BAB 14
”Inilah Hukum tentang Bait”
INTI: Penglihatan tentang bait—pelajarannya di zaman Yehezkiel dan zaman kita
1, 2. (a) Dari bab sebelumnya, pelajaran apa yang kita dapatkan dari penglihatan Yehezkiel tentang bait? (b) Dua pertanyaan apa yang akan kita bahas di bab ini?
KITA sudah belajar bahwa bait yang Yehezkiel lihat bukan bait rohani yang dibahas Rasul Paulus ratusan tahun setelahnya. Kita juga belajar bahwa penglihatan ini diberikan agar umat Allah mengerti pentingnya standar Yehuwa untuk ibadah yang murni. Dengan mengikuti standar itu, barulah mereka bisa bersahabat lagi dengan-Nya. Maka Yehuwa berkata, ”Inilah hukum tentang bait,” lalu menandaskannya lagi dengan mengatakan, ”Itulah hukum tentang bait.”—Baca Yehezkiel 43:12.
2 Sekarang, ada dua pertanyaan yang perlu kita bahas. Pertama, dari penglihatan tentang bait, apa yang mungkin dipelajari para tawanan di zaman Yehezkiel tentang standar Yehuwa untuk ibadah yang murni? Jawabannya akan membantu kita menjawab pertanyaan kedua, yaitu apa pelajarannya bagi kita di hari-hari terakhir yang penuh kebobrokan ini?
Apa Pelajarannya di Zaman Dulu?
3. Mengapa bait yang terletak di gunung yang tinggi itu bisa membuat orang-orang merasa malu?
3 Untuk menjawabnya, perhatikan beberapa hal yang menarik dalam penglihatan Yehezkiel tentang bait. Pertama, gunung yang tinggi. Ini mungkin membuat orang Israel teringat dengan nubuat Yesaya tentang pemulihan yang membesarkan hati. (Yes. 2:2) Apa yang mereka pelajari dari letak bait Yehuwa di gunung yang tinggi itu? Mereka belajar bahwa ibadah yang murni harus dijunjung tinggi atau diutamakan di atas segalanya. Sebenarnya, ibadah yang murni sudah tinggi, karena pengaturan ini dibuat oleh Allah Yehuwa, yang ”jauh lebih tinggi daripada semua allah lain”. (Mz. 97:9) Tapi, orang Israel tidak melakukan bagian mereka. Selama ratusan tahun, mereka terus merendahkan, meninggalkan, dan mencemari ibadah yang murni. Saat melihat bait Allah yang suci ditinggikan dan dimuliakan seperti yang seharusnya, pastilah orang-orang yang tulus merasa malu.
4, 5. Dari gerbang-gerbang tinggi di bait, apa yang mungkin dipelajari orang-orang yang mendengarkan Yehezkiel?
4 Gerbang-gerbang yang tinggi. Di awal penglihatan itu, Yehezkiel memperhatikan bahwa seorang malaikat mengukur gerbang-gerbang bait. Tingginya sekitar 30 meter! (Yeh. 40:14) Dan, di jalan masuknya terdapat ruang-ruang jaga. Apa maknanya bagi umat Allah yang membayangkan denahnya? Yehuwa memberi tahu Yehezkiel, ”Perhatikan dengan teliti jalan masuk ke bait.” Mengapa? Karena umat itu membawa orang-orang yang ”hati dan tubuhnya tidak bersunat” masuk ke bait Allah yang suci. Yehuwa pun berkata, ”Mereka mencemari bait-Ku.”—Yeh. 44:5, 7.
5 Orang-orang yang ”tubuhnya tidak bersunat” mengabaikan perintah Allah, padahal perintah itu sangat jelas dan sudah diberikan turun-temurun sejak zaman Abraham. (Kej. 17:9, 10; Im. 12:1-3) Tapi, orang-orang yang ’hatinya tidak bersunat’ lebih parah lagi. Mereka dengan keras kepala memberontak terhadap petunjuk dan bimbingan Yehuwa. Mereka tidak pantas masuk ke bait suci-Nya! Yehuwa membenci kemunafikan, tapi umat-Nya malah membiarkan orang-orang munafik keluar masuk rumah-Nya. Maka, gerbang dan ruang-ruang jaga di bait dengan jelas menunjukkan bahwa pelanggaran seperti itu tidak akan dibiarkan lagi! Standar yang tinggi bagi orang-orang yang ingin masuk ke rumah Allah harus diikuti. Setelah itu, barulah Yehuwa akan memberkati ibadah umat-Nya.
