Orang-Orang Kristen yang Netral dalam suatu Dunia yang Bernoda Darah
”Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambarNya sendiri.”—KEJADIAN 9:6.
1. Perkembangan-perkembangan dunia apa sejak 1914 merupakan alasan untuk prihatin?
LAUTAN darah, dari ratusan juta manusia lebih, telah ditumpahkan dalam peperangan sejak tahun 1914. Dan bagaimana prospek untuk masa depan? Kemusnahan dua kota di Jepang pada tahun 1945 telah menewaskan kira-kira 200.000 orang dan akhirnya melahirkan sebuah doktrin baru, yang dicetuskan oleh negara-negara adikuasa dan dengan tepat dijuluki ”MAD” (Mutually Assured Destruction atau Kebinasaan Bersama yang Pasti). Ini menjadi dasar dari perimbangan kekuatan yang menakutkan, yang dibangun atas timbunan senjata-senjata nuklir yang dapat memusnahkan bumi kita berulang kali. Kapal-kapal selam mengangkut senjata-senjata maut ini ke samudera-samudera, dan baru-baru ini ancaman perang luar angkasa telah memperbesar bahaya. Bahkan perimbangan kekuatan ini sedang goyah sekarang. Apakah ada suatu jalan keluar dari kegilaan ini?
2. Apa yang Yesus nubuatkan mengenai jaman sekarang ini, namun dengan jaminan apa bagi orang-orang Kristen?
2 Ya, ada. Tetapi bukan berdasarkan pilihan dari bangsa-bangsa. Yesus menubuatkan mengenai dilema yang mereka hadapi saat ini, ”Akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang.” Yesus mengakhiri nubuat tersebut dengan jaminan bahwa orang-orang Kristen yang ”berjaga-jaga . . . [dapat] luput dari semua yang akan terjadi.”—Lukas 21:25, 26, 36.
Mengejar Perdamaian Dengan Allah
3. (a) Bagaimana bangsa-bangsa melayani kepentingan ”ilah dunia ini”? (b) Bagaimana Yehuwa akan menyelesaikan sengketa ini?
3 Bangsa-bangsa, khususnya yang diperlengkapi dengan senjata nuklir, terkurung dalam suatu persaingan untuk memperebutkan kekuasaan atas dunia, yang kemungkinan besar dapat berakhir dalam kehancuran dunia. Hal ini memenuhi kepentingan dari ”ilah dunia ini.” Bangsa-bangsa ”bermufakat bersama-sama melawan [Yehuwa] dan [Kristus]Nya,” yang kini bertakhta di surga. Pada waktu Yehuwa memberikan perintah, Kristus akan menghancurkan bangsa-bangsa itu seolah-olah dengan sebuah gada besi. Maka janji ini akan digenapi, ”Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu.”—2 Korintus 4:4, King James Version; Mazmur 2:2, 6-9; Roma 16:20.
4. Bagaimana kita dapat mengejar perdamaian dengan Allah? (1 Petrus 3:11)
4 Kita, terutama, seharusnya ingin mengejar perdamaian dengan Allah tersebut. Bagaimana kita dapat melakukannya? Antara lain, kita hendaknya mempunyai pandangan Allah mengenai kesucian dari kehidupan manusia dan dari darah kehidupan yang berharga yang mengalir dalam urat nadi dan pembuluh darah kita.
5. Contoh-contoh apa menunjukkan bahwa Yehuwa membalaskan penumpahan darah yang tanpa alasan?
5 Yehuwa adalah Pencipta manusia dan aliran darah yang menakjubkan yang mengangkut makanan ke tubuh manusia, sehingga kita dapat tetap hidup. Allah tidak pernah bermaksud bahwa darah manusia akan ditumpahkan tanpa alasan. Setelah Kain melakukan pembunuhan yang pertama, Yehuwa menyatakan bahwa darah Habel menuntut pembalasan. Belakangan, salah seorang keturunan Kain, Lamekh, menjadi seorang pembunuh dan menyatakan secara puitis bahwa andai kata ia sendiri terbunuh, hutang darah itu harus dibalas. Lambat-laun, terbentuklah suatu dunia bejat yang penuh dengan kekerasan. Yehuwa mendatangkan banjir besar untuk membinasakan dunia umat manusia yang pertama itu. Hanya keluarga dari Nuh yang penuh damai, yang namanya berarti ”Tenang,” selamat.—Kejadian 4:8-12, 23, 24; 6:13; 7:1.
