PASAL SEBELAS
Yehuwa Ingin agar Orang-Orang Memperoleh Kehidupan—Bagaimana dengan Saudara?
1, 2. (a) Apa yang bisa kita pelajari dari reaksi Yunus terhadap keputusan Yehuwa mengenai Niniwe? (b) Mengapa kita perlu mempelajari belas kasihan Allah dan pandangan-Nya tentang kehidupan?
YEHUWA senang. Sang nabi murung. Allah dengan berbelas kasihan telah meluputkan kehidupan ribuan orang. Sedangkan Yunus lebih suka jika mereka binasa! Yehuwa memilih untuk mengampuni dan membiarkan orang-orang yang pernah memusuhi umat-Nya itu tetap hidup.
2 Sebagaimana terlihat dari kasus Yunus, adakalanya sulit bagi manusia untuk memahami jangkauan kepanjangsabaran Allah dan untuk mencerminkan keinginan-Nya agar orang-orang memperoleh kehidupan. Bagi Yunus, keputusan Yehuwa untuk membiarkan orang Niniwe hidup ”sangat tidak menyenangkan, dan kemarahannya berkobar”. Mungkinkah karena Yunus lebih memedulikan perasaannya sendiri daripada belas kasihan dan penyelamatan kehidupan? Boleh jadi, ia membayangkan akan kehilangan muka kalau orang Niniwe tidak dibinasakan. (Yunus 4:1, 10, 11) Bagaimana dengan zaman kita, ketika hari penghakiman Yehuwa mendekat dengan cepat? Saudara bisa bertanya, ’Bagaimana saya dapat memperdalam pemahaman dan penghargaan akan pengampunan Allah, dan bagaimana caranya membantu para pelaku kesalahan yang bertobat untuk mendapat lebih banyak manfaat dari kelembutan hati-Nya? Ya, bagaimana saya dapat meniru keinginan Allah agar orang-orang memperoleh kehidupan?’
KEADILAN DAN BELAS KASIHAN DEMI MENYELAMATKAN KEHIDUPAN
3. Apakah keadilan dan belas kasihan Allah saling bertentangan? Jelaskan.
3 Ada yang berpikir bahwa ke-12 buku nubuat ini, halaman demi halaman, berbicara tentang kemurkaan dan hukuman Allah, pelaksanaan keadilan-Nya. Mereka mungkin bertanya, ’Mana belas kasihan Yehuwa? Apakah Ia tidak mau menyelamatkan kehidupan?’ Sebenarnya, keadilan dan belas kasihan Allah tidak saling bertentangan, namun seiring sejalan dan sama-sama berperan dalam menyelamatkan kehidupan. Keadilan dan belas kasihan adalah dua aspek kepribadian-Nya yang diperlihatkan dengan keseimbangan yang sempurna. (Mazmur 103:6; 112:4; 116:5) Dengan menyingkirkan hal-hal buruk yang dilakukan oleh orang fasik, Allah berbelas kasihan kepada orang-orang yang memiliki kecenderungan yang benar. Hal itu membuktikan keadilan-Nya yang sempurna. Di sisi lain, Yehuwa dengan berbelas kasihan mentoleransi keterbatasan akibat ketidaksempurnaan manusiawi. Dengan kata lain: Menghukum jika perlu, berbelas kasihan sebisa mungkin. Dalam berita para nabi, Saudara bisa menemukan banyak pernyataan yang meneguhkan keseimbangan yang sempurna ini, yang menunjukkan bahwa Allah ingin agar orang-orang memperoleh kehidupan. Mari kita periksa hal ini dan sekaligus mencari pelajaran yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dewasa ini.
