Oktober
Sabtu, 1 Oktober
”Siapa yang bisa mengetahui pikiran Yehuwa sehingga bisa mengajari Dia?” Meski begitu, kita memiliki pikiran Kristus.—1 Kor. 2:16.
Sewaktu kita berusaha mengenal Yesus, kita akan meniru cara berpikir dan sikapnya. Kalau kita berusaha untuk semakin memahami dan meniru cara berpikir Yesus, persahabatan kita dengannya akan semakin erat. Apa yang bisa kita tiru dari Yesus? Mari kita lihat salah satu contohnya. Yesus selalu memikirkan kepentingan orang lain, bukan kepentingan dirinya sendiri. (Mat. 20:28; Rm. 15:1-3) Karena itu, Yesus bisa menunjukkan sikap rela berkorban dan rela memaafkan. Dia tidak mudah tersinggung dengan apa yang orang katakan tentang dirinya. (Yoh. 1:46, 47) Dan meskipun seseorang pernah berbuat salah di masa lalu, Yesus tidak berpikir negatif tentang orang tersebut. (1 Tim. 1:12-14) Mengapa kita perlu meniru cara Yesus memandang orang lain? Yesus mengatakan, ”Kalau kalian saling mengasihi, semua orang akan tahu bahwa kalian muridku.” (Yoh. 13:35) Coba pikirkan pertanyaan ini: ’Apakah saya meniru Yesus dengan berusaha sebisa-bisanya untuk menjaga perdamaian dengan saudara-saudari?’ w20.04 24 ¶11
Minggu, 2 Oktober
Mereka akan menyucikan nama-Ku.—Yes. 29:23.
Meskipun Saudara dikelilingi oleh orang-orang yang memfitnah dan menghina nama Yehuwa, Saudara bisa memberi tahu mereka bahwa Yehuwa adalah Allah yang kudus, adil, baik, dan pengasih. Saudara juga bisa mendukung pemerintahan Yehuwa. Salah satu caranya adalah dengan memberi tahu orang-orang bahwa pemerintahan Yehuwa adalah yang terbaik dan hanya pemerintahan itulah yang bisa membuat kita semua hidup damai dan bahagia. (Mz. 37:9, 37; 146:5, 6, 10) Ada hal lain yang bisa kita lakukan untuk menyucikan nama Yehuwa. Sewaktu kita mengajarkan kebenaran Alkitab kepada orang lain, kita sering mengatakan bahwa Yehuwa-lah yang berhak memerintah alam semesta. Tapi, tujuan utama kita adalah membantu pelajar Alkitab untuk mengasihi Bapak kita, Yehuwa, dan tetap setia kepada-Nya. Jadi, selain membahas tentang aturan-aturan yang Allah berikan sebagai Penguasa, kita harus sering berbicara tentang sifat-sifat Yehuwa. Kita ingin menunjukkan seperti apa Yehuwa itu sebenarnya. (Yes. 63:7) Dengan begitu, orang yang kita ajar akan mengasihi dan menaati Yehuwa karena mereka benar-benar ingin melakukannya. w20.06 6 ¶16; 7 ¶19
Senin, 3 Oktober
Siapa yang menciptakan mulut manusia? . . . Aku, Yehuwa, yang melakukan itu.—Kel. 4:11.
Otak manusia dirancang dengan sangat mengagumkan. Sewaktu kita berada di dalam kandungan, otak kita berkembang sesuai dengan rancangan yang Allah tetapkan, dan ratusan ribu sel terbentuk setiap menitnya. Para peneliti memperkirakan bahwa di dalam otak manusia dewasa ada hampir 100 miliar sel khusus yang disebut neuron, yang beratnya kira-kira 1,5 kilogram. Salah satu kesanggupan otak manusia yang luar biasa adalah berbicara. Saat kita mengucapkan satu kata saja, otak kita mengatur gerakan sekitar 100 otot yang ada di lidah, tenggorokan, bibir, rahang, dan dada. Semua otot itu harus bergerak pada waktu yang sangat tepat agar kata-kata yang kita ucapkan bisa dipahami oleh orang lain. Selain itu, banyak ilmuwan percaya bahwa manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk mengenali dan mempelajari bahasa. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2019 mendukung teori ini. Menurut penelitian itu, bayi yang baru lahir bisa mengenali dan menanggapi kata-kata yang mereka dengar. Jelaslah, kesanggupan untuk berbicara adalah hadiah dari Allah. w20.05 22-23 ¶8-9
Selasa, 4 Oktober
Dia menantikan kota dengan fondasi yang tetap, yang dirancang dan dibangun oleh Allah.—Ibr. 11:10.
Abraham rela meninggalkan kehidupannya yang nyaman di kota Ur. Mengapa? Karena dia menantikan ”kota dengan fondasi yang tetap”. (Ibr. 11:8-10, 16) Kota yang Abraham nantikan adalah Kerajaan Allah. Raja dari Kerajaan itu adalah Yesus Kristus, dan ke-144.000 orang Kristen terurap akan memerintah bersama Yesus. Paulus menyebut Kerajaan itu sebagai ”kota Allah yang hidup, yaitu Yerusalem yang di surga”. (Ibr. 12:22; Why. 5:8-10; 14:1) Yesus mengajar murid-muridnya untuk berdoa agar Kerajaan itu datang supaya kehendak Allah bisa terjadi di bumi seperti di surga. (Mat. 6:10) Apakah Abraham tahu semua perincian tentang Kerajaan Allah? Tidak. Selama berabad-abad, itu masih menjadi ”rahasia suci”. (Ef. 1:8-10; Kol. 1:26, 27) Tapi, Abraham tahu bahwa beberapa keturunannya akan menjadi raja, karena Yehuwa telah menjanjikan hal itu kepadanya.—Kej. 17:1, 2, 6. w20.08 2-3 ¶2-4
Rabu, 5 Oktober
Teruslah bersatu dengan [Tuan]. Iman kalian harus berakar, dibangun di atas dia, dan menjadi mantap.—Kol. 2:6, 7.
