Pujilah Raja Kekekalan!
”[Yehuwa] adalah Raja untuk seterusnya [”sampai waktu yang tidak tertentu”, ”NW”] dan selama-lamanya.”—MAZMUR 10:16.
1. Pertanyaan-pertanyaan apa yang timbul sehubungan dengan kekekalan?
KEKEKALAN—apa pendapat saudara tentang makna kata itu? Apakah menurut saudara waktu dapat bergulir terus selama-lamanya? Memang, tidak diragukan bahwa waktu membentang tanpa batas ke masa lalu. Maka, mengapa waktu tak dapat membentang tanpa batas ke masa depan? Sesungguhnya, Alkitab Terjemahan Dunia Baru menunjukkan bahwa Allah dipuji ”dari waktu yang tidak tertentu bahkan sampai waktu yang tidak tertentu”. (Mazmur 41:13, NW) Apa maksud pernyataan ini? Kita akan dibantu memahami hal ini jika kita mengacu kepada suatu pokok yang ada hubungan—angkasa.
2, 3. (a) Pertanyaan-pertanyaan apa berkenaan angkasa, membantu kita menghargai kekekalan? (b) Mengapa kita hendaknya ingin menyembah Raja kekekalan?
2 Berapa luaskah angkasa itu? Apakah ada batasnya? Hingga 400 tahun yang lalu, bumi kita disangka sebagai pusat alam semesta. Kemudian, Galileo membuat teleskop, yang memungkinkan manusia melihat ruang angkasa secara jauh lebih luas. Kini Galileo dapat melihat lebih banyak bintang dan dapat membuktikan bahwa bumi dan planet-planet lain berputar mengelilingi matahari. Bima Sakti tidak lagi disangka kabut. Ternyata itu suatu gugusan bintang, yang jumlahnya kira-kira seratus miliar. Kita tidak akan pernah dapat menghitung bintang-bintang sebanyak itu, bahkan sepanjang hidup kita. Belakangan, para astronom mulai menemukan bermiliar-miliar galaksi. Semua ini terbentang tanpa batas di angkasa, sejauh yang dapat diselidiki lewat teleskop yang paling canggih. Tampaknya bahwa angkasa tidak berbatas. Halnya sama dengan kekekalan—tidak berbatas.
3 Konsep kekekalan tampaknya di luar jangkauan pemahaman otak manusiawi kita yang terbatas. Akan tetapi, ada Pribadi yang benar-benar memahaminya. Ia dapat menghitung, dan bahkan menamai bertriliun-triliun bintang yang tak terhingga dalam bermiliar-miliar galaksi! Pribadi ini mengatakan, ”Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat. Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? [Yehuwa] ialah Allah kekal [”sampai waktu yang tidak tertentu”, NW] yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.” (Yesaya 40:26, 28) Betapa menakjubkannya Allah! Tentu saja, Ia adalah Allah yang ingin kita sembah!
”Raja Sampai Waktu yang Tidak Tertentu”
4. (a) Bagaimana Daud menyatakan penghargaan kepada Raja kekekalan? (b) Apa yang disimpulkan oleh salah seorang ilmuwan sejarah terkenal tentang asal usul alam semesta?
4 Di Mazmur 10:16, Daud mengatakan mengenai Allah, sang Pencipta, ”[Yehuwa] adalah Raja untuk seterusnya [”sampai waktu yang tidak tertentu”, NW] dan selama-lamanya.” Dan di Mazmur 29:10, ia mengulanginya, ”[Yehuwa] bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya [”sampai waktu yang tidak tertentu”, NW].” Ya, Yehuwa adalah Raja kekekalan! Selanjutnya, Daud memberikan kesaksian bahwa Raja yang unggul ini adalah Perancang dan Pembuat segala sesuatu yang kita pandang di angkasa, menurut Mazmur 19:2, ”Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” Kira-kira 2.700 tahun setelah itu, ilmuwan terkenal Sir Isaac Newton menyatakan kesetujuannya dengan Daud, dengan menulis, ”Sistem yang paling anggun dari matahari-matahari, planet-planet, dan komet-komet ini hanya dapat muncul dari maksud-tujuan dan kedaulatan dari suatu pribadi yang cerdas dan perkasa.”