4. Apa buktinya bahwa Allah ingin agar orang-orang memperoleh kehidupan?
4 Nabi Yoel menyampaikan berita hukuman, tetapi ia juga menegaskan bahwa Allah ”murah hati dan berbelaskasihan, lambat marah dan berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih”. (Yoel 2:13) Sekitar seratus tahun kemudian, pada abad kedelapan SM, Mikha menandaskan bahwa kita sangat membutuhkan pengampunan Yehuwa. Setelah bertanya, ”Siapakah Allah seperti engkau?” Mikha menggambarkan Yehuwa demikian, ”Ia pasti tidak akan bertahan dalam kemarahannya untuk selama-lamanya, sebab ia senang akan kebaikan hati yang penuh kasih. Ia akan memperlihatkan lagi belas kasihan kepada kita.” (Mikha 7:18, 19) Sebagaimana dapat kita lihat dari catatan Yunus tentang orang Niniwe, Allah bersedia mempertimbangkan kembali hukuman atas orang-orang yang Ia murkai, jika penyesalan mereka disertai bukti-bukti pertobatan.
5. Menurut Saudara, aspek mana dari belas kasihan Allah dan kepedulian-Nya untuk menyelamatkan kehidupan yang paling menghangatkan hati? (Lihat juga ”Mereka Merelakan Diri”)
5 Kita tidak hidup pada zaman ke-12 nabi itu. Namun, tidakkah hati kita tersentuh oleh bukti-bukti belas kasihan Yehuwa dan kepedulian-Nya untuk menyelamatkan kehidupan? Perasaan itu dapat mempererat hubungan Saudara dengan Allah dan membuat Saudara lebih peduli untuk membantu orang lain memperoleh kehidupan. Meskipun kebanyakan orang dewasa ini menjalani kehidupan yang jahat, kita diyakinkan bahwa Allah ”tidak ingin seorang pun dibinasakan tetapi ingin agar semuanya bertobat”. (2 Petrus 3:9) Keinginan Yehuwa tersebut terlihat dalam kata-kata yang menghangatkan hati yang Hosea ucapkan setelah ia menerima kembali istrinya yang berzina. Yehuwa ’berbicara untuk mencapai hati’ umat-Nya. Allah tidak berkewajiban mengampuni, tetapi Ia bersedia melakukannya atas ’kehendak bebas-Nya sendiri’. (Hosea 1:2; 2:13, 14; 3:1-5; 14:4) Tahukah Saudara mengapa sikap dan tindakan Allah dalam hal ini begitu penting? Karena kehidupan tersangkut. Saudara bisa melihat lebih banyak bukti belas kasihan Allah dan keinginan-Nya agar orang memperoleh kehidupan apabila Saudara memperhatikan sidang Kristen, yang melakukan suatu pekerjaan yang melibatkan diri Saudara.
MEMBANTU ORANG MEMPEROLEH KEHIDUPAN
6. Bagaimana Allah menunjukkan bahwa Ia ingin orang-orang memperoleh kehidupan?
6 Mengapa Saudara ikut dalam pelayanan umum? Satu alasan utamanya ialah agar Saudara bisa membantu orang lain mengenal Allah yang benar. Kita perlu tahu hal penting ini mengenai Yehuwa: Ia memberikan peringatan yang jelas sebelum melaksanakan hukuman. Hal ini menunjukkan bahwa Ia berbelas kasihan; Ia tidak ingin orang-orang mati, tetapi memperoleh kehidupan. Ke-12 nabi memberi tahu para pelaku kesalahan bahwa Allah memberi mereka kesempatan untuk memperbaiki haluan hidup dan luput dari kemarahan-Nya yang adil-benar. Kita pun ikut dalam pekerjaan serupa dewasa ini. Sebagai orang Kristen, Saudara memiliki hak istimewa untuk mengumumkan peringatan tentang datangnya hari pembalasan Allah. Seraya melakukannya, jangan sampai Saudara merasa dendam terhadap orang-orang yang tidak menyambut, dan mengatakan dalam hati, ’Biar mereka rasakan akibatnya.’ Ingatlah bahwa tujuan utama pengabaran Saudara adalah membantu orang-orang menempuh jalan menuju kehidupan.—Yoel 3:9-12; Zefanya 2:3; Matius 7:13, 14.
7. (a) Mengapa keikutsertaan dalam pekerjaan memberikan kesaksian sangat penting? (b) Jika menghadapi sikap apatis, bagaimana kita terbantu dengan memikirkan sikap Yehuwa?
