Tirulah Belas Kasihan Allah Dewasa Ini
”Biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan [Yehuwa], sebab besar kasih sayangNya.”—2 SAMUEL 24:14.
1. Bagaimana perasaan Daud terhadap belas kasihan Allah, dan mengapa?
RAJA DAUD mengetahui dari pengalaman bahwa Yehuwa lebih berbelas kasihan daripada manusia. Karena Daud yakin bahwa jalan-jalan, atau lorong-lorong Allah, adalah yang terbaik, ia ingin mempelajari jalan-jalan-Nya dan berjalan dalam kebenaran-Nya. (1 Tawarikh 21:13; Mazmur 25:4, 5) Apakah perasaan saudara sama seperti Daud?
2. Nasihat apa yang diberikan Yesus di Matius 18:15-17 mengenai menangani dosa yang serius?
2 Alkitab memberikan kepada kita pemahaman akan cara Allah berpikir, bahkan dalam hal-hal seperti apa yang harus kita lakukan jika seseorang berdosa terhadap kita. Yesus berkata kepada para rasulnya, yang di kemudian hari akan menjadi pengawas Kristiani, ”Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” Perbuatan salah yang tersangkut di sini bukan sekedar kesalahan kecil yang bersifat pribadi tetapi dosa yang serius, seperti penipuan atau fitnah. Yesus berkata bahwa jika langkah ini tidak menyelesaikan persoalan dan jika ada saksi-saksi, orang terhadap siapa dosa dilakukan harus menyertakan mereka untuk membuktikan bahwa suatu perbuatan salah telah dilakukan. Apakah ini merupakan langkah upaya terakhir? Tidak. ”Jika [si pedosa] tidak mau juga mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah [”orang dari bangsa-bangsa lain”, ”NW”] atau seorang pemungut cukai.”—Matius 18:15-17.
3. Apa yang Yesus maksudkan dengan mengatakan bahwa seorang pelanggar yang tidak bertobat adalah seperti ”orang dari bangsa-bangsa atau seorang pemungut cukai”?
3 Karena para rasul adalah orang Yahudi, mereka memahami apa artinya memperlakukan seorang pedosa sebagai ”orang dari bangsa-bangsa lain atau seorang pemungut cukai”. Orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang-orang dari bangsa lain, dan mereka membenci orang-orang Yahudi yang bekerja sebagai pemungut cukai bagi orang Roma.a (Yohanes 4:9; Kisah 10:28) Karena itu, Yesus menasihati murid-muridnya bahwa jika sidang menolak seorang pedosa, mereka harus berhenti bergaul dengan dia. Namun, bagaimana hal tersebut selaras dengan fakta bahwa Yesus kadang-kadang bergaul dengan para pemungut cukai?
4. Mengingat kata-katanya di Matius 18:17, mengapa Yesus dapat berurusan dengan beberapa pemungut cukai dan pedosa?
4 Lukas 15:1 berbunyi, ”Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.” Tidak semua pemungut cukai atau pedosa ada di sana, tetapi ”para”, yang artinya banyak. (Bandingkan Lukas 4:40.) Yang mana? Mereka yang berminat agar dosa-dosa mereka diampuni. Beberapa di antara orang-orang demikian sebelumnya tertarik kepada pemberitaan Yohanes Pembaptis mengenai pertobatan. (Lukas 3:12; 7:29) Jadi ketika yang lain-lain datang kepada Yesus, Yesus tidak melanggar nasihatnya di Matius 18:17 bila ia memberitakan kepada mereka. Perhatikan bahwa ”banyak pemungut cukai dan orang berdosa [mendengarkan Yesus] dan . . . mengikuti Dia”. (Markus 2:15) Mereka bukan orang-orang yang ingin meneruskan haluan hidup yang buruk, dengan menolak bantuan apa pun. Sebaliknya, mereka mendengarkan berita Yesus dan hati mereka tersentuh. Bahkan sekalipun mereka masih berdosa, meskipun kemungkinan berupaya membuat perubahan, ”gembala yang baik” meniru Bapaknya yang berbelas kasihan melalui pemberitaannya kepada mereka.—Yohanes 10:14.