6, 7. (a) Bagaimana Yehuwa menggunakan tembok dan area luas di sekeliling bait untuk mengajar umat-Nya? (b) Bagaimana umat Yehuwa memperlakukan bait-Nya dulu? (Lihat catatan kaki.)
6 Tembok di sekeliling bait. Tembok ini benar-benar mengesankan. Menurut Yehezkiel, panjangnya adalah 500 tongkat, atau 1.555 meter, hampir 1,6 kilometer! (Yeh. 42:15-20) Tapi, bangunan bait dan halamannya membentuk persegi, yang panjang sisinya hanya 500 hasta, atau 259 meter. (Yeh. 45:2) Jadi, ada area yang luas di sekitar bangunan bait, dan area itu dilindungi tembok.a Mengapa begitu?
7 Yehuwa berkata, ”Sekarang mereka harus berhenti bertindak tidak setia dan membuang jauh-jauh berhala yang mereka sembah seperti raja. Aku pun akan tinggal di antara mereka selamanya.” (Yeh. 43:9) Sebenarnya, Yehuwa menggunakan area yang luas di bait itu untuk memberi tahu umat-Nya, ”Semua kenajisan itu tidak boleh dekat-dekat dengan bait-Ku.” Jika ibadah umat-Nya tetap murni, Yehuwa akan memberkati mereka dengan kehadiran-Nya.
8, 9. Apa yang mungkin dipelajari umat Yehuwa dari teguran keras yang Dia berikan kepada pria-pria yang diberi tanggung jawab?
8 Teguran keras atas pria-pria yang diberi tanggung jawab di antara umat Allah. Yehuwa memberi mereka teguran yang keras tapi pengasih. Dia dengan tegas mengoreksi orang-orang Lewi yang malah menjauh dari-Nya ketika umat-Nya menyembah berhala. Tapi, Dia memuji keturunan Zadok, yang tetap ”menjalankan tugas di tempat suci-[Nya]”. Dia memperlakukan kedua kelompok itu dengan adil dan berbelaskasihan, sesuai dengan tindakan mereka. (Yeh. 44:10, 12-16) Selain orang Lewi, para pemimpin Israel juga mendapat teguran keras.—Yeh. 45:9.
9 Yehuwa menunjukkan bahwa pria-pria yang diberi wewenang dan para pengawas harus bertanggung jawab kepada-Nya atas cara mereka menjalankan tugas. Mereka tetap membutuhkan nasihat, koreksi, dan disiplin. Bahkan, mereka harus menjadi teladan dalam mengikuti standar Yehuwa!
10, 11. Apa saja yang membuktikan bahwa banyak dari para tawanan yang pulang menerapkan pelajaran dari penglihatan Yehezkiel?
10 Apakah para tawanan yang pulang menerapkan pelajaran dari penglihatan Yehezkiel yang luar biasa ini? Kita memang tidak tahu persis apa reaksi para pria dan wanita yang beriman saat itu tentang penglihatan ini. Tapi, Firman Allah memberi tahu kita tentang banyak hal yang mereka lakukan dan pandangan mereka terhadap ibadah yang murni kepada Yehuwa. Apakah mereka mengikuti prinsip dalam penglihatan Yehezkiel? Ya, bisa dikatakan begitu, terutama jika dibandingkan dengan leluhur mereka yang suka memberontak sebelum penawanan di Babilon.
11 Setelah penawanan, ada pria-pria yang beriman seperti Nabi Hagai, Nabi Zakharia, Imam Ezra yang adalah penyalin, dan Gubernur Nehemia. Mereka berjuang untuk mengajarkan prinsip yang mirip dengan yang ada dalam penglihatan Yehezkiel. (Ezr. 5:1, 2) Mereka mengajar umat Allah bahwa ibadah yang murni harus ditinggikan. Itu tidak boleh diabaikan demi mengejar kekayaan atau kepentingan pribadi lainnya. (Hag. 1:3, 4) Mereka juga menekankan bahwa standar untuk menjalankan ibadah yang murni harus diikuti. Misalnya, Ezra dan Nehemia dengan tegas memberi tahu umat Allah untuk mengusir istri-istri asing mereka, yang melemahkan kerohanian mereka. (Baca Ezra 10:10, 11; Neh. 13:23-27, 30) Bagaimana dengan penyembahan berhala? Setelah dibebaskan, bangsa Israel kelihatannya membenci dosa itu, yang sudah berkali-kali menjerat mereka sepanjang sejarah. Bagaimana dengan para imam dan pemimpin? Seperti yang ditunjukkan dalam penglihatan Yehezkiel, mereka juga ditegur dan dinasihati oleh Yehuwa. (Neh. 13:22, 28) Ada banyak yang mengikuti nasihat itu dengan rendah hati.—Ezr. 10:7-9, 12-14; Neh. 9:1-3, 38.
