerajaan” itulah yang dikumpulkan, yaitu saudara-saudara Yesus yang terurap. Kemudian mereka ikut dalam pekerjaan pengumpulan lebih lanjut.
13. Bagaimana Yehuwa telah memberkati kaum sisa terurap?
13 Selama masa panen ini, Yehuwa secara progresif telah membantu kaum sisa terurap memahami dan menerapkan Firman-Nya, Alkitab. Hal ini juga turut berperan dalam meninggikan ibadat murni. Meskipun ’kegelapan menutupi bumi, dan kesuraman menutupi kelompok-kelompok bangsa’, kaum terurap ”bersinar sebagai penerang” di antara umat manusia, setelah dibersihkan dan dimurnikan oleh Yehuwa. (Yesaya 60:2; Filipi 2:15) Karena ”dipenuhi dengan pengetahuan yang saksama tentang kehendaknya dengan segala hikmat dan pemahaman rohani”, orang-orang yang diurapi dengan roh ini ”bersinar secemerlang matahari dalam kerajaan Bapak mereka”.—Kolose 1:9.
14, 15. Selain pengumpulan ”putra-putra kerajaan”, pengumpulan apa yang telah berlangsung, dan bagaimana hal ini dinubuatkan oleh Hagai?
14 Selain itu, ada lagi yang telah berduyun-duyun datang ke ”gunung rumah Yehuwa”. Mereka ini disebut oleh Yesus sebagai ”domba-domba lain” miliknya dan mereka ini memiliki harapan untuk hidup selama-lamanya di bumi firdaus. (Yohanes 10:16; Penyingkapan 21:3, 4) Awalnya, pada tahun 1930-an anggota kelompok ini hanya ribuan, namun kemudian berkembang menjadi ratusan ribu, dan kini jutaan! Dalam penglihatan yang diberikan kepada rasul Yohanes, mereka digambarkan sebagai ”suatu kumpulan besar dari orang-orang yang jumlahnya tidak seorang pun dapat menghitungnya, dari semua bangsa dan suku dan umat dan bahasa”.—Penyingkapan 7:9.
15 Nabi Hagai menubuatkan munculnya kumpulan besar ini. Ia menulis, ”Inilah firman Yehuwa yang berbala tentara, ’Sekali lagi—sedikit waktu lagi—aku akan mengguncangkan langit dan bumi dan laut dan tanah yang kering. Aku akan mengguncangkan semua bangsa, dan barang-barang yang berharga dari semua bangsa [mereka yang bergabung dengan orang-orang Kristen terurap dalam ibadat murni] pasti akan masuk; dan aku akan memenuhi rumah ini dengan kemuliaan,’ kata Yehuwa yang berbala tentara.” (Hagai 2:6, 7) Keberadaan ”kumpulan besar” yang terus bertambah jumlahnya dan rekan-rekan mereka yang terurap ini meninggikan, ya, memuliakan, ibadat murni di rumah Yehuwa. Belum pernah sebelumnya tercatat begitu banyak orang yang bersatu dalam ibadat kepada Allah yang benar, dan ini mendatangkan kemuliaan kepada Yehuwa dan Raja-Nya yang telah ditakhtakan, Yesus Kristus. Raja Salomo menulis, ”Besarnya jumlah rakyat merupakan perhiasan seorang raja.”—Amsal 14:28.
Ibadat Ditinggikan dalam Kehidupan Manusia
16-18. Perubahan apa yang telah dibuat beberapa orang agar dapat beribadat kepada Yehuwa dengan cara yang diperkenan?
16 Yehuwa layak memperoleh segala hormat dan puji atas ditinggikannya ibadat murni pada zaman kita. Namun, mereka yang menghampiri Dia mendapat hak istimewa untuk ambil bagian dalam pekerjaan ini. Sebagaimana dibutuhkan upaya untuk mendaki gunung, demikian pula, dibutuhkan upaya untuk belajar dan hidup selaras dengan standar-standar Allah yang adil-benar. Seperti orang-orang Kristen di abad pertama, hamba-hamba Allah dewasa ini telah meninggalkan gaya hidup dan praktek-praktek yang tidak selaras dengan ibadat sejati. Pelaku percabulan, penyembah berhala, pezina, pencuri, orang yang tamak, pemabuk, dan lain-lainnya telah mengubah cara hidup mereka dan telah ”dicuci bersih” dalam pandangan Allah.—1 Korintus 6:9-11.
17 Pengalaman wanita muda berikut ini bukanlah hal baru. Ia menulis, ”Saya dahulu tersesat tanpa harapan. Saya menjalani kehidupan yang amoral dan suka bermabuk-mabukan. Saya terkena penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Saya juga menjual narkoba dan tidak peduli akan apa pun.” Setelah belajar Alkitab, ia membuat perubahan besar agar dapat hidup selaras dengan standar-standar Allah. Kini ia berkata, ”Saya menikmati kedamaian pikiran, harga diri, harapan akan masa depan, keluarga yang sesungguhnya dan, yang terbaik dari semuanya, hubungan baik dengan Bapak kita, Yehuwa.”
