Pembaktian—Kepada Siapa? Mengapa?
”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus [bangsa yang disucikan; bangsa yang dibaktikan], umat kepunyaan Allah sendiri.”—1 Petrus 2:9.
1, 2. (a) Apakah Abraham Lincoln menjadi anggota dari salah satu gereja Susunan Kristen, namun dalam pidatonya di Gettysburg bagaimana ia menyebut bangsa yang ia perintah sebagai presiden? (b) Tindakan apa mencerminkan kepercayaan bangsa itu kepada Allah, dan bagaimana pemerintahan yang menyusul setelah bencana dunia ini sesuatu ”untuk rakyat”?
DARI semua gereja-gereja Susunan Kristen, tidak satupun dapat mengakui presiden ke-16 dari Amerika Serikat sebagai anggotanya. Namun, pada waktu mengucapkan pidatonya yang terkenal di Gettysburg pada tanggal 19 November 1863, Abraham Lincoln, yang gemar membaca Alkitab, mengucapkan kata-kata yang tegas ini,
”Delapan puluh tujuh tahun yang lalu bapak-bapak kita menerbitkan di benua ini, suatu bangsa baru, yang dilahirkan dalam Kebebasan, dan dibaktikan kepada gagasan bahwa semua manusia diciptakan sama. . . Tetapi, dalam arti yang lebih luas, kita tidak dapat membaktikan—kita tidak dapat mengkuduskan—kita tidak dapat menyucikan—tanah ini. Orang-orang perkasa, yang hidup dan yang sudah mati, yang telah berjuang di sini, telah menyucikannya, jauh di atas kemampuan kita yang lemah untuk menambah atau mengurangi. . . . Sebaliknya, kita yang hidup sekarang inilah yang harus membaktikan diri kepada pekerjaan yang belum selesai yang sejauh ini telah dimulai dengan mulia oleh orang-orang yang berjuang di sini. Kitalah, yang berada di sini yang harus membaktikan diri kepada tugas besar yang masih ada di hadapan kita . . . ”
2 Semenjak diucapkannya pidato yang mengesankan itu di makam pahlawan Gettysburg, Pennsylvania, negara Amerika Serikat telah mengingkari semboyan pada uang kertas dolar mereka, ”Kita Percaya Kepada Tuhan”. Walaupun sang presiden dan orang-orang Amerika yang tulus lainnya membaktikan diri kepada tanah itu, ”pemerintah dari rakyat, oleh rakyat”, akan ”lenyap dari atas muka bumi”. Untung sekali, bahwa ”untuk rakyat” hal ini bukan suatu bencana yang kekal, karena setelah itu akan datang pemerintahan kerajaan yang agung dari Allah melalui Raja yang Ia lantik, Yesus Kristus, untuk memberkati semua penduduk bola bumi ini, termasuk benua Amerika sekarang ini.
3, 4. (a) ”Bangsa” mana yang kemudian akan tampil? (b) Sehubungan dengan ”bangsa” baru ini, Petrus mengutip kata-kata mana, yang Yehuwa ucapkan kepada bangsa Israel?
3 Kemudian suatu bangsa baru akan tampil. Bangsa apakah itu? Bangsa yang terhadapnya kata-kata terilham ini ditujukan, ”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri.”—1 Petrus 2:9.
4 Dengan kata-kata ini rasul Petrus mengutip pernyataan-pernyataan yang digunakan oleh Allah sehubungan dengan umat pilihanNya, bangsa Israel, yang pada waktu itu berada di Gunung Sinai di tanah Arab, seperti yang tercatat di Keluaran 19:5, 6. Di situ kita membaca, ”Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus.”