7 Setiap kali Saudara menceritakan kebenaran Alkitab dari rumah ke rumah, di sekolah, di tempat kerja, atau di tempat lain, itu berarti Saudara sedang memberikan bantuan kepada seseorang yang sangat membutuhkan belas kasihan serta pengampunan Allah. (Hosea 11:3, 4) Memang, Saudara mungkin menghadapi sikap apatis dan acuh tak acuh. Sekalipun demikian, dengan bertekun, Saudara meniru Allah kita yang berbelas kasihan, yang melalui Zakharia berfirman kepada umat-Nya yang suka melawan, ”Kembalilah kiranya dari jalan-jalanmu yang jahat dan dari tindak tandukmu yang jahat.” (Zakharia 1:4) Siapa tahu masih cukup banyak orang yang akan menyambut ketika Saudara memberitahukan belas kasihan Allah dan menunjukkan jalan menuju kehidupan. Sekali lagi, ingatlah bahwa Saudara mengabar karena Yehuwa ingin agar orang-orang memperoleh kehidupan, begitu pula Saudara.
8. Mengapa sungguh membesarkan hati untuk mengingat bahwa masih ada orang-orang yang menyambut belas kasihan Allah?
8 Saudara bisa berbesar hati dengan mengingat fakta ini: Hampir selalu ada orang yang menyambut berita dari Allah. Itu sebabnya, Hosea dapat berbicara tentang orang-orang yang menyadari bahwa ”jalan-jalan Yehuwa lurus”. Sang nabi menambahkan, ”Orang-orang yang adil-benarlah yang akan berjalan di situ.” (Hosea 14:9) Selama berabad-abad, banyak yang telah tergugah oleh undangan Allah, ”Kembalilah kepadaku dengan segenap hatimu.” (Yoel 2:12) Hal itu disampaikan kepada umat yang sudah mengenal Yehuwa, tetapi hal itu juga mencerminkan kepedulian Allah kepada orang-orang yang baru mulai mengenal diri-Nya. Ya, Allah tetap percaya akan kesanggupan manusia untuk menyesali haluan salah mereka di masa lalu, bertobat, lalu berbalik untuk melakukan apa yang benar, sehingga mereka mendapat prospek untuk diselamatkan.—1 Timotius 4:16.
9. Dari contoh orang Niniwe, hal apa yang penting sewaktu menyatakan penyesalan?
9 Ada faktor lain lagi mengapa Yehuwa mengampuni orang-orang Niniwe. Kita membaca bahwa orang-orang itu menganggap serius berita tentang penghakiman ilahi yang sudah dekat, dan mereka ”mulai menaruh iman kepada Allah”. (Yunus 3:5) Iman, bukan sekadar rasa takut dihukum, penting agar tetap hidup. Karena Yehuwa sangat ingin melihat orang-orang bertobat dan bertindak dengan iman, Ia telah memberi kita kesempatan untuk menjadi pemberita guna membantu orang-orang membuat pilihan. Apa hasilnya? Mengenai orang Niniwe, kita membaca, ”Allah yang benar melihat perbuatan mereka, bahwa mereka telah berbalik dari jalan mereka yang jahat; maka Allah yang benar merasa menyesal atas malapetaka yang telah diucapkannya akan ditimpakan kepada mereka, dan ia tidak menimpakannya.” (Yunus 3:10) Yehuwa tidak dapat diperdaya oleh kata-kata atau tindakan yang tidak tulus. Orang Niniwe pasti menyatakan penyesalan tulus melalui perbuatan mereka. Allah bisa melihat bahwa mereka benar-benar berubah; mereka memperlihatkan pertobatan yang tulus disertai iman.