Kita harus menolak ajaran orang murtad. Sejak sidang Kristen pertama kali dibentuk, Iblis selalu berusaha untuk melemahkan iman orang-orang Kristen. Jadi, kita harus tahu caranya membedakan mana informasi yang benar dan mana yang berisi kebohongan. Orang-orang yang membenci kita mungkin menyebarkan kebohongan lewat Internet atau media sosial. Mereka ingin agar kita tidak lagi percaya kepada Yehuwa dan tidak lagi mengasihi saudara-saudari. Tapi, kita harus ingat bahwa semua kebohongan itu berasal dari Setan, dan kita tidak boleh memercayainya. (1 Yoh. 4:1, 6; Why. 12:9) Agar Setan tidak berhasil melemahkan iman kita, kita harus memperkuat iman kita kepada Yesus. Kita juga harus yakin bahwa Yesus digunakan oleh Yehuwa untuk menjalankan kehendak-Nya. Selain itu, kita harus percaya kepada budak yang setia dan bijaksana. Kita harus yakin bahwa hanya mereka yang digunakan oleh Yehuwa untuk mengarahkan organisasi-Nya. (Mat. 24:45-47) Kita bisa memperkuat iman kita dengan mempelajari Alkitab setiap hari. Kalau kita melakukan itu, iman kita bisa seperti pohon yang berakar kuat di dalam tanah. Rasul Paulus mengatakan hal yang mirip ketika dia menulis kata-kata dalam ayat hari ini. w20.07 24 ¶11-12
Kamis, 6 Oktober
Manusia melihat apa yang terlihat oleh mata, tapi Yehuwa melihat hati.—1 Sam. 16:7.
Karena tidak sempurna, kita semua sering menghakimi orang lain berdasarkan apa yang kita lihat. (Yoh. 7:24) Tapi, kita sebenarnya tidak bisa tahu banyak tentang seseorang hanya dari apa yang kelihatan. Sebagai gambaran, meskipun seorang dokter sangat pintar dan berpengalaman, dia tidak bisa mengetahui dengan tepat kondisi pasiennya hanya dengan melihat pasien itu. Dokter itu harus mendengarkan pasiennya baik-baik untuk mengetahui kesehatan pasien itu selama ini, keadaan emosinya, dan gejala apa saja yang dia alami. Dia juga kadang meminta pasiennya untuk di-rontgen agar dia bisa melihat organ dalam pasien itu. Dengan begitu, dokter itu bisa menangani pasiennya dengan tepat. Sama seperti itu, kita tidak bisa benar-benar memahami saudara-saudari kita hanya dari apa yang kelihatan. Kita harus berusaha untuk mengetahui orang seperti apa mereka sebenarnya. Kita memang tidak bisa membaca hati. Tapi, kita bisa berusaha sebisa-bisanya untuk meniru Yehuwa. Dia mendengarkan hamba-hamba-Nya. Dia mempertimbangkan latar belakang dan keadaan mereka. Dia beriba hati kepada mereka. w20.04 14-15 ¶1-3
Jumat, 7 Oktober
Menilai diri kalian apa adanya.—Rm. 12:3.
Orang yang sombong tidak bisa ’menilai diri mereka apa adanya’. Mereka juga suka bertengkar dan egois. Cara berpikir dan tindakan mereka sering kali membuat mereka menyakiti diri sendiri dan orang lain. Kalau mereka tidak mengubah cara berpikir mereka, pikiran mereka bisa dirusak dan dibutakan oleh Setan. (2 Kor. 4:4; 11:3) Sebaliknya, orang yang rendah hati bisa menilai diri mereka apa adanya. Mereka sadar bahwa dalam banyak hal, orang lain lebih hebat dibanding mereka. (Flp. 2:3) Alkitab mengatakan bahwa ”Allah menentang orang sombong, tapi memberikan kebaikan hati yang luar biasa kepada yang rendah hati”. (1 Ptr. 5:5) Jadi, jika kita tidak mau menjadi musuh Yehuwa, kita harus rendah hati. Supaya bisa tetap rendah hati, kita harus mengikuti nasihat Alkitab untuk ’melepaskan kepribadian lama kita dan kebiasaan kita yang dulu, dan mengenakan kepribadian baru’. Kita harus mempelajari teladan Yesus dan berusaha sebisa-bisanya untuk meniru dia.—Kol. 3:9, 10; 1 Ptr. 2:21. w20.07 7 ¶16-17
Sabtu, 8 Oktober
Satu tubuh memiliki banyak anggota.—1 Kor. 12:12.
Kita semua mendapat kehormatan untuk menjadi bagian dari sidang milik Yehuwa. Kita berada dalam firdaus rohani bersama orang-orang yang bahagia dan suka damai. Peranan apa yang Saudara miliki di dalam sidang? Rasul Paulus menyamakan sidang Kristen dengan tubuh manusia. Dia juga menyamakan orang-orang di dalam sidang dengan anggota tubuh yang berbeda-beda. (Rm. 12:4-8; 1 Kor. 12:12-27; Ef. 4:16) Hal pertama yang bisa kita pelajari dari perumpamaan Paulus adalah bahwa kita semua punya peranan penting dalam keluarga Yehuwa. Paulus memulai perumpamaannya dengan mengatakan, ”Sama seperti satu tubuh memiliki banyak anggota, yang fungsinya berbeda-beda, kita semua, meskipun banyak, adalah satu tubuh karena bersatu dengan Kristus, dan kita masing-masing adalah anggota yang saling membutuhkan.” (Rm. 12:4, 5) Apa yang Paulus maksudkan? Meski kita punya peranan yang berbeda-beda di dalam sidang, kita semua berharga. w20.08 20 ¶1-2, 4
Minggu, 9 Oktober
Yehuwa bertanya kepadanya, ”Bagaimana kamu akan menipunya?”—1 Raj. 22:21.