5. Dalam penggunaan Alkitab, apakah ”menyucikan” dan ”membaktikan” mempunyai arti yang sama?
5 Di Keluaran 19:6 dan 1 Petrus 2:9; yang dikutip di atas, beberapa terjemahan meningkatkan makna istilah yang sederhana ”bangsa yang kudus” dengan menterjemahkannya sebagai ”bangsa yang disucikan” atau ”bangsa yang dibaktikan”.a (Lihat The Jerusalem Bible; Moffatt; Knox; The New English Bible.) Dengan menerima dan hidup selaras dengan patokan-patokan Yehuwa bangsa Israel akan dipisahkan sebagai bangsa yang disucikan atau dibaktikan. Allah dapat ”menyucikan” atau ”membaktikan” sesuatu atau seseorang atau sekumpulan orang. Dari sudut pandangan Allah kedua kata ini pada dasarnya bisa mempunyai arti yang sama. Tetapi, manusia yang tidak sempurna, meskipun tidak sanggup menyucikan sesuatu dengan menjadikannya bersih untuk maksud yang kudus, dapat dengan baik dan penuh kasih ”membaktikan” sesuatu, termasuk diri sendiri.
6. (a) Dengan mengatakan, ”Segala firman TUHAN [Yehuwa, NW] akan kami lakukan”, tindakan apa yang diambil oleh bangsa Israel, secara perseorangan maupun kelompok? (b) Ke dalam penyelenggaraan apa Allah membawa mereka tanpa paksaan?
6 Allah mengajukan tawaran kepada bangsa Israel yang telah dibebaskan bahwa mereka akan menjadi bangsa yang kudus bagi Dia, dengan syarat bahwa mereka ’sungguh-sungguh mentaati firmanNya dan berpegang pada perjanjianNya’. Mereka menjawab, ”Segala firman yang telah diucapkan TUHAN [Yehuwa, NW] itu, akan kami lakukan.” Jadi, secara perseorangan maupun kelompok mereka membaktikan diri kepada Juruselamat mereka, Allah Yehuwa, dan hal itu tak dapat mereka tarik kembali. Meskipun Yehuwa memilih mereka karena mereka adalah keturunan darah daging dari Abraham, dan telah membebaskan mereka secara mujizat dari Mesir melalui Laut Merah, Ia tetap menunggu sampai bangsa Israel sendiri membuat pembaktian diri ini kepada Dia dan ibadatNya dengan suka rela. Atas dasar ini mereka dijadikan umat perjanjian Yehuwa. Mengenai hal ini, kita membaca,
”Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat, sambil berkata: ’Inilah darah perjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu.’”—Ibrani 9:19, 20; Keluaran 24:1-8.
7. (a) Bagaimana keadaan orang-orang Yahudi dari generasi-generasi sesudah itu? (b) Bagaimana mereka dapat kehilangan kedudukan mereka yang dibaktikan?
7 Keturunan-keturunan Yahudi sesudah itu tentu dilahirkan di dalam bangsa yang telah dibaktikan ini, dan dengan sendirinya juga, ke dalam hubungan yang dibaktikan kepada Allah. Tetapi secara perseorangan, pada waktu mereka menjadi dewasa, mereka harus meniru teladan orang-orang Yahudi di Gunung Sinai dalam membuktikan dengan motif hati dan tindakan, bahwa mereka benar-benar membaktikan diri kepada Yehuwa agar mereka dapat tetap tinggal dalam bangsa yang kudus ini dalam keadaan diperkenan. Sebenarnya, kesejahteraan mereka sebagai bangsa dan kehidupan mereka sendiri tersangkut di sini. Demikian halnya sebab Allah dapat mencabut kedudukan yang suci atau kudus yang Ia berikan kepada suatu bangsa, jika mereka terbukti tidak layak, dan memindahkannya kepada bangsa yang membuktikan diri layak. Itulah sebabnya kata-kata yang semula dari Allah kepada bangsa Israel jasmani, bahwa mereka akan menjadi bagi Dia ”suatu imamat rajani, suatu bangsa yang kudus”, akhirnya diterapkan oleh rasul Petrus kepada umat Kristen yang baru, yang mulai dibentuk pada hari Pentakosta tahun 33 M. Bagaimana pengakuan kekudusan ini dipindahkan?
8. (a) Pada waktu Petrus menulis surat terilhamnya yang pertama, bencana apa yang akan segera menimpa Israel, dan hubungan apa yang tidak ada lagi antara orang Yahudi dengan Allah Yehuwa? (b) Maka, siapakah yang membentuk ”bangsa yang disucikan” itu?