Suka Mengampuni, Suatu Kewajiban Kristen
5. Apa sikap Allah yang utama sehubungan dengan pengampunan?
5 Kita memiliki jaminan yang hangat ini tentang kerelaan Bapak kita untuk mengampuni, ”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” ”Hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.” (1 Yohanes 1:9; 2:1) Apakah pengampunan mungkin bagi seseorang yang telah dipecat?
6. Bagaimana orang yang telah dipecat dapat diampuni dan diterima kembali?
6 Ya. Pada waktu memecat seseorang karena ia melakukan dosa dan tidak mau bertobat, para penatua yang mewakili sidang menjelaskan kepadanya bahwa ada kemungkinan bagi dia untuk bertobat dan menerima pengampunan dari Allah. Ia dapat menghadiri perhimpunan di Balai Kerajaan, tempat ia dapat mendengarkan pengajaran Alkitab yang akan membantu dia bertobat. (Bandingkan 1 Korintus 14:23-25.) Pada waktunya ia dapat meminta untuk dipulihkan ke dalam sidang yang bersih. Apabila para penatua kemudian mengadakan pertemuan dengan dia, mereka akan berupaya memutuskan apakah ia telah bertobat dan meninggalkan haluan dosa. (Matius 18:18) Jika halnya demikian, ia dapat dipulihkan, selaras dengan pola di 2 Korintus 2:5-8. Bila ia telah dipecat selama bertahun-tahun, ia perlu membuat upaya yang sangat keras untuk membuat kemajuan. Ia juga perlu cukup banyak bantuan setelah itu untuk meningkatkan pengetahuan Alkitab dan penghargaannya agar ia menjadi orang Kristiani yang kuat secara rohani.
Kembali kepada Yehuwa
7, 8. Pola apa yang Allah tetapkan sehubungan dengan umat-Nya yang dibuang?
7 Tetapi apakah para penatua sendiri boleh mengambil prakarsa untuk mendekati orang yang telah dipecat? Ya. Alkitab memperlihatkan bahwa belas kasihan dinyatakan tidak sekedar dengan menahan penghukuman, yang bersifat negatif, tetapi sering kali dengan tindakan yang positif. Kita memiliki contoh Yehuwa. Sebelum Ia mengirim umat-Nya yang tidak setia ke pembuangan, Ia secara nubuat mengutarakan prospek bagi mereka untuk kembali, ”Ingatlah semuanya ini, hai Yakub, sebab engkaulah hambaKu, hai Israel. . . . Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepadaKu, sebab Aku telah [”akan”, NW] menebus engkau!”—Yesaya 44:21, 22.
8 Kemudian, selama dalam pembuangan, Yehuwa mengambil langkah-langkah lebih jauh, bertindak dengan cara yang positif. Ia mengutus nabi-nabi, wakil-wakil-Nya, untuk mengundang Israel agar ’mencari Dia dan menemukan Dia.’ (Yeremia 29:1, 10-14) Di Yehezkiel 34:16, Ia membandingkan Diri-Nya dengan seorang gembala dan umat Israel dengan domba-domba yang hilang, ”Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang.” Di Yeremia 31:10, Yehuwa juga menggunakan metafora, membandingkan Diri-Nya sebagai gembala dari orang-orang Israel. Tidak, Ia tidak menggambarkan Diri-Nya sebagai gembala di kandang domba menunggu domba yang tersesat kembali pulang; sebaliknya, Ia memperlihatkan Diri-Nya sebagai gembala yang mencari domba yang hilang. Perhatikan bahwa bahkan pada waktu umat itu pada umumnya tidak mau bertobat dan berada dalam pembuangan, Allah membuat upaya agar mereka kembali. Selaras dengan Maleakhi 3:6, Allah tidak akan mengubah cara Ia bertindak dalam penyelenggaraan Kristen.