Orang tua, bagaimana kalian bisa meniru teladan kerendahan hati Yehuwa? Jika cocok, setelah Saudara memberikan tugas kepada anak Saudara, coba tanya pendapat mereka tentang bagaimana tugas itu akan dilakukan. Dan jika memungkinkan, ikutilah saran mereka. Yehuwa juga menjadi teladan dalam bersikap sabar, bahkan kepada orang-orang yang bertanya tentang keputusan yang Dia buat. Sewaktu Abraham mengungkapkan kekhawatirannya tentang keputusan Yehuwa untuk menghancurkan Sodom dan Gomora, Yehuwa mendengarkan baik-baik. (Kej. 18:22-33) Yehuwa juga bersabar kepada istri Abraham, Sara. Ketika Sara sudah tua, Yehuwa berjanji bahwa Sara akan melahirkan seorang anak. Sara pun tertawa mendengar janji itu. Tapi Yehuwa tidak tersinggung atau marah kepadanya. (Kej. 18:10-14) Sebaliknya, Dia memperlakukan Sara dengan sangat baik. Orang tua dan para penatua, dengan cara apa lagi Saudara bisa meniru teladan Yehuwa? Apa yang akan Saudara lakukan kalau anak Saudara atau orang di sidang tidak setuju dengan keputusan Saudara? Apakah Saudara akan langsung mengatakan bahwa mereka salah? Atau apakah Saudara akan berupaya memahami sudut pandang mereka? Anggota keluarga dan orang-orang di sidang pasti akan mendapat manfaat kalau orang tua dan para penatua meniru Yehuwa. w20.08 10 ¶7-9
Senin, 10 Oktober
Saat kamu lemah, kuasa-Ku menjadi terlihat jelas.—2 Kor. 12:9.
Saat kita pertama kali mengenal kebenaran, kita mungkin senang menerima bantuan orang lain karena kita tahu bahwa kita masih perlu banyak belajar. (1 Kor. 3:1, 2) Tapi bagaimana dengan sekarang? Kita mungkin sudah melayani Yehuwa selama bertahun-tahun dan sudah mendapat banyak pengalaman. Jadi, kita mungkin enggan untuk menerima bantuan orang lain, apalagi kalau orang itu lebih baru dalam kebenaran. Tapi sebenarnya, salah satu cara Yehuwa menguatkan kita adalah melalui saudara-saudari. (Rm. 1:11, 12) Jadi, kalau kita mau mendapat kekuatan dari Yehuwa, kita perlu menerima bantuan dari mereka. Seseorang bisa melakukan hal-hal yang luar biasa. Mengapa? Karena dia rendah hati dan mengandalkan Yehuwa. Kita tahu bahwa kesehatan, pendidikan, latar belakang, atau banyaknya harta seseorang tidaklah penting. Semoga kita semua terus maju dengan (1) mengandalkan Yehuwa, (2) belajar dari teladan-teladan di Alkitab, dan (3) menerima bantuan dari rekan seiman kita. Dengan begitu, meski kita merasa lemah, Yehuwa akan membuat kita kuat! w20.07 14 ¶2; 19 ¶18-19
Selasa, 11 Oktober
[Tetaplah] rajin seperti selama ini . . . sehingga kalian tidak menjadi malas, tapi menjadi peniru orang-orang yang mewarisi janji-janji itu karena beriman dan sabar.—Ibr. 6:11, 12.
Kita mungkin merasa sulit untuk bersabar sewaktu kita mengabar kepada anggota keluarga kita yang tidak seiman. Kita bisa belajar dari prinsip di Pengkhotbah 3:1, 7. Ayat itu mengatakan, ”Ada waktu . . . untuk diam dan waktu untuk bicara.” Kadang, kita mungkin perlu diam dan hanya bisa memberikan kesaksian lewat tingkah laku kita yang baik. (1 Ptr. 3:1, 2) Tapi saat ada kesempatan, kita juga harus selalu siap menyampaikan kabar baik kepada mereka. Ya, kita memang harus mengabar dan mengajar dengan bersemangat, tapi kita juga harus menunjukkan kesabaran kepada semua orang, termasuk anggota keluarga kita. Kita juga bisa belajar tentang kesabaran dari contoh hamba-hamba Yehuwa yang setia di zaman Alkitab maupun di zaman sekarang. Salah satunya adalah Habakuk. Meski dia ingin kejahatan segera dilenyapkan, dia tetap bersabar dan mengatakan, ”Aku akan terus berjaga-jaga.” (Hab. 2:1) Contoh lainnya adalah Rasul Paulus. Dia pernah mengatakan bahwa dia ingin sekali ”menyelesaikan” pelayanannya di bumi. Meski begitu, dia tetap bersabar dan terus ”bersaksi dengan saksama tentang kabar baik”.—Kis. 20:24. w20.09 12 ¶12-14
Rabu, 12 Oktober
[Yesus] tidak pernah berpikir untuk merebut kedudukan Allah atau menjadi sama dengan Allah.—Flp. 2:6.
Walaupun Yesus adalah pribadi nomor dua di alam semesta, dia tidak pernah menganggap dirinya penting. Kalau kita rendah hati seperti Yesus, kita akan menjadi orang yang pengasih. Dan Yesus mengatakan bahwa kasih adalah ciri umat Allah. (Luk. 9:48; Yoh. 13:35) Bagaimana kalau Saudara merasa ada masalah di sidang yang tidak ditangani dengan baik? Daripada mengeluh, Saudara bisa menunjukkan kerendahan hati dengan mendukung saudara-saudara yang memimpin di sidang. (Ibr. 13:17) Untuk membantu Saudara menunjukkan kerendahan hati, coba pikirkan pertanyaan-pertanyaan ini: ’Apakah masalah itu begitu besar sehingga harus ditangani? Apakah sekarang waktu yang tepat untuk menanganinya? Apakah saya punya hak untuk menangani masalah itu? Sejujurnya, apa sebenarnya tujuan saya? Apakah saya memang memikirkan persatuan sidang atau apakah saya hanya ingin menonjolkan diri?’ Bagi Yehuwa, kerendahan hati itu lebih berharga daripada keterampilan apa pun. Dan di mata Yehuwa, persatuan umat-Nya lebih penting daripada melakukan sesuatu dengan cara yang paling tepat dan cepat. Karena itu, kita harus selalu berusaha semampu kita untuk melayani Yehuwa dengan rendah hati. Kalau kita melakukan itu, kita akan ikut membuat sidang kita bersatu.—Ef. 4:2, 3. w20.07 4-5 ¶9-11
Kamis, 13 Oktober
Yesus berkata kepada mereka, ”Jangan takut! Pergilah, beri tahu saudara-saudaraku.”—Mat. 28:10.
