Tonggak Sejarah Rohani!
Terbitnya Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru dalam Bahasa Indonesia
PADA tanggal 1 Agustus 1999, tonggak sejarah rohani telah dipancangkan: Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru diterbitkan dalam bahasa Indonesia.
Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru sekarang telah tersedia, melengkapi Alkitab-Alkitab yang telah digunakan selama ini oleh orang-orang yang takut akan Allah di Indonesia. Namun, mengapa timbul kebutuhan untuk membuat suatu terjemahan Alkitab yang lain? Siapa yang berada di balik karya ini? Bagaimana saudara bisa yakin bahwa Terjemahan Dunia Baru dapat diandalkan?
Mengapa Ada Begitu Banyak Terjemahan Alkitab?
Ada begitu banyak versi baru Alkitab yang telah diterbitkan pada tahun-tahun belakangan ini. Beberapa versi baru telah memungkinkan Firman Allah tersedia dalam bahasa-bahasa tertentu untuk pertama kalinya. Akan tetapi, Alkitab-Alkitab baru juga diterbitkan dalam bahasa-bahasa yang memiliki versi-versi lain yang sudah mapan. Alasannya? Buku So Many Versions?, karya Sakae Kubo dan Walter Specht, menjelaskan, ”Tidak ada terjemahan Alkitab yang dapat dinyatakan sempurna. Terjemahan-terjemahan harus seiring dengan pertumbuhan pengetahuan Alkitab dan perubahan-perubahan dalam bahasa.”
Pada abad ini, ada banyak perkembangan dalam hal pemahaman bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani—bahasa-bahasa yang digunakan pada awal penulisan Alkitab. Selain itu, telah ditemukan manuskrip-manuskrip Alkitab yang lebih tua dan lebih akurat daripada yang digunakan oleh generasi-generasi penerjemah Alkitab sebelumnya. Maka, dewasa ini, Firman Allah dapat diterjemahkan secara lebih akurat daripada masa-masa sebelumnya!
Ketika menyinggung tentang perusahaan-perusahaan komersial, The Atlantic Monthly menyatakan, ”Penerbitan Alkitab adalah bisnis besar—luar biasa besar.” Dan, kadang-kadang, hasrat untuk menghasilkan buku terlaris tampaknya mengaburkan kepedulian akan kesaksamaan. Salah satu Alkitab baru bersikap terlalu bebas dengan meniadakan bagian-bagian yang dianggap terlalu ”membosankan” oleh penerbitnya. Alkitab lain mengubah kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang mungkin dapat menyinggung perasaan para pembaca zaman modern. Misalnya, demi menarik simpati kaum feminis, Allah disebut sebagai ”Bapa-Ibu”.
Menyembunyikan Nama Ilahi
Barangkali, trend yang paling memprihatinkan adalah sehubungan dengan nama pribadi Allah—Yehuwa. (Beberapa sarjana menerjemahkannya ”Yahweh”.) Dalam salinan-salinan Alkitab yang kuno, nama ilahi ditulis dalam empat konsonan Ibrani yang dapat ditransliterasikan sebagai YHWH atau JHVH. Nama yang khas ini muncul hampir 7.000 kali dalam bagian yang disebut Perjanjian Lama saja. (Keluaran 3:15; Mazmur 83:18, NW; ayat 19, TB) Maka, jelaslah, Pencipta kita bermaksud agar para penyembah-Nya mengetahui dan menggunakan nama itu!
Akan tetapi, berabad-abad yang lampau, perasaan takut yang bersifat takhayul menyebabkan orang-orang Yahudi tidak lagi mengucapkan nama ilahi. Belakangan, pandangan-pandangan yang bersifat takhayul ini juga mempengaruhi kekristenan. (Bandingkan Kisah 20:29, 30; 1 Timotius 4:1.) Sudah menjadi praktek umum di kalangan para penerjemah Alkitab untuk mengganti nama ilahi dengan gelar ”TUHAN”. Dewasa ini, kebanyakan Alkitab menghapuskan nama Allah sama sekali. Beberapa Alkitab bahasa Inggris modern bahkan menghilangkan rujukan ke kata ”nama” di Yohanes 17:6. Di ayat itu Yesus mengatakan, ”Aku telah membuat namamu nyata.” Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari menerjemahkan ayat ini sebagai berikut, ”Aku sudah memperkenalkan Bapa.”