8 Pada waktu rasul itu menulis kata-kata di 1 Petrus 2:9, bangsa Yahudi sedang mendekati bencana nasional. Kota Yerusalem dengan baitnya akan segera dibinasakan oleh tentara Roma dan mereka akan diceraiberaikan ke segala bangsa, seperti yang dinubuatkan oleh Yesus. (Lukas 21:20-24) Sayang sekali, pada tahun 33 M., mereka menolak Yesus Kristus sebagai Perantara dari perjanjian baru Allah, dan sudah pasti bahwa perjanjian Taurat yang lama yang diperantarai oleh nabi Musa tidak berlaku lagi. ”Bangsa Israel menurut daging” kini ditolak. (1 Korintus 10:18; Matius 23:38) Bangsa baru yaitu Israel rohani telah dihasilkan oleh Allah Yehuwa. (Roma 9:6; Galatia 6:15, 16) ”Bangsa” baru ”yang disucikan” ini terdiri dari murid-murid Yesus Kristus. Kepada mereka Petrus menulis suratnya, yaitu, ”orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh”.—1 Petrus 1:1, 2.
9. Apakah Allah sudah mengenal sebelumnya para anggota dari bangsa kudus itu secara perseorangan, dan bagaimana mereka menjadi ”bangsa” yang terpilih?
9 Ini tidak berarti bahwa Allah sudah mengenal sebelumnya anggota-anggotanya secara pribadi dan melantik mereka dengan menyebut nama masing-masing. Tetapi, Ia sudah tahu sebelumnya bahwa Ia akan menghasilkan suatu bangsa baru, ”bangsa yang kudus”, dan Ia sudah mengetahui sebelumnya perkara-perkara yang dituntut dari setiap anggota secara pribadi agar supaya dapat dipilih dan dimasukkan ke dalam bangsa yang kudus. Juga, bangsa rohani ini akan disucikan secara istimewa oleh roh suci Allah. Jadi anggota-anggota dari bangsa ini diperanakkan oleh roh suci untuk menjadi anak-anak rohani Allah. (Titus 3:4-7) Dalam kedudukan mereka yang kudus, atau disucikan ini, mereka dapat melayani sebagai ”imamat yang rajani”. Sebagai orang-orang yang diperanakkan dengan roh, mereka merupakan satu ”bangsa”, suatu ”bangsa yang terpilih”.
10. Karena Allah berurusan dengan orang-orang Kristen yang terurap sebagai ”bangsa” atau kelompok, pertanyaan-pertanyaan apakah yang timbul sehubungan dengan tanggung jawab perseorangan?
10 Tetapi bagaimana pembaktian kepada Yehuwa oleh anggota-anggota perseorangan dari bangsa baru ini mulai berlaku? Seraya Allah ”menyucikan” atau ”membaktikan” mereka sebagai suatu kelompok atau bangsa, apakah setiap orang harus membuat pembaktian diri tanpa syarat kepada Allah supaya dapat diterima sebagai anggota dari bangsa baru ini? Tidakkah Alkitab seolah-olah hanya mengatakan, ’Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan saudara akan selamat’? Atau, hanya, ’Bertobatlah dan berbaliklah’? Jadi, bukankah percaya, bertobat dan berbalik telah mencakup segala yang disebutkan sebagai tuntutan untuk menjadi murid Yesus, seorang Kristen? Apakah Yesus, Putra Allah, mengambil langkah pembaktian pada waktu ia berada di bumi? Marilah kita lihat.
”Aku Datang . . . Melakukan KehendakMu”
11. Yesus dilahirkan di bawah penyelenggaraan perjanjian yang mana dengan Allah, dan bagaimana?
11 Sehubungan dengan kelahiran Yesus sebagai manusia, Galatia 4:4 mengatakan, ”Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” Setelah ia dilahirkan secara mujizat dari seorang perawan Yahudi, ia disunat pada hari kedelapan. Penyunatan ini meneguhkan bahwa ia termasuk umat perjanjian Allah sejak lahir, dan dalam hubungan ini Yusuf dan Maria ”membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkanNya kepada Tuhan [Yehuwa, NW]”.—Lukas 2:22-24.