9. Bagaimana teladan Allah diikuti dalam sidang Kristen?
9 Tidakkah hal ini menyatakan bahwa ada alasan untuk mengambil langkah-langkah mendekati orang yang dipecat dan yang sekarang mungkin telah bertobat? Ingatlah bahwa rasul Paulus memberikan petunjuk agar mengeluarkan orang yang jahat itu dari sidang Korintus. Belakangan ia memberi nasihat kepada sidang itu agar meneguhkan kasih mereka terhadap pria ini karena ia bertobat, yang kemudian membuat dia diterima kembali ke dalam sidang.—1 Korintus 5:9-13; 2 Korintus 2:5-11.
10. (a) Motif apa hendaknya mendorong upaya apa pun untuk menghubungi beberapa orang yang telah dipecat? (b) Mengapa hendaknya bukan sanak keluarga Kristiani yang memulai pendekatan?
10 Ensiklopedi yang dikutip sebelumnya berkata, ’Alasan dasar dari pemecatan adalah untuk melindungi standar-standar dari kelompok itu: ”sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan” (1 Kor. 5:6). Motif ini jelas dalam kebanyakan bagian dalam Alkitab atau di luar Alkitab, tetapi keprihatinan kepada orang tersebut, bahkan setelah pemecatan, adalah dasar dari imbauan Paulus dalam 2 Kor. 2:7-10.’ (Huruf miring red.) Maka, keprihatinan semacam ini secara logis harus diperlihatkan dewasa ini oleh para gembala kawanan. (Kisah 20:28; 1 Petrus 5:2) Bekas teman-teman dan sanak keluarga bisa jadi mengharap agar orang yang dipecat itu kembali; namun karena merespektir perintah di 1 Korintus 5:11, mereka tidak bergaul dengan orang yang sudah dikeluarkan.b Mereka membiarkan gembala-gembala yang terlantik mengambil prakarsa guna melihat apakah orang demikian berminat kembali.
11, 12. Para penatua tidak ingin menghubungi orang-orang dipecat yang bagaimana, tetapi orang yang bagaimana dapat mereka kunjungi?
11 Tidaklah dibenarkan bahkan bagi para penatua untuk mengambil prakarsa terhadap orang-orang tertentu yang dipecat, seperti mereka yang murtad, yang ’dengan ajaran palsu berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar supaya mengikut mereka.’ Mereka adalah ’guru-guru palsu yang memasukkan pengajaran-pengajaran sesat dan berusaha mencari untung dari sidang dengan ceritera-ceritera isapan jempol.’ (Kisah 20:30; 2 Petrus 2:1, 3) Alkitab juga tidak memberikan dasar apa pun untuk mencari orang-orang dipecat yang suka berkelahi atau yang secara aktif menganjurkan perbuatan salah.—2 Tesalonika 2:3; 1 Timotius 4:1; 2 Yohanes 9-11; Yudas 4, 11.
12 Namun, banyak orang yang dikeluarkan tidak seperti orang-orang demikian. Seseorang mungkin telah berhenti melakukan perbuatan salah yang serius yang mengakibatkan ia dipecat. Orang lain mungkin telah menggunakan tembakau, atau ia mungkin di masa lalu suka mabuk, tetapi ia sekarang tidak mencoba mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan pelanggaran. Ingatlah bahwa bahkan sebelum orang-orang Israel yang dibuang berpaling kembali kepada Allah, Ia mengutus wakil-wakil untuk mendesak mereka agar kembali. Apakah Paulus atau para penatua di sidang Korintus mengambil prakarsa untuk menyelidiki pria yang dipecat tersebut, tidak disebutkan oleh Alkitab. Ketika pria itu bertobat dan berhenti melakukan perbuatannya yang tidak bermoral, Paulus menyuruh agar sidang menerima dia kembali.
13, 14. (a) Apa yang menunjukkan bahwa beberapa orang yang dipecat bisa jadi akan menyambut prakarsa yang berbelas kasihan? (b) Bagaimana badan penatua dapat mengatur agar pendekatan diadakan?
