Pasal Tiga
”Mari Kita Meluruskan Perkara-Perkara”
1, 2. Dengan siapa Yehuwa menyamakan para penguasa serta penduduk Yerusalem dan Yehuda, dan mengapa ini beralasan?
PENDUDUK Yerusalem mungkin cenderung membenarkan diri setelah mendengar kecaman yang dicatat di Yesaya 1:1-9. Dengan bangga, mereka pasti ingin merujuk ke semua korban yang mereka persembahkan kepada Yehuwa. Akan tetapi, ayat 10 sampai 15 memuat tanggapan Yehuwa yang jitu terhadap sikap semacam itu. Demikianlah kata pengantarnya, ”Dengarlah firman Yehuwa, hai, diktator-diktator Sodom. Berilah telingamu kepada hukum Allah kita, hai, orang-orang Gomora.”—Yesaya 1:10.
2 Sodom dan Gomora dihancurkan tidak saja karena perilaku seksual mereka yang menyimpang, tetapi juga karena mereka keras hati dan angkuh. (Kejadian 18:20, 21; 19:4, 5, 23-25; Yehezkiel 16:49, 50) Orang-orang yang mendengarkan kata-kata Yesaya pasti terpukul sewaktu disamakan dengan penduduk kota-kota yang terkutuk itu.a Akan tetapi, memang demikianlah pandangan Yehuwa terhadap umat-Nya, dan Yesaya tidak mengencerkan berita dari Allah hanya untuk ”menggelitik telinga mereka”.—2 Timotius 4:3.
3. Apa yang Yehuwa maksudkan sewaktu Dia mengatakan bahwa Dia ”telah jemu” dengan korban-korban dari bangsa itu, dan mengapa demikian?
3 Perhatikan bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ibadat umat-Nya yang hanya bersifat formalitas. ”’Apa manfaatnya korban-korbanmu yang banyak itu bagiku?’ kata Yehuwa. ’Aku telah jemu dengan persembahan bakaran yang utuh dari domba jantan dan lemak binatang-binatang yang gemuk; dan kepada darah lembu jantan muda dan anak domba jantan dan kambing jantan aku tidak suka.’” (Yesaya 1:11) Bangsa itu lupa bahwa Yehuwa tidak bergantung pada korban-korban mereka. (Mazmur 50:8-13) Dia tidak memerlukan apa pun yang dapat dipersembahkan manusia kepada-Nya. Maka, jika bangsa itu berpikir bahwa mereka berbuat baik kepada Yehuwa dengan persembahan-persembahan yang diberikan dengan setengah hati, mereka keliru. Yehuwa menggunakan gaya bahasa yang keras. Pernyataan ”Aku telah jemu” dapat juga diterjemahkan menjadi ”Aku jenuh” atau ”Aku terlalu kenyang”. Pernahkah saudara merasa muak melihat makanan karena saudara sudah terlalu kenyang? Demikianlah perasaan Yehuwa terhadap persembahan-persembahan tersebut—benar-benar muak!
4. Bagaimana Yesaya 1:12 menyingkapkan betapa sia-sianya kehadiran bangsa itu di bait Yerusalem?
4 Yehuwa selanjutnya berfirman, ”Pada waktu kamu sekalian terus datang untuk melihat mukaku, siapa yang menuntutnya dari tanganmu, untuk menginjak-injak halamanku?” (Yesaya 1:12) Bukankah hukum Yehuwa sendiri yang menuntut agar bangsa itu ’datang untuk melihat muka-Nya’, yaitu untuk hadir di bait-Nya di Yerusalem? (Keluaran 34:23, 24) Ya, tetapi mereka datang ke sana hanya sebagai formalitas, sekadar menjalankan ibadat murni secara mekanis, tanpa motif yang murni. Bagi Yehuwa, kunjungan mereka yang berkali-kali ke halaman-Nya dianggap seperti ”menginjak-injak” saja, tidak menghasilkan apa-apa kecuali merusak lantai.