12. Sebagai lambang dari apa Yohanes membaptiskan orang-orang Yahudi yang datang kepadanya, tetapi mengapa ia pada mulanya keberatan untuk membaptiskan Yesus?
12 Kepada bangsa yang dibaktikan inilah diutus Yohanes Pembaptis, pembuka jalan bagi Yesus Kristus, untuk menyerukan agar bangsa itu bertobat. Bahkan Yesus mengatakan, ”Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius 15:24) Berita kepada umat Allah yang dibaktikan ini adalah suatu berita yang istimewa, yang tidak berlaku bagi bangsa-bangsa bukan-Israel. Yohanes Pembaptis menghimbau ”domba-domba yang hilang dari umat Israel” untuk bertobat dari dosa-dosa mereka terhadap perjanjian Taurat. (Matius 3:1-6) ”Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.” (Kisah 19:4) Tetapi, sewaktu Yesus menghadap Yohanes untuk dibaptis dalam air, ini jelas bukan lambang pertobatan, sebab Yesus tidak berdosa dan tidak melanggar perjanjian Taurat yang berlaku atas dirinya sejak lahir. Karena Yohanes mengetahui hal ini, ia ragu-ragu untuk membaptiskan Yesus, tetapi memenuhi juga permintaan ini setelah diberitahu, ”Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” (Matius 3:13-17) Apa yang ia maksudkan?
13. (a) Bagaimana Yesus menggenapi Mazmur 40:7, 8? (b) Apa yang dilambangkan oleh baptisan Yesus?
13 Di sini Yesus bertindak selaras dengan nubuat mengenai dirinya di Mazmur 40:7, 8, ”Lalu aku berkata: ’Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendakMu, ya Allahku.’” Dalam Ibrani 10:5-10 nubuat itu dikenakan kepada Yesus Kristus, karena dalam hal Yesus, Allah tidak menghendaki korban-korban yang dipersembahkan menurut perjanjian Taurat Musa, melainkan menghendaki tubuh manusia yang sempurna yang Allah telah sediakan bagi PutraNya untuk dikorbankan sebagai dasar bagi perjanjian baru. Jadi pada waktu dibaptiskan, Yesus tidak membaktikan diri kepada Allah, sebab ia sudah dibaktikan dan, karena ia tidak berdosa, tidak perlu bertobat. (Ibrani 7:26) Tetapi, baptisannya adalah suatu lambang bahwa ia mempersembahkan diri kepada Bapa surgawinya untuk melakukan kehendakNya selanjutnya. Dan untuk hal ini Yesus memberi contoh bagi baptisan murid-muridnya.
14. (a) Sesudah Yohanes dipenjarakan, berita apa yang mulai dikabarkan oleh Yesus? (b) Kali ini pertobatan dan baptisan mempersiapkan orang-orang untuk apa?
14 Setelah Yesus mendengar bahwa Yohanes Pembaptis dipenjarakan, ia mulai mengadakan kampanye pengabaran kepada orang-orang Israel yang sudah dibaktikan, ”Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: ’Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’” (Matius 4:17) Baptisan sebagai lambang pertobatan memperoleh kekuatan baru. (Yohanes 3:26; 4:1, 2) Sewaktu Musa yang Lebih Besar, Yesus Kristus, naik ke surga dan mempersembahkan kepada Allah Yehuwa nilai dari faedah korban manusiawinya, perjanjian Taurat Musa tidak berlaku lagi. Maka dasar diletakkan untuk membentuk ”perjanjian baru” yang telah dinubuatkan. (Yeremia 31:31-34) Jadi, para hari Pentakosta tahun 33 M., murid-murid Yesus yang berasal dari bangsa Yahudi dipindahkan dari perjanjian Taurat Musa ke ”perjanjian baru” dengan Musa yang Lebih Besar, Yesus Kristus, sebagai Perantaranya.b
15. (a) Apa yang tidak segera berakhir bagi orang-orang Yahudi dengan dihapuskannya perjanjian Taurat? (b) Apa kehendak Allah sekarang bagi orang-orang Yahudi yang memperhatikan hubungan pembaktian mereka kepada Allah?
