PASAL DUA BELAS
”Tetaplah Menantikannya”
1, 2. (a) Pertanyaan apa saja yang bisa Saudara renungkan? (b) Beberapa dari ke-12 nabi hidup dalam situasi bagaimana, dan sikap apa yang Mikha miliki?
SUDAH berapa lama Saudara menunggu-nunggu hari Yehuwa menyingkirkan kefasikan dari bumi ini? Berapa lama Saudara rela menunggu? Sementara itu, bagaimana cara hidup Saudara, yakni sikap dan tindakan Saudara? Tentu, jawaban Saudara akan berbeda dengan jawaban para pengunjung gereja yang hidup sesukanya tetapi berharap masuk surga.
2 Seraya Saudara menantikan hari besar itu, buku-buku yang ditulis oleh ke-12 nabi dapat sangat membantu. Kebanyakan dari mereka hidup pada masa ketika Allah sudah hampir melaksanakan penghakiman. Misalnya, Mikha melayani menjelang penghukuman atas Samaria di tangan orang Asiria pada tahun 740 SM. (Lihat garis waktu di halaman 20 dan 21.) Belakangan dalam arus waktu, tetapi sama pastinya, hari Yehuwa menimpa Yehuda. Karena Mikha tidak tahu kapan tepatnya Allah akan bertindak, apakah ia menyimpulkan bahwa sebaiknya ia duduk berpangku tangan saja sambil berharap bahwa Allah akan segera bertindak? Berikut adalah perkataan Mikha, ”Tetapi aku, aku akan terus mengamati Yehuwa. Aku akan memperlihatkan sikap menanti Allah keselamatanku. Allahku akan mendengar aku.” (Mikha 7:7) Ya, karena yakin akan apa yang bakal terjadi, Mikha bagaikan prajurit yang aktif berjaga di menara.—2 Samuel 18:24-27; Mikha 1:3, 4.
3. Meskipun tidak tahu kapan pembinasaan Yerusalem, bagaimana sikap Habakuk dan Zefanya?
3 Berikutnya, carilah Zefanya dan Habakuk pada garis waktu itu. Perhatikan bahwa keduanya melayani pada masa yang lebih dekat dengan pembinasaan Yerusalem pada tahun 607 SM. Tetapi, mereka tidak bisa menentukan apakah pelaksanaan penghakiman Allah sudah sangat dekat atau masih beberapa puluh tahun lagi. (Habakuk 1:2; Zefanya 1:7, 14-18) Zefanya menulis, ”’Karena itu tetaplah nantikan aku,’ demikian ucapan Yehuwa, ’sampai pada hari aku bangkit untuk mengambil hasil rampasan, karena keputusan hukumku adalah . . . untuk mencurahkan ke atas mereka kecamanku, seluruh kemarahanku yang menyala-nyala.’” (Zefanya 3:8) Dan, bagaimana dengan Habakuk, yang hidup tidak lama setelah Zefanya? Habakuk menulis, ”Penglihatan itu masih untuk waktu yang ditetapkan, dan ia terus lari bergegas menuju akhir, dan ia tidak akan berdusta. Bahkan jika ia tertunda, tetaplah menantikannya; sebab ia pasti akan menjadi kenyataan. Ia tidak akan terlambat.”—Habakuk 2:3.
4. Dalam situasi apa Zefanya dan Habakuk bernubuat, dan bagaimana sikap mereka?
4 Kita bisa belajar sesuatu dari konteks pernyataan di Zefanya 3:8 dan Habakuk 2:3. Sewaktu beberapa orang Yahudi mengatakan, ”Yehuwa tidak akan melakukan yang baik, dan ia tidak akan melakukan yang buruk,” Zefanya mengumumkan ”hari kemarahan Yehuwa”. Pada hari itu, baik bangsa-bangsa musuh maupun bangsa Yahudi yang suka melawan akan merasakan ketidaksenangan Allah. (Zefanya 1:4, 12; 2:2, 4, 13; 3:3, 4) Apakah Saudara membayangkan Zefanya takut akan kecaman serta kemarahan Allah? Sebaliknya, ia disuruh untuk tetap ’menanti’. Saudara mungkin bertanya, ’Bagaimana dengan Habakuk?’ Ia pun harus ’tetap menantikannya’. Ya, benar, Zefanya dan Habakuk tidak masa bodoh terhadap apa yang terjadi di masa depan dan tidak menjalani kehidupan seolah-olah segalanya tidak akan berubah. (Habakuk 3:16; 2 Petrus 3:4) Namun, sebagaimana dicatat, kedua nabi tersebut mempunyai persamaan penting, yaitu mereka ’tetap menanti’. Dan, Saudara tahu fakta ini: Apa yang dinantikan oleh kedua nabi itu menjadi kenyataan sejarah pada tahun 607 SM. Jadi, sikap mereka untuk ’tetap menanti’ terbukti bijaksana.