Yesus sangat menghargai para wanita yang ”menggunakan harta mereka” untuk membantu dia. (Luk. 8:1-3) Dia mengajar mereka berbagai kebenaran yang penting. Misalnya, dia memberi tahu mereka bahwa dia akan mati dan dibangkitkan. (Luk. 24:5-8) Yesus mempersiapkan para wanita ini untuk menghadapi keadaan yang sulit, sama seperti dia mempersiapkan para rasulnya. (Mrk. 9:30-32; 10:32-34) Belakangan, ketika Yesus ditangkap, para rasul melarikan diri dan meninggalkan dia sendirian. Tapi, beberapa wanita yang sering membantu Yesus tidak pernah meninggalkan dia. Ketika Yesus berada di tiang siksaan, mereka tetap menemani dia. (Mat. 26:56; Mrk. 15:40, 41) Beberapa wanita yang setia menjadi saksi pertama dari kebangkitan Yesus. Saat itu, Yesus menugasi mereka untuk memberi tahu para rasul bahwa dia telah dibangkitkan. (Mat. 28:5, 9, 10) Selain itu, pada Pentakosta 33 M, kelihatannya ada beberapa wanita yang juga diurapi oleh kuasa kudus dan mereka semua mendapat karunia untuk berbicara dalam bahasa lain dan bisa memberi tahu orang-orang tentang ”perbuatan Allah yang luar biasa”.—Kis. 1:14; 2:2-4, 11. w20.09 23 ¶11-12
Jumat, 14 Oktober
Teruslah perhatikan dirimu dan pengajaranmu.—1 Tim. 4:16.
Pekerjaan membuat murid adalah pekerjaan yang menyelamatkan kehidupan! Mengapa kita bisa mengatakan begitu? Sewaktu Yesus memberikan perintah yang dicatat di Matius 28:19, 20, dia mengatakan, ”Pergilah dan buatlah orang-orang . . . menjadi muridku. Baptislah mereka.” Baptisan sangat penting karena itu adalah syarat agar kita bisa diselamatkan dan mendapat kehidupan abadi. Kalau seseorang ingin dibaptis, dia harus beriman bahwa dia bisa diselamatkan hanya karena Yesus telah mati sebagai korban tebusan dan dibangkitkan. Karena itulah Rasul Petrus memberi tahu orang-orang Kristen, ”Baptisan . . . menyelamatkan kalian melalui kebangkitan Yesus Kristus.” (1 Ptr. 3:21) Jadi, saat seseorang dibaptis, dia mendapat kesempatan untuk bisa hidup abadi. Untuk bisa membuat murid, kita perlu berusaha meningkatkan ”keterampilan mengajar” kita. (2 Tim. 4:1, 2) Mengapa? Karena pekerjaan membuat murid berhubungan erat dengan pengajaran. Yesus memerintahkan kita, ”Pergilah dan buatlah orang-orang . . . menjadi muridku. Ajarlah mereka.” Selain itu, Rasul Paulus mengatakan bahwa kita harus bertekun dalam mengajar ’karena dengan begitu, kita akan menyelamatkan diri kita dan orang-orang yang mendengarkan kita’. w20.10 14 ¶1-2
Sabtu, 15 Oktober
Mulai sekarang kamu akan jadi penjala manusia.—Luk. 5:10.
Rasul Petrus menyukai pekerjaannya sebagai penjala manusia. Dan dengan bantuan Yehuwa, dia menjadi sangat terampil dalam pekerjaan itu. (Kis. 2:14, 41) Agar kita bersemangat untuk mulai mengabar, kita harus punya alasan yang bisa menggerakkan kita untuk melakukan itu. Sebagai orang Kristen, alasan utama yang membuat kita mau mengabar adalah karena kita mengasihi Yehuwa. Meski kita kadang merasa kurang terampil, kasih kita kepada Yehuwa bisa membantu kita untuk mengatasi perasaan itu. Sewaktu Yesus mengundang Petrus untuk menjadi penjala manusia, Yesus memberi tahu dia, ”Jangan takut lagi.” (Luk. 5:8-11) Petrus merasa takut bukan karena membayangkan apa yang akan terjadi kepadanya kalau dia menjadi murid Yesus. Sebaliknya, dia merasa tidak layak menjadi rekan sekerja Yesus setelah melihat Yesus secara mukjizat membantu dia dan teman-temannya menangkap banyak sekali ikan. Sama seperti Petrus, Saudara mungkin merasa takut. Saudara mungkin khawatir karena membayangkan apa saja yang perlu Saudara lakukan untuk menjadi murid Kristus. Kalau itu yang Saudara rasakan, perkuatlah kasih Saudara kepada Yehuwa, Yesus, dan sesama. Dengan begitu, Saudara akan bersemangat menyambut undangan Yesus untuk menjadi penjala manusia.—Mat. 22:37, 39; Yoh. 14:15. w20.09 3 ¶4-5
Minggu, 16 Oktober
Karena itu, pergilah dan buatlah orang-orang . . . menjadi muridku. . . . Ajarlah mereka.—Mat. 28:19, 20.