12. Bagaimana Yehuwa memberkati para tawanan yang pulang?
12 Hasilnya, Yehuwa memberkati umat-Nya. Mereka menikmati hubungan yang baik dengan Yehuwa, kesehatan, dan kedamaian yang sudah lama hilang. (Ezr. 6:19-22; Neh. 8:9-12; 12:27-30, 43) Itu tercapai karena mereka akhirnya mulai mengikuti standar Yehuwa yang benar untuk ibadah yang murni. Banyak orang yang tulus tersentuh oleh pelajaran dari penglihatan Yehezkiel tentang bait. Bisa dikatakan, ada dua manfaat yang didapatkan para tawanan dari penglihatan ini. (1) Mereka belajar caranya mengikuti standar untuk ibadah yang murni. (2) Mereka mendapat jaminan bahwa ibadah yang murni akan dipulihkan, dan jika mereka terus menjalankan ibadah yang murni, Yehuwa pasti memberkati mereka. Tapi, kita tentu ingin tahu apakah nubuat dalam penglihatan ini juga menjadi kenyataan di zaman kita.
Apa Pelajarannya di Zaman Kita?
13, 14. (a) Dari mana kita tahu bahwa penglihatan Yehezkiel tentang bait berkaitan dengan zaman kita? (b) Dua manfaat apa yang kita dapatkan dari penglihatan ini? (Lihat juga kotak 13A, ”Dua Bait yang Maknanya Berbeda”.)
13 Apakah kita bisa yakin bahwa penglihatan Yehezkiel tentang bait berkaitan dengan kita sekarang? Ya! Ingatlah bahwa bait suci yang Yehezkiel lihat itu ada di ”gunung yang sangat tinggi”, dan Yesaya menubuatkan bahwa ”gunung tempat rumah Yehuwa berada akan berdiri dengan kokoh melebihi puncak gunung-gunung”. Yesaya menyebutkan kapan persisnya nubuat ini akan menjadi kenyataan, yaitu ”di hari-hari terakhir”. (Yeh. 40:2; Yes. 2:2-4; lihat juga Mikha 4:1-4.) Nubuat-nubuat itu memang menjadi kenyataan di hari-hari terakhir sejak 1919, sewaktu ibadah yang murni ditinggikan dan dipulihkan, seolah-olah ditaruh di atas gunung yang tinggi.b
14 Jelaslah, penglihatan Yehezkiel berkaitan dengan ibadah murni di zaman kita. Sama seperti orang Yahudi yang dulu ditawan, kita juga mendapat dua manfaat dari penglihatan ini. (1) Kita belajar caranya mengikuti standar Yehuwa untuk ibadah yang murni. (2) Kita mendapat jaminan bahwa ibadah yang murni akan dipulihkan dan Yehuwa akan memberkati kita.
Standar untuk Ibadah yang Murni di Zaman Kita
15. Apa yang perlu kita ingat sewaktu mempelajari bait yang Yehezkiel lihat?
15 Mari kita bahas beberapa hal dalam penglihatan itu. Bayangkan kita berkeliling di bait yang megah itu bersama Yehezkiel. Ingatlah bahwa bait itu bukan bait rohani yang agung. Tujuan kita hanya untuk mencari pelajaran-pelajaran yang bisa kita terapkan dalam ibadah kita sekarang. Apa saja pelajarannya?
16. Apa saja yang kita pelajari dari ukuran-ukuran dalam penglihatan Yehezkiel? (Lihat gambar di awal bab.)
16 Mengapa semuanya diukur? Yehezkiel mengamati malaikat yang berkilau seperti tembaga itu mengukur tembok, gerbang, ruang-ruang jaga, halaman, dan mezbah di bait itu. Semua ukuran yang disebutkan dengan terperinci itu mungkin membingungkan kita. (Yeh. 40:1–42:20; 43:13, 14) Tapi, pikirkan pelajaran pentingnya. Yehuwa memberikan perincian itu untuk menekankan bahwa standar-Nya sangat penting. Dialah yang menetapkannya, bukan manusia. Maka, berbeda dengan pandangan banyak orang, tidak semua cara beribadah diterima oleh Allah. Dan dengan mengukur bait itu, Yehuwa meneguhkan bahwa ibadah yang murni pasti dipulihkan. Janji Allah sudah ditentukan untuk terjadi, sama seperti ukuran-ukuran di bait itu sudah ditentukan. Jadi, penglihatan Yehezkiel meyakinkan kita bahwa ibadah yang murni pasti dipulihkan di hari-hari terakhir ini!