5, 6. Mengingat posisi kita dalam arus waktu pelaksanaan maksud-tujuan Allah, sikap apa yang seharusnya kita miliki?
5 Saudara pun dapat yakin bahwa ”hari kemarahan Yehuwa” atas sistem ini akan datang; hal itu akan menjadi kenyataan, yang benar-benar terjadi dan dapat dipercaya. Saudara tentu tidak meragukannya. Seperti Zefanya dan Habakuk, Saudara tidak tahu kapan persisnya hari itu akan datang. (Markus 13:32) Tetapi, hari itu pasti datang, dan penggenapan nubuat Alkitab pada zaman ini menjadi petunjuk kuat bahwa hari itu akan datang tidak lama lagi. Jadi, apa yang Yehuwa tandaskan kepada nabi-nabi itu berlaku bagi Saudara—”Tetaplah menantikannya.” Ingatlah juga kebenaran mutlak ini: Allah kita adalah satu-satunya Allah yang ”bertindak bagi orang yang terus menantikan dia”.—Yesaya 64:4.
6 Saudara bisa memperlihatkan sikap menanti yang benar, menunjukkan dengan perbuatan bahwa Saudara yakin ”hari kemarahan Yehuwa” akan datang tepat pada waktunya. Dengan memiliki keyakinan dan bertindak selaras dengan keyakinan itu, Saudara mengikuti apa yang Yesus katakan. Ia mendesak para rasul dan semua orang Kristen terurap, ”Hendaklah pinggangmu berikat dan pelitamu menyala, dan kamu sendiri hendaklah seperti orang-orang yang menantikan majikan mereka . . . Berbahagialah budak-budak itu yang didapati berjaga-jaga ketika majikannya datang! Dengan sungguh-sungguh aku mengatakan kepadamu: Ia akan mengikat pinggangnya serta menyuruh mereka duduk berbaring pada meja, lalu datang mendekat dan melayani mereka.” (Lukas 12:35-37) Ya, sikap menanti yang benar menunjukkan keyakinan bahwa hari besar Yehuwa akan datang tepat pada waktu yang telah Ia tetapkan.
”MENANTI” DAN ”BERSIAP-SIAP”
7, 8. (a) Apa hasil kesabaran Allah? (b) Petrus mendesak kita untuk memperlihatkan sikap apa?
7 Hamba-hamba Allah zaman modern sudah menanti-nanti sebelum Kerajaan Allah didirikan di surga pada tahun 1914, dan terus menanti sampai sekarang. Mereka sama sekali tidak berdiam diri selama penantian mereka, tetapi terus aktif dalam pekerjaan memberikan kesaksian yang Allah tugaskan. (Kisah 1:8) Akan tetapi, renungkanlah hal ini: Seandainya hari besar Yehuwa sudah terjadi pada tahun 1914, bagaimana nasib Saudara? Atau, jika itu terjadi 40 tahun yang lalu, apakah pada saat itu Saudara sudah menjadi orang yang ”bertingkah laku kudus dan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pengabdian yang saleh”? (2 Petrus 3:11) Lalu, bagaimana dengan anggota keluarga Saudara yang Saksi atau sahabat-sahabat akrab Saudara di sidang? Jelaslah, masa penantian ini telah membuka jalan keselamatan bagi Saudara dan banyak orang seperti Saudara, sebagaimana diperlihatkan 2 Petrus 3:9. Fakta bahwa Yehuwa tidak membinasakan seluruh sistem fasik segera sesudah Kerajaan didirikan telah memungkinkan banyak orang bertobat, sama seperti orang Niniwe bisa bertobat dan diluputkan. Kita semua tentu sependapat dengan rasul Petrus yang mengatakan, ”Anggaplah kesabaran Tuan kita sebagai keselamatan.” (2 Petrus 3:15) Dan, pada masa ini, masih ada kesempatan bagi orang-orang untuk bertobat atau menyesuaikan kehidupan serta cara berpikir mereka.
