Marilah Kita Berpegang Erat pada Iman Kita yang Berharga!
”Kepada mereka yang telah memperoleh iman, yang dianggap memiliki hak istimewa yang sama dengan kami.”—2 PETRUS 1:1.
1. Apa yang Yesus katakan ketika memperingatkan para rasulnya, namun apa yang dimegahkan Petrus?
PADA malam sebelum kematiannya, Yesus mengatakan bahwa semua rasulnya akan meninggalkan dia. Salah seorang dari mereka, Petrus, bermegah, ”Meskipun semua orang lain tersandung sehubungan dengan engkau, aku tidak akan pernah tersandung!” (Matius 26:33) Namun Yesus tahu bahwa kenyataannya justru akan sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa ia memberi tahu Petrus pada peristiwa yang sama itu juga, ”Aku telah membuat permohonan bagimu agar imanmu jangan gugur; dan engkau, apabila engkau sudah kembali, kuatkanlah saudara-saudaramu.”—Lukas 22:32.
2. Meskipun Petrus menjadi terlalu percaya diri, tindakan apa darinya yang memperlihatkan bahwa imannya lemah?
2 Petrus, yang telah menjadi terlalu percaya diri sehubungan dengan imannya, menyangkal Yesus pada malam itu juga. Tiga kali ia menyangkal bahwa ia bahkan mengenal Kristus! (Matius 26:69-75) Sewaktu ia ”kembali”, kata-kata Majikannya, ”kuatkanlah saudara-saudaramu”, pastilah terngiang-ngiang di telinganya dengan nyaring dan jelas. Petrus sangat terpengaruh oleh pengingat tersebut sepanjang sisa hidupnya, sebagaimana yang dibuktikan oleh dua pucuk surat yang ia tulis, yang terdapat di dalam Alkitab.
Mengapa Petrus Menulis Surat-suratnya
3. Mengapa Petrus menulis suratnya yang pertama?
3 Sekitar 30 tahun setelah kematian Yesus, Petrus menulis suratnya yang pertama, yang ditujukan kepada saudara-saudaranya di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia, daerah-daerah yang kini adalah bagian Turki sebelah utara dan barat. (1 Petrus 1:1) Orang-orang Yahudi, yang beberapa di antaranya telah menjadi orang-orang Kristen pada hari Pentakosta 33 M, tidak diragukan termasuk di antara orang-orang yang dituju oleh Petrus dalam suratnya. (Kisah 2:1, 7-9) Banyak di antaranya adalah orang-orang Kafir yang mengalami pencobaan yang bagaikan kobaran api di tangan para penentang. (1 Petrus 1:6, 7; 2:12, 19, 20; 3:13-17; 4:12-14) Maka Petrus menulis kepada saudara-saudara ini untuk menganjurkan mereka. Tujuannya adalah untuk membantu mereka menerima ”akhir dari iman [mereka], keselamatan jiwa [mereka]”. Oleh karena itu, dalam nasihat penutupnya, ia mendesak, ”Ambillah sikap menentang [si Iblis], kokoh dalam iman.”—1 Petrus 1:9; 5:8-10.
4. Mengapa Petrus menulis suratnya yang kedua?
4 Belakangan, Petrus menulis surat yang kedua kepada orang-orang Kristen ini. (2 Petrus 3:1) Mengapa? Karena terdapat ancaman yang bahkan lebih besar. Orang-orang yang amoral hendak berupaya mempromosikan tingkah laku mereka yang cemar di antara orang-orang beriman dan akan menyesatkan sejumlah orang! (2 Petrus 2:1-3) Selain itu, Petrus memperingatkan tentang para pengejek. Ia telah menulis dalam suratnya yang pertama bahwa ”akhir dari segala perkara sudah mendekat”, dan kini beberapa orang tampaknya mencemooh gagasan semacam itu. (1 Petrus 4:7; 2 Petrus 3:3, 4) Marilah kita mengulas surat Petrus yang kedua dan melihat bagaimana ini menguatkan saudara-saudara untuk tetap kukuh dalam iman. Dalam artikel pertama ini, kita akan membahas 2 Petrus pasal 1.