17. Tembok di sekeliling bait itu mengingatkan kita tentang apa di zaman kita?
17 Tembok di sekeliling bait. Seperti yang sudah kita bahas, tembok yang mengelilingi seluruh bait itu menjadi pengingat yang tegas bahwa umat Allah tidak boleh mencemari rumah Allah. Semua yang najis harus terpisah jauh dari ibadah yang murni. (Baca Yehezkiel 43:7-9.) Pengingat itu sangat cocok bagi kita sekarang! Setelah ditawan selama berabad-abad, umat Allah dibebaskan dari Babilon Besar, dan Kristus melantik budak yang setia dan bijaksana pada 1919. Sejak itu, lebih dari yang sudah-sudah, umat Allah berupaya keras untuk menyingkirkan berbagai ajaran agama palsu dan kebiasaan yang berkaitan dengan penyembahan berhala atau dewa-dewi. Kita ingin memastikan bahwa hal-hal yang najis terpisah jauh dari ibadah yang murni. Bahkan, kita juga tidak berbisnis di Balai Kerajaan karena hal-hal duniawi perlu tetap terpisah dari ibadah kita.—Mrk. 11:15, 16.
18, 19. (a) Apa yang bisa kita pelajari dari gerbang-gerbang yang tinggi di bait itu? (b) Seperti apa seharusnya tanggapan kita terhadap orang-orang yang berusaha menurunkan standar Yehuwa? Berikan contoh.
18 Gerbang-gerbang yang tinggi. Saat membayangkan gerbang-gerbang yang menjulang tinggi dalam penglihatan Yehezkiel, pelajaran apa yang kita dapatkan? Dulu, orang Yahudi yang ditawan belajar bahwa standar moral Yehuwa sangat tinggi. Bagaimana dengan kita? Sekarang, kita beribadah kepada Yehuwa di bait rohani-Nya yang agung. Bukankah itu berarti tingkah laku yang kudus dan tidak munafik menjadi semakin penting bagi kita? (Rm. 12:9; 1 Ptr. 1:14, 15) Selama hari-hari terakhir, Yehuwa secara bertahap menuntun umat-Nya untuk mengikuti standar moral-Nya.c Misalnya, orang yang berdosa dan tidak bertobat dikeluarkan dari sidang Kristen. (1 Kor. 5:11-13) Selain itu, ada pengingat yang bisa kita dapatkan dari penglihatan tentang ruang-ruang jaga di gerbang bait, yaitu seseorang tidak bisa masuk ke bait rohani untuk beribadah kepada Yehuwa kalau Yehuwa tidak berkenan kepadanya. Misalnya, orang yang bermuka dua mungkin datang ke Balai Kerajaan. Tapi, Yehuwa tidak akan berkenan kepadanya jika dia tidak melakukan apa yang Yehuwa minta. (Yak. 4:8) Ibadah kepada Yehuwa benar-benar dijaga agar tetap murni di zaman yang semakin bobrok ini!
19 Alkitab sudah berkata bahwa dunia ini akan menjadi semakin bejat menjelang kehancurannya. ”Orang jahat dan penipu akan menjadi semakin jahat, menyesatkan dan disesatkan.” (2 Tim. 3:13) Semakin banyak orang disesatkan sehingga bagi mereka, standar Yehuwa yang tinggi itu terlalu kaku, ketinggalan zaman, atau tidak benar. Bisakah Saudara disesatkan juga? Contohnya, jika ada yang berusaha meyakinkan Saudara bahwa standar Allah yang berkaitan dengan homoseks itu kaku, apakah Saudara akan setuju dengannya? Atau, apakah Saudara akan setuju dengan Allah Yehuwa, yang menyebutnya sebagai ’perbuatan menjijikkan’? Allah memperingatkan kita untuk menolak perbuatan cabul. (Rm. 1:24-27, 32) Saat menghadapi tantangan seperti itu, bayangkanlah bait dalam penglihatan Yehezkiel dengan gerbang-gerbangnya yang sangat tinggi. Ingatlah, Yehuwa tidak pernah menurunkan standar-Nya yang benar, tidak soal apa pandangan dunia yang bejat ini. Apakah kita setuju dengan Bapak kita yang di surga dan mau membela apa yang benar?