8 Memang, bagi seorang Kristen, situasi yang terjadi pada zaman Mikha, Zefanya, dan Habakuk mungkin tampak kurang relevan. Ia mungkin mengatakan, ”Ya, itu kan zaman dulu!” Tetapi, apa saja yang dapat kita pelajari? Tadi kita telah melihat nasihat Petrus tentang perlunya orang Kristen ”bertingkah laku kudus dan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pengabdian yang saleh”. Persis setelah kata-kata itu, Petrus menandaskan perlunya hal lain—kita perlu ”menantikan dan terus menaruh kehadiran hari Yehuwa dalam pikiran”. (2 Petrus 3:11, 12) Jadi, kita harus ’terus menaruh hari itu dalam pikiran’, ”menantikannya”.
9. Mengapa kita perlu ’terus mengamati’?
9 Tidak soal kita telah melayani Yehuwa selama beberapa tahun atau berpuluh-puluh tahun, apakah kita ’terus mengamati dan memperlihatkan sikap menanti’ seperti halnya Mikha? (Roma 13:11) Patut diakui, sebagai manusia, kita ingin sekali mengetahui kapan akhir itu tiba dan berapa banyak waktu lagi yang tersisa hingga saat itu. Tetapi, kita memang tidak bisa mengetahuinya. Ingatlah kata-kata Yesus, ”Jika tuan rumah telah mengetahui pada giliran jaga mana pencuri akan datang, ia akan tetap sadar dan tidak membiarkan rumahnya dibongkar. Oleh karena itu, kamu juga harus bersiap-siap, karena pada jam yang tidak kamu sangka, Putra manusia akan datang.”—Matius 24:43, 44.
10. Hal apa yang Saudara pelajari dari kehidupan dan cara pandang rasul Yohanes?
10 Kata-kata Yesus tersebut mirip dengan apa yang ditulis oleh Mikha, Zefanya, dan Habakuk. Tetapi, Yesus menandaskannya, bukan untuk orang-orang zaman dahulu, melainkan untuk para pengikutnya, untuk kita. Banyak orang Kristen yang berbakti telah benar-benar menerapkan nasihat Yesus; mereka ”bersiap-siap”, tetap menanti. Rasul Yohanes adalah contoh yang bagus. Ia adalah salah satu dari keempat murid di Gunung Zaitun yang bertanya kepada Yesus tentang penutup sistem ini. (Matius 24:3; Markus 13:3, 4) Peristiwa itu terjadi pada tahun 33 M, tetapi Yohanes tidak mempunyai sarana apa pun untuk menentukan berapa lama lagi sistem ini akan berakhir. Nah, bayangkan situasinya kira-kira 60 tahun kemudian. Yohanes sudah lanjut usia, tetapi ia tidak menjadi lelah dan tidak berhenti menanti. Sebaliknya, sewaktu ia mendengar Yesus berkata, ”Ya; aku akan segera datang,” Yohanes menyahut, ”Amin! Datanglah, Tuan Yesus.” Yohanes tidak menyesali cara ia menggunakan tahun-tahun kehidupannya. Ia yakin bahwa ketika Yehuwa melaksanakan penghakiman, Allah juga akan memberikan upah kepada setiap orang sesuai dengan perbuatannya. (Penyingkapan 22:12, 20) Kapan pun penghakiman itu tiba, Yohanes ingin didapati ”bersiap-siap”, sesuai dengan nasihat Tuan Yesus. Apakah Saudara juga?
’MENANTI’ ATAU ”KENYANG”?