Kita rela menggunakan waktu, tenaga, dan harta kita untuk mencari orang-orang yang ”memiliki sikap yang benar untuk mendapat kehidupan abadi”. (Kis. 13:48) Kalau kita melakukan ini, kita mengikuti teladan Yesus. Dia mengatakan, ”Makananku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus aku dan menyelesaikan pekerjaan dari-Nya.” (Yoh. 4:34; 17:4) Ya, sama seperti Yesus, kita bertekad untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepada kita. (Yoh. 20:21) Dan kita ingin orang-orang lain, termasuk para penyiar yang tidak aktif, terus melakukan pekerjaan ini bersama kita. (Mat. 24:13) Memang, melakukan tugas dari Yesus itu tidak mudah. Tapi, kita tidak melakukannya sendirian. Yesus berjanji bahwa dia akan selalu menyertai kita. Dan, sewaktu melakukan tugas ini, kita adalah ”rekan sekerja Allah”. (1 Kor. 3:9) Jadi, kita pasti bisa menyelesaikan tugas ini. Kita sangat senang karena bisa menjalankan tugas yang Yesus berikan dan membantu orang lain menjalankannya juga. Ini benar-benar suatu kehormatan bagi kita!—Flp. 4:13. w20.11 7 ¶19-20
Senin, 17 Oktober
Yesus terus bertumbuh besar dan semakin berhikmat, dan semakin disenangi oleh Allah dan manusia.—Luk. 2:52.
Biasanya, keputusan yang dibuat orang tua akan memengaruhi anak-anak mereka sampai mereka dewasa. Kalau orang tua membuat keputusan yang tidak bijaksana, itu bisa menimbulkan masalah bagi anak-anak. Sebaliknya, kalau orang tua membuat keputusan yang bijaksana, anak-anak mereka bisa menikmati kehidupan yang bahagia dan memuaskan. Tapi, anak-anak juga harus membuat keputusan yang baik. Keputusan terbaik yang bisa mereka buat adalah keputusan untuk melayani Yehuwa, Bapak mereka yang pengasih. (Mz. 73:28) Orang tua Yesus, Yusuf dan Maria, ingin membantu anak-anak mereka untuk melayani Yehuwa. Keputusan-keputusan yang dibuat Yusuf dan Maria menunjukkan bahwa melayani Yehuwa adalah hal terpenting dalam kehidupan mereka. (Luk. 2:40, 41, 52) Yesus sendiri juga membuat keputusan-keputusan yang bijaksana sehingga dia bisa menjalankan kehendak Yehuwa. (Mat. 4:1-10) Yesus bertumbuh menjadi pria yang baik hati, setia, dan berani. Semua orang tua yang mengasihi Yehuwa pasti bangga dan bahagia kalau mereka punya anak seperti Yesus. w20.10 26 ¶1-2
Selasa, 18 Oktober
Matamu harus memandang lurus ke depan.—Ams. 4:25.
Bayangkan beberapa contoh berikut. Seorang saudari lansia mengenang hal-hal menyenangkan yang dia alami saat masih muda. Sekarang, karena usianya bertambah, dia menghadapi beberapa kesulitan. Tapi, dia terus memberikan yang terbaik untuk Yehuwa. (1 Kor. 15:58) Setiap hari, dia membayangkan dirinya dan orang-orang yang dia sayangi tinggal di Firdaus. Seorang saudari lain ingat bahwa dia pernah disakiti oleh seorang rekan seiman. Tapi dia tidak mau terus memikirkan hal itu. (Kol. 3:13) Seorang saudara mengingat kesalahan yang pernah dia lakukan. Tapi dia tidak terus memikirkan kesalahan itu. Sebaliknya, dia lebih memikirkan caranya dia bisa tetap setia kepada Yehuwa. (Mz. 51:10) Apa persamaan tiga saudara-saudari itu? Mereka semua ingat apa yang pernah mereka alami di masa lalu, tapi mereka tidak terus berfokus pada hal itu. Sebaliknya, mereka terus ”memandang lurus ke depan”. Mengapa itu penting? Seseorang tidak bisa berjalan lurus kalau dia terus-menerus menoleh ke belakang. Sama seperti itu, kita juga tidak bisa memberikan yang terbaik bagi Yehuwa kalau kita terus memikirkan hal-hal yang pernah kita alami atau lakukan di masa lalu.—Luk. 9:62. w20.11 24 ¶1-3
Rabu, 19 Oktober
Orang Filistin itu meremehkan dia.—1 Sam. 17:42.
Daud dianggap lemah oleh prajurit yang sangat kuat bernama Goliat. Memang, tubuh Goliat jauh lebih besar. Dia juga bersenjata lebih lengkap daripada Daud dan lebih terlatih untuk berperang. Sebaliknya, Daud terlihat lemah karena dia masih muda dan bukan tentara yang terlatih. Tapi, dia sebenarnya kuat. Mengapa? Karena dia mengandalkan Yehuwa, dan Yehuwa memberi dia kekuatan untuk mengalahkan Goliat. (1 Sam. 17:41-45, 50) Daud harus menghadapi kesulitan lain lagi yang mungkin membuat dia merasa lemah. Pada waktu itu, Daud dengan setia melayani Saul, yaitu raja Israel yang dipilih oleh Yehuwa. Awalnya, Raja Saul merespek Daud. Tapi belakangan, karena Saul sombong, dia merasa iri kepada Daud. Saul pun memperlakukan Daud dengan buruk, dan bahkan mencoba membunuh Daud. (1 Sam. 18:6-9, 29; 19:9-11) Meski diperlakukan dengan buruk oleh Raja Saul, Daud terus merespek raja yang dipilih Yehuwa itu. (1 Sam. 24:6) Daud terus mengandalkan Yehuwa supaya dia mendapat kekuatan untuk bertekun menghadapi kesulitan tersebut.—Mz. 18:1, superskripsi. w20.07 17 ¶11-13
Kamis, 20 Oktober
Pada zaman akhir, dia [raja utara] dan raja selatan akan saling menekan.—Dan. 11:40.