5. Apa beberapa tindakan ibadat yang dilakukan orang-orang Yehuda, dan mengapa ini menjadi ”beban” bagi Yehuwa?
5 Tidak heran jika Yehuwa kini menggunakan ragam bahasa yang bahkan lebih keras. ”Jangan lagi membawa persembahan biji-bijian yang tidak bernilai. Dupa—itu merupakan sesuatu yang memuakkan bagiku. Bulan baru dan hari sabat, panggilan untuk pertemuan—aku tidak tahan melihat penggunaan tenaga gaib bersamaan dengan pertemuan yang khidmat. Bulan-bulan barumu dan musim-musim perayaanmu, jiwaku membencinya. Bagiku itu semua menjadi beban; aku lelah menanggungnya.” (Yesaya 1:13, 14) Persembahan biji-bijian, dupa, hari Sabat, dan pertemuan yang khidmat, semuanya merupakan bagian dari Hukum Allah bagi Israel. Hukum hanya menyatakan agar ’bulan-bulan baru’ dirayakan, tetapi tradisi-tradisi yang sehat lambat laun berkembang di seputar perayaan tersebut. (Bilangan 10:10; 28:11) Bulan baru dianggap sebagai sabat bulanan. Pada waktu itu orang-orang berhenti bekerja dan bahkan berkumpul untuk mendengarkan pengajaran dari para nabi dan imam. (2 Raja 4:23; Yehezkiel 46:3; Amos 8:5) Perayaan semacam itu tidak salah. Masalahnya, mereka melakukan ini sekadar untuk pamer. Selain itu, orang-orang Yehuda berpaling kepada ”tenaga gaib”, praktek-praktek spiritisme, sambil melaksanakan Hukum Allah sebagai formalitas.b Dengan demikian, tindakan ibadat mereka kepada Yehuwa menjadi ”beban” bagi-Nya.
6. Dalam pengertian apa Yehuwa menjadi ”lelah”?
6 Namun, bagaimana Yehuwa bisa merasa ”lelah”? Bagaimanapun, Dia memiliki ’energi dinamis yang berlimpah . . . Dia tidak lelah atau menjadi letih’. (Yesaya 40:26, 28) Yehuwa menggunakan gaya bahasa yang hidup agar kita dapat memahami perasaan-Nya. Pernahkah saudara memikul beban yang berat begitu lama sehingga saudara menjadi sangat letih dan ingin membuangnya? Demikianlah perasaan Yehuwa terhadap tindakan ibadat munafik yang dilakukan umat-Nya.
7. Mengapa Yehuwa berhenti mendengarkan doa-doa umat-Nya?
7 Yehuwa kini berbicara tentang tindakan ibadat yang paling intim dan pribadi. ”Pada waktu kamu menadahkan tanganmu, aku menyembunyikan mataku darimu. Walaupun kamu banyak berdoa, aku tidak mendengarkan; dengan pertumpahan darah tanganmu telah dipenuhi.” (Yesaya 1:15) Menadahkan tangan, yaitu merentangkan tangan dengan telapak tangan terbuka, adalah isyarat untuk memohon. Bagi Yehuwa, sikap tubuh seperti ini tidak ada maknanya, karena tangan orang-orang ini penuh dengan pertumpahan darah. Kekerasan merajalela di negeri itu. Penindasan terhadap orang-orang yang lemah sudah lumrah. Sungguh menjijikkan, orang-orang yang kejam dan mementingkan diri seperti itu berdoa kepada Yehuwa dan meminta berkat. Tidak heran, Yehuwa berfirman, ”Aku tidak mendengarkan”!
8. Kesalahan apa yang dibuat Susunan Kristen dewasa ini, dan bagaimana beberapa orang Kristen terjerumus ke dalam perangkap yang serupa?
8 Pada zaman kita, Susunan Kristen juga gagal memperoleh perkenan Allah melalui doa-doanya yang sia-sia, yang terus-menerus diulangi, maupun melalui ”perbuatan” religiusnya yang lain. (Matius 7:21-23) Sangat penting agar kita tidak terjerumus ke dalam perangkap yang sama. Kadang-kadang, seorang Kristen tergelincir ke dalam praktek dosa yang serius, kemudian berpikir bahwa jika ia menyembunyikan tindakannya dan meningkatkan aktivitasnya dalam sidang Kristen, perbuatannya itu dengan satu atau lain cara dapat mengimbangi dosanya. Perbuatan-perbuatan yang bersifat formalitas seperti itu tidak menyenangkan Yehuwa. Hanya ada satu obat untuk sakit rohani, sebagaimana diperlihatkan oleh ayat-ayat berikutnya di Yesaya.
Obat untuk Sakit Rohani
9, 10. Seberapa pentingkah kebersihan dalam ibadat kita kepada Yehuwa?
9 Yehuwa, Allah yang beriba hati, kini berbicara dengan nada yang lebih hangat dan lebih menggugah. ”Basuhlah dirimu; bersihkanlah dirimu; singkirkan keburukan tindak-tandukmu dari depan mataku; jangan melakukan apa yang buruk lagi. Belajarlah melakukan apa yang baik; carilah keadilan; luruskan penindas; laksanakan penghakiman bagi anak lelaki yatim; belalah perkara janda.” (Yesaya 1:16, 17) Di sini kita melihat sembilan kewajiban, atau perintah. Empat perintah yang pertama bernada negatif karena berkaitan dengan penyingkiran dosa; lima perintah yang terakhir merupakan tindakan positif yang dapat membuat seseorang menerima berkat Yehuwa.