11. Apa perbedaan Mikha dan Hosea dengan orang-orang pada zaman mereka?
11 Pertimbangkan pelajaran lain yang bisa kita timba dari para nabi yang hidup menjelang datangnya pelaksanaan penghakiman Yehuwa, pertama-tama atas Israel kemudian atas Yehuda. Mikha ’terus mengamati dan memperlihatkan sikap menanti’, tetapi banyak orang di sekelilingnya tidak seperti itu. Mereka menjadi ”pembenci apa yang baik dan pencinta keburukan”. Mikha memperingatkan bahwa kalau mereka tidak berubah, mereka mungkin ”berseru kepada Yehuwa meminta bantuan, tetapi ia tidak akan menjawab mereka”. (Mikha 3:2, 4; 7:7) Hosea, yang sezaman dengan Mikha, menggunakan istilah pertanian sewaktu mendesak penduduk kerajaan Israel di utara, ”Taburlah benihmu dalam keadilbenaran; tuailah sesuai dengan kebaikan hati yang penuh kasih. Garaplah tanah yang cocok ditanami, selagi ada waktu untuk mencari Yehuwa.” Sekalipun demikian, kebanyakan tidak mau mendengarkan. Mereka ”membajak kefasikan”, maka ketidakadilbenaran itulah yang mereka tuai. (Hosea 10:12, 13) Mereka menyetujui atau ikut-ikutan dalam praktek-praktek bejat, ’percaya kepada jalan mereka sendiri’ ketimbang jalan Yehuwa. Beberapa orang dewasa ini mungkin bertanya, ’Bagaimana mungkin para penyembah sejati yang tinggal di Tanah Perjanjian berbuat seperti itu?’ Hosea memperlihatkan bahwa problem mereka berpusat pada suatu sikap yang juga harus kita waspadai jika kita ingin terus menantikan hari besar Yehuwa, yaitu sikap merasa mapan dan ”kenyang”, atau berpuas diri.
12. (a) Perkembangan buruk apa yang Hosea perhatikan di kalangan orang Israel sebelum tahun 740 SM? (b) Dengan cara apa saja orang-orang menjadi ”kenyang”?
12 Setelah umat Allah memasuki Tanah Perjanjian, negeri yang berlimpah dengan susu dan madu, mereka menikmati kemakmuran. Bagaimana reaksi mereka? Hosea menyampaikan firman Yehuwa, ”Sesuai dengan padang rumput mereka, mereka pun menjadi kenyang. Mereka kenyang dan mereka mulai menjadi tinggi hati. Itulah sebabnya mereka melupakan aku.” (Hosea 13:6) Beberapa abad sebelumnya, Allah sudah memperingatkan umat-Nya tentang bahaya yang satu ini. (Ulangan 8:11-14; 32:15) Meskipun demikian, pada zaman Hosea dan Amos, orang Israel melupakan Yehuwa dan perintah-perintah-Nya—”mereka kenyang”. Amos memberi kita beberapa perincian spesifik. Ia menyebutkan bahwa banyak orang memiliki perabotan mewah di rumah mereka; beberapa keluarga bahkan memiliki lebih dari satu rumah. Mereka menyantap makanan terbaik, meminum anggur pilihan, dan mengolesi kulit mereka dengan ”minyak yang terbaik”, mungkin semacam kosmetik yang wangi. (Amos 3:12, 15; 6:4-6) Kemungkinan besar, Saudara tahu bahwa hal-hal tersebut tidaklah salah, tetapi terlalu mementingkan hal-hal itu jelas salah.
13. Kelemahan mendasar apa yang terdapat di kalangan orang Israel, baik yang kaya maupun yang miskin?
13 Memang, tidak semua penduduk kerajaan utara menjadi makmur dan ”kenyang”. Ada juga yang miskin dan harus berjuang untuk mencari makan dan menafkahi keluarga mereka. (Amos 2:6; 4:1; 8:4-6) Halnya sama dewasa ini di banyak bagian dunia. Apakah nasihat Allah di Hosea 13:6 berlaku juga bagi orang-orang miskin di Israel kuno, dan pada zaman sekarang? Ya, tentu saja. Yehuwa menunjukkan bahwa entah seorang penyembah sejati makmur atau tidak, ia perlu waspada agar perhatiannya tidak terlalu berpusat pada hal-hal materi sehingga ia ’melupakan Allah’.—Lukas 12:22-30.
14. Mengapa kita patut merenungkan seberapa kuat penantian kita?
14 Kalau kita menengok ke belakang dan melihat betapa banyaknya nubuat Alkitab yang telah tergenap, kita memiliki alasan tambahan untuk waspada, siap, dan menanti. Namun, bagaimana jika kita telah menanti untuk waktu yang cukup lama, mungkin berpuluh-puluh tahun? Dahulu, kita mengerahkan diri dalam pelayanan dan membuat keputusan pribadi yang mencerminkan keyakinan bahwa hari Yehuwa sudah dekat. Tetapi, hari itu belum juga datang. Apakah kita masih tetap menanti? Ajukanlah pertanyaan yang bersifat pribadi ini, ’Apakah saya masih menanti dengan perasaan penuh semangat, atau apakah perasaan itu sudah sangat mendingin?’—Penyingkapan 2:4.