Sebagian besar nubuat mengenai raja utara dan raja selatan sudah menjadi kenyataan. Jadi, kita bisa yakin bahwa bagian-bagian lainnya pasti akan menjadi kenyataan juga. Untuk memahami nubuat di Daniel pasal 11, ada dua hal yang harus kita ingat. Pertama, pemerintahan yang dimaksudkan oleh nubuat ini hanyalah pemerintahan yang kekuasaannya sangat memengaruhi umat Allah. Memang, dibanding jumlah penduduk dunia ini, umat Allah sangat sedikit. Tapi mereka sering dianiaya oleh pemerintah. Mengapa? Karena Setan dan para pendukungnya sangat ingin memusnahkan orang-orang yang melayani Yehuwa dan Yesus. Itu adalah tujuan utama mereka. (Kej. 3:15; Why. 11:7; 12:17) Kedua, kita perlu ingat bahwa nubuat Daniel harus sejalan dengan nubuat-nubuat lain dalam Firman Allah. Jadi, agar kita bisa memahami nubuat Daniel dengan tepat, kita harus membandingkan nubuat itu dengan bagian-bagian lain dalam Alkitab. w20.05 2 ¶1-2
Jumat, 21 Oktober
Bagaimana orang mati akan dibangkitkan? Tubuh seperti apa yang akan mereka miliki?—1 Kor. 15:35.
Banyak orang punya pandangan yang berbeda-beda tentang apa yang terjadi setelah kita meninggal. Tapi, apa yang Alkitab ajarkan? Saat seseorang meninggal, tubuhnya membusuk. Tapi Allah Yehuwa, yang menciptakan alam semesta, bisa membangkitkan orang itu dan memberi dia tubuh yang cocok. (Kej. 1:1; 2:7) Saat berbicara tentang kebangkitan ke surga, Rasul Paulus menggunakan perumpamaan tentang benih untuk menunjukkan bahwa Allah tidak perlu membangkitkan seseorang dengan tubuh yang sama. Sebuah benih yang ditanam akan bertumbuh menjadi sesuatu yang baru, yaitu sebuah tanaman. Tanaman itu sangat berbeda jika dibandingkan dengan benih yang kecil tadi. Nah, Paulus menggunakan perbandingan ini untuk menunjukkan bahwa Pencipta kita bisa memberi seseorang ”tubuh sesuai dengan kehendak-Nya”. Paulus juga memberitahukan hal ini: ”Yang ada di surga memiliki tubuh yang berbeda dengan yang ada di bumi.” Apa maksudnya? Makhluk hidup yang ada di bumi, seperti kita, punya tubuh jasmani. Tapi mereka yang hidup di surga, seperti para malaikat, punya tubuh roh.—1 Kor. 15:36-41. w20.12 10 ¶7-9
Sabtu, 22 Oktober
Sampai kapan aku harus khawatir, dan bersedih hati setiap hari? —Mz. 13:2.
Kita semua pasti ingin hidup tenang. Tidak ada orang yang mau merasa khawatir. Tapi kadang, ada hal-hal yang membuat kita sangat khawatir dan, seperti Raja Daud, kita mungkin mengajukan pertanyaan yang sama dengan ayat hari ini. Ada banyak hal yang bisa membuat kita merasa khawatir. Beberapa hal tersebut tidak bisa kita kendalikan. Misalnya, kita tidak bisa mengendalikan harga bahan makanan, harga pakaian, dan harga sewa rumah, yang meningkat setiap tahun. Kita juga tidak bisa mengendalikan sikap beberapa teman sekerja atau teman sekolah kita, yang mungkin berupaya menggoda kita untuk berbuat tidak jujur atau berbuat cabul. Dan, kita juga tidak bisa menghentikan kejahatan yang terjadi di sekitar kita. Kita mengalami semua kesulitan itu karena kebanyakan orang di dunia ini tidak mengikuti prinsip Alkitab. Selain itu, Setan, yang adalah penguasa dunia ini, ingin membuat orang-orang terlalu ’khawatir soal kehidupan di dunia ini’ supaya mereka tidak melayani Yehuwa. (Mat. 13:22; 1 Yoh. 5:19) Jadi, kita tidak heran kalau di dunia ini ada banyak hal yang membuat kita khawatir! w21.01 2 ¶1, 3
Minggu, 23 Oktober
Setiap orang yang membenci saudaranya adalah pembunuh, dan kalian tahu bahwa pembunuh tidak akan mendapat kehidupan abadi.—1 Yoh. 3:15.
Rasul Yohanes juga menasihati kita agar tidak membenci saudara-saudari kita. Kalau kita tidak mengikuti nasihat itu, kita bisa dipengaruhi oleh Setan. (1 Yoh. 2:11) Itulah yang terjadi pada beberapa orang yang hidup di akhir abad pertama M. Pada waktu itu, Setan berupaya keras untuk membuat hamba-hamba Allah terpecah belah dan saling membenci. Pada saat Yohanes menulis surat-suratnya, beberapa orang yang bersikap seperti Setan telah menyusup ke dalam sidang. Contohnya adalah Diotrefes, yang membuat sebuah sidang terpecah belah. Diotrefes tidak merespek para penatua yang diutus oleh badan pimpinan untuk mengunjungi sidang-sidang. Dia tidak suka kalau ada orang yang menyambut mereka. Dia bahkan berusaha untuk mengeluarkan orang itu dari sidang jemaat. Dia sangat sombong! (3 Yoh. 9, 10) Sekarang pun, Setan masih berupaya keras untuk membuat umat Allah terpecah belah. Kita pasti tidak ingin membenci saudara-saudari kita. Sebaliknya, kita ingin terus mendukung mereka. w21.01 11 ¶14
Senin, 24 Oktober
Setelah mereka selesai menyampaikan berita itu, mereka akan diserang, ditaklukkan, dan dibunuh oleh binatang buas.—Why. 11:7.