10 Pembasuhan dan kebersihan selalu menjadi bagian penting dalam ibadat murni. (Keluaran 19:10, 11; 30:20; 2 Korintus 7:1) Akan tetapi, Yehuwa ingin agar pembersihan itu mencakup bagian yang lebih dalam, yaitu sampai ke lubuk hati para penyembah-Nya. Yang terpenting adalah kebersihan moral maupun rohani, dan inilah yang Yehuwa maksudkan. Kedua perintah pertama di ayat 16 bukan sekadar pengulangan. Seorang pakar tata bahasa Ibrani mengomentari bahwa perintah pertama, ”basuhlah dirimu”, memaksudkan tindakan pembersihan awal, sedangkan perintah kedua, ”bersihkanlah dirimu”, memaksudkan upaya terus-menerus untuk mempertahankan keadaan bersih tersebut.
11. Untuk memerangi dosa, apa yang harus kita lakukan, dan apa yang tidak boleh kita lakukan?
11 Kita tidak dapat menyembunyikan apa pun dari Yehuwa. (Ayub 34:22; Amsal 15:3; Ibrani 4:13) Maka perintah-Nya yang berbunyi, ”Singkirkan keburukan tindak-tandukmu dari depan mataku,” hanya dapat memiliki satu makna—berhenti melakukan apa yang buruk. Artinya, kita tidak boleh berupaya menyembunyikan dosa-dosa yang serius karena berbuat demikian sama saja dengan berdosa. Amsal 28:13 memperingatkan, ”Ia yang menutupi pelanggaran-pelanggarannya tidak akan berhasil, tetapi ia yang mengakui dan meninggalkannya akan mendapat belas kasihan.”
12. (a) Mengapa penting untuk ’belajar melakukan apa yang baik’? (b) Bagaimana para penatua khususnya menerapkan perintah untuk ’mencari keadilan’ dan ’meluruskan penindas’?
12 Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari tindakan-tindakan positif yang Yehuwa perintahkan di Yesaya pasal 1 ayat 17. Perhatikan bahwa Dia tidak sekadar mengatakan ”lakukan apa yang baik” tetapi ”belajarlah melakukan apa yang baik”. Seseorang perlu mempelajari Firman Allah secara pribadi untuk dapat memahami apa yang baik di mata Allah dan memiliki hasrat untuk melakukannya. Selain itu, Yehuwa tidak sekadar mengatakan ”laksanakan keadilan” tetapi ”carilah keadilan”. Bahkan para penatua yang berpengalaman perlu menyelidiki Firman Allah dengan saksama agar dapat menemukan haluan yang patut ditempuh dalam beberapa perkara yang pelik. Mereka juga bertanggung jawab untuk ’meluruskan penindas’, sebagaimana yang diperintahkan Yehuwa selanjutnya. Perintah-perintah ini penting bagi para gembala Kristen dewasa ini karena mereka ingin melindungi kawanan dari ”serigala-serigala yang menindas”.—Kisah 20:28-30.
13. Bagaimana kita dewasa ini dapat menerapkan perintah-perintah sehubungan dengan anak lelaki yatim dan janda?
13 Dua perintah yang terakhir berkaitan dengan kaum yang lebih lemah di kalangan umat Allah—anak yatim piatu dan janda. Dunia cenderung mengambil keuntungan dari orang-orang demikian; tetapi, hal ini tidak boleh terjadi di kalangan umat Allah. Para penatua yang pengasih ’melaksanakan penghakiman’ bagi anak-anak yatim di sidang, lelaki maupun perempuan, membantu mereka memperoleh keadilan dan perlindungan di dunia yang ingin mengambil keuntungan dari mereka dan merusak kehidupan mereka. Para penatua ’membela perkara’ janda; dan, kata Ibraninya dapat juga berarti ”berjuang” demi kepentingannya. Sesungguhnya, semua orang Kristen ingin menjadi sumber perlindungan, penghiburan, dan keadilan bagi orang-orang yang kekurangan di antara kita karena mereka berharga bagi Yehuwa.—Mikha 6:8; Yakobus 1:27.
14. Berita positif apa yang disampaikan di Yesaya 1:16, 17?
14 Alangkah tegas dan positif pesan yang Yehuwa sampaikan melalui kesembilan perintah ini! Kadang-kadang, mereka yang terlibat dosa meyakinkan diri bahwa mereka sebenarnya tidak mampu melakukan apa yang benar. Pikiran semacam itu mengecilkan hati, dan keliru. Yehuwa tahu—dan ingin agar kita tahu—bahwa dengan bantuan-Nya, siapa pun yang berdosa dapat menghentikan haluan hidupnya yang berdosa, berbalik, dan selanjutnya melakukan apa yang benar.