Mengapa timbul ketidaksenangan terhadap nama Allah? Perhatikanlah pernyataan-pernyataan yang dibuat dalam jurnal Practical Papers for the Bible Translator. (Jilid 43, nomor 4, 1992) Jurnal ini diterbitkan oleh United Bible Societies (UBS), yang mengkoordinasi sebagian besar upaya global untuk penerjemahan Alkitab. Salah satu artikel berbunyi, ”Karena YHWH tanpa diragukan lagi adalah nama yang benar, pada dasarnya, transliterasi adalah pendekatan yang paling logis untuk menerjemahkannya.” Namun, artikel itu memperingatkan, ”Akan tetapi, ada beberapa fakta yang harus dipertimbangkan.”
Seberapa sahkah ’fakta-fakta’ ini? Menurut jurnal ini, beberapa sarjana bernalar, ”Bila kita memperkenalkan nama seperti Yahweh [kepada orang-orang non-Kristen], hal itu mungkin menimbulkan pengertian yang keliru . . . , memberi kesan bahwa ’Yahweh’ adalah Allah yang asing, atau Allah yang baru dan tidak dikenal, berbeda dari Allah yang sudah mereka kenal.” Namun, Alkitab dengan tegas mengajarkan bahwa Allah Yehuwa memang berbeda dari allah-allah yang disembah oleh orang-orang non-Kristen!—Yesaya 43:10-12; 44:8, 9.
Beberapa sarjana menyatakan bahwa mengganti nama Allah dengan gelar ”TUHAN” hanyalah mengikuti tradisi. Tetapi, Yesus mengutuk tindakan mengikuti tradisi-tradisi yang tidak menghormati Allah. (Matius 15:6) Selain itu, mengganti sebuah nama dengan suatu gelar merupakan gagasan yang sama sekali tidak berdasarkan Alkitab. Yesus Kristus mempunyai beberapa gelar, seperti ”Firman Allah” dan ”Raja atas segala raja”. (Penyingkapan 19:11-16) Apakah nama Yesus harus diganti dengan salah satu dari antara gelar-gelar ini?
Artikel lain dalam jurnal yang disebutkan tadi menyatakan, ”Bentukan ’Yehuwa’ seharusnya dihindari.” Alasannya? ”Para sarjana umumnya percaya bahwa pengucapan yang asli paling baik diwakili oleh bentukan ’Yahweh’.” Akan tetapi, nama-nama Alkitab yang lazim seperti Yeremia, Yesaya, dan Yesus juga diterjemahkan dengan cara yang hanya memiliki sedikit persamaan dengan pengucapan aslinya dalam bahasa Ibrani (Yirmeyah, Yesyayahu, dan Yehohsyua). Karena bentukan ”Yehuwa” merupakan cara yang sah untuk menerjemahkan nama ilahi—dan bentukan yang lazim bagi banyak orang—keberatan-keberatan untuk menggunakan nama itu kedengarannya tak berdasar. Sesungguhnya, keengganan untuk menggunakan nama ilahi agaknya didasarkan atas emosi dan prasangka, bukan atas dasar yang ilmiah.
Namun, permasalahannya bukan sekadar alasan akademik. Misalnya, seorang konsultan UBS di India menulis mengenai konsekuensi yang timbul karena menyingkirkan nama ilahi dari edisi-edisi yang semula menggunakannya. Ia mengakui, ”Orang-orang Hindu tidak berminat akan gelar Allah; mereka ingin mengetahui nama pribadi Allah, dan jika mereka tidak mengetahui nama itu, mereka tidak dapat menjalin hubungan dengan Allah yang menyandang nama itu.” Benar, hal yang sama juga diminati oleh semua orang yang mencari Allah. Mengetahui nama Allah merupakan hal yang penting untuk dapat mengenal Dia, bukan sekadar sebagai kekuatan yang tidak berkepribadian, tetapi sebagai pribadi—pribadi yang dapat kita kenal. (Keluaran 34:6, 7) Maka Alkitab menyatakan, ”Setiap orang yang berseru kepada nama Yehuwa akan diselamatkan.” (Roma 10:13) Para penyembah Allah wajib menggunakan nama-Nya!