Tujuan dari Pasal 1
5. Bagaimana Petrus mempersiapkan para pembacanya untuk membahas problem?
5 Petrus tidak secara langsung menujukan perhatian kepada problem-problem serius. Sebaliknya, untuk membuka jalan bagi pembahasan problem-problem ini, ia meningkatkan penghargaan pembacanya akan apa yang mereka terima sewaktu menjadi orang-orang Kristen. Ia mengingatkan tentang janji-janji menakjubkan dari Allah dan dapat diandalkannya nubuat-nubuat Alkitab. Ia melakukan hal ini dengan memberitahukan tentang transfigurasi, penglihatan yang ia saksikan secara langsung mengenai Kristus dalam kuasa Kerajaan.—Matius 17:1-8; 2 Petrus 1:3, 4, 11, 16-21.
6, 7. (a) Pelajaran apa dapat kita ambil dari kata pengantar surat Petrus? (b) Jika memberikan nasihat, kita sendiri dapat mengakui hal apa yang kadang-kadang ada gunanya?
6 Dapatkah kita mengambil pelajaran dari kata pengantar Petrus? Bukankah nasihat lebih dapat diterima jika pertama-tama kita, bersama orang yang hendak dinasihati, meninjau aspek-aspek harapan Kerajaan yang agung yang sama-sama kita hargai? Dan bagaimana jika menggunakan pengalaman pribadi? Agaknya, setelah kematian Yesus, Petrus sering kali memberitahukan tentang penglihatan akan Kristus dalam kemuliaan Kerajaan yang disaksikannya.—Matius 17:9.
7 Juga, ingatlah bahwa kemungkinan besar, pada saat Petrus menulis suratnya yang kedua, Injil Matius dan surat rasul Paulus kepada orang-orang Galatia telah tersiar luas. Maka kelemahan manusiawi Petrus dan juga catatan imannya telah umum diketahui di antara orang-orang sezamannya. (Matius 16:21-23; Galatia 2:11-14) Akan tetapi, hal ini tidak menyingkirkan kebebasan berbicaranya. Sebenarnya, ini mungkin telah membuat suratnya lebih menarik bagi orang-orang yang sadar akan kelemahan mereka sendiri. Oleh karena itu, sewaktu membantu orang-orang yang mempunyai problem, bukankah lebih efektif untuk mengakui bahwa kita juga cenderung melakukan kesalahan?—Roma 3:23; Galatia 6:1.
Sebuah Salam Pembukaan yang Menguatkan
8. Dalam arti apa Petrus kemungkinan menggunakan kata ”iman”?
8 Sekarang, marilah kita perhatikan salam pembukaan Petrus. Ia langsung menyebutkan soal iman, menyapa para pembacanya dengan sebutan ”mereka yang telah memperoleh iman, yang dianggap memiliki hak istimewa yang sama dengan kami”. (2 Petrus 1:1) Di sini, istilah ”iman” kemungkinan berarti ”keyakinan agama yang teguh” dan mengacu kepada segenap kepercayaan atau pengajaran Kristen, yang di dalam Alkitab kadang-kadang disebut ”kebenaran”. (Galatia 5:7; 2 Petrus 2:2; 2 Yohanes 1) Kata ”iman” sering digunakan dengan makna ini sebaliknya daripada maknanya yang umum yakni kepercayaan atau keyakinan yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.—Kisah 6:7; 2 Korintus 13:5; Galatia 6:10; Efesus 4:5; Yudas 3.
9. Mengapa salam pembukaan Petrus khususnya terdengar hangat bagi orang-orang Kafir?
9 Salam pembukaan Petrus pastilah terdengar sangat hangat bagi para pembaca berlatar belakang Kafir. Orang-orang Yahudi tidak berurusan dengan orang-orang Kafir, bahkan memandang hina mereka, dan prasangka terhadap orang-orang Kafir terus ada di kalangan orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen. (Lukas 10:29-37; Yohanes 4:9; Kisah 10:28) Namun, Petrus, yang terlahir sebagai orang Yahudi dan yang adalah rasul dari Yesus Kristus, mengatakan bahwa para pembacanya—orang-orang Yahudi maupun Kafir—memiliki iman yang sama dan menikmati hak istimewa yang sama dengannya.
10. Pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari salam pembukaan Petrus?
10 Pikirkan tentang pelajaran bagus yang terkandung dalam salam pembukaan Petrus bagi kita dewasa ini. Allah tidak berat sebelah; Ia tidak menganakemaskan ras atau kebangsaan mana pun. (Kisah 10:34, 35; 11:1, 17; 15:3-9) Seperti yang Yesus sendiri ajarkan, semua orang Kristen bersaudara, dan tidak seorang pun boleh merasa lebih unggul. Selanjutnya, salam pembukaan Petrus menekankan bahwa kita benar-benar suatu persaudaraan seluas dunia, yang memiliki ’hak istimewa iman yang sama’ yang juga dimiliki oleh Petrus dan rekan-rekannya sesama rasul.—Matius 23:8; 1 Petrus 5:9.
Pengetahuan dan Janji-Janji Allah
11. Setelah salam pembukaannya, hal-hal penting apa yang ditekankan Petrus?
11 Setelah salam pembukaannya, Petrus menulis, ”Semoga kebaikan hati yang tidak layak diterima dan kedamaian bertambah bagimu.” Bagaimana kebaikan hati yang tidak layak diterima dan kedamaian bertambah bagi kita? ”Melalui pengetahuan yang saksama akan Allah dan akan Yesus Tuan kita,” jawab Petrus. Kemudian ia mengatakan, ”Kuasa ilahinya telah dengan cuma-cuma memberi kita segala perkara yang menyangkut kehidupan dan pengabdian yang saleh.” Namun bagaimana kita menerima hal-hal penting ini? ”Melalui pengetahuan yang saksama akan pribadi yang memanggil kita melalui kemuliaan dan kebajikan.” Oleh karena itu, Petrus dua kali menekankan bahwa pengetahuan yang saksama tentang Allah dan Putra-Nya sangat penting.—2 Petrus 1:2, 3; Yohanes 17:3.
12. (a) Mengapa Petrus menekankan pentingnya pengetahuan yang saksama? (b) Untuk menikmati janji-janji Allah, apa yang pertama-tama harus kita lakukan?
12 ”Guru-guru palsu” yang terhadapnya Petrus peringatkan di pasal 2 menggunakan ”kata-kata yang diputarbalikkan” untuk menipu orang-orang Kristen. Dengan cara ini, mereka berupaya memperdayakan orang-orang Kristen untuk kembali kepada perbuatan amoral yang darinya mereka telah dibebaskan. Siapa pun yang telah diselamatkan melalui ”pengetahuan yang saksama akan Tuan dan Juru Selamat Yesus Kristus” namun belakangan menyerah kepada tipu daya semacam itu akan menuai bencana. (2 Petrus 2:1-3, 20) Jelaslah sebagai ancang-ancang untuk membahas problem ini nantinya, Petrus menekankan pada awal suratnya tentang peran pengetahuan yang saksama untuk mempertahankan kedudukan yang bersih di hadapan Allah. Petrus memperhatikan bahwa Allah ”telah dengan cuma-cuma memberi kita janji-janji yang berharga dan sangat menakjubkan, agar melaluinya kamu dapat mengambil bagian dalam kodrat ilahi”. Namun, untuk menikmati janji-janji ini, yang merupakan bagian integral dari iman kita, kata Petrus, kita pertama-tama harus ”melepaskan diri dari kefanaan yang ada dalam dunia melalui hawa nafsu”.—2 Petrus 1:4.
13. Pada apa orang-orang Kristen terurap dan ”domba-domba lain” bertekad untuk berpegang erat?
13 Bagaimana saudara memandang janji-janji Allah? Apakah seperti caranya kaum sisa dari orang-orang Kristen terurap memandang hal itu? Pada tahun 1991, Frederick Franz, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal, yang telah menempuh dinas sepenuh waktu selama lebih dari 75 tahun, menyimpulkan perasaan dari orang-orang yang berharap untuk memerintah bersama Kristus, ”Kami berpegang erat sampai saat ini, dan kami akan terus berpegang erat sampai Allah benar-benar membuktikan bahwa Ia setia kepada ’janji-Nya yang sangat berharga dan sangat agung.’” Saudara Franz tetap merasa yakin akan janji Allah berupa kebangkitan surgawi, dan ia berpegang erat pada imannya sampai kematiannya di usia 99 tahun. (1 Korintus 15:42-44; Filipi 3:13, 14; 2 Timotius 2:10-12) Demikian pula, jutaan orang sedang berpegang erat pada iman mereka, memusatkan perhatian mereka kepada janji Allah akan suatu firdaus di bumi yang di dalamnya orang-orang akan hidup selama-lamanya dalam kebahagiaan. Apakah saudara salah seorang dari mereka?—Lukas 23:43; 2 Petrus 3:13; Penyingkapan 21:3, 4.