18 Bahkan setelah mendapat kedudukan yang diperkenan di hadapan Yehuwa, semua harus terus meninggikan ibadat murni dengan menaruhnya di tempat yang paling utama dalam kehidupan mereka. Ribuan tahun yang lalu, melalui Yesaya, Yehuwa menyatakan keyakinan-Nya bahwa dewasa ini akan ada sejumlah besar orang yang sangat antusias untuk menjadikan ibadat kepada-Nya perkara yang terpenting dalam kehidupan mereka. Apakah saudara ada di antara mereka?
Suatu Umat yang Diajari Jalan Yehuwa
19, 20. Apa yang diajarkan kepada umat Allah, dan di mana?
19 Yesaya memberi kita gambaran lebih lanjut mengenai orang-orang yang memeluk ibadat murni dewasa ini. Ia berkata, ”Banyak suku bangsa pasti akan pergi dan mengatakan, ’Marilah, kamu sekalian, mari kita naik ke gunung Yehuwa, ke rumah Allah Yakub; dan ia akan mengajar kita tentang jalan-jalannya, dan kita akan berjalan di jalan-jalannya.’ Karena hukum akan keluar dari Zion, dan firman Yehuwa dari Yerusalem.”—Yesaya 2:3.
20 Yehuwa tidak membiarkan umat-Nya mengembara seperti domba yang tersesat. Melalui Alkitab dan publikasi-publikasi berdasarkan Alkitab, Dia memberi mereka ”hukum”-Nya dan ”firman”-Nya agar mereka dapat mempelajari jalan-jalan-Nya. Pengetahuan ini memperlengkapi mereka untuk ”berjalan di jalan-jalannya”. Dengan hati yang penuh penghargaan dan selaras dengan pengarahan ilahi, mereka berbicara tentang jalan-jalan Yehuwa kepada satu sama lain. Mereka berkumpul di kebaktian besar dan dalam kelompok yang lebih kecil—di Balai Kerajaan maupun di rumah pribadi—untuk mendengarkan dan mempelajari jalan-jalan Allah. (Ulangan 31:12, 13) Dengan demikian, mereka meniru pola orang-orang Kristen yang mula-mula, yang berkumpul untuk menganjurkan dan menggerakkan satu sama lain agar berlimpah dalam ”kasih dan perbuatan yang baik”.— Ibrani 10:24, 25.
21. Hamba-hamba Yehuwa ambil bagian dalam pekerjaan apa?
21 Mereka mengundang orang-orang lain untuk ”naik”, yaitu melaksanakan ibadat yang ditinggikan kepada Allah Yehuwa. Ini benar-benar selaras dengan perintah yang Yesus berikan kepada murid-muridnya tepat sebelum ia naik ke surga! Ia memberi tahu mereka, ”Karena itu pergilah dan buatlah orang-orang dari segala bangsa menjadi murid, baptislah mereka dengan nama Bapak dan Putra dan roh kudus, ajarlah mereka untuk menjalankan semua perkara yang aku perintahkan kepadamu.” (Matius 28:19, 20) Disertai dukungan ilahi, Saksi-Saksi Yehuwa dengan taat pergi ke seluruh bumi, mengajar dan menjadikan murid, serta membaptis mereka.
Pedang Menjadi Mata Bajak
22, 23. Apa yang dinubuatkan Yesaya 2:4, dan apa yang dikatakan seorang pejabat PBB sehubungan dengan hal itu?
22 Kini kita sampai ke ayat berikutnya, yang sebagian kata-katanya terukir pada tembok plaza PBB. Yesaya menulis, ”Ia pasti akan melaksanakan penghakiman di antara bangsa-bangsa dan meluruskan perkara-perkara sehubungan dengan banyak suku bangsa. Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan mengangkat pedang melawan bangsa, mereka juga tidak akan belajar perang lagi.”—Yesaya 2:4.
23 Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah dicapai. Federico Mayor, direktur jenderal Organisasi Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa pernah mengatakan, ”Semua kebejatan perang, yang kini hadir di rumah kita melalui perangkat audiovisual, tampaknya tidak sanggup menghentikan melajunya mesin perang raksasa yang dibuat dan dipertahankan selama berabad-abad. Generasi sekarang mendapat tugas berdasarkan Alkitab, yang hampir mustahil dijalankan, untuk ’menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak’ dan beralih dari naluri berperang—yang sudah berkembang sejak zaman dahulu—ke sifat suka damai. Bila tercapai, ini adalah tindakan yang paling baik dan paling mulia yang dapat dilaksanakan oleh ’perkampungan global’ ini, dan warisan yang paling berharga bagi keturunan kita.”
24, 25. Dalam diri siapakah kata-kata Yesaya tergenap, dan dengan cara bagaimana?
24 Bangsa-bangsa secara keseluruhan tidak akan pernah mencapai tujuan yang mulia ini. Ini berada di luar jangkauan mereka. Kata-kata Yesaya digenapi oleh orang-orang dari banyak bangsa, yang bersatu dalam ibadat murni. Yehuwa telah ”meluruskan perkara-perkara” di antara mereka. Dia telah mengajar umat-Nya untuk hidup damai satu sama lain. Sesungguhnya, dalam dunia yang terpecah-belah dan penuh pertikaian ini, mereka ibaratnya telah menempa ”pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas”. Bagaimana?