Kita memberikan ”korban pujian” dengan menjalankan ibadah yang murni
20. Pelajaran apa yang menguatkan ”kumpulan besar” dari halaman bait dalam penglihatan Yehezkiel?
20 Halaman bait. Saat Yehezkiel melihat luasnya halaman luar di bait itu, dia pasti senang karena membayangkan betapa banyaknya penyembah Yehuwa yang bisa berkumpul di sana. Sekarang, orang Kristen beribadah di bait yang jauh lebih suci. Ada ”kumpulan besar orang” yang menyembah Yehuwa di halaman luar bait rohani-Nya, dan mereka mendapat pelajaran yang menguatkan dari penglihatan Yehezkiel ini. (Why. 7:9, 10, 14, 15) Apa pelajarannya? Nah, Yehezkiel melihat ruang-ruang makan di halaman luar, tempat orang-orang bisa makan dari persembahan persahabatan yang mereka bawa. (Yeh. 40:17) Mereka seolah-olah makan bersama Allah Yehuwa. Ini menunjukkan bahwa mereka bersahabat dengan-Nya! Sekarang, kita tidak mempersembahkan korban seperti orang Yahudi yang menjalankan Hukum Musa. Tapi, kita memberikan ”korban pujian” dengan menjalankan ibadah yang murni, misalnya dengan memberi komentar atau menyatakan iman kita di perhimpunan atau dalam pengabaran. (Ibr. 13:15) Kita juga dikenyangkan oleh makanan rohani yang Yehuwa sediakan. Jadi, perasaan kita pasti mirip dengan keturunan Korah yang bernyanyi bagi Yehuwa, ”Satu hari di halaman rumah-Mu lebih baik daripada seribu hari di tempat lain!”—Mz. 84:10.
21. Apa yang dipelajari kaum terurap dari para imam dalam penglihatan Yehezkiel?
21 Para imam. Yehezkiel melihat bahwa untuk masuk ke halaman dalam, para imam dan orang Lewi harus melewati gerbang yang sama persis dengan gerbang di halaman luar, yang harus dilewati orang-orang dari suku lainnya. Ini menjadi pengingat yang bagus bagi para imam bahwa mereka pun harus mengikuti standar Yehuwa untuk ibadah yang murni. Bagaimana dengan sekarang? Memang, tidak ada lagi pengaturan bahwa keturunan Lewi akan menjadi imam di antara umat Allah. Tapi, orang Kristen terurap diberi tahu, ”Kalian adalah ’suku yang terpilih, imam-imam yang adalah raja’.” (1 Ptr. 2:9) Para imam di Israel zaman dulu beribadah di halaman yang terpisah, sedangkan sekarang orang Kristen terurap beribadah di tempat yang sama dengan rekan seiman mereka. Tapi, kaum terurap punya hubungan istimewa dengan Yehuwa karena sudah diangkat sebagai anak-anak-Nya. (Gal. 4:4-6) Meski begitu, mereka bisa mendapat pengingat yang bermanfaat dari penglihatan Yehezkiel. Misalnya, mereka sadar bahwa seperti para imam zaman dulu, mereka juga memerlukan nasihat dan disiplin. Tidak soal siapa kita, kita harus ingat bahwa sebagai orang Kristen, kita adalah ”satu kawanan, dengan satu gembala”.—Baca Yohanes 10:16.
22, 23. (a) Apa yang dipelajari para penatua dari pemimpin dalam penglihatan Yehezkiel? (b) Apa yang mungkin menjadi kenyataan di masa depan?