Terjemahan yang Menghormati Allah
Oleh karena itu, diterbitkannya versi Inggris Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru untuk pertama kalinya pada tahun 1950 merupakan tonggak sejarah. Pada dekade berikutnya, bagian-bagian dari Alkitab yang biasa disebut Perjanjian Lama, atau Kitab-Kitab Ibrani, diterbitkan secara bertahap. Pada tahun 1961, Alkitab lengkap dalam bahasa Inggris diterbitkan dalam satu jilid. Yang luar biasa, Terjemahan Dunia Baru menerjemahkan nama ilahi, Yehuwa, dalam seluruh pemunculannya sebanyak hampir 7.000 kali dalam ”Perjanjian Lama”. Yang khususnya luar biasa adalah pemulihan nama ilahi sebanyak 237 kali dalam ”Perjanjian Baru”, atau Kitab-Kitab Yunani Kristen.
Pemulihan nama itu bukan hanya menghormati Allah tetapi juga menyingkapkan aspek-aspek pemahaman yang baru. Sebagai ilustrasi, banyak terjemahan menerjemahkan Matius 22:44, ”Tuan berkata kepada Tuanku”. Tetapi, sebenarnya siapa sedang berbicara kepada siapa? Terjemahan Dunia Baru menerjemahkan ayat ini, ”Yehuwa mengatakan kepada Tuanku”, dengan demikian mengutip Mazmur 110:1 secara tepat. Maka, para pembaca dapat membedakan dengan jelas antara Allah Yehuwa dan Putra-Nya.
Siapa Berada di Balik Karya Ini?
Terjemahan Dunia Baru diterbitkan oleh Watch Tower Bible and Tract Society, badan hukum yang mewakili Saksi-Saksi Yehuwa. Selama lebih dari seratus tahun, Lembaga ini telah mencetak dan mendistribusikan Alkitab ke seluruh dunia. Versi yang istimewa ini diserahkan kepada Lembaga oleh sekelompok orang Kristen yang dikenal sebagai New World Bible Translation Committee. Daripada mencari kemuliaan pribadi, para anggota badan ini meminta agar nama mereka tetap dirahasiakan bahkan setelah mereka meninggal.—Bandingkan 1 Korintus 10:31.
Akan tetapi, mengapa terjemahan ini diberi judul Terjemahan Dunia Baru? Ini mencerminkan keyakinan teguh bahwa umat manusia dewasa ini berada di ”ambang dunia baru” yang dijanjikan di 2 Petrus 3:13. Seperti yang ditulis oleh badan itu, selama ”masa transisi dari dunia tua”, sangat penting agar terjemahan-terjemahan Alkitab memungkinkan ”kebenaran Firman Allah yang murni” memancar keluar.—Lihat Kata Pengantar edisi 1950.
Terjemahan yang Saksama
Jadi, kesaksamaan diprioritaskan. Para penerjemah edisi bahasa Inggris menerjemahkan langsung dari bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani asli, dengan menggunakan teks-teks terbaik yang tersedia.a Perhatian yang khusus diberikan agar teks kuno diterjemahkan seharfiah mungkin—tetapi dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh para pembaca zaman modern.
Tidak mengherankan, beberapa sarjana memuji Terjemahan Dunia Baru karena integritas dan kesaksamaannya. Profesor Benjamin Kedar, seorang sarjana bahasa Ibrani di Israel, mengatakan pada tahun 1989, ”Dalam penelitian linguistik saya terhadap Alkitab Ibrani dan terjemahan-terjemahannya, saya sering merujuk pada edisi Inggris yang dikenal sebagai Terjemahan Dunia Baru. Setiap kali saya melakukan hal itu, saya merasa semakin diyakinkan bahwa karya ini mencerminkan upaya yang tulus untuk mencapai pemahaman teks yang sesaksama mungkin.”
Menyediakan Edisi-Edisi Lain
Maka, sudah selayaknya bila Lembaga Menara Pengawal menyediakan New World Translation bagi masyarakat yang tidak berbahasa Inggris. Sekarang terjemahan ini telah diterbitkan sebagian atau seluruhnya dalam 34 bahasa. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas ini, Lembaga mengembangkan suatu metode penerjemahan Alkitab yang memadukan kajian kata Alkitab dengan teknologi komputer. Lembaga juga membentuk Pelayanan Penerjemahan, yang sekarang bertempat di Patterson, New York, untuk membantu para penerjemah. Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa, melalui Panitia Penulisan, melakukan pengawasan ketat atas pekerjaan penerjemahan Alkitab. Tetapi, bagaimana sebenarnya pekerjaan ini dilakukan?