25 Antara lain, mereka tidak berpihak dalam peperangan bangsa-bangsa. Tidak lama sebelum kematian Yesus, orang-orang bersenjata datang untuk menangkapnya. Sewaktu Petrus tiba-tiba menyerang dengan pedang untuk membela Majikannya, Yesus mengatakan kepadanya, ”Kembalikan pedangmu ke tempatnya, karena semua orang yang mengangkat pedang akan binasa oleh pedang.” (Matius 26:52) Sejak itu, para pengikut jejak Yesus telah menempa pedang mereka menjadi mata bajak dan menolak mengangkat senjata untuk membunuh sesama mereka dan menolak mendukung peperangan dengan cara lain apa pun. Mereka ’mengejar perdamaian dengan semua orang’.—Ibrani 12:14.
Mengejar Jalan Perdamaian
26, 27. Bagaimana umat Allah ”mencari perdamaian dan mengejarnya”? Berikan contoh.
26 Perdamaian di antara umat Allah lebih daripada sekadar menolak untuk terlibat dalam peperangan. Meskipun mereka ada di lebih dari 230 negeri dan mewakili begitu banyak bahasa dan kebudayaan, mereka menikmati perdamaian antara satu sama lain. Mereka adalah penggenapan modern atas kata-kata Yesus, yang mengatakan kepada murid-muridnya pada abad pertama, ”Dengan inilah semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-muridku, jika kamu mempunyai kasih di antara kamu.” (Yohanes 13:35) Orang-orang Kristen zaman sekarang adalah ”pembawa damai”. (Matius 5:9, catatan kaki NW Ref.) Mereka ”mencari perdamaian dan mengejarnya”. (1 Petrus 3:11) Penunjang mereka adalah Yehuwa, ”Allah yang memberikan kedamaian”.—Roma 15:33.
27 Ada beberapa contoh dramatis dari orang-orang yang telah belajar untuk menjadi pembawa damai. Seorang pemuda menulis tentang masa kecilnya, ”Pengalaman hidup yang keras mengajar saya bagaimana membela diri. Saya menjadi orang yang garang dan marah terhadap kehidupan. Akibatnya, saya selalu berkelahi. Setiap hari, saya berkelahi dengan anak yang berbeda-beda di lingkungan rumah saya, kadang menggunakan tinju, kadang menggunakan batu atau botol. Saya menjadi orang yang sangat beringas.” Akan tetapi, akhirnya ia menyambut undangan untuk pergi ke ”gunung rumah Yehuwa”. Ia mempelajari jalan-jalan Allah dan menjadi hamba Allah yang suka damai.
28. Apa yang dapat dilakukan orang Kristen untuk mengupayakan perdamaian?
28 Sebagian besar hamba Yehuwa tidak berasal dari latar belakang yang keras seperti itu. Namun, bahkan dalam hal-hal yang relatif kecil—tindakan kebaikan hati, sifat suka mengampuni, dan empati—mereka berupaya untuk menggalang perdamaian dengan orang lain. Meskipun tidak sempurna, mereka berupaya menerapkan nasihat Alkitab untuk ’terus bersabar seorang terhadap yang lain dan mengampuni satu sama lain dengan lapang hati jika ada yang mempunyai alasan untuk mengeluh sehubungan dengan orang lain’.—Kolose 3:13.
Masa Depan yang Damai
29, 30. Ada prospek apa bagi bumi?
29 Yehuwa telah melakukan hal yang menakjubkan pada ”akhir masa” ini. Dia telah mengumpulkan orang-orang yang ingin melayani Dia dari segala bangsa. Dia telah mengajar mereka untuk berjalan di jalan-jalan-Nya, jalan perdamaian. Mereka inilah yang akan selamat dari ”kesengsaraan besar” yang akan datang serta masuk ke dunia baru yang penuh damai, dan di sini peperangan akan ditiadakan untuk selama-lamanya.—Penyingkapan 7:14.
30 Pedang—persenjataan—tidak akan ada lagi. Sehubungan dengan masa itu, sang pemazmur menulis, ”Mari, kamu sekalian, lihatlah kegiatan Yehuwa, bagaimana ia telah menetapkan peristiwa-peristiwa yang mencengangkan di bumi. Ia menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi. Busur ia patahkan dan tombak ia potong; pedati-pedati ia bakar dalam api.” (Mazmur 46:8, 9) Mengingat prospek ini, desakan berikut dari Yesaya benar-benar cocok dewasa ini sama seperti pada waktu ia menulisnya, ”Hai, kamu sekalian keturunan Yakub, datanglah dan mari kita berjalan dalam terang Yehuwa.” (Yesaya 2:5) Ya, semoga terang Yehuwa menyinari jalan kita sekarang, dan kita akan berjalan di jalan-Nya untuk selama-lamanya.—Mikha 4:5.
[Catatan Kaki]
a Lihat buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? pasal 9, ”Apakah Kita Hidup pada ’Hari-Hari Terakhir’?” yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.