6. Bagaimana hukum Allah mengenai darah, dan atas siapakah hukum ini bersifat mengikat?
6 Yehuwa kemudian memberitahu Nuh mengenai kehendakNya yang tegas berkenaan darah. Ia menandaskan ini dengan mengatakan, ”Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambarNya sendiri.” (Kejadian 9:3-6) Seluruh umat manusia dewasa ini adalah keturunan Nuh; jadi, hukum ilahi ini yang menandaskan respek terhadap kehidupan bersifat mengikat atas semua orang yang ingin mendapat perkenan Allah. Hukum keenam dalam Sepuluh Perintah juga menyatakan, ”Jangan membunuh.” Hutang darah menuntut tindakan dan pembalasan yang setimpal.—Keluaran 20:13; 21:12; Ulangan 21:1-9; Ibrani 10:30.
7. (a) Mengapa patut bagi Yehuwa untuk memerintahkan Israel berperang? (b) Orang-orang Kristen harus berjuang dalam peperangan apa dewasa ini?
7 Karena menumpahkan darah sangat jelas dilarang, mengapa Yehuwa mengijinkan, dan bahkan memerintahkan, bangsa Israel untuk berperang? Kita harus ingat bahwa ini adalah peperangan yang suci, dan melalui cara itu Yehuwa, Hakim seluruh bumi, memusnahkan bangsa-bangsa yang menyembah hantu-hantu. Orang Kanaan, misalnya, adalah penduduk liar di Negeri Perjanjian, mereka menempuh gaya hidup yang imoral, menyembah hantu-hantu, dan hal ini bisa saja membahayakan umat suci Allah. Yehuwa menyuruh negeri itu ’memuntahkan’ orang-orang najis itu ke luar daerah mereka, melalui peperangan teokratis. (Imamat 18:1-30; Ulangan 7:1-6, 24) Ini untuk menegaskan perlunya peperangan rohani bagi orang-orang Kristen dewasa ini.—2 Korintus 10:3-5; Efesus 6:11-18.
8. Apa yang menunjukkan bahwa Allah tidak berkenan akan penumpahan darah yang tidak bersalah?
8 Tetapi, Yehuwa tidak menyetujui penumpahan darah tanpa alasan yang patut. Maka, mengenai seorang raja Yehuda tertulis, ”Lagi-pula Manasye mencurahkan darah orang yang tidak bersalah sedemikian banyak, hingga dipenuhinya Yerusalem dari ujung ke ujung.” Meskipun Manasye belakangan bertobat dan merendahkan diri di hadapan Yehuwa, hutang darah itu tetap ada padanya dan dinastinya. Cucu Manasye yang takut akan Allah, Raja Yosia, bertindak positif dengan membersihkan negeri itu dan memulihkan ibadat yang sejati. Namun ia tidak dapat menyingkirkan hutang darah tersebut. Selama pemerintahan putra Yosia, Yoyakim, Yehuwa bertindak dengan menggerakkan Nebukadnezar untuk memerangi Yehuda, dalam melaksanakan penghukuman terhadap bangsa itu. ”Hal itu terjadi kepada Yehuda sesuai dengan titah [Yehuwa] untuk menjauhkan mereka dari hadapanNya oleh karena dosa-dosa Manasye, setimpal dengan segala yang dilakukannya, dan juga oleh karena darah orang yang tidak bersalah yang telah ditumpahkannya, sebab ia telah membuat Yerusalem penuh dengan darah orang yang tidak bersalah, dan [Yehuwa] tidak mau mengampuninya.”—2 Raja 21:16; 24:1-4; 2 Tawarikh 33:10-13.