15. Apa saja yang bisa menunjukkan bahwa penantian kita telah meredup?
15 Kita bisa mengevaluasi seberapa kuat penantian kita dengan banyak cara, tetapi mari kita melihatnya dari aspek yang terdapat dalam gambaran Amos tentang orang-orang pada zamannya yang ”menjadi kenyang”. Seraya kita memeriksanya, kita bisa menganalisis apakah dalam diri kita ada kecenderungan untuk ”menjadi kenyang”. Selama bertahun-tahun, seorang Kristen bisa jadi telah menunjukkan dengan pikiran dan tindakannya bahwa ia menantikan hari Yehuwa dengan penuh harap. Tetapi, sekarang ia mungkin mulai berupaya keras untuk memiliki rumah atau mobil yang lebih mewah, pakaian dengan mode mutakhir, kosmetik dan perhiasan mahal, atau anggur pilihan serta makanan yang mewah. Memang, tidak ada ayat di Alkitab yang menyiratkan bahwa kita harus hidup seperti petapa, berpantang kesenangan yang wajar. Manusia yang bekerja keras ”hendaknya makan dan tentu saja minum serta menikmati hal-hal baik untuk semua kerja kerasnya”. (Pengkhotbah 3:13) Akan tetapi, bahaya mengancam seorang Kristen jika perhatiannya semakin terfokus pada makanan, minuman, dan penampilan. (1 Petrus 3:3) Yesus menyatakan bahwa beberapa orang Kristen terurap di Asia Kecil telah berubah fokus, yang membuktikan bahwa bahaya ini dapat mengancam orang Kristen. (Penyingkapan 3:14-17) Apakah hal serupa telah terjadi atas diri kita? Apakah kita ”menjadi kenyang”, mungkin sibuk dengan hal-hal materi? Apakah penantian kita telah meredup?—Roma 8:5-8.
16. Mengapa tidaklah bermanfaat bagi anak-anak jika kita menganjurkan mereka untuk mengejar gaya hidup yang ”kenyang”, atau mapan?
16 Mendinginnya penantian kita akan hari besar Yehuwa bisa nyata dari nasihat yang kita berikan kepada anak-anak kita atau orang lain. Seorang Kristen bisa jadi bernalar, ’Dulu, saya memilih untuk melewatkan pendidikan tinggi dan peluang karier karena saya merasa akhir itu sudah sangat dekat. Sekarang, saya ingin memastikan bahwa anak-anak saya mendapatkan pendidikan sehingga mereka bisa hidup enak.’ Beberapa orang tua pada zaman Hosea mungkin memiliki pemikiran yang serupa. Jika demikian halnya, apakah nasihat yang berpusat pada gaya hidup yang ”kenyang” benar-benar bermanfaat bagi anak-anak mereka? Dan, jika anak-anak pada masa itu benar-benar mengejar gaya hidup yang ”kenyang”, atau mapan, bagaimana nasib mereka pada tahun 740 SM, ketika Samaria dibinasakan oleh orang Asiria?—Hosea 13:16; Zefanya 1:12, 13.
HIDUP DENGAN PENANTIAN YANG PASTI
17. Bagaimana hendaknya kita meniru Mikha?
17 Seperti para penyembah sejati zaman dahulu, kita bisa yakin bahwa apa yang Allah janjikan akan digenapi sesuai dengan jadwal, pada waktu yang Ia tetapkan. (Yosua 23:14) Nabi Mikha bertindak bijaksana karena memperlihatkan sikap menanti Allah keselamatannya. Karena mengetahui jalannya sejarah, kita dapat melihat pada garis waktu betapa dekatnya masa hidup Mikha dengan penaklukan Samaria. Bagaimana dengan kita dan masa hidup kita? Apabila kita meninjau kembali kehidupan kita, apakah nyata bahwa kita telah membuat pilihan-pilihan yang bijaksana, misalnya mengenai karier sekuler, gaya hidup, dan dinas sepenuh waktu? Memang, kita tidak tahu ”hari dan jamnya”. (Matius 24:36-42) Namun, kita tentu dapat dikatakan bertindak bijaksana jika kita mengembangkan sikap seperti Mikha dan bertindak selaras dengan itu. Dan, kelak pada waktu Mikha dikaruniai kehidupan di firdaus yang dipulihkan di bumi, betapa senangnya dia ketika mengetahui bahwa kita telah menarik manfaat dari berita nubuatnya serta teladan kesetiaannya! Kita akan menjadi bukti hidup bahwa Yehuwa adalah Allah keselamatan!
18, 19. (a) Malapetaka apa yang Obaja nubuatkan? (b) Bagaimana Obaja mengulurkan harapan kepada Israel?