10. Kapan saja Yehuwa mengadakan penyelamatan?
10 Kita hendaknya tidak beranggapan bahwa Yehuwa ingin menyelamatkan kehidupan orang Niniwe saja. Ketika Yerusalem dibinasakan pada tahun 607 SM—setelah masa pelayanan Obaja, Nahum, dan Habakuk—Yehuwa meluputkan Yeremia yang taat dan beberapa rekannya yang setia. (Yeremia 39:16-18) Dan, para nabi Allah meramalkan bahwa suatu sisa yang bertobat akan kembali dari Babilon dan memulihkan ibadat yang murni. (Mikha 7:8-10; Zefanya 3:10-20) Nubuat-nubuat itu mengalami penggenapan utamanya pada zaman modern. Setelah Perang Dunia I, orang Kristen terurap, yang banyak di antaranya telah mengendur dalam ibadat sejati, dipulihkan sehingga bersemangat dan diperkenan lagi oleh Yehuwa, dengan prospek memperoleh kehidupan. Dewasa ini juga, orang-orang dari ”banyak bangsa” sedang ”bergabung kepada Yehuwa”. (Zakharia 2:11) Mereka memiliki prospek untuk selamat dari akhir sistem ini yang sudah dekat. Oleh karena itu, pelayanan umum bukan sekadar tindakan ketaatan yang Saudara lakukan sebagai kewajiban orang Kristen. Itu juga bukan sesuatu yang dilakukan hanya untuk menggenapi nubuat. (Matius 24:14; 28:19, 20) Fokus pelayanan umum Saudara adalah membantu orang-orang untuk belajar tentang Yehuwa, beriman, dan memperoleh kehidupan.
KEHIDUPAN BAGI MEREKA YANG KEMBALI KEPADA YEHUWA
11, 12. Bagaimana belas kasihan Allah berfaedah bagi orang-orang yang pernah beribadat kepada-Nya?
11 Yehuwa memedulikan orang-orang baru dan ingin agar mereka memperoleh kehidupan. Namun, Ia tidak melupakan orang-orang yang selama ini melayani Dia. Kepada mereka ini pun kita hendaknya menaruh perhatian dan ingin agar mereka terus berada di jalan kehidupan. Dengan cara-cara praktis, bagaimana kita bisa menunjukkan kepedulian kita?
12 Saudara mungkin mengenal beberapa orang yang telah belajar tentang Yehuwa, memperlihatkan iman kepada-Nya, lalu giat dalam ibadat sejati tetapi sekarang ini tidak lagi melayani Dia. Berita yang Yehuwa sampaikan melalui ke-12 nabi memperlihatkan bahwa Ia bersedia mengulurkan belas kasihan kepada orang-orang yang pernah berada di antara umat-Nya tetapi tidak terus berpaut pada ibadat sejati. Halnya sama dewasa ini, ada yang mungkin telah hanyut, menjauh, atau melakukan kesalahan dan perlu bertobat. (Ibrani 2:1; 3:12) Meskipun mereka mungkin tidak bahagia selama mereka jauh dari Yehuwa, mereka bisa jadi merasa sulit untuk kembali. Allah mengimbau mereka, seperti dalam firman-Nya melalui seorang nabi, ”Inilah firman Yehuwa yang berbala tentara, ’Kembalilah kepadaku,’ demikian ucapan Yehuwa yang berbala tentara, ’dan aku akan kembali kepadamu.’” (Zakharia 1:3) Kata-kata Hosea sungguh menenteramkan hati! Ia berkata, ”Hai, Israel, kembalilah kepada Yehuwa, Allahmu, karena engkau telah tersandung dalam kesalahanmu. Bawalah perkataanmu dan kembalilah kepada Yehuwa. Katakanlah kepadanya, kamu sekalian, ’Kiranya engkau mengampuni kesalahan; dan menerima apa yang baik.’” Ya, bahkan orang yang telah melakukan dosa serius, tetapi kemudian kembali kepada Allah dengan pertobatan sejati, dapat memperoleh pengampunan dan akhirnya dipulihkan sepenuhnya. (Hosea 6:1; 14:1, 2; Mazmur 103:8-10) Itulah yang terjadi pada zaman para nabi, demikian pula pada zaman kita.