5. Apa yang ditulis Yesaya dan Paulus berkenaan Sumber dari hikmat?
5 Betapa ini seharusnya membuat kita rendah hati setelah mengetahui bahwa Tuan Yang Berdaulat Yehuwa, yang ’tidak dapat dimuat dalam langit, bahkan langit yang mengatasi langit’, . . . hidup selama-lamanya! (1 Raja 8:27) Yehuwa, yang dilukiskan di Yesaya 45:18 sebagai ”yang menciptakan langit, . . . yang membentuk bumi dan menjadikannya”, adalah Sumber hikmat yang jauh lebih luas daripada yang dapat dicerna otak manusia yang berkematian. Yehuwa mengatakan, sebagaimana ditonjolkan di 1 Korintus 1:19, ”Aku akan membuat hikmat orang-orang berhikmat binasa, dan kecerdasan orang-orang intelektual akan kutolak.” Mengenai hal ini rasul Paulus menambahkan di ayat 20, ”Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah penulis? Di manakah pendebat dari sistem perkara ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia bodoh?” Ya, sebagaimana yang selanjutnya Paulus katakan di pasal 3, ayat 19, ”hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah”.
6. Apa yang ditunjukkan oleh Pengkhotbah 3:11 berkenaan ”waktu yang tidak tertentu”?
6 Benda-benda angkasa merupakan bagian dari ciptaan yang Raja Salomo sebutkan, ”[Allah] membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan [”waktu yang tidak tertentu”, NW] dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (Pengkhotbah 3:11) Sesungguhnya, dalam hati manusia telah ditanamkan upaya untuk mengetahui makna dari ”waktu yang tidak tertentu”, yaitu, kekekalan. Namun apakah manusia akan pernah dapat memperoleh pengetahuan tersebut?
Prospek Kehidupan yang Menakjubkan
7, 8. (a) Prospek kehidupan yang menakjubkan apa terbentang di hadapan umat manusia, dan bagaimana itu dapat dicapai? (b) Mengapa kita hendaknya bergirang bahwa pendidikan ilahi akan berlangsung kekal selama-lamanya?
7 Yesus Kristus berkata dalam doa kepada Yehuwa, ”Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai pribadi yang engkau utus, Yesus Kristus.” (Yohanes 17:3) Bagaimana kita dapat memperoleh pengetahuan itu? Kita perlu mempelajari Firman Allah, Alkitab Kudus. Dengan demikian, kita bisa memperoleh pengetahuan yang saksama tentang maksud-tujuan Allah yang agung, termasuk persediaan yang dibuat melalui Putra-Nya untuk kehidupan abadi di bumi firdaus. Itu akan menjadi ”kehidupan yang sebenarnya” yang dimaksud di 1 Timotius 6:19. Itu akan selaras dengan apa yang Efesus 3:11 lukiskan sebagai ”maksud-tujuan kekal yang [Allah] bentuk berkenaan Kristus, Yesus Tuan kita”.
8 Ya, kita manusia yang berdosa bisa memperoleh kehidupan abadi melalui pendidikan ilahi dan iman kepada korban tebusan Yesus. Berapa lama pendidikan ini akan berlangsung? Itu akan berlangsung kekal selama-lamanya seraya umat manusia secara progresif diajar dalam hikmat Pencipta kita. Hikmat Yehuwa tidak terbatas. Menyadari hal ini, rasul Paulus mengatakan, ”Oh, dalamnya kekayaan dan hikmat dan pengetahuan Allah! Betapa tidak tertelaah penghakimannya dan tidak terjejaki jalan-jalannya!” (Roma 11:33) Memang sungguh cocok bahwa 1 Timotius 1:17 menyebut Yehuwa sebagai ”Raja kekekalan”!
Hikmat Yehuwa yang Kreatif
9, 10. (a) Pekerjaan agung apa yang Yehuwa laksanakan dalam mempersiapkan bumi sebagai pemberian-Nya kepada umat manusia? (b) Bagaimana hikmat yang unggul dari Yehuwa tercermin dalam ciptaan-ciptaan-Nya? (Lihat kotak.)
9 Renungkan warisan menakjubkan yang disediakan sang Raja kekekalan bagi kita umat manusia. Mazmur 115:16 memberi tahu kita, ”Langit itu langit kepunyaan [Yehuwa], dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.” Tidakkah saudara berpikir bahwa ini merupakan titipan yang menakjubkan? Pasti! Dan betapa kita menghargai wawasan Pencipta kita yang luar biasa dalam mempersiapkan bumi sebagai tempat tinggal kita!—Mazmur 107:8.