18 Keyakinan kita dilandasi dasar yang kuat. Misalnya, pikirkan tentang buku nubuat yang pendek yang ditulis oleh Obaja. Isinya seputar Edom kuno, tentang penghakiman Yehuwa atas orang-orang yang memperlakukan ’saudara’ mereka, Israel, dengan buruk. (Obaja 12) Pembinasaan yang dinubuatkan itu benar-benar terjadi, seperti yang kita bahas di Pasal 10 buku ini. Orang Babilonia di bawah pimpinan Nabonidus menaklukkan Edom pada pertengahan abad keenam SM, dan Edom lenyap sebagai suatu bangsa. Tetapi, ada buah pikiran penting lain dalam berita Obaja, yang ada hubungannya dengan penantian kita akan hari besar Yehuwa.
19 Saudara tahu bahwa bangsa musuh (Babilonia) yang membinasakan Edom juga telah melaksanakan penghukuman Allah atas umat-Nya yang tidak setia. Pada tahun 607 SM, orang Babilonia menghancurkan Yerusalem dan membawa orang Yahudi ke pembuangan. Negeri mereka menjadi tandus dan telantar. Apakah kisahnya selesai sampai di situ? Tidak. Melalui Obaja, Yehuwa menubuatkan bahwa orang Israel akan memiliki kembali negeri mereka. Saudara dapat membaca janji yang membesarkan hati itu di Obaja 17, ”Di Gunung Zion orang-orang yang meluputkan diri akan berada, dan itu pasti akan menjadi kudus; dan keturunan Yakub akan mengambil hal-hal yang akan menjadi milik mereka.”
20, 21. Mengapa kita hendaknya terhibur oleh Obaja 17?
20 Sejarah meneguhkan bahwa apa yang Yehuwa firmankan melalui Obaja benar-benar terjadi. Apa yang Allah nubuatkan, itulah yang terjadi. Ribuan orang Yehuda dan Israel buangan pulang ke negeri mereka pada tahun 537 SM. Dengan berkat Yehuwa, mereka mengubah negeri yang tandus menjadi firdaus yang subur. Saudara sudah membaca nubuat tentang transformasi menakjubkan itu di Yesaya 11:6-9 dan 35:1-7. Dan, yang paling penting, terjadilah pemulihan ibadat sejati yang berpusat di bait Yehuwa yang dibangun kembali. Karena itu, Obaja 17 dapat menjadi bukti lain bagi kita bahwa janji-janji Yehuwa dapat diandalkan, selalu digenapi.
21 Obaja mengakhiri nubuatnya dengan kata-kata yang tegas ini, ”Kekuasaan sebagai raja akan menjadi milik Yehuwa.” (Obaja 21) Karena mempercayai hal itu, Saudara sedang menunggu masa gemilang itu ketika Yehuwa melalui Yesus Kristus akan memerintah tanpa adanya pihak oposisi di seluruh alam semesta, termasuk planet kita. Entah Saudara baru sebentar atau sudah berpuluh-puluh tahun menantikan hari besar Yehuwa—dan berkat-berkat yang akan dihasilkannya—Saudara dapat yakin sepenuhnya bahwa penantian berdasarkan Alkitab tersebut akan menjadi kenyataan.
22. Mengapa Saudara ingin agar cara pandang Saudara selaras dengan Habakuk 2:3 dan Mikha 4:5?
22 Maka, kita pun setuju dengan keyakinan Habakuk, yang tentu sangat cocok untuk zaman kita, ”Penglihatan itu masih untuk waktu yang ditetapkan, dan ia terus lari bergegas menuju akhir, dan ia tidak akan berdusta. Bahkan jika ia tertunda, tetaplah menantikannya; sebab ia pasti akan menjadi kenyataan. Ia tidak akan terlambat.” (Habakuk 2:3) Sekalipun dari sudut pandangan manusia hari besar Yehuwa tampaknya tertunda, hari itu pasti akan datang sesuai dengan jadwal. Yehuwa menjanjikan hal itu kepada kita. Maka, orang-orang yang telah melayani Allah selama bertahun-tahun maupun yang baru saja beribadat kepada-Nya dapat maju bersama dengan yakin, seperti yang dinyatakan di Mikha 4:5, ”Tetapi kami, kami akan berjalan dengan nama Yehuwa, Allah kami, sampai waktu yang tidak tertentu, ya, selama-lamanya.”