13. Alasan apa saja yang kita miliki untuk berbelas kasihan kepada orang-orang yang telah Allah ampuni?
13 Tetapi, apa artinya hal itu bagi orang Kristen yang tetap berada di jalan menuju kehidupan? Bagaimana kita dapat memperlihatkan bahwa kita memiliki cara pandang Yehuwa terhadap orang-orang lain? Yehuwa mengharapkan kita berbelas kasihan, baik kepada orang baru maupun kepada orang yang tidak lagi melayani Dia. Melalui Hosea, Allah menyatakan apa yang Ia inginkan dari kita, ”Aku menyukai kebaikan hati yang penuh kasih, dan bukan korban.” Yesus Kristus menyinggung kata-kata itu dan mengungkapkan gagasannya demikian, ”Maka, pergilah, dan belajarlah apa artinya ini, ’Aku menginginkan belas kasihan, dan bukan korban.’” (Hosea 6:6; Matius 9:13) Mempertunjukkan belas kasihan demikian sangat penting untuk mempertahankan hubungan kita dengan Allah. Perhatikan bagaimana rasul Paulus mengaitkan pengampunan dengan meniru Allah, ”Hendaklah kamu baik hati seorang kepada yang lain, memiliki keibaan hati yang lembut, dengan lapang hati mengampuni satu sama lain sebagaimana Allah juga dengan lapang hati mengampuni kamu melalui Kristus. Karena itu, jadilah peniru Allah, sebagai anak-anak yang dikasihi, dan teruslah berjalan dengan kasih.” (Efesus 4:32–5:2) Sudah sejauh mana Saudara meniru Allah dalam hal ini?
14, 15. Dalam situasi apa sikap Saudara terhadap pengampunan dari Yehuwa mungkin diuji?
14 Bagaimana jika ada saudara yang melakukan dosa serius, tidak bertobat, dan harus dikeluarkan dari sidang? Hal semacam itu terjadi pada abad pertama dahulu; orang Kristen yang berdosa dan tidak bertobat harus dipecat. Kalau hal itu bisa terjadi pada zaman para rasul Yesus, tidaklah mengherankan jika hal itu adakalanya terjadi juga dewasa ini. Dalam kasus demikian, orang-orang yang loyal dalam sidang mengikuti petunjuk Alkitab untuk tidak bergaul dengan orang yang telah dikeluarkan. Keloyalan mereka kepada Yehuwa bisa membantu si pelaku untuk melihat betapa seriusnya haluan salah yang ia tempuh, dan ia dapat tergerak untuk bertobat. Dalam Alkitab, kita membaca tentang seorang pria di Korintus yang dipecat namun belakangan bertobat serta mengubah haluannya, dan ia diterima kembali. (1 Korintus 5:11-13; 2 Korintus 2:5-8) Apabila hal itu terjadi dewasa ini, bagaimana perasaan Saudara, dan bagaimana caranya memperlihatkan bahwa Saudara ingin agar orang lain memperoleh kehidupan?
15 Seorang pelaku kesalahan yang bertobat mungkin merasa malu dan putus asa, perlu diyakinkan kembali bahwa Allah maupun saudara-saudaranya mengasihi dia dan ingin agar dia memperoleh kehidupan. Lihat betapa lembutnya Allah meyakinkan kembali umat-Nya yang mau bertobat pada zaman dahulu, ”Aku akan menjadikan engkau istriku dalam kesetiaan; dan engkau pasti akan mengenal Yehuwa.” (Hosea 2:20) Karena demikianlah perasaan Allah, kita perlu menunjukkan bahwa kita merasakan hal yang sama seperti Pribadi yang Zakharia gambarkan sebagai Allah yang ”memperlihatkan belas kasihan”.—Zakharia 10:6.
16. Bagaimana hendaknya reaksi kita sewaktu ada seseorang yang diterima kembali?
16 Allah ingin agar orang-orang memperoleh kehidupan, maka Allah senang apabila seorang pedosa bertobat atau apabila seorang yang tidak aktif melayani kembali dengan penuh semangat.a (Lukas 5:32) Dalam kasus pria Korintus yang diterima kembali tadi, Paulus mendesak sidang untuk mengampuni dan membesarkan hatinya, sehingga ia tahu bahwa mereka mengasihi dia, ”Hardikan ini, yang diberikan oleh sebagian besar dari kamu sudah cukup bagi orang tersebut, sehingga . . . kamu harus dengan baik hati mengampuni dan menghibur dia, agar dengan satu atau lain cara orang tersebut tidak tertelan oleh karena kesedihannya terlalu besar. Karena itu aku menasihati agar kamu meneguhkan kasihmu kepadanya.” (2 Korintus 2:6-8) Ingatlah bahwa Hosea mengutip kata-kata Yehuwa mengenai orang-orang yang pernah berdosa, ”Aku akan menyembuhkan ketidaksetiaan mereka. Aku akan mengasihi mereka atas kehendak bebasku sendiri.” (Hosea 14:4) Apakah kita akan meniru Yehuwa, senang membantu mereka agar sembuh dan akhirnya memperoleh kehidupan abadi?