22 Pemimpin umat Allah. Pemimpin yang ada dalam penglihatan Yehezkiel adalah orang yang terpandang. Karena dia bukan keturunan imam, di bait dia harus menaati arahan para imam. Tapi, dia berperan sebagai pengawas di antara umat Allah dan membantu mereka dengan menyediakan korban persembahan. (Yeh. 44:2, 3; 45:16, 17; 46:2) Dia menjadi teladan bagi pria-pria yang diberi tanggung jawab di sidang Kristen sekarang. Semua penatua, termasuk pengawas wilayah, perlu tunduk kepada budak setia yang terurap. (Ibr. 13:17) Para penatua bekerja keras untuk membantu umat Allah mempersembahkan korban pujian di perhimpunan dan dalam pengabaran. (Ef. 4:11, 12) Mereka juga belajar bahwa para pemimpin Israel ditegur oleh Yehuwa karena menyalahgunakan wewenang. (Yeh. 45:9) Itu membuat para penatua sadar bahwa mereka tetap memerlukan nasihat dan koreksi. Mereka senang setiap kali mendapat kesempatan untuk dibentuk oleh Yehuwa, karena hal itu bisa membuat mereka menjadi gembala dan pengawas yang lebih baik.—Baca 1 Petrus 5:1-3.
23 Di bumi yang sudah menjadi Firdaus nanti, Yehuwa akan terus menyediakan para pengawas yang terampil dan pengasih. Sekarang, mereka sebenarnya sedang dilatih untuk menjadi gembala yang baik di Firdaus. (Mz. 45:16) Saat membayangkan bagaimana mereka menjadi berkat di dunia baru nanti, tidakkah kita merasa dikuatkan? Makna penglihatan Yehezkiel mungkin akan semakin jelas pada waktu yang Yehuwa tentukan, sama seperti nubuat lainnya tentang pemulihan. Dan, mungkin ada bagian-bagian tertentu dari nubuat ini yang berisi pelajaran lain atau menjadi kenyataan di masa depan, tapi itu tidak bisa kita bayangkan saat ini. Hanya waktu yang bisa menyingkapkannya.
Berkat Yehuwa atas Ibadah yang Murni
24, 25. Dalam penglihatan Yehezkiel, gambaran apa saja yang menubuatkan berkat Allah bagi umat-Nya yang menjalankan ibadah murni?
24 Sebagai kesimpulan, coba ingat sebuah peristiwa menakjubkan dalam penglihatan Yehezkiel: Yehuwa masuk ke bait itu, dan Dia berjanji bahwa Dia akan tetap ada di sana, asalkan umat-Nya dengan setia mengikuti standar untuk ibadah yang murni. (Yeh. 43:4-9) Apa pengaruh kehadiran Yehuwa atas umat-Nya dan negeri mereka?
25 Dalam penglihatan ini, ada dua gambaran yang menubuatkan berkat Allah. (1) Sebuah sungai mengalir dari tempat suci di bait, dan alirannya membawa kehidupan serta kesuburan di negeri itu. (2) Negeri itu dibagi dengan rapi menjadi bagian-bagian yang ukurannya sudah ditentukan, dan di tengah-tengahnya ada kompleks bait. Tapi apa artinya bagi kita sekarang? Bukankah Yehuwa sudah memurnikan bait rohani yang agung, yaitu pengaturan ibadah yang jauh lebih suci, dan senang dengan pengaturan itu? (Mal. 3:1-4) Kita akan membahas kedua gambaran itu di Bab 19 sampai 21.
a Bait yang Yehuwa tunjukkan ini sangat berbeda dengan bait-Nya dulu, yang diperlakukan umat-Nya dengan buruk. Yehuwa berkata, ”Mereka membuat pintu masuk kuil mereka di samping pintu masuk bait-Ku, dan tiang pintu kuil mereka di samping tiang pintu bait-Ku. Hanya sebuah tembok yang memisahkan antara Aku dan mereka. Mereka juga melakukan hal-hal yang memuakkan. Semua itu mencemari nama suci-Ku.” (Yeh. 43:8) Di Yerusalem dulu, hanya ada satu tembok yang memisahkan bait Yehuwa dari rumah-rumah penduduk. Ketika umat Allah meninggalkan standar-Nya yang benar, mereka menaruh berhala yang najis sangat dekat dengan rumah Yehuwa. Ini benar-benar tidak pantas!
b Penglihatan Yehezkiel tentang bait juga berkaitan dengan nubuat pemulihan lainnya yang menjadi kenyataan di hari-hari terakhir. Misalnya, Yehezkiel 43:1-9 mirip dengan Maleakhi 3:1-5, dan Yehezkiel 47:1-12 mirip dengan Yoel 3:18.
c Bait rohani memang sudah ada sejak 29 M, saat Yesus dibaptis dan mulai bertugas sebagai Imam Besar. Tapi setelah kematian para rasul Yesus, ibadah yang murni diabaikan selama berabad-abad. Sejak 1919, barulah ibadah yang sejati terus ditinggikan.