Menanggapi Janji-Janji Allah
14. Mengapa Petrus mencantumkan kebajikan sebagai sifat pertama yang harus ditambahkan kepada iman?
14 Apakah kita bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Ia janjikan? Jika demikian, Petrus berpendapat, kita hendaknya memperlihatkannya. ”Ya, untuk alasan inilah” (karena Allah telah memberi kita janji-janji yang sangat berharga), kita hendaknya membuat upaya yang sungguh-sungguh untuk bertindak. Kita tidak dapat puas dengan hanya berada di dalam iman atau hanya mengenal kebenaran Alkitab. Itu saja tidak cukup! Barangkali pada zaman Petrus beberapa di dalam sidang-sidang banyak berbicara tentang iman namun terlibat dalam tingkah laku yang amoral. Perilaku mereka perlu bajik, maka Petrus mendesak, ”Tambahkanlah kepada imanmu kebajikan.”—2 Petrus 1:5; Yakobus 2:14-17.
15. (a) Mengapa pengetahuan ditempatkan setelah kebajikan sebagai sifat yang harus ditambahkan kepada iman? (b) Sifat-sifat lain apa akan memperlengkapi kita untuk berpegang erat pada iman?
15 Setelah menyebutkan kebajikan, Petrus mencantumkan enam sifat lain yang harus disediakan, atau ditambahkan, kepada iman kita. Masing-masing dari semua ini dibutuhkan jika kita ingin ’berdiri teguh dalam iman’. (1 Korintus 16:13) Karena orang-orang yang murtad ’memutarbalikkan Tulisan-Tulisan Kudus’ dan menyebarluaskan ’ajaran-ajaran yang bersifat menipu’, Petrus selanjutnya mencantumkan pentingnya pengetahuan, dengan mengatakan, ”Kepada kebajikanmu [tambahkan] pengetahuan.” Kemudian ia melanjutkan, ”Kepada pengetahuanmu [tambahkanlah] pengendalian diri, kepada pengendalian dirimu ketekunan, kepada ketekunanmu pengabdian yang saleh, kepada pengabdianmu yang saleh kasih sayang persaudaraan, kepada kasih sayang persaudaraanmu kasih.”—2 Petrus 1:5-7; 2:12, 13; 3:16.
16. Apa yang akan terjadi jika sifat-sifat yang disebutkan Petrus ditambahkan kepada iman, namun apa yang akan terjadi jika itu tidak ditambahkan?
16 Apa yang akan terjadi jika tujuh hal ini ditambahkan kepada iman kita? ”Jika perkara-perkara ini ada dalam kamu dan melimpah,” Petrus menjawab, ”semua ini akan mencegahmu menjadi tidak aktif maupun tidak berbuah berkenaan pengetahuan yang saksama akan Tuan kita Yesus Kristus.” (2 Petrus 1:8) Di lain pihak, Petrus mengatakan, ”Jika perkara-perkara ini tidak hadir dalam diri seseorang, ia buta, menutup matanya terhadap cahaya itu, dan telah cenderung lupa akan pembersihannya dari dosa-dosanya yang lama berselang.” (2 Petrus 1:9) Perhatikan bahwa Petrus mengubah penggunaan kata ganti dari bentuk ”mu” dan ”kita” menjadi bentuk ”seseorang”, ”ia”, dan ”nya”. Meskipun sungguh disayangkan bahwa beberapa dari antara pembacanya memang buta, cenderung lupa, dan najis, Petrus dengan baik hati tidak menyiratkan bahwa si pembaca adalah salah seorang dari antaranya.—2 Petrus 2:2.