Standar untuk Orang-orang Kristen
9. Standar apa yang Yesus tetapkan bagi orang-orang Kristen sehubungan dengan penumpahan darah?
9 Semestinya dapat kita harapkan bahwa Yesus, Pendiri Kekristenan, akan menetapkan standar bagi orang-orang Kristen berkenaan penumpahan darah. Apakah memang demikian? Nah, tidak lama setelah ia mengadakan Peringatan dari kematiannya, Yesus memastikan agar murid-muridnya masing-masing membawa dua buah pedang. Untuk maksud apa? Untuk menetapkan suatu prinsip yang penting, sebuah prinsip yang harus diperhatikan oleh semua orang Kristen. Ketika suatu pasukan prajurit datang untuk menangkap Yesus di Getsemani, Petrus yang tidak sabar itu mengayunkan pedang, memotong telinga kanan dari Malkhus, seorang hamba dari imam besar Yahudi. Bukankah suatu hal yang mulia untuk berkelahi demi membela Putra Allah? Yesus tidak menganggap demikian. Ia menyembuhkan telinga hamba itu dan memperingatkan Petrus bahwa Bapa surgawiNya dapat mengirim 12 pasukan malaikat untuk membantu Yesus. Ketika itu Yesus menyatakan suatu prinsip yang penting, ”Barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.”—Matius 26:51-53; Lukas 22:36, 38, 49-51; Yohanes 18:10, 11.
10. (a) Prinsip penting apa ditetapkan di Yohanes 17:14, 16 dan 18:36? (b) Haluan apa mendatangkan keselamatan bagi orang-orang Kristen abad pertama?
10 Orang-orang Kristen di abad pertama belakangan akan mengingat doa Yesus yang sungguh-sungguh kepada Yehuwa, ketika ia mengatakan mengenai murid-muridnya, ”Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.” Mereka akan mengingat jawaban dan penjelasan Yesus kepada Pontius Pilatus, ”KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.” (Yohanes 17:14, 16; 18:36) Pada jaman itu, partai-partai politik Yahudi saling berkelahi, dengan mulut maupun melalui penumpahan darah. Tetapi murid-murid Yesus tidak melibatkan diri dalam kampanye-kampanye revolusioner tersebut. Selama kira-kira 30 tahun mereka menunggu di Yerusalem. Setelah itu mereka mentaati tanda nubuat yang Yesus berikan dengan ’lari ke pegunungan.’ Mereka diselamatkan karena pendirian mereka yang netral dan karena mereka melarikan diri.—Matius 24:15, 16.
11, 12. (a) Keputusan apa harus dibuat oleh Kornelius dan Sergius Paulus ketika mereka menjadi orang-orang percaya? (b) Di mana mereka akan mendapat bantuan untuk membuat keputusan yang benar? (c) Apa yang ditunjukkan oleh hal ini kepada kita jaman sekarang?
11 Ada yang mungkin bertanya, ’Bagaimana dengan Kornelius, seorang pemimpin pasukan tentara, dan Sergius Paulus, gubernur yang mempunyai dukungan tentara di Siprus? Bukankah orang-orang ini mempunyai sangkut-paut dengan militer?’ Memang, pada waktu mereka menerima berita Kristen. Namun, Alkitab tidak memberitahu kita apa yang dilakukan Kornelius dan orang-orang lain setelah mereka bertobat. Pasti Sergius Paulus, seorang pria yang cerdas dan ”takjub oleh ajaran [Yehuwa],” akan segera memeriksa dengan teliti jabatan duniawinya berdasarkan pandangan imannya yang baru ia peroleh dan membuat keputusan yang benar. Kornelius pasti melakukan hal yang sama. (Kisah 10:1, 2, 44-48; 13:7, 12) Tidak ada catatan bahwa murid-murid itu memberitahu mereka tindakan apa yang harus mereka ambil. Mereka dapat menyadari hal itu dari pelajaran mereka sendiri dalam Firman Allah.—Yesaya 2:2-4; Mikha 4:3.