15 Walaupun perjanjian Taurat kini tidak berlaku lagi, masa perkenan dan perhatian istimewa dari Allah kepada orang-orang Yahudi, karena mereka adalah keturunan jasmani dari Abraham, belum berakhir; masa ini baru berakhir pada tahun 36 M. Jadi, bahkan sesudah pencurahan roh suci yang pertama kali pada tahun 33 M., rasul Petrus yang diurapi dengan roh masih berkata kepada sekelompok orang Yahudi di Yerusalem, ”Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan [Yehuwa, NW] mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.” Untuk memperbaiki hubungan pembaktian mereka dengan Allah, kini dituntut bukan hanya pertobatan dari dosa-dosa mereka terhadap perjanjian Taurat yang masih mereka akui, tetapi juga termasuk mempersembahkan diri sebagai calon anggota dari bangsa baru ini, yang Allah kehendaki pada waktu itu bagi semua orang yang menjadi murid-murid Yesus, yaitu orang-orang Kristen. Hal ini diteguhkan oleh apa yang Petrus katakan sebelumnya pada hari Pentakosta kepada orang-orang Yahudi yang ”pedih hati”nya karena ikut serta membunuh Yesus. Kepada mereka Petrus berkata, ”Bertobatlah, dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis dengan nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa-dosamu, dan kamu akan menerima karunia cuma-cuma berupa roh kudus.” Jadi, lebih banyak lagi yang tersangkut dari pada hanya pertobatan dan keputusan biasa untuk berbuat lebih baik atas dasar percaya kepada Yesus.—Kisah 3:19, 20; 2:37-40, NW; AV.
16. (a) Pada waktu berita Kerajaan sampai kepada orang-orang Samaria yang disunat, apa yang dilambangkan oleh baptisan air mereka? Mengapa? (b) Apa yang meneguhkan bahwa mereka telah diterima masuk ke dalam hubungan perjanjian dengan Allah?
16 Sebelum naik ke surga, Yesus mengatakan kepada rasul-rasulnya untuk menyebarluaskan kesaksian tentang dia ke ”Samaria dan sampai ke ujung bumi”. (Kisah 1:8) Walaupun orang-orang Samaria bukan orang Israel, tetapi ”orang asing”, mereka juga disunat karena mereka menerima buku-buku Alkitab yang ditulis oleh Musa dan menganggap dia sebagai perantara antara mereka dengan Allah. (Lukas 17:16-18) Dalam kasih kemurahanNya, Yehuwa merasa perlu agar Petrus menggunakan kunci khusus untuk orang-orang Samaria agak lebih awal dari pada penggunaan kunci bagi orang-orang Kafir yang tidak bersunat dalam membuka kesempatan-kesempatan sehubungan dengan kerajaan surga. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak berada dalam perjanjian Taurat Musa sepenuhnya, dan masih ’menyembah apa yang tidak mereka kenal’. Karena itu sekarang, dengan dibaptiskan, mereka harus membaktikan diri dulu dengan penuh pengertian kepada Allah Yehuwa dalam nama Mesias, Yesus, sebagai Perantara dari perjanjian baru. Belakangan mereka dibaptiskan dengan roh suci untuk meneguhkan bahwa mereka telah diterima dalam perjanjian baru.—Matius 16:18, 19; Yohanes 4:4-42; Kisah 8:5-25.
17. (a) Kapan dan bagaimana Allah mula-mula memberi perhatian kepada orang-orang bukan-Yahudi yang tidak disunat ”memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya”? (b) Apakah yang dilambangkan oleh baptisan mereka dalam air?