Menguatkan Saudara-saudaranya
17. Apa yang mungkin mendorong permohonan Petrus yang lembut untuk mempraktekkan ”perkara-perkara ini”?
17 Karena barangkali menyadari bahwa orang-orang baru khususnya dapat mudah tertipu, Petrus dengan lembut menganjurkan mereka, ”Saudara-saudara, hendaklah kamu makin berupaya sebisa-bisanya untuk menjadikan panggilan dan pemilihanmu pasti bagi dirimu sendiri; karena jika kamu terus melakukan perkara-perkara ini kamu sama sekali tidak akan pernah gagal.” (2 Petrus 1:10; 2:18) Orang-orang Kristen terurap yang menambahkan kepada iman mereka tujuh hal ini akan menikmati imbalan yang besar, seperti yang Petrus katakan, ”Akan disediakan dengan limpah bagimu jalan masuk ke dalam kerajaan abadi dari Tuan dan Juru Selamat kita Yesus Kristus.” (2 Petrus 1:11) ”Domba-domba lain” akan menerima warisan abadi dalam wilayah bumi dari Kerajaan Allah.—Yohanes 10:16; Matius 25:33, 34.
18. Mengapa Petrus cenderung ’selalu mengingatkan’ saudara-saudaranya?
18 Petrus dengan tulus menginginkan agar saudara-saudaranya memperoleh imbalan yang besar demikian. ”Untuk alasan ini,” tulisnya, ”aku akan selalu cenderung mengingatkan kamu akan perkara-perkara ini, meskipun kamu mengetahuinya dan tetap teguh dalam kebenaran.” (2 Petrus 1:12) Petrus menggunakan kata Yunani ste·riʹzo, yang diterjemahkan di sini ”tetap teguh” namun diterjemahkan menjadi ’menguatkan’ dalam pengingat Yesus kepada Petrus beberapa waktu berselang, ”Kuatkanlah saudara-saudaramu.” (Lukas 22:32) Penggunaan kata itu dapat memperlihatkan bahwa Petrus mencamkan pengingat yang penuh kuasa yang ia terima dari Tuannya. Petrus sekarang mengatakan, ”Aku menganggapnya benar, selama aku berada dalam tabernakel ini [tubuh manusia], untuk membangunkan kamu dengan cara mengingatkanmu, sebab aku tahu bahwa kelepasan dari tabernakelku sudah tidak lama lagi.”—2 Petrus 1:13, 14.
19. Bantuan-bantuan apa yang kita butuhkan dewasa ini?
19 Meskipun Petrus dengan dengan baik hati mengatakan bahwa para pembacanya ”tetap teguh dalam kebenaran”, ia menyadari bahwa iman mereka bisa karam. (1 Timotius 1:19) Karena ia mengetahui bahwa ia segera akan mati, ia menguatkan saudara-saudaranya dengan menyebutkan hal-hal yang belakangan dapat mereka ingat untuk menjaga diri mereka kuat secara rohani. (2 Petrus 1:15; 3:12, 13) Demikian pula, kita dewasa ini membutuhkan pengingat terus-menerus untuk tetap teguh dalam iman. Tidak soal siapa kita atau berapa lama kita telah berada dalam kebenaran, kita tidak dapat mengabaikan pembacaan Alkitab yang tetap tentu, pelajaran pribadi, dan kehadiran di perhimpunan-perhimpunan sidang. Ada yang membuat dalih untuk tidak hadir, dengan mengatakan bahwa mereka terlalu lelah atau bahwa acara-acara perhimpunan hanyalah pengulangan atau tidak disajikan dengan baik, namun Petrus mengetahui bahwa siapa pun di antara kita dapat dengan cepat kehilangan iman jika kita menjadi terlalu bersandar pada diri sendiri.—Markus 14:66-72; 1 Korintus 10:12; Ibrani 10:25.
Dasar yang Kuat bagi Iman Kita
20, 21. Bagaimana transfigurasi menguatkan iman Petrus dan para pembaca suratnya, termasuk kita dewasa ini?