12 Demikian pula, orang-orang Kristen dewasa ini hendaknya tidak memerintahkan orang-orang lain secara pribadi berkenaan sikap yang mereka harus ambil dalam masalah-masalah yang menyangkut kenetralan Kristen. Setiap orang harus membuat keputusan sendiri dengan sungguh-sungguh selaras dengan pengertiannya tentang prinsip-prinsip Alkitab.—Galatia 6:4, 5.
Di Jaman Modern
13. Bagaimana keadaan Siswa-Siswa Alkitab ketika berusaha untuk menghindari hutang darah selama Perang Dunia I?
13 Pada tahun 1914 peperangan total pertama kali melanda dunia ini. Seluruh sumber dari bangsa-bangsa, termasuk tenaga manusia, dikerahkan untuk peperangan. Banyak dari Siswa-Siswa Alkitab, sebutan bagi Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu itu, mengerahkan usaha yang patut dipuji untuk menghindari hutang darah. Mereka ditindas dengan kejam, tepat seperti yang Yesus katakan akan mereka alami.—Yohanes 15:17-20.
14, 15. (a) Bagaimana Yehuwa memberikan bimbingan selama Perang Dunia II? (b) Pendirian tegas apa yang diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu itu? (c) Bagaimana hal ini bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang beragama yang bersifat duniawi?
14 Ketika konflik sedunia sekali lagi meletus pada tahun 1939, Yehuwa memberikan bimbingan yang jelas bagi hamba-hambaNya. Dalam waktu dua bulan setelah pengumuman perang, bimbingan ini tiba dalam bentuk bahan pelajaran Alkitab berjudul ”Kenetralan” dalam The Watchtower terbitan 1 Nopember 1939. Artikel itu diakhiri dengan kalimat, ”Semua yang ada di pihak Tuhan akan bersikap netral sehubungan dengan bangsa-bangsa yang berperang, dan seluruhnya dan sepenuhnya akan berpihak kepada TEOKRAT agung dan Rajanya.”
15 Apa hasilnya? Karena persaudaraan seluas dunia, Saksi-Saksi Yehuwa dengan tegas tidak mau menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, termasuk saudara-saudara mereka di negeri-negeri lain. Sementara orang-orang Katolik, Protestan, Budha, dan lain-lain saling membunuh, murid-murid Yesus yang sejati mentaati perintah barunya, ”Sama seperti Aku telah mengasihi kamu . . . kamu harus saling mengasihi.”—Yohanes 13:34.
16. (a) Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa memperlihatkan diri sebagai warga negara yang jujur? (b) Bagaimana Saksi-Saksi itu bertekun dalam membayar kembali perkara-perkara Allah kepada Allah, dan kadang-kadang dengan akibat apa?
16 Orang-orang Kristen ini tetap membayar kembali perkara-perkara Kaisar kepada Kaisar. Mereka mentaati hukum-hukum negeri mereka sebagai warga negara yang jujur. (Matius 22:17-21; Roma 13:1-7) Tetapi lebih penting lagi, mereka membayar kembali kepada Allah perkara-perkara yang adalah milikNya, termasuk kehidupan mereka yang telah dibaktikan dan ibadat Kristen. Jadi, ketika Kaisar menuntut perkara-perkara milik Allah, mereka bertindak selaras dengan prinsip yang dinyatakan di Kisah 4:19 dan 5:29. Tidak soal apakah sengketa itu berupa penumpahan darah, dinas militer yang tidak langsung berkaitan dengan peperangan, dinas penggantinya, atau memberi salut kepada sebuah lambang seperti misalnya bendera nasional, orang-orang Kristen yang setia mengambil sikap bahwa tidak ada jalan tengah. Dalam beberapa kasus mereka dihukum mati karena pendirian ini.—Matius 24:9; Wahyu 2:10.