Permohonan yang Adil dan Penuh Keibaan Hati
15. Bagaimana ungkapan ”mari kita meluruskan perkara-perkara di antara kita” kadang-kadang disalahartikan, dan apa makna sesungguhnya?
15 Nada bicara Yehuwa kini bahkan lebih hangat dan beriba hati. ”’Marilah, kamu sekalian, mari kita meluruskan perkara-perkara di antara kita,’ firman Yehuwa. ’Walaupun dosa-dosamu seperti bahan berwarna merah marak, itu akan dibuat putih seperti salju; walaupun itu merah seperti kain kirmizi, itu akan menjadi seperti wol.’” (Yesaya 1:18) Undangan yang mengawali ayat yang indah ini sering kali disalahartikan. Sebagai contoh, The New English Bible mengatakan, ”Mari kita membahasnya bersama”—seolah-olah kedua belah pihak harus memberikan kelonggaran agar kesepakatan dapat tercapai. Namun, bukan begitu! Yehuwa sama sekali tidak dapat dipersalahkan, terlebih lagi dalam cara Dia berurusan dengan bangsa yang suka memberontak dan munafik ini. (Ulangan 32:4, 5) Ayat itu tidak berbicara tentang pembahasan antara pihak-pihak yang sederajat untuk mencapai suatu kata mufakat, tetapi tentang suatu forum untuk menegakkan keadilan. Halnya seolah-olah Yehuwa menggugat Israel ke pengadilan.
16, 17. Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa bersedia mengampuni dosa-dosa yang serius sekalipun?
16 Konsep demikian mungkin tampaknya menakutkan, tetapi Yehuwa adalah Hakim yang paling berbelaskasihan dan beriba hati. Kapasitas-Nya untuk memberikan pengampunan tak tertandingi. (Mazmur 86:5) Hanya Dia yang dapat menyingkirkan dosa-dosa Israel yang ”seperti bahan berwarna merah marak” dan membersihkannya, membuatnya ”putih seperti salju”. Tidak satu pun upaya manusia, perbuatan amal tertentu, korban, atau doa yang dapat menyingkirkan noda dosa. Hanya pengampunan Yehuwa-lah yang dapat menghapus dosa. Allah memberikan pengampunan demikian berdasarkan syarat-syarat yang Dia tetapkan, yang mencakup pertobatan yang tulus dan sepenuh hati.
17 Kebenaran ini begitu penting sehingga Yehuwa mengulanginya dalam bentuk yang puitis—dosa yang ’merah kirmizi’ akan menjadi seperti wol yang baru, putih, dan belum diwarnai. Yehuwa ingin agar kita tahu bahwa Dia benar-benar Pengampun dosa, bahkan dosa-dosa yang paling serius, asalkan Dia mendapati kita sungguh-sungguh bertobat. Mereka yang sulit percaya bahwa ini berlaku bagi mereka dapat memperhatikan apa yang terjadi atas diri Manasye. Ia melakukan dosa yang sangat mengerikan—selama bertahun-tahun. Namun, ia bertobat dan diampuni. (2 Tawarikh 33:9-16) Yehuwa ingin agar kita semua, termasuk orang-orang yang telah melakukan dosa-dosa serius, tahu bahwa belum terlambat bagi kita untuk ”meluruskan perkara-perkara” dengan Dia.
18. Apa saja pilihan yang dihadapkan Yehuwa kepada umat-Nya yang suka memberontak?
18 Yehuwa mengingatkan umat-Nya bahwa mereka mempunyai pilihan. ”Jika kamu sekalian memperlihatkan kerelaan dan mendengarkan, hal yang baik dari negeri akan kamu makan. Tetapi jika kamu sekalian menolak dan suka menentang, dengan pedang kamu akan habis dimakan; karena mulut Yehuwa-lah yang telah mengatakannya.” (Yesaya 1:19, 20) Di sini, Yehuwa menandaskan perlunya mengambil sikap, dan untuk itu Dia juga menggunakan gaya bahasa yang hidup. Yehuda boleh memilih: Makan atau dimakan. Jika mereka rela mendengarkan dan menaati Yehuwa, mereka akan memakan hasil yang baik dari negeri itu. Akan tetapi, jika mereka berkeras dengan sikap mereka yang suka memberontak, mereka akan dimakan—oleh pedang musuh-musuh mereka! Tampaknya, hampir tak masuk akal jika suatu bangsa lebih memilih pedang musuh-musuh mereka daripada belas kasihan dan kelimpahan dari Allah yang suka mengampuni. Meskipun demikian, itulah yang terjadi dengan Yerusalem, sebagaimana diperlihatkan ayat-ayat selanjutnya di Yesaya.