17, 18. Bagaimana kita dapat dengan pengasih membantu orang-orang yang telah kembali kepada Yehuwa atau anggota keluarga orang yang dipecat?
17 Yehuwa dengan jelas memperlihatkan bahwa Ia menjaga martabat orang yang kembali, menyambut mereka sebagai orang yang layak menerima kasih-Nya yang seutuhnya. Ini mirip dengan Hosea yang bersedia menerima kembali istrinya yang sempat tidak setia. Yehuwa menceritakan caranya Ia memperlakukan hamba-hamba-Nya, ”Bagi mereka aku seperti orang-orang yang mengangkat kuk yang ada di rahang mereka, dan dengan lembut aku membawa makanan kepada setiap orang.” (Hosea 11:4) Alangkah menghangatkan hatinya kasih sayang Yehuwa ketika Ia dengan lembut mengundang orang-orang yang kembali tersebut! Kita bisa meniru Dia dengan tidak bersikap kaku atau dingin terhadap orang yang memperlihatkan kesedihan dengan cara ilahi dan pertobatan yang tulus. Begitu ia diterima kembali ke dalam sidang, kita hendaknya menghibur dia melalui perkataan kita bilamana ia membutuhkannya dan tidak menunjukkan kekesalan atau memendam kejengkelan karena kesalahannya di masa lalu.—1 Tesalonika 5:14.
18 Dapatkah Saudara mencari cara-cara lain untuk meniru Yehuwa sehubungan dengan pemecatan dari sidang? Jika seseorang harus dikeluarkan, dapatkah kita membantu para anggota keluarganya yang loyal, mungkin teman hidup dan anak-anaknya yang setia? Bisa jadi mereka berjuang untuk terus hadir di perhimpunan dan ikut dalam dinas. Maukah kita memberi mereka dukungan khusus yang mungkin mereka butuhkan? Cara lain untuk memperlihatkan belas kasihan yang lembut adalah menggunakan ”kata-kata yang baik, kata-kata yang menghibur”, memulai percakapan yang membina dengan mereka yang setia itu. (Zakharia 1:13) Ada banyak kesempatan untuk itu sebelum dan sesudah perhimpunan, ketika bekerja sama dalam dinas, atau pada waktu-waktu lain. Mereka adalah rekan sekerja, anggota sidang kita yang terkasih yang tidak boleh merasa dijauhi atau terasing. Ada juga kasus orang tua yang dipecat, dan hanya anak-anaknya yang berupaya melayani Yehuwa. Kita sungguh ingin mereka memperoleh kehidupan. Bagaimana cara memperlihatkannya?
”ANAK LELAKI YATIM MENDAPAT BELAS KASIHAN”
19. Bantuan rohani apa yang Zefanya berikan kepada seseorang yang bisa disamakan dengan ”anak lelaki yatim”?
19 Pelayanan Zefanya menjadi pola dalam hal memberikan bantuan. Ia melayani pada pertengahan abad ketujuh SM, dan bisa jadi berasal dari keluarga kerajaan Yehuda, mungkin sepupu jauh Raja Yosia. Ayah sang raja telah dibunuh, sehingga Yosia yang berusia delapan tahun terpaksa naik takhta. Ia menghadapi tugas yang menantang: Bangsa itu tengah berkubang dalam penyembahan berhala dan praktek-praktek yang menjijikkan. (Zefanya 3:1-7) Yosia yang masih muda dan yatim itu membutuhkan bimbingan yang terampil dan saran yang baik untuk memerintah bangsa yang suka melawan tersebut. Yehuwa memberikan bimbingan yang bagus melalui Yeremia dan Zefanya, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 dan 5 buku ini. Sungguh menarik, ketika Yehuwa melalui nabi-Nya mengecam ”para pembesar” Yehuda, Ia tidak mencela sang raja. (Zefanya 1:8; 3:3) Hal ini bisa jadi menunjukkan bahwa Raja Yosia muda sudah terlihat cenderung kepada ibadat yang murni. Teguran dari sang nabi tentunya turut membulatkan tekad Yosia untuk menyingkirkan ibadat yang najis dari Yehuda.