Mereka Tidak Berkompromi
17. (a) Menurut sebuah buku, bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa diperlakukan oleh Nazi? (b) Dalam menghadapi tantangan, bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa berbeda dengan orang-orang lain?
17 Sebuah buku yang baru-baru ini diterbitkan berjudul Of Gods and Men (Tentang Allah-Allah dan Manusia) menyatakan bahwa selama Pemerintahan Hitler yang Ketiga (Third Reich), Saksi-Saksi Yehuwa adalah kelompok agama yang menderita ”perlawanan yang paling hebat.” Saksi-Saksi Yehuwa tidak berkompromi. Orang-orang dari agama-agama lain di Jerman mengikuti imam-imam militer mereka, dengan demikian memberikan dinas keagamaan kepada negara Jerman dan mendapat ”tanda” dari binatang buas politik ”pada tangan kanannya atau pada dahinya.” (Wahyu 13:16) Mereka memberikan dukungan aktif kepada organisasi politik Jerman dan membuat pendirian mereka jelas terlihat dengan memberikan penghormatan yang bersifat memuja kepada Hitler dan memberi salut kepada bendera swastika.
18. (a) Catatan apa menunjukkan apakah Saksi-Saksi Yehuwa adalah ”’orang-orang yang netral’ secara politik”? (b) Bagaimana seharusnya pengaruh dari kisah sejarah ini atas diri kita secara pribadi dewasa ini?
18 Sikap apakah yang diambil oleh orang-orang Kristen yang sejati di sana? Hasil penelitian yang disebut di atas menyatakan, ”Hanya Saksi-Saksi Yehuwa saja yang menentang rezim itu. Mereka berjuang sekuat tenaga dan akibatnya separuh dari jumlah mereka dipenjarakan dan seperempat dari padanya dihukum mati.. . . Mereka, berbeda dari [agama-agama lain], tidak bersifat duniawi dalam arti mereka tidak mencari perkenan atau upah dari dunia materi dan tidak menganggap diri menjadi anggotanya. Mereka adalah ’orang-orang yang netral’ secara politik karena mereka sudah menjadi milik dari dunia yang lain—dunia Allah. . . . Mereka tidak mencari atau menawarkan kompromi. . . . Berdinas dalam ketentaraan, atau memberikan suara, atau memberikan penghormatan kepada Hitler berarti mengakui bahwa tuntutan dari dunia ini lebih unggul dari pada tuntutan Allah.” Saksi-Saksi Yehuwa mengejar perdamaian dan tindakan tanpa kekerasan, dan hal ini bahkan diakui di kamp-kamp konsentrasi. Bagaimana? Dalam hal bahwa ”hanya Saksi-Saksi saja yang diijinkan untuk mencukur pengawal-pengawal S.S. memakai pisau-pisau cukur yang sangat tajam, karena hanya mereka saja yang dapat dipercaya tidak akan membunuh.”
19. Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa telah mengikuti contoh Yesus yang berani, dan dengan hasil apa?
19 Selama perang dunia yang kedua, Saksi-Saksi Yehuwa menjadi contoh yang menonjol dari kenetralan Kristen. Sesuai dengan itu, di seluruh dunia dengan berani mereka mengikuti teladan Yesus dengan ’tidak menjadi bagian dari dunia’; mereka mengalahkan dunia yang berhutang darah ini sama seperti yang dilakukan Kristus.—Yohanes 17:16; 16:33; 1 Yohanes 5:4.
Menemukan Tempat Perlindungan Dari Utang Darah
20. (a) Mengapa mendesak untuk lari dari agama palsu? (b) Hanya di mana kita dapat menemukan tempat perlindungan yang sejati dewasa ini?