Nyanyian Ratapan untuk Kota Tercinta
19, 20. (a) Bagaimana Yehuwa mengungkapkan perasaan dikhianati yang dialami-Nya? (b) Dengan cara bagaimana ’keadilbenaran tinggal di Yerusalem’?
19 Di Yesaya 1:21-23, kita melihat seluruh kefasikan Yerusalem pada waktu itu. Yesaya kini memulai sebuah syair terilham dalam bentuk nyanyian ratapan, atau ungkapan perkabungan, ”Oh, bagaimana kota yang setia itu telah menjadi pelacur! Dahulu ia penuh dengan keadilan; keadilbenaran tinggal di dalamnya, tetapi sekarang, para pembunuh.”—Yesaya 1:21.
20 Ya, kota itu, Yerusalem, telah jatuh! Ia dahulu adalah istri yang setia, tetapi kini ia menjadi pelacur. Kata-kata apa lagi yang dapat dengan lebih ampuh mengungkapkan perasaan dikhianati dan dikecewakan yang dialami Yehuwa? ”Dahulu . . . keadilbenaran tinggal di” dalam kota ini. Kapan? Bahkan sebelum Israel ada, pada zaman Abraham, kota ini disebut Salem. Kota ini diperintah oleh seorang pria yang memiliki kedudukan sebagai raja maupun imam. Namanya, Melkhizedek, berarti ”Raja Keadilbenaran”, dan nama ini benar-benar cocok untuknya. (Ibrani 7:2; Kejadian 14:18-20) Sekitar 1.000 tahun setelah pemerintahan Melkhizedek, Yerusalem mencapai puncak kejayaannya, di bawah kekuasaan Raja Daud dan Raja Salomo. ”Dahulu . . . keadilbenaran tinggal di dalamnya”, terutama sewaktu raja-rajanya memberikan teladan kepada rakyat dengan berjalan di jalan Yehuwa. Namun, pada zaman Yesaya, masa-masa itu tinggal kenangan.
21, 22. Apa yang dimaksudkan dengan sanga dan bir yang diencerkan, dan mengapa para pemimpin Yehuda layak digambarkan demikian?
21 Tampaknya, para pemimpin bangsa itulah penyebab sebagian besar problem. Yesaya melanjutkan ratapannya, ”Perakmu telah menjadi sanga yang berbuih. Bir gandummu diencerkan dengan air. Para pemimpinmu keras kepala dan bersekutu dengan para pencuri. Mereka semua mencintai suap dan mengejar pemberian. Bagi anak lelaki yatim mereka tidak melaksanakan penghakiman; dan bahkan kasus hukum para janda tidak mereka terima.” (Yesaya 1:22, 23) Dua ilustrasi hidup yang langsung dipaparkan secara beruntun, menyiapkan benak para pembaca untuk apa yang dibahas selanjutnya. Di bengkelnya, pandai logam mencedok sanga yang dihasilkan dari perak yang dilebur dan membuangnya. Para pemimpin dan hakim Israel dapat disamakan dengan sanga tersebut, bukan dengan peraknya. Mereka harus dicampakkan. Mereka tidak berguna lagi, seperti bir yang telah diencerkan dengan air dan kehilangan rasanya. Minuman seperti itu hanya cocok untuk dibuang!
22 Ayat 23 memperlihatkan mengapa para pemimpin itu layak digambarkan seperti itu. Hukum Musa meninggikan umat Allah, memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lainnya. Sebagai contoh, hukum itu menitahkan agar yatim piatu dan para janda dilindungi. (Keluaran 22:22-24) Tetapi, pada zaman Yesaya, harapan anak yatim untuk memperoleh keadilan sangat tipis. Sedangkan seorang janda, tidak seorang pun bahkan mau mendengarkan kasusnya, apalagi berjuang demi kepentingannya. Tidak, para hakim dan pemimpin ini terlalu sibuk mengurus kepentingan mereka sendiri—meminta suap, mengejar hadiah, serta menjadi sekutu para pencuri, yaitu dengan melindungi para penjahat dan membiarkan para korbannya menderita. Yang lebih buruk lagi, mereka ”keras kepala”, atau berkeras, dalam haluan mereka yang salah. Benar-benar mengenaskan!