Pada perang dunia pertama, pemerintah Jerman dan Inggris menganiaya umat Allah yang tidak mau mengangkat senjata. Selain itu, seperti yang dinubuatkan di Wahyu 11:7-10, pemerintah Amerika Serikat memenjarakan saudara-saudara yang memimpin pekerjaan pengabaran. Pada tahun 1930-an dan terutama selama perang dunia kedua, raja utara menyerang umat Allah dengan sangat kejam. Hitler dan para pengikutnya melarang pekerjaan pengabaran yang dilakukan umat Allah. Raja utara itu membunuh sekitar 1.500 hamba Yehuwa dan mengirimkan ribuan lainnya ke kamp-kamp konsentrasi. Dengan berupaya menghentikan kegiatan yang dilakukan umat Allah, raja utara ”menodai tempat suci” dan ”menghentikan persembahan rutin”. (Dan. 11:30b, 31a) Hitler bahkan bersumpah bahwa dia akan melenyapkan umat Yehuwa di Jerman. w20.05 5 ¶12-13
Selasa, 25 Oktober
Sayangi satu sama lain seperti keluarga sendiri. Kalianlah yang harus lebih dulu menunjukkan hormat.—Rm. 12:10.
Kalau kita menyayangi saudara-saudari di sidang, kita tidak akan bersaing dengan mereka. Ingatlah bahwa Yonatan tidak merasa iri kepada Daud. Dia tidak menganggap Daud sebagai saingan, dan dia tidak berusaha menjadi raja. (1 Sam. 20:42) Kita semua perlu meniru Yonatan. Kalau rekan seiman kita lebih terampil daripada kita, kita tidak boleh merasa iri. Sebaliknya, kita perlu mengikuti nasihat ini: ”Dengan rendah hati, anggaplah orang lain lebih tinggi daripada kalian.” (Flp. 2:3) Ingatlah bahwa setiap orang berguna bagi sidang. Kalau kita tetap rendah hati, kita bisa melihat sifat-sifat baik saudara-saudari dan bisa meniru teladan mereka. (1 Kor. 12:21-25) Saat kita menunjukkan kasih sayang kepada satu sama lain, kita bisa menjaga persatuan di sidang. Kita bisa membuktikan bahwa kita adalah pengikut Yesus, dan ini bisa membuat orang-orang yang tulus menjadi tertarik untuk melayani Yehuwa. Yang terutama, kita bisa menyenangkan hati Yehuwa, ”Bapak yang lembut dan berbelaskasihan” dan ”Allah segala penghiburan”.—2 Kor. 1:3. w21.01 24 ¶14; 25 ¶16
Rabu, 26 Oktober
Kalian bukan bagian dari dunia. . . . Karena itulah dunia membenci kalian.—Yoh. 15:19.
Sekarang, banyak orang memandang rendah umat Yehuwa. Mereka menganggap kita lemah dan tidak terpelajar. Mengapa? Karena kita tidak mengikuti sikap orang-orang di sekitar kita. Kita selalu berupaya untuk bersikap rendah hati, lembut, dan taat. Tapi, dunia ini malah mengagumi orang-orang yang sombong dan suka memberontak. Selain itu, kita tidak ikut campur dalam politik, dan kita tidak bergabung dengan pasukan militer. Ya, karena kita berbeda dengan orang-orang di dunia ini, mereka menganggap kita lebih rendah daripada mereka. (Rm. 12:2) Meski kita dianggap rendah oleh dunia ini, Yehuwa menggunakan kita untuk melakukan banyak hal luar biasa. Salah satunya, Dia menggunakan kita untuk melakukan pekerjaan pengabaran terbesar sepanjang sejarah. Selain itu, hamba-hamba Yehuwa menerbitkan majalah yang paling banyak diterjemahkan dan disebarkan di seluruh bumi. Mereka juga menggunakan Alkitab untuk membantu jutaan orang memiliki kehidupan yang lebih bahagia. Tanpa Yehuwa, semua itu tidak akan bisa dicapai. w20.07 15 ¶5-6
Kamis, 27 Oktober
Aku melakukan apa yang Bapak perintahkan kepadaku.—Yoh. 14:31.
Yesus tunduk kepada Yehuwa. Tapi, apakah dia tunduk karena dia kurang pintar atau kurang terampil? Tidak. Yesus bisa mengajar dengan cara yang sederhana tapi sangat jelas. Itu menunjukkan bahwa Yesus sangat pintar. (Yoh. 7:45, 46) Yesus juga sangat terampil. Karena itulah, sewaktu Yehuwa menciptakan alam semesta, Dia menjadikan Yesus sebagai pekerja ahli-Nya. (Ams. 8:30; Ibr. 1:2-4) Dan setelah Yesus dibangkitkan, Yehuwa memberi dia ”seluruh kekuasaan di surga dan di bumi”. (Mat. 28:18) Ya, Yesus sangat pintar dan terampil, tapi dia terus tunduk kepada Yehuwa dan meminta bimbingan-Nya. Mengapa? Karena dia mengasihi Bapaknya. Para suami hendaknya memperhatikan bahwa Yehuwa meminta para istri untuk tunduk kepada suami mereka bukan karena Dia menganggap wanita lebih rendah daripada pria. Buktinya, Yehuwa memilih pria maupun wanita untuk memerintah bersama Yesus. (Gal. 3:26-29) Yehuwa menunjukkan kepercayaan kepada Yesus dengan memberi dia wewenang. Sama seperti itu, seorang suami yang bijaksana tidak akan ragu untuk memberi istrinya wewenang. w21.02 11 ¶13-14
Jumat, 28 Oktober
Kita menyebut orang-orang yang bertekun itu bahagia.—Yak. 5:11.