13 Baru-baru ini ada kejadian-kejadian seorang penatua secara kebetulan bertemu dengan seseorang yang telah dipecat.c Bila cocok, gembala tersebut dengan singkat akan menguraikan langkah-langkah yang harus diambil agar dapat diterima kembali. Beberapa orang seperti itu bertobat dan diterima kembali. Hasil yang membawa sukacita demikian menunjukkan bahwa ada orang-orang yang telah dipecat atau dikucilkan, yang akan menyambut pendekatan penuh belas kasihan yang dilakukan oleh para gembala. Namun bagaimana para penatua menangani masalah ini? Paling banyak satu kali setahun, badan penatua hendaknya membahas apakah ada orang-orang demikian yang tinggal di daerah mereka.d Para penatua akan mengutamakan orang-orang yang telah dipecat selama satu tahun lebih. Menurut keadaan, jika cocok, mereka akan menugaskan dua orang penatua (mudah-mudahan orang-orang yang mengetahui situasi) untuk mengunjungi orang demikian. Akan tetapi, kunjungan tidak akan diadakan kepada siapa pun yang jelas memperlihatkan sikap yang kritis dan berbahaya atau yang telah memberi tahu bahwa mereka tidak menginginkan bantuan.—Roma 16:17, 18; 1 Timotius 1:20; 2 Timotius 2:16-18.
14 Kedua gembala itu dapat menelepon orang tersebut untuk menanyakan apakah ia setuju bila mereka mengadakan kunjungan singkat, atau mereka dapat singgah pada waktu yang cocok. Selama kunjungan itu, mereka tidak perlu kaku atau bahkan dingin tetapi harus dengan hangat mencerminkan perhatian mereka yang penuh belas kasihan. Sebaliknya dari meninjau kasus yang sudah lewat, mereka dapat membahas ayat-ayat Alkitab seperti Yesaya 1:18 dan 55:6, 7 dan Yakobus 5:20. Jika orang tersebut berminat untuk kembali ke kawanan Allah, para penatua dapat dengan ramah menjelaskan langkah-langkah apa yang harus ia ambil, seperti membaca Alkitab dan publikasi dari Lembaga Menara Pengawal dan menghadiri perhimpunan di Balai Kerajaan.
15. Apa yang harus diingat oleh para penatua yang mengadakan pendekatan kepada seseorang yang dipecat?
15 Para penatua ini perlu memiliki hikmat dan daya pengamatan untuk menentukan apakah ada petunjuk pertobatan dan apakah bijaksana untuk mengadakan kunjungan tindak lanjut. Tentu mereka harus mengingat bahwa ada beberapa orang dipecat yang tidak pernah akan ’mungkin dibimbing kembali untuk bertobat.’ (Ibrani 6:4-6, BIS; 2 Petrus 2:20-22) Setelah kunjungan, kedua penatua akan memberikan laporan lisan yang singkat kepada Panitia Dinas Sidang. Mereka, selanjutnya, akan memberi tahu badan penatua pada pertemuan mereka berikutnya. Prakarsa yang pengasih dari para penatua akan mencerminkan pandangan Allah, ”Kembalilah kepadaKu, maka Aku kembali kepadamu, firman [Yehuwa] semesta alam.”—Maleakhi 3:7.
Bantuan Lain yang Pengasih
16, 17. Bagaimana kita harus memandang sanak keluarga Kristen dari seseorang yang dipecat?
16 Bagaimana dengan mereka di antara kita yang bukan pengawas dan yang tidak akan mengambil prakarsa demikian terhadap orang-orang yang dipecat? Apa yang dapat kita lakukan yang konsisten dengan penyelenggaraan ini dan dalam meniru Yehuwa?