20 Organisasi-organisasi agama telah menodai halaman-halaman sejarah dengan menumpahkan darah yang tidak bersalah dalam perang-perang salib, perang-perang ”suci,” dan inkwisisi-inkwisisi. Mereka telah mengadakan perjanjian dengan diktator-diktator yang haus darah. Mereka setuju ketika diktator-diktator itu melemparkan Saksi-Saksi Yehuwa ke dalam penjara dan kamp-kamp konsentrasi, di mana banyak yang mati. Dengan sukarela mereka memberikan dukungan kepada para führer (pemimpin) yang menghukum mati Saksi-Saksi itu dengan hukuman tembak dan pemenggalan kepala. Sistem-sistem agama ini tidak akan luput dari penghukuman Yehuwa yang adil. Hal itu tidak akan ditunda. Juga setiap orang yang mencintai kebenaran tidak boleh menunda-nunda untuk lari ke luar dari agama palsu—”Babel besar” yang bernoda darah—dan mencari perlindungan dalam organisasi Allah.—Wahyu 18:2, 4, 21, 24.
21. Apa yang digambarkan oleh penyelenggaraan Allah berupa kota-kota perlindungan?
21 Banyak dari kita, sebelum mempelajari Firman Allah, mungkin telah menumpahkan darah manusia atau menjadi anggota dari organisasi-organisasi politik atau agama yang berhutang darah. Dalam hal ini kita dapat disamakan dengan pembunuh yang tidak sengaja di Israel. Ia dapat lari ke salah satu dari enam kota yang dikhususkan di mana ia dapat memperoleh perlindungan dan, akhirnya, dibebaskan pada waktu imam besar Israel di tempat itu mati. Pada jaman sekarang, itu berarti menerima dan tetap berada di bawah manfaat-manfaat dari dinas aktif Imam Besar Allah, Yesus Kristus. Dengan tetap bergabung bersama umat Allah yang terurap, kita dapat selamat apabila ”penuntut darah” jaman modern, Kristus Yesus, melaksanakan penghukuman Allah atas orang-orang yang berhutang darah. ”Kumpulan besar” yang kini lari ke organisasi Allah harus tetap berada dalam tempat perlindungan itu sampai Kristus, dalam kedudukannya sebagai Imam Besar, ”mati” dalam hal telah menyelesaikan pekerjaan penebusannya.—Bilangan 35:6-8, 15, 22-25; 1 Korintus 15:22-26; Wahyu 7:9, 14.
22. Sehubungan dengan Yesaya 2:4, bagaimana bangsa-bangsa dari PBB berbeda dengan bangsa Allah yang kudus?
22 Pada dinding plaza PBB di New York, A.S., saudara dapat membaca kata-kata berikut yang didasarkan pada Yesaya 2:4, ”Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.” Namun siapakah yang bertindak selaras dengan kata-kata tersebut dewasa ini? Tidak satu anggota pun dari apa yang disebut Perserikatan Bangsa Bangsa berbuat demikian. Hanya ”bangsa” yang mengejar perdamaian di seluruh bola bumi ini yang terdiri dari tiga juta lebih saksi-saksi Yehuwa sajalah yang jelas memperlihatkan bagaimana kenetralan Kristen dapat dipertahankan dalam suatu dunia yang bernoda darah.
Pertanyaan-Pertanyaan Ulangan
◻ Bagaimana kita dapat mengejar perdamaian dengan Allah?
◻ Bagaimana pandangan Yehuwa terhadap penumpahan darah tanpa alasan?
◻ Apa yang dimaksud dengan kenetralan Kristen?
◻ Contoh-contoh bagus apa yang ada mengenai integritas?
◻ Bagaimana kita bisa mendapatkan perlindungan untuk keselamatan?
[Kotak di hlm. 12]
Sebuah Catatan Tentang Iman, Keberanian, dan Integritas
Buku New Religious Movements: A Perspective for Understanding Society (Gerakan-Gerakan Agama yang Baru: Pandangan untuk Memahami Masyarakat) memberikan komentar lebih lanjut mengenai integritas dari Saksi-Saksi Yehuwa dalam menghadapi penindasan oleh Nazi, sebagai berikut:
”Dalam menolak untuk tunduk, Saksi-Saksi Yehuwa mengajukan tantangan kepada konsep masyarakat yang baru dari tokoh negara totaliter itu, dan tantangan ini, maupun ketekunan untuk tetap bertahan, terang-terangan telah mengganggu para arsitek dari orde baru itu. Makin hebat Saksi-Saksi itu dianiaya, mereka makin menjadi suatu tantangan ideologis yang nyata. Cara-cara tradisional dari penganiayaan, penyiksaan, pemenjaraan dan ejekan tidak menghasilkan pertobatan dari salah seorang pun dari Saksi-Saksi itu kepada pihak Nazi dan sebenarnya hasilnya sama sekali tidak diinginkan oleh para penghasut mereka. Orang-orang Nazi panik menghadapi reaksi yang tidak terduga ini.”