10 Perkembangan yang menakjubkan terjadi di bumi selama enam ”hari” penciptaan yang disebutkan di Kejadian pasal 1, yang masing-masing hari meliputi ribuan tahun. Ciptaan-ciptaan Allah ini pada akhirnya akan meliputi seluruh bumi dengan permadani rumput hijau, rimba raya, dan bunga yang berwarna-warni. Bumi akan dipadati dengan banyak makhluk laut yang eksotik, kawanan burung bersayap yang indah, dan beraneka ragam ternak dan satwa liar, masing-masing diciptakan ”menurut jenisnya” (NW). Setelah penjelasan tentang penciptaan pria dan wanita, Kejadian 1:31 menuturkan, ”Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” Alangkah menyenangkan lingkungan yang mengelilingi manusia pertama! Tidakkah kita melihat dalam segala ciptaan ini hikmat, wawasan, dan pemeliharaan dari Pencipta yang pengasih?—Yesaya 45:11, 12, 18.
11. Bagaimana Salomo mengagungkan hikmat Yehuwa yang kreatif?
11 Seseorang yang kagum akan hikmat dari sang Raja kekekalan adalah Salomo. Ia berulang-kali menarik perhatian kepada hikmat dari Pencipta. (Amsal 1:1, 2; 2:1, 6; 3:13-18) Salomo meyakinkan kita bahwa ”bumi tetap ada [”berdiri bahkan sampai waktu yang tidak tertentu”, NW]”. Ia mengagumi banyaknya keajaiban penciptaan, termasuk peran yang dimainkan oleh awan pembawa hujan dalam menyegarkan bumi kita. Jadi, ia menulis, ”Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu.” (Pengkhotbah 1:4, 7) Demikianlah, setelah hujan dan sungai-sungai menyegarkan bumi, air didaur ulang dari lautan kembali menjadi awan. Apa jadinya bumi ini, dan di manakah kita, jika tidak ada sistem pemurnian dan daur ulang air ini?
12, 13. Bagaimana kita dapat menunjukkan penghargaan akan ciptaan Allah?
12 Penghargaan kita akan keseimbangan dalam penciptaan hendaknya didukung oleh tindakan, sebagaimana dicatat Raja Salomo dalam kata-kata penutup dari buku Pengkhotbah, ”Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.” (Pengkhotbah 12:13, 14) Kita hendaknya takut untuk melakukan apa pun yang tidak menyenangkan Allah. Sebaliknya, kita hendaknya berupaya menaati Dia dengan takut yang penuh hormat.
13 Pasti, kita hendaknya ingin memuji sang Raja kekekalan atas segala karya ciptaan-Nya yang gemilang! Mazmur 104:24 menyatakan, ”Betapa banyak perbuatan-Mu, ya [Yehuwa], sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu.” Marilah kita dengan penuh sukacita mendukung ayat terakhir dari mazmur ini dengan mengatakan kepada diri sendiri dan kepada orang-orang lain, ”Pujilah [Yehuwa], hai jiwaku! Haleluya [”Pujilah Yah, kamu sekalian”, NW]!”
Puncak Ciptaan di Bumi
14. Dalam cara apa saja manusia yang Allah ciptakan jauh lebih unggul daripada binatang?
14 Semua ciptaan Yehuwa sungguh luar biasa. Namun, ciptaan-Nya yang paling istimewa di bumi adalah kita—manusia. Adam dan kemudian Hawa, diciptakan sebagai klimaks dari hari penciptaan Yehuwa yang keenam—suatu ciptaan yang jauh lebih cerdas daripada ikan, burung, dan binatang! Meskipun banyak dari ciptaan-ciptaan ini berhikmat secara naluri, umat manusia dikaruniai daya nalar, hati nurani yang dapat membedakan antara benar dan salah, kesanggupan merencanakan untuk masa depan, dan suatu keinginan bawaan untuk beribadat. Bagaimana terjadinya semua ini? Sebaliknya daripada berevolusi dari binatang-binatang liar, manusia diciptakan dalam gambar Allah. Maka, hanya manusia saja yang dapat mencerminkan sifat-sifat Pencipta kita, yang mengidentifikasi dirinya sebagai ”[Yehuwa], [Yehuwa], Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya”.—Keluaran 34:6.
15. Mengapa hendaknya kita dengan rendah hati menyanjung Yehuwa?
15 Marilah kita memuji dan bersyukur kepada Yehuwa atas rancangan yang luar biasa dari tubuh kita. Aliran darah kita, yang vital bagi kehidupan, beredar ke seluruh tubuh setiap 60 detik. Sebagaimana Ulangan 12:23 menyatakan, ”darah ialah nyawa”—kehidupan kita—berharga di mata Allah. Tulang-tulang yang kokoh, otot-otot yang lentur, dan sistem saraf yang responsif yang dinaungi oleh otak yang jauh lebih unggul dibandingkan otak binatang apa pun dan dengan kapasitas yang tak tertandingi oleh komputer seukuran gedung pencakar langit. Tidakkah ini membuat saudara merasa tidak berarti? Seharusnya demikian. (Amsal 22:4) Dan renungkan hal ini juga: Paru-paru, tenggorokan, lidah, gigi, dan mulut kita berinteraksi membentuk ucapan dalam ribuan bahasa. Daud menggubah melodi yang cocok untuk memuji Yehuwa, dengan mengatakan, ”Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (Mazmur 139:14) Mari kita ikut bersama Daud dengan penuh syukur memuji Yehuwa, Allah dan Perancang kita yang menakjubkan!