Pertama, sekelompok orang Kristen yang berbakti dilantik sebagai tim penerjemah. Pengalaman menunjukkan bahwa penerjemah-penerjemah yang bekerja sama secara tim dapat menghasilkan terjemahan yang lebih baik dibandingkan dengan yang bekerja secara terpisah. (Bandingkan Amsal 11:14.) Umumnya, tiap-tiap anggota tim telah berpengalaman sebagai penerjemah publikasi-publikasi Lembaga. Tim ini kemudian menerima pelatihan yang saksama berkenaan dengan prinsip-prinsip dasar penerjemahan Alkitab dan penggunaan program-program komputer yang telah dikembangkan secara khusus.
Tim penerjemah diinstruksikan untuk menghasilkan Alkitab yang (1) akurat, (2) konsisten, (3) harfiah sejauh yang dimungkinkan oleh bahasa yang bersangkutan, tetapi (4) mudah dimengerti oleh orang-orang awam. Bagaimana ini dilakukan? Amatilah Alkitab yang baru diterbitkan ini. Tim penerjemah berangkat dari penyeleksian padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk semua istilah utama yang digunakan dalam Alkitab Terjemahan Dunia Baru. Komputer telah diprogram untuk menampilkan kata-kata Alkitab yang saling berkaitan dan berpadanan. Selain itu, juga ditampilkan kata-kata Yunani atau Ibrani asli yang menjadi asal kata dalam bahasa Inggris, sehingga penerjemah dapat mempelajari bagaimana kata-kata Yunani atau Ibrani tersebut diterjemahkan dalam pemunculan lainnya. Semua ini sangat membantu dalam menyeleksi padanan istilah dalam bahasa Indonesia. Setelah kata-kata ini disepakati oleh tim, mereka mulai menerjemahkan Alkitab, menggunakan komputer untuk menampilkan padanan kata bahasa Indonesia seraya mereka menerjemahkan ayat demi ayat.
Akan tetapi, menerjemahkan berarti lebih dari sekadar mengganti serangkaian kata dengan serangkaian kata lain. Upaya yang besar harus dilakukan untuk memastikan agar istilah-istilah bahasa Indonesia yang telah diseleksi menyampaikan gagasan Alkitab yang tepat pada setiap konteks. Perhatian juga harus diberikan untuk memastikan agar tata bahasa dan sintaksisnya enak dibaca dan wajar. Kerja keras untuk proyek ini benar-benar nyata. Edisi bahasa Indonesia untuk Terjemahan Dunia Baru merupakan terjemahan Firman Allah yang dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibaca, jelas, dan mudah dimengerti, serta berpaut pada teks kuno.
Kami menganjurkan saudara untuk memeriksa sendiri Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. Saudara dapat memperolehnya dari penerbit majalah ini atau dari sidang Saksi-Saksi Yehuwa setempat. Saudara dapat membacanya dengan keyakinan bahwa perkataan Allah diterjemahkan dengan saksama dalam bahasa saudara sendiri. Tak diragukan lagi, saudara akan setuju bahwa terbitan yang baru ini benar-benar tonggak sejarah rohani!
[Catatan Kaki]
a The New Testament in the Original Greek, oleh Westcott dan Hort, menjadi teks dasar bahasa Yunani. Biblia Hebraica oleh R. Kittel adalah teks dasar untuk Kitab-Kitab Ibrani.
[Keterangan di hlm. 31]
Beberapa Keistimewaan Terjemahan Dunia Baru
Huruf-hurufnya Jelas dan Mudah Dibaca
Ayat-Ayat Dikelompokkan ke Dalam Paragraf: Sebaliknya dari menyusun setiap ayat menjadi satu paragraf yang terpisah, ayat-ayat dikelompokkan ke dalam paragraf-paragraf. Hal ini membantu pembaca untuk mengikuti alur pemikiran para penulis Alkitab.
Judul Halaman: Karena terdapat di bagian atas sebagian besar halaman, judul-judul ini membantu kita menemukan pernyataan-pernyataan Alkitab dengan cepat.
Referensi Pinggir: Di setiap halaman terdapat referensi yang menuntun kita ke ayat-ayat Alkitab yang terkait.
Konkordans: Di bagian belakang Alkitab ini terdapat bagian yang berjudul ”Indeks Kata-Kata Alkitab”. Ini adalah daftar kata-kata yang terseleksi berikut ayat-ayatnya, biasanya diikuti sebuah kutipan pendek yang menunjukkan konteksnya.
Apendiks: Serangkaian artikel singkat tentang doktrin-doktrin dasar Alkitab dan hal-hal yang terkait.