20. Bagaimana bimbingan rohani bisa membantu anak-anak ”yatim” di sidang?
20 Kepedulian Zefanya terhadap Yosia menggambarkan kepedulian Yehuwa terhadap kaum muda yang rentan dan butuh bantuan, seperti anak-anak yang orang tuanya dipecat. Hosea menyatakan, ”Oleh [Allah]-lah anak lelaki yatim mendapat belas kasihan.” (Hosea 14:3) Apakah Saudara tahu adanya anak-anak lelaki dan perempuan ”yatim” lain yang membutuhkan bimbingan dalam hal rohani dan hal sehari-hari? Mereka mungkin adalah anak-anak yatim rohani, anak-anak dari orang tua tunggal, atau kaum muda yang melayani Yehuwa tanpa dukungan keluarga. Sering kali, ada tidaknya seorang pembimbing rohani akan mempengaruhi sejauh mana anak-anak itu akan tetap dekat dengan sidang dan bertumbuh ke kematangan rohani. Banyak ”anak lelaki yatim” telah tumbuh menjadi orang dewasa yang rohani dan seimbang setelah diperhatikan dengan penuh kasih oleh orang-orang Kristen yang matang di sidang.—Mazmur 82:3.
21. Bantuan apa yang dapat diberikan orang-orang Kristen yang matang kepada anak-anak muda?
21 Seorang ibu tunggal, misalnya, bisa terbantu apabila orang-orang Kristen yang matang memberikan perhatian kepada anak-anaknya. (Yakobus 1:27) Tanpa melangkahi kekepalaan sang ibu dan dengan mempertimbangkan tata krama, para pengawas dan saudara-saudari lain bisa memberikan dukungan rohani kepada anggota-anggota keluarga yang kurang beruntung. Mungkin Saudara dan keluarga bisa meluangkan waktu bersama seorang anak lelaki atau anak perempuan yatim. Dapatkah Saudara menunjukkan timbang rasa terhadap anak-anak muda yang mungkin dirundung kesepian? Mereka mungkin membutuhkan empati dan percakapan dari hati ke hati. Selama bekerja bersama mereka dalam pelayanan umum, Saudara bisa menjadi pendengar yang baik. Saudara tentu sibuk, sehingga memberikan bantuan demikian kepada seorang anak muda secara teratur selama suatu jangka waktu bisa ’menguji kesejatian kasih Saudara’. (2 Korintus 8:8) Upaya Saudara akan mencerminkan bahwa Saudara ingin agar orang lain memperoleh kehidupan.
22. Bagaimana perasaan Saudara tentang fakta bahwa Yehuwa ingin agar orang-orang memperoleh kehidupan?
22 Sungguh menguatkan bila kita memikirkan kepedulian Allah terhadap orang-orang, keinginan-Nya agar mereka memperoleh kehidupan abadi! Ia lebih suka memperlihatkan kasih sayang kepada orang-orang adil-benar yang mengasihi Dia dan mengaruniakan kehidupan, daripada harus menunjukkan ketidaksenangan-Nya kepada orang-orang yang memilih untuk mengeraskan hati sehingga tidak layak memperoleh kehidupan abadi. Seraya kita menantikan hari Yehuwa dengan penuh harap, mari kita meniru Dia untuk membantu orang-orang lain menempuh jalan menuju kehidupan.
a Tiga perumpamaan yang menghangatkan hati memperlihatkan kepedulian Allah yang besar terhadap hamba-hamba-Nya yang menyimpang—perumpamaan tentang domba yang hilang, uang logam yang hilang, dan anak yang hilang.—Lukas 15:2-32.