20 Apakah iman kita hanya berdasarkan mitos-mitos yang dirancang dengan cerdik? ”Bukan,” Petrus menanggapi dengan tegas, ”bukanlah dengan mengikuti cerita bohong yang dirancang dengan licik kami memperkenalkan kepadamu kuasa dan kehadiran Tuan kita Yesus Kristus, tetapi dengan menjadi saksi mata dari kebesarannya.” Petrus, Yakobus, dan Yohanes hadir bersama Yesus sewaktu mereka melihat suatu penglihatan akan dia dalam kuasa Kerajaan. Petrus menjelaskan, ”Ia menerima dari Allah sang Bapak kehormatan dan kemuliaan, ketika kata-kata seperti ini disampaikan kepadanya dengan kemuliaan yang besar, ’Inilah putraku, yang kukasihi, yang aku sendiri perkenan.’ Ya, kata-kata ini kami dengar disampaikan dari surga ketika kami bersama-sama dia di gunung yang kudus.”—2 Petrus 1:16-18.
21 Sewaktu Petrus, Yakobus, dan Yohanes menyaksikan penglihatan itu, Kerajaan tentu saja menjadi nyata bagi mereka! ”Oleh karena itu,” Petrus mengamati, ”firman yang bersifat nubuat menjadi lebih pasti bagi kami; dan kamu berlaku baik dalam memberi perhatian kepadanya.” Ya, para pembaca surat Petrus, termasuk kita dewasa ini, memiliki alasan yang sangat kuat untuk memberikan perhatian kepada nubuat-nubuat tentang Kerajaan Allah. Dengan cara bagaimana kita perlu memberikan perhatian? Petrus menjawab, ”Seperti kepada pelita yang bersinar di tempat gelap, sampai hari mulai fajar dan bintang kejora terbit, dalam hatimu.”—2 Petrus 1:19; Daniel 7:13, 14; Yesaya 9:6, 7.
22. (a) Hati kita perlu tetap waspada terhadap hal apa? (b) Bagaimana kita memberikan perhatian kepada kata-kata nubuat?
22 Hati kita akan gelap jika tidak ada penerangan kata-kata nubuat. Namun dengan memberikan perhatian kepada kata-kata nubuat itu, hati orang-orang Kristen tetap waspada sampai hari mulai fajar sewaktu ”bintang pagi yang cemerlang”, Yesus Kristus, tiba dalam kemuliaan Kerajaan. (Penyingkapan 22:16) Bagaimana kita dewasa ini memberikan perhatian kepada kata-kata nubuat? Dengan pelajaran Alkitab, dengan mempersiapkan dan berpartisipasi dalam perhimpunan-perhimpunan, dan dengan ’memikirkan dalam-dalam hal-hal ini, dan memusatkan perhatian di dalamnya’. (1 Timotius 4:15) Jika kata-kata nubuat bagaikan suatu pelita yang bersinar dalam ”tempat gelap” (hati kita), kita harus membiarkannya mempengaruhi kita dalam-dalam—keinginan, emosi, motivasi, dan cita-cita kita. Kita perlu menjadi siswa-siswa Alkitab, karena dalam penutup pasal 1 Petrus mengatakan, ”Tidak ada nubuat dari Tulisan-Tulisan Kudus yang muncul dari penafsiran pribadi apa pun. Karena nubuat tidak pernah dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi manusia berbicara dari Allah seraya mereka dibimbing oleh roh kudus.”—2 Petrus 1:20, 21.
23. Terhadap apa pasal pertama dari 2 Petrus mempersiapkan para pembaca?
23 Dalam pasal pembuka dari suratnya yang kedua, Petrus memberikan motivasi yang sangat kuat kepada kita untuk berpegang erat pada iman kita yang berharga. Kita sekarang dipersiapkan untuk memikirkan hal-hal serius yang mengikutinya. Artikel berikut ini akan membahas pasal 2 dari 2 Petrus, ketika sang rasul menangani tantangan dari pengaruh-pengaruh yang amoral yang telah menyusup ke dalam sidang-sidang.
Apakah Saudara Ingat?
◻ Mengapa Petrus menekankan pentingnya pengetahuan yang saksama?
◻ Apa yang mungkin menjadi alasan bahwa kebajikan disebutkan sebagai sifat yang pertama untuk ditambahkan kepada iman?
◻ Mengapa Petrus selalu cenderung memberikan pengingat kepada saudara-saudaranya?
◻ Dasar yang kokoh apa disediakan Petrus bagi iman kita?
[Gambar di hlm. 9]
Kelemahan Petrus tidak menyebabkan dia meninggalkan imannya