17 Selama seseorang dipecat atau dikucilkan, kita harus mematuhi instruksi, ”Jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir [”tamak”, BIS], penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk, atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.” (1 Korintus 5:11) Tetapi petunjuk Alkitab ini hendaknya tidak mempengaruhi pandangan kita terhadap anggota-anggota keluarga Kristen yang tinggal bersama orang yang telah dipecat. Orang-orang Yahudi pada zaman dulu bertindak begitu keras terhadap para pemungut cukai sehingga kebencian mereka bahkan ditujukan juga kepada keluarga para pemungut cukai. Yesus tidak mendukung hal tersebut. Ia berkata bahwa pedosa yang menolak bantuan harus diperlakukan ”sebagai seorang yang tidak mengenal Allah [”orang dari bangsa-bangsa lain”, NW] atau seorang pemungut cukai”; ia tidak mengatakan bahwa anggota-anggota keluarga Kristen harus diperlakukan seperti itu.—Matius 18:17.
18, 19. Dengan cara apa saja kita dapat memperlihatkan sifat Kristen kepada sanak keluarga yang setia dari orang yang dipecat?
18 Kita khususnya harus menguatkan anggota-anggota keluarga yang adalah orang-orang Kristiani yang setia. Mereka mungkin sudah menghadapi kepedihan dan halangan karena hidup bersama seorang yang dipecat yang bisa saja benar-benar melemahkan cita-cita rohani mereka. Orang tersebut mungkin tidak suka jika orang Kristen berkunjung ke rumahnya; atau jika mereka datang untuk bertemu dengan anggota-anggota keluarga yang loyal, ia mungkin tidak memiliki tata krama untuk menjauhi tamu-tamu itu. Ia mungkin juga menghalangi upaya keluarga untuk menghadiri semua perhimpunan dan kebaktian. (Bandingkan Matius 23:13.) Orang-orang Kristen yang tidak beruntung demikian benar-benar layak mendapat belas kasihan kita.—2 Korintus 1:3, 4.
19 Salah satu cara kita dapat memperlihatkan belas kasihan yang lembut adalah dengan ’menghibur’ dan mengadakan percakapan yang menganjurkan dengan orang-orang yang setia di dalam rumah tangga itu. (1 Tesalonika 5:14) Ada juga kesempatan yang baik untuk memberikan anjuran sebelum dan setelah perhimpunan, sementara dalam dinas pengabaran, atau sewaktu berada bersama-sama pada kesempatan-kesempatan lain. Kita tidak perlu menyinggung soal pemecatan tetapi dapat membahas banyak hal yang menganjurkan. (Amsal 25:11; Kolose 1:2-4) Meskipun para penatua akan terus menggembalakan orang-orang Kristen dalam keluarga itu, kita mungkin mendapati bahwa kita juga dapat berkunjung tanpa harus berurusan dengan orang yang dipecat tersebut. Jika kebetulan orang yang dipecat yang menyambut pada waktu kita datang berkunjung atau menelepon, kita dapat sekedar menanyakan anggota keluarga Kristiani yang ingin kita temui. Kadang-kadang anggota keluarga Kristiani itu senang menerima undangan berkunjung ke rumah kita untuk bergaul. Yang perlu diingat adalah: Mereka—tua dan muda—adalah sesama hamba Allah, anggota-anggota yang kekasih dari sidang Allah, jangan diasingkan.—Mazmur 10:14.
20, 21. Bagaimana hendaknya perasaan dan tindakan kita jika seseorang diterima kembali?
20 Bidang lain kita dapat memperlihatkan belas kasihan ialah pada waktu orang yang dipecat diterima kembali. Perumpamaan-perumpamaan Yesus menonjolkan sukacita di surga pada waktu ’satu orang berdosa bertobat.’ (Lukas 15:7, 10) Paulus menulis kepada jemaat di Korintus mengenai pria yang telah dipecat, ”Kamu sebaiknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat. Sebab itu aku menasihatkan kamu, supaya kamu sungguh-sungguh mengasihi dia.” (2 Korintus 2:7, 8) Marilah kita menerapkan nasihat tersebut dengan sungguh-sungguh dan penuh kasih dalam hari-hari dan minggu-minggu setelah seseorang diterima kembali.