17 Pada tahun 36 M., sewaktu masa perkenan istimewa dari Allah bagi orang Yahudi berakhir, Allah Yehuwa memalingkan perhatian kepada orang-orang bukan-Israel yang tidak bersunat, orang-orang Kafir, untuk ”memilih suatu umat dari antara mereka bagi namaNya”. (Kisah 15:14-18) Dengan menggunakan ”kunci” yang lain, Petrus dikirim ke rumah perwira tentara Roma yang bernama Kornelius, yang mempunyai hubungan yang baik dengan orang-orang Yahudi. Orang-orang Kafir ini pasti menerima kesaksian mengenai Allah Yehuwa dan MesiasNya yang telah dimuliakan, karena roh suci turun ke atas mereka dan mereka mulai berbicara dengan berbagai bahasa. Dengan penuh belas kasihan Allah mulai mengaruniakan ”kepada bangsa-bangsa lain juga . . . pertobatan yang memimpin kepada hidup”, melalui Yesus Kristus, ”Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia”. (Kisah 11:18; Yohanes 1:29) Yehuwa telah menerima mereka juga ke dalam bangsa rohaniNya atas dasar pembaktian dari hati kepada Dia. Roh suci meneguhkan hal ini. Maka tak seorangpun dari orang-orang Yahudi Kristen yang menyertai Petrus dapat menyatakan keberatan terhadap perintahnya agar mereka ”dibaptis dalam nama Yesus Kristus”. Maka mulailah ”pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah”. (Kisah 10:1-48; 15:3) Sejak itu semua orang yang ingin melayani Allah, apakah ia orang Yahudi atau Kafir, harus membuat pembaktian dalam hati mereka kepada Yehuwa. Dan, sehubungan dengan baptisan air, mereka menyerahkan diri untuk melakukan kehendak Allah bagi mereka, dengan meniru Yesus.
18. Kini timbul pertanyaan-pertanyaan apa, yang akan ditinjau dalam pelajaran berikut?
18 Tetapi betapa pentingkah pembaktian, yang dilambangkan oleh baptisan air? Bagaimana hubungannya dengan keselamatan, mengingat bahwa hari murka Allah sudah dekat? Apakah ada keharusan untuk dibaptis bagi mereka yang tidak termasuk bangsa rohani dari Yehuwa, tetapi yang berharap untuk hidup kekal di bumi?
[Catatan Kaki]
a Kata ”Dibaktikan” dalam Alkitab Ibrani muncul untuk pertama kalinya di Kejadian 5:18-24, dalam nama ”Henokh”, yang berarti ”Dibaktikan”. Dalam teks Ibrani nama ini diucapkan Hha nokhʹ, dan ada hubungannya dengan kata Ibrani Hanukah, yang berarti ”Pembaktian”. Di Yohanes 10:22 menyebut tentang ”hari raya Pentahbisan Bait Allah” yang dihadiri oleh Yesus. (Rotherham; Authorized Version) Sampai hari ini orang Yahudi menyebut hari raya ini Hanukah, yang berarti ”Pembaktian”, seperti yang dapat dilihat dari terjemahan-terjemahan Ibrani dari Yohanes 10:22.
b Tak ada catatan bahwa murid-murid Yesus yang mula-mula ini dibaptiskan kembali sebagai lambang penyerahan diri beberapa waktu sebelum pencurahan roh suci ke atas mereka pada hari Pentakosta. Jelas bahwa baptisan pertobatan mereka sebelumnya, semasa masih berada di bawah Taurat, sudah mencakup segi ini, yang serupa dengan contoh Yesus, sebab baptisan Yohanes diadakan dengan mengharapkan munculnya Mesias dan mempersiapkan mereka bagi kehendak Allah atas mereka sehubungan dengan kedatangannya.
SEBAGAI ULANGAN, DAPATKAH SAUDARA MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN INI?
□ Siapa yang membentuk ”bangsa yang kudus” atau ”yang dibaktikan” yang disebut di 1 Petrus 2:9?
□ Bagaimana orang-orang Israel purba membaktikan diri mereka kepada Allah?
□ Pada waktu Yesus dibaptis, apakah ia membaktikan diri kepada Allah?
□ Apa yang dilambangkan oleh baptisan air orang-orang Samaria dan orang-orang Kafir yang percaya?
□ Untuk menjadi pengikut jejak Yesus, apa yang harus dilakukan oleh orang-orang yang bukan-Yahudi yang tidak bersunat?
[Blurb di hlm. 15]
Suatu ”bangsa” yang baru muncul pada hari Pentakosta tahun 33 M.
[Gambar di hlm. 14]
Orang-orang Israel membaktikan diri mereka kepada Allah Yehuwa