16. Nyanyian apa yang digubah oleh seorang ahli musik terkenal dalam memuji Yehuwa, dan terhadap undangan mendesak apa kita dapat memberi tanggapan?
16 Teks dari sebuah karya musik keagamaan abad ke-18 oleh Joseph Haydn menyatakan dalam pujian kepada Allah, ”Berikan kepada-Nya syukur, kalian semua, karya-Nya begitu indah! Nyanyikan kehormatan-Nya, nyanyikan kemuliaan-Nya, berkati dan agungkan Nama-Nya! Pujian kepada Yehuwa tetap untuk selama-lamanya, Amin, Amin!” Bahkan yang lebih indah adalah pernyataan-pernyataan terilham yang sering diulangi, sama seperti undangan yang empat kali diulurkan dalam Mazmur ke-107 107:8, 15, 21, 31, ”Biarlah mereka bersyukur kepada [Yehuwa] karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.” Apakah saudara turut serta dalam pujian itu? Seharusnya demikian, karena sumber segala sesuatu yang benar-benar indah adalah Yehuwa, sang Raja kekekalan.
Pekerjaan-Pekerjaan yang Bahkan Lebih Perkasa
17. Bagaimana ’nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba’ meninggikan Yehuwa?
17 Selama enam ribu tahun yang telah berlalu, sang Raja kekekalan telah memulai pekerjaan-pekerjaan yang bahkan lebih perkasa. Dalam buku terakhir Alkitab, di Penyingkapan 15:3, 4, kita membaca tentang mereka di surga yang telah berkemenangan atas musuh-musuh mereka yang adalah hantu-hantu, ”Mereka menyanyikan nyanyian Musa budak Allah dan nyanyian Anak Domba, dengan mengatakan, ’Besar dan menakjubkan pekerjaan-pekerjaanmu, Allah Yehuwa, Yang Mahakuasa. Adil-benar dan benarlah jalan-jalanmu, Raja kekekalan. Siapakah yang tidak akan benar-benar takut kepadamu, Yehuwa, dan memuliakan namamu, karena engkau saja yang loyal? Sebab semua bangsa akan datang dan menyembah di hadapanmu, karena ketetapan-ketetapanmu yang adil-benar telah dibuat nyata.’” Mengapa ini disebut ’nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba’? Mari kita lihat.
18. Pekerjaan perkasa apa yang diingat dalam nyanyian di Keluaran pasal 15?
18 Kira-kira 3.500 tahun yang lalu, sewaktu bala tentara Firaun yang perkasa binasa di Laut Merah, bangsa Israel dengan penuh syukur memuji Yehuwa dalam nyanyian. Kita membaca di Keluaran 15:1, 18, ”Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi [Yehuwa] yang berbunyi: ’Baiklah aku menyanyi bagi [Yehuwa], sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut. [Yehuwa] memerintah kekal selama-lamanya.’” Dekret yang adil-benar dari Raja kekekalan ini nyata dalam bentuk penghakiman dan eksekusi atas musuh-musuh yang menantang kedaulatan-Nya.
19, 20. (a) Mengapa Yehuwa membentuk bangsa Israel? (b) Bagaimana Anak Domba dan orang-orang lain dapat menjawab tantangan Setan?
19 Mengapa hal ini menjadi perlu? Di taman Eden-lah si Ular yang licik membawa orang-tua kita yang pertama ke dalam dosa. Ini mengakibatkan ketidaksempurnaan penuh dosa yang diturunkan kepada seluruh umat manusia. Akan tetapi, sang Raja kekekalan langsung mengambil tindakan selaras dengan maksud-tujuan-Nya semula, yang akan menuntun kepada penyingkiran semua musuh-Nya dari kawasan bumi dan pemulihan kondisi-kondisi firdaus. Sang Raja kekekalan membentuk bangsa Israel dan memberikan Hukum-Nya untuk menggambarkan di muka caranya Ia akan melaksanakan hal ini.—Galatia 3:24.