Yehuwa Akan Memurnikan Umat-Nya
23. Perasaan apa saja yang Yehuwa perlihatkan terhadap musuh-musuh-Nya?
23 Yehuwa tidak akan selama-lamanya mentoleransi penyalahgunaan kekuasaan demikian. Yesaya selanjutnya berkata, ”Oleh karena itu, ucapan Tuan yang benar, Yehuwa yang berbala tentara, Pribadi Yang Penuh Kuasa dari Israel, adalah, ’Ha! Aku akan melegakan diri dari lawan-lawanku, dan aku akan melakukan pembalasanku atas musuh-musuhku.’” (Yesaya 1:24) Di sini Yehuwa mendapat tiga gelar, yang menandaskan pertuanan-Nya yang sah dan kekuasaan-Nya yang sangat besar. Seruan ”Ha!” agaknya memaksudkan bahwa keibaan Yehuwa kini bercampur dengan tekad untuk bertindak sesuai dengan kemurkaan-Nya. Pasti, ada alasan untuk itu.
24. Yehuwa bermaksud melakukan proses pemurnian apa atas umat-Nya?
24 Umat Yehuwa sendiri telah menjadikan diri mereka musuh-Nya. Mereka sepenuhnya layak mendapat pembalasan ilahi. Yehuwa akan ”melegakan”, atau membebaskan, diri-Nya dari mereka. Apakah itu berarti umat yang menyandang nama-Nya akan dilenyapkan secara lengkap dan permanen? Tidak, karena Yehuwa selanjutnya berfirman, ”Aku akan membalikkan tanganku melawan engkau, dan aku akan melebur sangamu yang berbuih seperti dengan garam alkali, dan aku akan menyingkirkan semua limbahmu.” (Yesaya 1:25) Yehuwa kini menggunakan proses pemurnian sebagai ilustrasi. Seorang pemurni pada zaman dahulu sering menambahkan garam alkali untuk membantu memisahkan sanga dari logam berharga. Demikian pula, Yehuwa, yang melihat bahwa umat-Nya tidak sepenuhnya fasik, akan ’mendera mereka sampai taraf yang patut’. Dari antara mereka, Dia hanya akan menyingkirkan ’limbah’—orang-orang yang keras kepala dan tidak diinginkan, yang menolak untuk menerima pengajaran dan memperlihatkan ketaatan.c (Yeremia 46:28) Melalui kata-kata inilah Yesaya mendapat hak istimewa untuk menuliskan sejarah sebelum itu terjadi.
25. (a) Bagaimana Yehuwa memurnikan umat-Nya pada tahun 607 SM? (b) Kapan Yehuwa memurnikan umat-Nya pada zaman modern?
25 Yehuwa memang memurnikan umat-Nya, dengan menyingkirkan sanga berupa para pemimpin yang bejat dan para pemberontak lainnya. Pada tahun 607 SM, lama setelah zaman Yesaya, Yerusalem dihancurkan dan penduduknya digiring untuk dibuang selama 70 tahun di Babilon. Dalam beberapa segi, hal ini paralel dengan tindakan yang Allah lakukan lama setelah itu. Nubuat di Maleakhi 3:1-5, yang ditulis lama setelah pembuangan di Babilon, memperlihatkan bahwa Allah sekali lagi akan melakukan pekerjaan pemurnian. Nubuat itu menunjuk ke suatu masa manakala Allah Yehuwa akan datang ke bait rohani-Nya disertai ”utusan perjanjian”-Nya, Yesus Kristus. Berdasarkan bukti yang ada, itu terjadi pada akhir Perang Dunia I. Yehuwa menginspeksi semua orang yang mengaku Kristen, menyaring yang benar dari yang palsu. Apa hasilnya?
26-28. (a) Apa penggenapan pertama Yesaya 1:26? (b) Bagaimana nubuat ini digenapi pada zaman kita? (c) Bagaimana nubuat ini bermanfaat bagi para penatua dewasa ini?
26 Yehuwa menjawab, ”Aku akan membawa kembali hakim-hakim bagimu seperti semula, dan penasihat-penasihat bagimu seperti pada mulanya. Sesudah itu engkau akan disebut Kota Keadilbenaran, Kota Setia. Dengan keadilan Zion akan ditebus, dan mereka yang kembali kepadanya, dengan keadilbenaran.” (Yesaya 1:26, 27) Penggenapan pertama dari nubuat ini terjadi atas Yerusalem kuno. Setelah orang-orang buangan itu kembali ke kota mereka yang tercinta pada tahun 537 SM, sekali lagi ada para hakim dan penasihat yang setia seperti pada masa lampau. Nabi Hagai dan nabi Zakharia, imam Yosua, penulis Ezra, serta gubernur Zerubabel, semuanya bertindak untuk menuntun dan membimbing kaum sisa yang setia yang kembali, agar mereka berjalan di jalan Allah. Akan tetapi, penggenapan yang bahkan lebih penting terjadi pada abad ke-20.