Mengapa mempelajari Alkitab itu sangat penting? Karena Alkitab itu seperti cermin. Kalau kita membacanya, kita bisa tahu apa yang perlu kita perbaiki dan bagaimana kita bisa melakukannya. (Yak. 1:23-25) Misalnya, setelah mempelajari Firman Allah, kita mungkin menyadari bahwa kita perlu lebih berupaya untuk mengendalikan emosi kita. Dengan bantuan Yehuwa, kita belajar caranya tetap bersikap lembut saat orang lain atau suatu masalah membuat kita marah. Barulah kita bisa berpikir dengan lebih jernih dan membuat keputusan yang lebih bijaksana. (Yak. 3:13) Ya, mempelajari Alkitab itu sangat penting! Kadang, setelah kita melakukan kesalahan dan merasakan akibat yang buruk, kita baru belajar bahwa ada hal-hal yang seharusnya tidak kita lakukan. Tapi sebenarnya ada cara yang lebih baik. Kita bisa belajar dari contoh baik dan contoh buruk orang lain. Karena itulah Yakobus mengatakan bahwa kita perlu mempelajari teladan tokoh-tokoh Alkitab seperti Abraham, Rahab, Ayub, dan Elia. (Yak. 2:21-26; 5:10, 11, 17, 18) Hamba-hamba Yehuwa yang setia itu mengalami kesulitan yang sebenarnya bisa saja membuat mereka tidak lagi bersukacita. Tapi mereka bisa bertekun dan terus bersukacita. Dari teladan mereka, kita belajar bahwa dengan bantuan Yehuwa kita bisa bertekun seperti mereka. w21.02 29-30 ¶12-13
Sabtu, 29 Oktober
Rencana-rencana akan berhasil kalau dibicarakan dulu, dan ikutilah petunjuk yang bijaksana sewaktu berperang.—Ams. 20:18.
Sewaktu pelajaran Alkitab berlangsung, yang terutama bertanggung jawab untuk membantu pelajar memahami Firman Allah adalah guru Alkitabnya. Jadi, kalau seorang guru Alkitab mengajak Saudara untuk menemani dia dalam pelajaran Alkitabnya, tugas Saudara adalah mendukung guru Alkitab tersebut. (Pkh. 4:9, 10) Apa saja yang perlu Saudara lakukan untuk mendukung dia? Buatlah persiapan sebelumnya. Pertama-tama, mintalah guru Alkitab itu untuk menjelaskan sedikit tentang pelajar Alkitabnya. ”Apa latar belakang pelajar itu? Topik apa yang akan dibahas bersama dia? Dari topik ini, bagian mana yang perlu ditekankan? Selama pelajaran Alkitab, apakah ada hal-hal yang perlu saya lakukan atau katakan? Apakah ada hal-hal yang tidak boleh saya lakukan atau katakan? Bagaimana saya bisa menyemangati pelajar Alkitab itu untuk membuat kemajuan? Guru Alkitab itu pasti tidak akan memberi tahu Saudara informasi yang terlalu pribadi. Tapi, informasi apa pun yang dia berikan bisa bermanfaat. Joy, seorang saudari yang melayani sebagai utusan injil, mengatakan, ”Pembahasan seperti ini bisa membuat rekan dinas saya tergerak untuk membantu pelajar Alkitab saya. Ini juga membantu dia mengetahui apa yang perlu dia katakan dalam pelajaran Alkitab.” w21.03 9 ¶5-6
Minggu, 30 Oktober
Kalau dunia membenci kalian, ingatlah bahwa dunia sudah membenci aku sebelum membenci kalian.—Yoh. 15:18.
Kadang-kadang, kita dibenci karena kita mengikuti standar Allah. Standar itu sangat bertolak belakang dengan standar dunia ini yang semakin merosot. Misalnya, banyak orang sekarang menyetujui perbuatan cabul yang bejat, yang dulu menyebabkan orang-orang di Sodom dan Gomora dibinasakan oleh Allah. (Yud. 7) Karena kita mengikuti standar Alkitab dan menolak perbuatan seperti itu, banyak orang mengejek kita dan menyebut kita sebagai orang yang kaku! (1 Ptr. 4:3, 4) Apa yang bisa membantu kita untuk bertekun sewaktu orang membenci dan menghina kita? Kita perlu benar-benar beriman bahwa Yehuwa akan menolong kita. Seperti sebuah perisai, iman kita bisa ”memadamkan semua panah berapi dari si jahat”. (Ef. 6:16) Tapi selain iman, kita juga membutuhkan kasih. Mengapa? Karena kalau kita memiliki kasih, kita ’tidak akan cepat marah’. Kita juga bisa menanggung semua hal yang menyakitkan dan bertekun menghadapinya. (1 Kor. 13:4-7, 13) Kita bisa tetap bertekun kalau kita mengasihi Yehuwa, rekan-rekan seiman kita, dan bahkan orang-orang yang memusuhi kita. w21.03 21 ¶3-4
Senin, 31 Oktober
Jangan cepat tersinggung, karena perasaan tersinggung tersimpan di dada orang bodoh.—Pkh. 7:9.
Kadang, kita bisa menunjukkan bahwa kita mengasihi saudara-saudari melalui apa yang tidak kita lakukan. Misalnya, kita tidak mau cepat tersinggung dengan kata-kata mereka. Perhatikan apa yang terjadi sewaktu Yesus hidup di bumi. Dia memberi tahu murid-muridnya bahwa untuk mendapat kehidupan abadi, mereka harus makan dagingnya dan minum darahnya. (Yoh. 6:53-57) Banyak murid Yesus terkejut mendengarnya sehingga mereka tidak mau mengikuti dia lagi. Tapi, teman-teman Yesus yang sejati tidak meninggalkan dia. Mereka tidak memahami apa arti kata-kata Yesus, dan mereka juga mungkin merasa terkejut. Tapi, mereka tidak langsung menyimpulkan bahwa kata-kata Yesus itu salah dan menjadi tersinggung. Sebaliknya, mereka tetap percaya kepada Yesus karena mereka yakin bahwa dia mengatakan kebenaran. (Yoh. 6:60, 66-69) Kita juga tidak boleh cepat tersinggung karena apa yang dikatakan teman-teman kita! Sebaliknya, kita perlu memberi mereka kesempatan untuk menjelaskan kata-kata mereka.—Ams. 18:13. w21.01 11 ¶13