”Kedua penuntut keloyalan yang saling bersaing ini berjuang dengan keras, lebih-lebih lagi, karena Nazi yang secara fisik lebih kuat dalam banyak hal kurang yakin, kurang berakar dalam keteguhan pada keyakinan mereka sendiri, kurang pasti terhadap kelangsungan dari Reich (pemerintahan) 1.000 tahun mereka. Saksi-Saksi itu tidak meragukan akar mereka sendiri, karena iman mereka sudah nyata sejak jaman Habel. Sementara Nazi harus menindas oposisi dan meyakinkan para pendukung mereka, dan sering kali harus meminjam bahasa dan kiasan dari Kekristenan yang picik, Saksi-Saksi itu yakin akan keloyalan total, dan yang teguh dari anggota-anggota mereka bahkan sampai mati.”
Benar-benar suatu hari yang bahagia apabila penaklukan oleh keloyalan Kristen ini telah selesai. (Roma 8:35-39) Maka, di bawah pemerintahan Kerajaan dari ”Raja Damai,” Yesus Kristus yang dimuliakan, ”besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan.”—Yesaya 9:6, 7.
[Kotak di hlm. 13]
Para Pemelihara Integritas yang Masih Muda
Berikut ini kutipan dari sebuah buku harian yang baru-baru ini diterbitkan oleh seorang pengamat di sebuah negeri di Eropa. Di sini ditunjukkan bagaimana Saksi-Saksi muda dengan berani menghadapi masalah untuk ’tidak menjadi bagian dari dunia.’—Yohanes 17:14.
’1945, 12 Maret: Waktu itu sedang berlangsung pemeriksaan di pengadilan mengenai perkara yang berhubungan dengan undang-undang keadaan perang. Para tertuduh ialah dua orang Jehovists muda. Tuduhannya: menolak dinas militer (menurut semangat agama mereka). Tertuduh yang lebih muda, yang belum berumur 20 tahun, mendapat hukuman penjara 15 tahun. Tetapi yang lebih tua, mendapat hukuman mati, dan ia segera dibawa ke kota kelahirannya untuk dihukum di sana di hadapan umum sebagai contoh adalah korban yang ke-14 di sini. Semoga ia beristirahat dengan damai. Kasus ini sangat mengharukan saya. Terhadap kalangan Jehovists anda tidak dapat bertindak dengan cara demikian. Mengenai pemuda ini, mereka tidak menjadikan dia contoh peringatan tetapi seorang martir. Dia seorang pemuda yang sehat. Saya merasa kasihan kepadanya.
’Pada siang hari, kami mendengar rincian dari pelaksanaan hukuman atas pemuda ini, yang dilakukan di depan banyak orang di pasar. Salah seorang tentara yang berdiri di tempat para pengawal menembak dirinya sendiri karena malu, sebelum hukuman dilaksanakan. Alasannya ialah seorang kolonel meminta agar dia membantu orang yang akan menggantung pemuda itu. Tetapi ia menolak. Ia merasa lebih baik ia mengakhiri kehidupannya sendiri. Pemuda itu sendiri mati dengan tidak mengucapkan sepatah kata pun.’
Dalam kebangkitan, betapa bahagia pemuda-pemuda sedemikian karena telah memilih untuk mengalami sengatan kematian dari pada mengorbankan tempat dalam sistem baru Yehuwa!—Bandingkan Hosea 13:14.