27 Pada tahun 1919, umat Yehuwa zaman modern tampil setelah mengalami masa pengujian. Mereka dibebaskan dari belenggu rohani Babilon Besar, imperium agama palsu sedunia. Perbedaan antara kaum sisa terurap yang setia dan pemimpin agama yang murtad dalam Susunan Kristen menjadi jelas. Allah sekali lagi memberkati umat-Nya, ’membawa kembali hakim-hakim dan penasihat-penasihat’—pria-pria setia yang menasihati umat Allah menurut Firman-Nya, dan bukan menurut tradisi manusia. Dewasa ini, terdapat ribuan pria semacam itu di antara ”kawanan kecil” yang jumlahnya semakin berkurang dan di antara rekan-rekannya, jutaan ”domba-domba lain” yang jumlahnya semakin bertambah.—Lukas 12:32; Yohanes 10:16; Yesaya 32:1, 2; 60:17; 61:3, 4.
28 Para penatua hendaknya ingat bahwa mereka kadang-kadang bertindak sebagai ’hakim’ di sidang untuk menjaganya tetap bersih secara moral dan rohani serta untuk mengoreksi para pelaku kesalahan. Mereka sungguh-sungguh berminat melakukan segala hal sesuai dengan cara Allah, meniru rasa keadilan-Nya yang berbelaskasihan dan seimbang. Namun, pada umumnya, mereka melayani sebagai ’penasihat’. Tentu, peranan ini sangat berbeda dengan menjadi pemimpin atau penguasa yang lalim, dan mereka berupaya sebisa-bisanya agar tidak menimbulkan bahkan kesan ”memerintah atas mereka yang adalah milik pusaka Allah”.—1 Petrus 5:3.
29, 30. (a) Pernyataan apa yang Yehuwa buat kepada orang-orang yang menolak untuk memperoleh manfaat dari proses pemurnian? (b) Dalam pengertian apa orang-orang menjadi ”malu” karena pohon-pohon dan kebun-kebun mereka?
29 Bagaimana dengan ’sanga’ yang disebutkan dalam nubuat Yesaya? Apa yang terjadi dengan orang-orang yang menolak untuk memperoleh manfaat dari proses pemurnian Allah? Yesaya selanjutnya berkata, ”Tetapi para pemberontak dan orang-orang yang penuh dosa akan dihancurkan bersama-sama, dan mereka yang meninggalkan Yehuwa akan sampai pada kesudahannya. Sebab mereka akan merasa malu karena pohon-pohon perkasa yang kamu sekalian inginkan, dan kamu akan tersipu-sipu karena kebun yang kaupilih.” (Yesaya 1:28, 29) Orang-orang yang membangkang dan berdosa terhadap Yehuwa, yang mengabaikan berita peringatan dari para nabi-Nya hingga semuanya sudah terlambat, pasti akan ”dihancurkan” dan ”sampai pada kesudahannya”. Ini terjadi pada tahun 607 SM. Akan tetapi, apa yang dimaksudkan dengan disebutkannya pohon dan kebun?
30 Penyembahan berhala terus-menerus menjadi problem orang-orang Yehuda. Pohon, kebun, dan hutan sering kali berperan dalam praktek-praktek bejat mereka. Sebagai contoh, para penyembah Baal dan kekasihnya, Astoret, percaya bahwa pada musim kemarau, dewa dan dewi itu mati dan dikuburkan. Untuk membuat mereka bangun dan kawin, serta mendatangkan kesuburan tanah, para penyembah berhala tersebut berkumpul untuk melakukan perbuatan seksual yang menyimpang di bawah pohon-pohon ”keramat” yang terdapat di hutan ataupun di kebun. Sewaktu hujan turun dan tanah menjadi subur, dewa-dewi palsu itulah yang dianggap berjasa; para penyembah berhala semakin yakin akan takhayul mereka. Akan tetapi, sewaktu Yehuwa menghancurkan para penyembah berhala yang suka memberontak itu hingga tuntas, tak ada ilah-ilah berhala yang melindungi mereka. Para pemberontak ”merasa malu” karena pohon-pohon dan kebun-kebun yang tak berdaya ini.