21 Perumpamaan Yesus mengenai anak yang hilang mengemukakan suatu bahaya yang harus kita hindari. Kakak laki-lakinya tidak bersukacita pada waktu anak yang hilang itu kembali tetapi menjadi marah. Semoga kita tidak demikian, menaruh dendam terhadap perbuatan salah di masa lalu atau iri hati karena seseorang diterima kembali. Sebaliknya, tujuan kita hendaknya seperti sang bapak, yang menggambarkan sambutan Yehuwa. Bapak itu berbahagia bahwa putranya, yang hilang dan boleh dikata sudah mati, ditemukan, atau hidup kembali. (Lukas 15:25-32) Selaras dengan itu, kita akan bebas berbicara kepada saudara yang telah diterima kembali dan menganjurkan dia. Ya, kita harus menyatakan bahwa kita memperlihatkan belas kasihan, sebagaimana dilakukan oleh Bapak surgawi kita yang suka mengampuni dan berbelas kasihan.—Matius 5:7.
22. Apa yang tersangkut dalam tindakan kita meniru Allah Yehuwa?
22 Tidak diragukan bahwa jika kita ingin meniru Allah kita, kita harus memperlihatkan belas kasihan selaras dengan perintah-perintah-Nya dan keadilan-Nya. Pemazmur menggambarkan Dia dengan cara ini, ”[Yehuwa] itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya. [Yehuwa] itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikanNya.” (Mazmur 145:8, 9) Sungguh pola yang pengasih untuk ditiru umat Kristiani!
[Catatan Kaki]
a ”Para pemungut cukai khususnya dibenci oleh orang Yahudi penduduk Palestina karena beberapa alasan: (1) mereka mengumpulkan uang untuk penguasa asing yang menjajah negeri Israel, dengan demikian secara tidak langsung mendukung penghinaan ini; (2) mereka terkenal tidak mengindahkan moral, menjadi kaya dengan mengorbankan orang-orang dari bangsa mereka sendiri; dan (3) pekerjaan mereka membuat mereka harus berhubungan secara tetap dengan orang-orang non-Yahudi, sehingga mereka tidak bersih untuk upacara. Perasaan jijik terhadap para pemungut cukai terdapat dalam P[erjanjian] B[aru] dan juga literatur para rabi . . . Menurut yang disebut belakangan, kebencian harus diperlihatkan bahkan terhadap sanak keluarga dari pemungut cukai.”—The International Standard Bible Encyclopedia.
b Jika dalam suatu rumah tangga Kristen ada anggota keluarga yang dipecat, orang tersebut tetap menjadi bagian dari urusan dan kegiatan yang normal setiap hari dalam rumah tangga. Ini dapat termasuk ikut hadir pada waktu hal-hal rohani dibahas secara keluarga.—Lihat Menara Pengawal Seri 54 halaman 31, 32.
d Jika seorang Saksi, yang dalam pengabaran dari rumah ke rumah atau dengan cara lain, mengetahui ada orang dipecat yang tinggal di daerah sidang, ia hendaknya memberikan informasi tersebut kepada para penatua.
Apakah Saudara Memperhatikan Pokok-Pokok Ini?
◻ Bagaimana perlakuan orang-orang Yahudi terhadap para pemungut cukai dan pedosa, tetapi mengapa Yesus berurusan dengan beberapa orang demikian?
◻ Apa dasar Alkitab untuk prakarsa penuh belas kasihan yang diambil terhadap orang-orang yang hilang?
◻ Bagaimana badan-badan penatua dapat mengambil prakarsa demikian, dan terhadap siapa?
◻ Bagaimana kita harus memperlihatkan belas kasihan kepada orang-orang yang diterima kembali dan kepada sanak keluarga dari orang-orang yang dipecat?
[Kotak di hlm. 23]
Siapa pun yang pernah menjadi bagian dari sidang Allah yang bersih dan berbahagia tetapi yang sekarang dipecat atau dikucilkan tidak perlu tinggal dalam keadaan demikian. Sebaliknya, orang tersebut dapat bertobat dan mengambil prakarsa untuk berkomunikasi dengan para penatua sidang setempat. Jalan untuk kembali terbuka.
[Keterangan Gambar di hlm. 24]
Garo Nalbandian