20 Akan tetapi, Israel itu sendiri akhirnya tenggelam ke dalam ketidaksetiaan, dan keadaan yang menyedihkan ini memuncak pada waktu para pemimpinnya menyerahkan Putra satu-satunya yang diperanakkan kepada orang-orang Romawi untuk disiksa dan dibunuh secara kejam. (Kisah 10:39; Filipi 2:8) Akan tetapi, integritas Yesus sampai mati, sebagai ”Anak Domba Allah” yang dikorbankan, dengan cara yang luar biasa menyangkal tantangan yang diajukan Musuh Allah sejak dahulu, Setan—bahwa tidak seorang manusia pun di bumi dapat tetap setia kepada Allah di bawah ujian yang berat. (Yohanes 1:29, 36; Ayub 1:9-12; 27:5) Meskipun mewarisi ketidaksempurnaan dari Adam, jutaan manusia lain yang takut kepada Allah telah mengikuti jejak kaki Yesus dengan memelihara integritas di bawah serangan-serangan yang sangat kejam.—1 Petrus 1:18, 19; 2:19, 21.
21. Selaras dengan Kisah 17:29-31, apa yang akan dibahas selanjutnya?
21 Sekarang telah tiba harinya bagi Yehuwa untuk memberi upah kepada orang-orang yang setia itu dan menghakimi semua musuh kebenaran dan keadilbenaran. (Kisah 17:29-31) Bagaimana hal ini akan terwujud? Artikel kami berikutnya akan menjawab.
Kotak Ulangan
◻ Mengapa Yehuwa cocok disebut ”Raja kekekalan”?
◻ Bagaimana hikmat Yehuwa tercermin dalam ciptaan-Nya?
◻ Dalam cara apa saja umat manusia merupakan mahakarya ciptaan?
◻ Pekerjaan-pekerjaan apa yang disebut ’nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba’?
[Kotak di hlm. 12]
Hikmat yang Unggul dari Yehuwa
Hikmat sang Raja kekekalan tercermin dalam begitu banyak cara dalam hasil ciptaan-Nya di bumi. Perhatikan kata-kata Agur, ”Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya.” (Amsal 30:5) Kemudian Agur mengacu kepada banyak ciptaan hidup milik Allah, yang besar dan yang kecil. Misalnya, di ayat 24 hingga 28, ia menggambarkan ”empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan [”yang berhikmat secara naluri”, NW]”. Mereka adalah semut, pelanduk, belalang, dan cecak.
”Berhikmat secara naluri”—ya, binatang memang diciptakan seperti itu. Binatang tidak merencanakan seperti halnya manusia, melainkan bergantung pada hikmat yang ditanamkan. Pernahkah saudara mengagumi hal ini? Betapa terorganisasinya mereka! Misalnya, semut diorganisasi ke dalam koloni, yang di dalamnya terdapat ratu, pekerja, dan jantan. Dalam beberapa spesies, semut pekerja bahkan menggiring serangga-serangga kecil ke dalam peternakan tertutup yang telah mereka bangun. Di sana semut pekerja memerah susu serangga-serangga kecil itu, sementara semut prajurit mengusir semua musuh yang menyerang. Ada peringatan di Amsal 6:6, ”Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.” Bukankah contoh ini hendaknya mendorong kita manusia agar memiliki ”banyak hal untuk dilakukan dalam pekerjaan Tuan”?—1 Korintus 15:58.
Manusia telah membangun pesawat-pesawat terbang yang besar. Namun burung jauh lebih serba bisa, termasuk burung kolibri, yang beratnya kurang dari 30 gram! Pesawat Boeing 747 harus membawa 180.000 liter bahan bakar, dijalankan oleh awak kapal yang terlatih, dan menggunakan sistem navigasi yang rumit untuk mengadakan perjalanan antarbenua. Padahal, seekor burung kolibri yang mungil hanya bergantung pada satu gram bahan bakar berlemak untuk memungkinkannya terbang dari Amerika Utara, melintasi Teluk Meksiko, dan masuk ke Amerika Selatan. Tanpa muatan bahan bakar yang berat, tanpa pelatihan navigasi, tanpa peta yang rumit atau komputer! Apakah kesanggupan ini merupakan hasil suatu proses kebetulan dari evolusi? Sama sekali tidak! Burung mungil ini berhikmat secara naluri, yang diprogramkan secara demikian oleh sang Pencipta, Allah Yehuwa.
[Gambar di hlm. 10]
Keragaman ciptaan dari ”Raja kekekalan” memuji kemuliaan-Nya
[Gambar di hlm. 15]
Sebagaimana Musa dan seluruh bangsa Israel merayakan kemenangan Yehuwa di Laut Merah, demikianlah akan ada kegirangan besar setelah Armagedon