31. Apa hal yang lebih buruk daripada rasa malu yang dihadapi para penyembah berhala?
31 Namun, orang-orang Yehuda yang menyembah berhala tersebut menghadapi sesuatu yang lebih buruk daripada rasa malu. Dengan menggunakan ilustrasi lain, kini Yehuwa menyamakan penyembah berhala dengan pohon. ”Karena kamu akan menjadi seperti pohon besar yang dedaunannya menjadi layu, dan seperti kebun yang tidak ada airnya.” (Yesaya 1:30) Ilustrasi ini sangat cocok dengan daerah Timur Tengah, yang iklimnya panas dan kering. Tidak satu pun pohon maupun kebun yang dapat bertahan lama tanpa persediaan air yang tetap. Karena telah mengering, tumbuh-tumbuhan demikian khususnya mudah terbakar. Oleh karena itu, wajar jika ini diikuti oleh ilustrasi di ayat 31.
32. (a) Siapakah ”pria yang penuh semangat” yang dimaksudkan di ayat 31? (b) Dalam pengertian apa ia akan menjadi ”tali pengeret”, dan ”bunga api” apa yang akan menyulutnya, dan dengan akibat apa?
32 ”Maka pria yang penuh semangat pasti akan menjadi tali pengeret, dan hasil kegiatannya menjadi bunga api; keduanya pasti akan terbakar pada waktu yang sama, tanpa ada yang memadamkannya.” (Yesaya 1:31) Siapakah ”pria yang penuh semangat” ini? Ungkapan bahasa Ibraninya mengandung gagasan kekuatan dan kekayaan. Tampaknya ungkapan ini memaksudkan pengikut dewa-dewi palsu yang makmur dan percaya diri. Pada zaman Yesaya, sebagaimana pada zaman kita, ada banyak orang yang menolak Yehuwa dan ibadat-Nya yang murni. Beberapa bahkan tampak berhasil dalam kehidupan. Namun, Yehuwa memperingatkan bahwa orang-orang semacam itu akan menjadi seperti ”tali pengeret”, serat atau rami linen kasar yang begitu rapuh dan kering sehingga, dapat dikatakan, langsung putus sewaktu terkena api yang sangat kecil sekalipun. (Hakim 16:8, 9) Hasil atau produk dari kegiatan si penyembah berhala—entah itu berupa ilah-ilah berhala, kekayaan, atau apa pun yang disembahnya selain Yehuwa—akan menjadi seperti ”bunga api” yang menyulut kobaran api. Bunga api maupun tali pengeret akan dilalap habis, hancur, dalam api yang tak terpadamkan. Tidak satu pun kuasa di alam semesta yang dapat menggagalkan penghakiman Yehuwa yang sempurna.
33. (a) Bagaimana peringatan dari Allah tentang penghakiman yang akan datang juga menunjukkan belas kasihan-Nya? (b) Kesempatan apa kini diulurkan Yehuwa kepada umat manusia, dan bagaimana ini mempengaruhi kita?
33 Apakah berita terakhir ini sejalan dengan berita tentang belas kasihan dan pengampunan di ayat 18? Tentu saja! Yehuwa memerintahkan agar peringatan-peringatan demikian ditulis dan disampaikan oleh hamba-hamba-Nya karena Dia berbelaskasihan. Bagaimanapun, ”ia tidak ingin seorang pun dibinasakan tetapi ingin agar semuanya bertobat”. (2 Petrus 3:9) Benar-benar suatu hak istimewa bagi setiap orang Kristen dewasa ini untuk mengumumkan berita peringatan dari Allah kepada umat manusia, sehingga orang-orang yang bertobat dapat memperoleh manfaat dari pengampunan-Nya yang berlimpah dan hidup selama-lamanya. Alangkah baiknya Yehuwa sehingga Dia memberi umat manusia kesempatan untuk ”meluruskan perkara-perkara” dengan Dia sebelum terlambat!
[Catatan Kaki]
a Menurut kisah turun-temurun Yahudi kuno, Raja Manasye yang fasik memerintahkan agar Yesaya dieksekusi, dipotong-potong dengan gergaji. (Bandingkan Ibrani 11:37.) Sebuah sumber mengatakan bahwa untuk memastikan agar Yesaya dijatuhi hukuman mati, seorang nabi palsu melancarkan tuduhan berikut ini terhadapnya, ”Ia menjuluki Yerusalem Sodom, serta para pemimpin Yehuda dan Yerusalem ia nyatakan sebagai penduduk Gomora.”
b Kata Ibrani untuk ”tenaga gaib” juga diterjemahkan ”apa yang menyakitkan”, ”apa yang gaib”, dan ”yang salah”. Menurut Theological Dictionary of the Old Testament, para nabi Ibrani menggunakan kata itu untuk mengecam ”malapetaka yang disebabkan oleh penyalahgunaan kekuasaan”.
c Ungkapan ”Aku akan membalikkan tanganku melawan engkau” berarti Yehuwa akan berganti peranan, dari pendukung umat-Nya menjadi pendera mereka.